Pengertian Hadis LANDASAN TEORI

Nabi Muhammad SAW yang lain, yang semuanya hanya disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW saja, tidak termasuk hal-hal yang disandarkan kepada sahabat dan tidak pula kepada tabiin. 6 Pemberitaan tentang empat unsur tersebut yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW disebut berita yang marfu, 7 yang disandarkan kepada para sahabat disebut berita mauquf, 8 dan yang disandarkan kepada tabiin disebut maqthu’. 9 Hadits secara harfiah berarti perkataan atau percakapan. Dalam terminologi Islam perkataan dimaksud adalah perkataan dari Nabi Muhammad SAW. Namun sering kali kata ini mengalami perluasan makna sehingga disinonimkan dengan sunnah sehingga berarti segala perkataan, perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama. Hadits sebagai sumber hukum dalam agama Islam memiliki kedudukan kedua pada tingkatan sumber hukum dibawah Al- Qur‟an. Menurut bahasa, kata Sunnah memiliki arti jalan yang lurus dan perilaku terbiasa, baik terpuji maupun tercela. Orang Arab mentasybihkan menyerupakan perilaku terbiasa dengan air yang mengalir, karena berkesinambungannya bagian- bagian dari aliran air itu pada satu arah jalan, sehingga seakan air yang mengalir itu 6 Idri, Studi Hadits Jakarta: Kencana, 2010, h. 3 7 Marfu adalah Hadits yang sandarkan terhadap Nabi Muhammad SAW dari ucapan, perbuatan, taqrir, dan sifat Beliau. 8 Mauquf merupakan hadits yang disandarkan kepada Sahabat, berupa ucapan, perbuatan atau Taqrir. 8 Sedangkan Maqthu’ adalah perkataan, perbuatan atau taqrir yang disandarkan kepada tabi`in atau orang yang berada pada tingakat dibawahnya. 9 Abbas Mutawali Hammadah, Sunnah Nabi Kedudukannya Menurut Al- Qur’an Bandung: Gema Risalah Press, 1997, h. 20-21. merupakan satu kesatuan. 10 Pada surat al-Kahfi ayat 55, terdapat kata sunnah dalam arti bahasa seperti di atas. Allah SWT berfirman:                     “Dan tidak ada sesuatupun yang menghalangi manusia dari beriman, ketika petunjuk Telah datang kepada mereka, dan dari memohon ampun kepada Tuhannya, kecuali keinginan menanti datangnya hukum Allah yang telah berlalu pada umat-umat yang dahulu atau datangnya azab atas mereka dengan nyata. ” QS. Al-Kahfi:55. Musahadi Ham dalam bukunya Evolusi Konsep Sunnah mengemukakan bahwa sunah merupakan tata cara atau praktik aktual yang dilakukan secara berulang- ulang sehingga mentradisi, sehingga dapat dikatakan bahwa sunah merupakan hukum tingkah laku. Tingkah laku yang dimaksud adalah tingkah laku dari para pelaku yang sadar, yang dapat “memiliki” aksi-aksi. Sebuah sunah tidak hanya merupakan sebuah hukum tingkah laku sebagaimana yang terdapat dalam benda-benda alam, tetapi juga merupakan sebuah hukum moral yang bersifat normatif. Artinya „keharusan‟ moral adalah sebuah unsur yang dapat dipisahkan dari pengertian sunah. Yusuf Qordowi dalam bukunya Al-Madkhal Lidirasatis Sunah An- Nabawiyyah yang diterjemahkan oleh A.Najiullah mengemukakan bahwa sunah merupakan kebiasaan atau cara yang baik atau buruk yang diikuti, di mana baik dan buruknya tersebut tergantung pada sifat atau peng-idhafatan penggabungan kata sunah dengan kata sesudahnya. 11 . 11 Sohari Sahrani, Ulumul Hadits Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, h. 4-5. Sunah bisa juga diartikan sebagai hal –hal yang datang dari Rasulullah SAW, baik berupa ucapan, perbuatan, maupun taqrir persetujuan. Sehingga dengan demikian maka as-sunnah itu pertama bisa berupa; as-sunnah al –qauliyah ucapan adalah hadis –hadis Rasulullah yang berupa ucapan di dalam berbagai tujuan dan permasalahan. Kedua, berupa as-sunnah al- fi’liyah perbuatan, yaitu perbuatan Rasulullah SAW. Seperti melakukan shalat wajib dengan tata caranya atau cara pelaksanaan ibadahnya. Ketiga, bisa berupa as-sunnah at-taqririyah persetujuan yaitu perbuatan para sahabat Nabi yang disetujui oleh beliau, baik berupa perbuatan sahabat ataupun ucapannya. Ungkapan persetujuan Nabi tidak mesti dengan penyataan secara lisan, tetapi dengan cara membiarkannya saja sudah dianggap persetujuan dan dapat juga dikatakan beliau tidak melarang dan tidak juga menganjurkan. 12 Yusuf Qardhawi mengungkapkan bahwa Rasulullah merupakan sumber hukum kedua bagi Islam setelah Al- Qur‟an. Al-Qur‟an merupakan undang-undang yang membuat pokok-pokok dan kaidah-kaidah mendasar bagi Islam, yang mencakup bidang akidah, ibadah, akhlak, muamalah, dan adab sopan santun. Sunah hadits merupakan penjelasan teoritis dan praktis bagi Al- Qur‟an. Oleh karena itu, kita harus mengikuti dan mengamalkan hukum-hukum dan pengarahan yang diberikan oleh sunah Rasulullah SAW, dan menaati perintah Rasulullah adalah wajib. Selain itu, hadits merupakan mubayyin penjelas bagi Al- 12 Persetujuan Nabi dengan membiarkannya seperti, dalam suatu jamuan makan, sahabat Khalid bin Walid menyajikan makanan daging biawak dan mempersilahkan kepada Nabi untuk menikmatinya bersama para undangan. Rasulullah SAW menjawab, Tidak maaf. Binatang ini tidak terdapat di kampung kaumku, aku jijik padanya Kata Khalid: Segera aku memotongnya dan memakannya, sedang Rasulullah saw. melihat kepadaku. HR Bukhari dan Muslim. Qur‟an, seseorang tidak akan bisa memahami Al-Qur‟an apabila tidak memahami dan menguasai hadis. Begitu juga menggunakan hadits tanpa Al- Qur‟an, akan kehilangan arah, karena Al- Qur‟an merupakan dasar hukum pertama yang di dalamnya berisi garis- garis besar syari‟at Islam. 13 Setiap kaum Muslimin dimanapun mereka berada akan selalu menyadari pentingnya al-sunnah dalam sistem keagamaanya. Sangat sulit untuk mengatakan adanya sebagian kaum muslim yang tidak mengakui eksistensi hadis sebagai rujukan hukum Islam. Bagaimana mungkin seseorang dapat melaksanakan shalat tanpa ada contoh fi’li Nabi dalam melaksanakan shalat. Sedangkan fi’li Nabi merupakan salah satu bentuk dari hadis. Al- Qur‟an memang memerintahkan shalat, tetapi Al-Qur‟an tidak menjelaskan bagaimana tata cara shalat. Dengan demikian Al- Qur‟an memiliki hubungan timbal balik yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. 14

