Penyebab-Penyebab Abortus Spontan di RSUP. H. Adam Malik Medan pada Tahun 2007-2009

(1)

PENYEBAB-PENYEBAB ABORTUS SPONTAN

DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2007-2009

OLEH:

DEBBY KARINA GIRSANG 070100352

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

PENYEBAB-PENYEBAB ABORTUS SPONTAN

DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2007-2009

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran

Oleh:

DEBBY KARINA GIRSANG NIM : 070100352

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Penyebab-Penyebab Abortus Spontan di RSUP. H. Adam Malik Medan pada Tahun 2007-2009

Nama : Debby Karina Girsang NIM : 070100352

Pembimbing Penguji I

(dr. Alfred C. Setyo, MSc, MHPE, Sp.F (K)) (dr. Johny Marpaung, Sp.OG) NIP 19450920 198003 1 001 NIP 19710224 200801 1 007

Penguji II

(dr. Hayu Lestari Haryono, Sp.OG) NIP 198001104 200312 2 002

Medan, 29 November 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH) NIP 19540220 198011 1 0


(4)

ABSTRAK

Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja atau dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab-penyebab abortus spontan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dari tahun 2007-2009.

Metode yang digunakan pada penelitian ini merupakan metode deskriptif yang bersifat retrospektif dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Sampel adalah seluruh ibu dengan abortus di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Medan periode Januari 2007 – April 2009 yang tercatat pada berkas rekam medis.

Dari hasil analisis diperoleh penyebab abortus dari faktor ibu yang diperoleh 72 orang (76,6%) penyebabnya pendarahan, 10 orang (10,6%) penyebabnya penyakit kronis, 1 orang (1,1%) penyebabnya infeksi akut, 5 orang (5,3%) penyebabnya trauma fisik, 2 orang (2,1%) penyebabnya kehamilan ektopik, dan dari faktor janin sebanyak 4 orang (4,3%) penyebabnya IUFD (IntraUterine Fetal Death).

Dinas kesehatan lebih menekankan kepada petugas kesehatan dalam pelaksanaan Antenatal Care (pemeriksaan kehamilan) agar dapat meningkatkan promosi, konseling dan penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan terutama pada awal kehamilan sebagai deteksi dini ibu hamil risiko tinggi dan tanda bahaya kehamilan dalam usaha menurunkan angka kejadian abortus.


(5)

ABSTRACT

Spontaneous abortion is the abortion that occurs by itself or without mechanical or medicinalis factors, solely due to natural factors. This study aims to determine the causes of spontaneous abortion at Haji Adam Malik General Hospital Medan from 2007-2009.

This is a descriptive study with retrospective approach. The samples are all recorded cases of women with abortion at Haji Adam Malik General Hospital Medan for the period January 2007 - April 2009.

The results of this study were obtained by analyzing the causes of abortion in pregnant women. Maternal factors were 76.6% bleeding, 10.6% chronic disease, 1.1% acute infection, 5.3% physical trauma, 2.1% ectopic pregnancy and fetal factors were 4.3% IUFD (Intra Uterine Fetal Death).

Health department is expected to put more emphasis on health workers in the implementation of Antenatal Care (ANC) in order to improve the promotion, counseling and health education to increase the knowledge of pregnant women about the importance of antenatal care, especially in early pregnancy. This is done as early detection of high risk pregnant women and danger signs of pregnancy in order to reduce the incidence of abortion.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Penyebab-Penyebab Abortus Spontan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2007-2009” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dukungan dan doa dari berbagai pihak, dalam kehormatan ini ucapan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada:

1. Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

2. dr. Alfred C. Satyo, MSc, MHPE, Sp.F (K) selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini yang selalu memberikan waktu untuk membimbing dan memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

3. dr. Jhonny Marpaung, Sp.OG dan dr. Hayu Lestari Haryono, Sp.OG selaku dosen penguji laporan karya tulis ilmiah penulis yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan karya tulis ilmiah penulis

