Harborne, 1987; Bohm, 1998. Antosianin selalu terdapat sebagai glikosida dan bila antosianin dihidrolisis dengan asam akan terbentuk antosianidin yang
merupakan aglikon dari antosianin Robinson, 1995; Salisbury and Ross, 1995. Antosianin yang paling umum, yaitu sianidin yang berwarna merah lembayung
Harborne, 1987.
Antosianidin
5. Auron dan Kalkon
Auron dan kalkon merupakan pigmen kuning yang bila dideteksi dengan uap amonia akan menghasilkan warna jingga atau merah. Salah satu kalkon yang
umum, yaitu : butein, dan salah satu auron yang umum, yaitu : aureusidin. Keduanya terdapat di alam sebagai glikosida dan terdapat khas dalam suku
Compositae Harborne, 1987.
Auron Kalkon
2.3 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Senyawa
Universitas Sumatera Utara
aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Diketahuinya senyawa
aktif yang dikandung oleh simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. Simplisia yang lunak seperti rimpang dan daun mudah
diserap oleh pelarut, karena itu pada proses ekstraksi tidak perlu diserbuk sampai halus. Simplisia yang keras seperti biji, kulit kayu dan kulit akar susah diserap
oleh pelarut, karena itu perlu diserbuk sampai halus Ditjen POM, 2000. Metode ekstraksi menurut Ditjen POM 2000 ada beberapa cara, yaitu:
maserasi, perkolasi, refluks, sokletasi, digesti, infus dan dekok. 1. Maserasi
Maserasi adalah suatu cara penyarian simplisia dengan cara merendam simplisia tersebut dalam pelarut Syamsuni, 2006 dengan beberapa kali
pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar, sedangkan remaserasi adalah pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat
pertama dan seterusnya Ditjen POM, 2000. Keuntungan metode maserasi adalah prosedur dan peralatannya sederhana Agoes, 2007; Depkes, 1986.
2. Perkolasi Perkolasi adalah suatu cara penyarian simplisia menggunakan perkolator
dimana simplisianya terendam dalam pelarut yang selalu baru Syamsuni, 2006 dan umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Prosesnya terdiri dari tahapan
pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya penetesanpenampungan ekstrak terus-menerus sampai diperoleh ekstrak
perkolat Ditjen POM, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Keuntungan metode perkolasi adalah proses penarikan zat berkhasiat dari tumbuhan lebih sempurna, sedangkan kerugiannya adalah membutuhkan waktu
yang lama dan peralatan yang digunakan mahal Agoes, 2007. 3. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya dalam jangka waktu tertentu Ditjen POM, 2000 dimana pelarut akan
terkondensasi menuju pendingin dan kembali ke labu Mayo, et al., 1955; Landgrebe, 1982.
4. Sokletasi Sokletasi adalah ekstraksi kontinu menggunakan alat soklet Ditjen POM,
2000, dimana pelarut akan terkondensasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh membasahi sampel dan mengisi bagian tengah alat soklet. Tabung sifon juga
terisi dengan larutan ekstraksi dan ketika mencapai bagian atas tabung sifon, larutan tersebut akan kembali ke dalam labu Mayo, et al., 1955; Landgrebe,
1982. 5. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar Ditjen POM, 2000,
umumnya dilakukan pada suhu 40-60
o
C Syamsuni, 2006. 6. Infundasi
Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90
o
C selama 15-20 menit Ditjen POM, 2000; Syamsuni, 2006; Anief, 2000.
Universitas Sumatera Utara
7. Dekoktasi Dekoktasi adalah ekstraksi pada suhu 90
o
C- 98
o
C menggunakan pelarut air selama 30 menit Ditjen POM, 2000; Agoes, 2007.
2.4 Kromatografi Kertas