C. Pesan Dakwah

1. Pengertian Pesan Dakwah

Pesan adalah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan ini merupakan seperangkat simbol baik verbal maupun non verbal yang mengandung perasaan, nilai, gagasan, yang dimaksud oleh sumber. Pesan yang dimaksud dalam komunikasi dakwah adalah sesuatu yang disampaikan da’i kepada mad’u. Dalam istilah komunikasi pesan juga disebut dengan message, 13 Sohari Sahrani, Ulumul Hadits Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, h.. 33. 14 Yusuf Saefullah dan Cecep Sumama, Pengantar Ilmu Hadits Bandung: Pustaka Bani Quraisy. 2004, h. 17. content, atau informasi. Pesan dakwah bisa disampaiakan dengan tatap muka atau dengan menggunakan sarana media. 15 Dakwah menurut etimologi atau bahasa, berasal dari bahasa Arab yaitu da’a-yad’u-da’watan, yang artinya mengajak, menyeru, memanggil. Warson Munawwir menyebutkan kata dakwah artinya adalah memanggil to call, mengundang to invite, mengajak to summom, menyeru to propose, mendorong to urge, dan memohon to pray. 16 Dakwah menurut terminologi atau istilah adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar dalam menyampaikan pesan-pesan agama Islam kepada orang lain agar mereka menerima ajaran Islam tersebut dan menjalankannya dengan baik dalam kehidupan individual maupun bermasyarakat untuk mencapai kebahagiaan manusia baik di dunia maupun di akhirat, dengan menggunakan media dan cara-cara tertentu. 17 Menurut M. Quraish Shihab dalam bukunya Membumikan Al- Qur’an, dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang 15 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, h. 97-98 16 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah Jakarta: AMZAH, 2009, h. 1. 17 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah Jakarta: AMZAH, 2009, h. 5. lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, Ia harus lebih berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek. 18 Berkenaan dengan aktivitas dakwah, pada hakikatnya dakwah itu ditujukan kepada makhluk manusia sebagai individu dan sebagai masyarakat. 19 Dakwah merupakan suatu kegiatan komunikasi massa Islam yang memiliki cirri khas dengan menyebarkan menyampaikan informasi kepada pendengar, pemirsa atau pembaca tentang perintah dan larangan Allah SWT Al- Qur‟an dan Hadis Nabi. Pada dasarnya agama sebagai kaidah dan sebagai perilaku adalah pesan informasi kepada warga masyarakat agar berperilaku sesuai dengan perintah dan larangan Tuhan. Hal itu berarti bahwa semua proses komunikasi Islami harus terikat pada norma-norma agama Islami. 20 Islam merupakan agama dakwah, yakni agama yang selalu mendorong penganutnya untuk selalu aktif melakukan kegiatan dakwah. Karena, maju mundurnya umat Islam sangat bergantung dan berkaitan dengan kegiatan dakwah yang dilakukannya. Di dalam Al- Qur‟an Allah menyebut kegiatan dakwah dengan Ahsanul Qoul. Dengan kata lain bisa disimpulkan bahwa dakwah menempati posisi yang tinggi dan mulia dalam kemajuan agama Islam. 21 Tanpa adanya dakwah Islam tidak mungkin bisa berkembang, karena dalam kehidupan Rasulullah sangat erat dengan kegiatan dakwah. Begitu juga yang dikembangkan oleh para sahabat, dan para penerus beliau. Pesan dakwah yang disampaikan da’i kepada mad’u menjadi suatu hal yang penting dalam berdakwah. Pesan dakwah menurut Mustofa Bisri dalam bukunya Saleh Ritual Saleh Sosial mengatakan bahwa pesan dakwah 18 Quraish Shihab, Membumikan Al- Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan masyarakat Bandung: Mizan, 2001, h. 194. 19 Hasanuddin Abu Bakar, Meningkatkan Mutu Da’wah Jakarta: Media Da‟wah, 1999, h. 1. 20 Andi Abdul Muis, Komunikasi Islam Bandung: PT Remaja Rosdakarya OFFSET, 2001, h. 5. 21 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011, h. 240.