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran kepada penulis selama mengikuti pendidikan

5. Orangtua tercinta Bapak A.N. Girsang, S.H. dan Ibu J.B.I. Hutapea yang selalu memberi semangat dan dukungan kepada penulis

6. Abang penulis dr. Andri Junico Girsang dan Adik penulis Gerhard Pardamean Girsang yang selalu member dukungan kepada penulis

7. Teman-teman penulis yaitu Mirhansyah, Fransisco, Eddy, Margareth, Katerin, Silvia, Elisyah, Dedy, Yohannes, Surya, dan teman-teman yang


(7)

telah membantu untuk menyumbangkan tenaga, ide, dan pikiran dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini

8. Teman terdekat penulis Aguan Sinabutar dan Shakira Girsang yang selama ini menjadi motivator bagi penulis dalam melaksanakan karya tulis ilmiah ini

9. Teman-teman di FK USU yang merupakan teman satu kelompok dalam pelaksanaan karya tulis ilmiah ini yaitu Joandrew, Cut Samira, dan Lily. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih atas semua dan apapun yang telah diberikan kepada Penulis. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu membalas semua kebaikan yang selama ini diberikan kepada penulis dan melimpahkan Rahmat-Nya.

Medan, 29 November 2010 Hormat Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 2

1.3.Tujuan Penelitian ... 3

1.4.Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Abortus ... 5

2.1.1 Definisi Abortus ... 5

2.1.2 Etiologi ... 5

2.1.3 Mekanisme Abortus ... 10

2.1.4 Klasifikasi Abortus ... 11

2.2 Abortus Spontan ... 12

2.2.1 Pengertian ... 12

2.2.2 Gejala-Gejala ... 12

2.2.3 Diagnosis ... 13

2.2.4 Komplikasi ... 15

2.2.6 Prognosis ... 15


(9)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 19

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 19

3.2 Definisi Operasional ... 19

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 21

4.1 Rancangan Penelitian ... 21

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 21

4.5 Metode Analisis Data ... 22

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 23

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 23

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel ... 23

5.1.2.1 Deskripsi Sampel Berdasarkan Penyebabnya ... 24

5.1.2.2 Deskripsi Sampel Berdasarkan Usia ... 24

5.1.2.3 Deskripsi Sampel Berdasarkan Usia Kehamilan ... 25

5.1.2.4 Deskripsi Sampel Berdasarkan Paritas ... 25

5.1.2.5 Deskripsi Sampel Berdasarkan Riwayat Abortus ... 25

5.2 Pembahasan ... 26

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 28

6.2 Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

5.1 Distribusi Penyebab-Penyebab Ibu Abortus Spontan di RSUP

Haji Adam Malik Medan dari Tahun 2007-2009 23 5.2 Distribusi Usia Ibu Abortus Spontan di RSUP. Haji

Adam Malik Medan dari Tahun 2007-2009 23

5.3 Distribusi Ibu Abortus Spontan Berdasarkan Usia Kehamilan

di RSUP. Haji Adam Malik Medan dari Tahun 2007-2009 24 5.4 Distribusi Ibu Abortus Spontan Berdasarkan Paritas di RSUP

Haji Adam Malik Medan dari Tahun 2007-2009 24 5.5 Distribusi Ibu Abortus Spontan Berdasarkan Riwayat Abortus


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

Lampiran 3. Surat Izin Melakukan Penelitian di RSUP. H. Adam Malik Medan

Lampiran 4. Ethical Clearence

Lampiran 5. Data Induk (Master Data)


(13)

ABSTRAK

Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja atau dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab-penyebab abortus spontan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dari tahun 2007-2009.

Metode yang digunakan pada penelitian ini merupakan metode deskriptif yang bersifat retrospektif dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Sampel adalah seluruh ibu dengan abortus di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Medan periode Januari 2007 – April 2009 yang tercatat pada berkas rekam medis.

Dari hasil analisis diperoleh penyebab abortus dari faktor ibu yang diperoleh 72 orang (76,6%) penyebabnya pendarahan, 10 orang (10,6%) penyebabnya penyakit kronis, 1 orang (1,1%) penyebabnya infeksi akut, 5 orang (5,3%) penyebabnya trauma fisik, 2 orang (2,1%) penyebabnya kehamilan ektopik, dan dari faktor janin sebanyak 4 orang (4,3%) penyebabnya IUFD (IntraUterine Fetal Death).

Dinas kesehatan lebih menekankan kepada petugas kesehatan dalam pelaksanaan Antenatal Care (pemeriksaan kehamilan) agar dapat meningkatkan promosi, konseling dan penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan terutama pada awal kehamilan sebagai deteksi dini ibu hamil risiko tinggi dan tanda bahaya kehamilan dalam usaha menurunkan angka kejadian abortus.


(14)

ABSTRACT

Spontaneous abortion is the abortion that occurs by itself or without mechanical or medicinalis factors, solely due to natural factors. This study aims to determine the causes of spontaneous abortion at Haji Adam Malik General Hospital Medan from 2007-2009.

This is a descriptive study with retrospective approach. The samples are all recorded cases of women with abortion at Haji Adam Malik General Hospital Medan for the period January 2007 - April 2009.

The results of this study were obtained by analyzing the causes of abortion in pregnant women. Maternal factors were 76.6% bleeding, 10.6% chronic disease, 1.1% acute infection, 5.3% physical trauma, 2.1% ectopic pregnancy and fetal factors were 4.3% IUFD (Intra Uterine Fetal Death).

Health department is expected to put more emphasis on health workers in the implementation of Antenatal Care (ANC) in order to improve the promotion, counseling and health education to increase the knowledge of pregnant women about the importance of antenatal care, especially in early pregnancy. This is done as early detection of high risk pregnant women and danger signs of pregnancy in order to reduce the incidence of abortion.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak lama diketahui bahwa abortus spontan hanyalah sebagian kecil dari seluruh kejadian abortus. Bagian terbesar adalah abortus buatan yang dilakukan dengan sengaja akibat kehamilan yang tidak diingini. Dari hasil World Fertility Survey tahun 1987, diketahui bahwa di seluruh dunia ada sekitar 300 juta pasangan usia subur yang tidak ingin mempunyai anak lagi, tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun. Mereka adalah kelompok yang sangat berisiko untuk mengalami kehamilan yang tidak diingini. Keadaan seperti ini paling mencolok ditemukan di negara-negara di Afrika, Asia, dan Amerika latin, yang tingkat ketersediaan fasilitas pelayanan jasa aborsinya sangat rendah. Program keluarga berencana di Afrika, Asia, dan Amerika latin secara berturut-turut hanya mampu mencakup 23%, 43%, dan 57% dari para pasangan yang tidak menginginkan anak tersebut (WHO, 1995).

Pada tahun 2000 di Indonesia diperkirakan sekitar dua juta aborsi terjadi. Salah satu alasan yang sering diungkapkan oleh perempuan yang mengupayakan aborsi adalah bahwa mereka sudah mencapai jumlah anak yang diinginkan (Sedgh G. dan Ball H., 2008).

Aborsi yang tidak aman adalah penghentian kehamilan yang tidak diinginkan yang dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih, atau tidak mengikuti prosedur kesehatan atau kedua-duanya (Definisi WHO). Dari 46 juta aborsi / tahun, 20 juta dilakukan dengan tidak aman, 800 wanita diantaranya meninggal karena komplikasi aborsi tidak aman dan sekurangnya 13 persen kontribusi Angka Kematian Ibu Global (AGI, 1997; WHO 1998a; AGI, 1999).

Frekuensi kehamilan yang tidak diingini yang tinggi itu dipastikan akan meningkatkan kebutuhan jasa pelayanan abortus. Menurut badan kesehatan dunia (WHO), di seluruh dunia, setiap tahun diperkirakan sekitar 40-60 juta ibu yang tidak menginginkan kehamilannya melakukan aborsi. Setiap tahun, sekitar


(16)

500.000 ibu mengalami kematian yang disebabkan oleh kehamilan dan persalinan. Sekitar 30-50% di antaranya meninggal akibat komplikasi abortus yang tidak aman. Yang lebih memprihatinkan lagi, sekitar 90% dari kematian tersebut terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia, yang jumlah dan penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan profesionalnya masih relatif kecil dan tidak merata (Ericca, 1997).

Jatipura dkk memperoleh 31,4% abortus per 100 kehamilan di RSCM selama 1972-1975. Budi Utomo dkk memperhitungkan angka abortus spontan menurut WHO (15-20 per 100 kehamilan), dan menyimpulkan bahwa kira-kira separuh dari abortus tersebut adalah provokatus (Budiyanto dkk, 1997).

Knight menyatakan bahwa abortus buatan terjadi kira-kira 40% dari seluruh abortus, meskipun angka tersebut sebenarnya bervariasi (Budiyanto dkk, 1997).

Angka Kejadian Abortus sulit ditentukan karena abortus buatan banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila telah terjadi komplikasi. Abortus spontan dan tidak jelas umur kehamilannya, hanya sedikit memberi gejala atau tanda sehingga ibu biasanya tidak melapor atau berobat. Sementara itu, dari kejadian yang diketahui, 15-20% merupakan abortus spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang mencoba hamil akan mengalami 2 keguguran yang berurutan, dan sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran yang berurutan (Hadijanto, 2008).

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “ Penyebab-Penyebab Abortus Spontan” ini.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana penyebab dari abortus spontan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dari tahun 2007-2009.


(17)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum :

Untuk mengetahui penyebab terjadinya abortus spontan.

1.3.2. Tujuan khusus :

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui penyebab abortus spontan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.

2. Untuk mengetahui karakteristik abortus spontan berdasarkan usia ibu.

3. Untuk mengetahui karakteristik abortus spontan berdasarkan usia kehamilan.

4. Untuk mengetahui katakteristik abortus spontan berdasarkan paritas.

5. Untuk mengetahui karakterisik abortus spontan berdasarkan riwayat abortus.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1. Bagi peneliti

a. Mengaplikasikan pengetahuan medik yang telah diperoleh.

b. Untuk kepentingan tugas akhir CRP sebagai salah satu syarat kelulusan.

c. Mengembangkan minat, daya pikir dan kemampuan untuk melakukan penelitian di bidang kesehatan.

d. Melatih kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat. 2. Bagi Perguruan Tinggi

a. Realisasi tridarma perguruan tinggi dalam melaksanakan fungsinya sebagai lembaga penyelenggara pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.


(18)

b. Meningkatkan kerja sama yang harmonis antara mahasiswa dan staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

c. Membangun citra dan kerja sama antara Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

3. Bagi Masyarakat

Agar masyarakat dapat mengetahui penyebab-penyebab yang dapat menimbulkan abortus spontan.

4. Bagi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Untuk mengetahui angka kejadian abortus spontan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Abortus

2.1.1 Pengertian Abortus

Pengguguran kandungan atau aborsi atau abortus menurut:

a) Medis : abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin mampu bertahan hidup pada usia kehamilan sebelum 20 minggu didasarkan pada tanggal hari pertama haid normal terakhir atau berat janin kurang dari 500 gram ( Obstetri Williams, 2006).

b) Kamus Besar Bahasa Indonesia : terjadi keguguran janin, melakukan abortus (dengan sengaja karena tidak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu).

c) Keguguran adalah pegeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (Rustam Muchtar, 1998).

d) Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di luar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu (Sarwono, 2005).

2.1.2 Etiologi

Abortus yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan umumnya disebabkan oleh faktor ovofetal, pada minggu-minggu berikutnya (11 – 12 minggu), abortus yang terjadi disebabkan oleh faktor maternal (Sayidun, 2001). Faktor ovofetal :

Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa pada 70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi malformasi pada tubuh janin. Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar


(20)

belakang kejadian abortus adalah kelainan chromosomal. Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan implantasi dengan adekuat.

Faktor maternal :

Sebanyak 2% peristiwa abortus disebabkan oleh adanya penyakit sistemik maternal (systemic lupus erythematosis) dan infeksi sistemik maternal tertentu lainnya. 8% peristiwa abortus berkaitan dengan abnormalitas uterus ( kelainan uterus kongenital, mioma uteri submukosa, inkompetensia servik). Terdapat dugaan bahwa masalah psikologis memiliki peranan pula dengan kejadian abortus meskipun sulit untuk dibuktikan atau dilakukan penilaian lanjutan.

Penyebab abortus dapat dibagi menjadi 3 faktor yaitu: 1. Faktor janin

Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, dan ini terjadi pada 50%-60% kasus keguguran.

2. Faktor ibu:

a. Kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan tiroid, kencing manis. b. Faktor kekebalan (imunologi), misalnya pada penyakit lupus, Anti

phospholipid syndrome.

c. Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak jerman, toksoplasma , herpes, klamidia.

d. Kelemahan otot leher rahim e. Kelainan bentuk rahim.

3. Faktor Ayah: kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat menyebabkan abortus.

Selain 3 faktor di atas, faktor penyebab lain dari kehamilan abortus adalah: 1. Faktor genetik

Sekitar 5 % abortus terjadi karena faktor genetik. Paling sering ditemukannya kromosom trisomi dengan trisomi 16.

Penyebab yang paling sering menimbulkan abortus spontan adalah abnormalitas kromosom pada janin. Lebih dari 60% abortus spontan yang terjadi pada trimester pertama menunjukkan beberapa tipe abnormalitas genetik.


(21)

Abnormalitas genetik yang paling sering terjadi adalah aneuploidi (abnormalitas komposisi kromosom) contohnya trisomi autosom yang menyebabkan lebih dari 50% abortus spontan. Poliploidi menyebabkan sekitar 22% dari abortus spontan yang terjadi akibat kelainan kromosom.

Sekitar 3-5% pasangan yang memiliki riwayat abortus spontan yang berulang salah satu dari pasangan tersebut membawa sifat kromosom yang abnormal. Identifikasi dapat dilakukan dengan pemeriksaan kariotipe dimana bahan pemeriksaan diambil dari darah tepi pasangan tersebut. Tetapi tentunya pemeriksaan ini belum berkembang di Indonesiadan biayanya cukup tinggi.

2. Faktor anatomi

Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10-15 % wanita dengan abortus spontan yang rekuren.

1) Lesi anatomi kogenital yaitu kelainan duktus Mullerian (uterus bersepta). Duktus mullerian biasanya ditemukan pada keguguran trimester kedua.

2) Kelainan kogenital arteri uterina yang membahayakan aliran darah endometrium.

3) Kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterin (synechia), leimioma, dan endometriosis.

Abnormalitas anatomi maternal yang dihubungkan dengan kejadian abortus spontan yang berulang termasuk inkompetensi serviks, kongenital dan defek uterus yang didapatkan (acquired). Malformasi kongenital termasuk fusi duktus Mulleri yang inkomplit yang dapat menyebabkan uterus unikornus, bikornus atau uterus ganda. Defek pada uterus yang acquired yang sering dihubungkan dengan kejadian abortus spontan berulang termasuk perlengketan uterus atau sinekia dan leiomioma. Adanya kelainan anatomis ini dapat diketahui dari pemeriksaan ultrasonografi (USG), histerosalfingografi (HSG), histeroskopi dan laparoskopi (prosedur diagnostik).

Pemeriksaan yang dapat dianjurkan kepada pasien ini adalah pemeriksaan USG dan HSG. Dari pemeriksaan USG sekaligus juga dapat mengetahui adanya suatu mioma terutama jenis submukosa. Mioma submukosa merupakan salah satu faktor mekanik yang dapat mengganggu implantasi hasil konsepsi. Jika terbukti adanya


(22)

mioma pada pasien ini maka perlu dieksplorasi lebih jauh mengenai keluhan dan harus dipastikan apakah mioma ini berhubungan langsung dengan adanya ROB pada pasien ini. Hal ini penting karena mioma yang mengganggu mutlak dilakukan operasi.

3. Faktor endokrin:

a. Faktor endokrin berpotensial menyebabkan aborsi pada sekitar 10-20 % kasus.

b. Insufisiensi fase luteal ( fungsi corpus luteum yang abnormal dengan tidak cukupnya produksi progesteron).

c. Hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, diabetes dan sindrom polikistik ovarium merupakan faktor kontribusi pada keguguran.

Kenaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidismus, diabetes melitus dan defisisensi progesteron. Hipotiroidismus tampaknya tidak berkaitan dengan kenaikan insiden abortus (Sutherland dkk, 1981). Pengendalian glukosa yang tidak adekuat dapat menaikkan insiden abortus (Sutherland dan Pritchard, 1986). Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut dari korpus luteum atau plasenta, mempunyai kaitan dengan kenaikan insiden abortus. Karena progesteron berfungsi mempertahankan desidua, defisiensi hormon tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan demikian turut berperan dalam peristiwa kematiannya.

4. Faktor infeksi

Infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh TORC (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus) dan malaria. Infeksi intrauterin sering dihubungkan dengan abortus spontan berulang. Organisme-organisme yang sering diduga sebagai penyebab antara lain Chlamydia, Ureaplasma, Mycoplasma, Cytomegalovirus, Listeria monocytogenes dan Toxoplasma gondii. Infeksi aktif yang menyebabkan abortus spontan berulang masih belum dapat dibuktikan. Namun untuk lebih memastikan penyebab, dapat dilakukan pemeriksaan kultur yang bahannya diambil dari cairan pada servikal dan endometrial.


(23)

5. Faktor imunologi

Terdapat antibodikardiolipid yang mengakibatkan pembekuan darah dibelakang ari-ari sehingga mengakibatkan kematian janin karena kurangnya aliran darah dari ari-ari tersebut.

Faktor imunologis yang telah terbukti signifikan dapat menyebabkan abortus spontan yang berulang antara lain: antibodi antinuklear, antikoagulan lupus dan antibodi cardiolipin. Adanya penanda ini meskipun gejala klinis tidak tampak dapat menyebabkan abortus spontan yang berulang. Inkompatibilitas golongan darah A, B, O, dengan reaksi antigen antibodi dapat menyebabkan abortus berulang, karena pelepasan histamin mengakibatkan vasodilatasi dan peningkatan fragilitas kapiler.

6. Penyakit-penyakit kronis yang melemahkan

Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan keadaan ibu, misalnya penyakit tuberkulosis atau karsinomatosis jarang menyebabkan abortus; sebaliknya pasien penyakit tersebut sering meninggal dunia tanpa melahirkan. Adanya penyakit kronis (diabetes melitus, hipertensi kronis, penyakit liver/ ginjal kronis) dapat diketahui lebih mendalam melalui anamnesa yang baik. Penting juga diketahui bagaimana perjalanan penyakitnya jika memang pernah menderita infeksi berat, seperti apakah telah diterapi dengan tepat dan adekuat. Untuk eksplorasi kausa, dapat dikerjakan beberapa pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan gula darah, tes fungsi hati dan tes fungsi ginjal untuk menilai apakah ada gangguan fungsi hepar dan ginjal atau diabetes melitus yang kemudian dapat menimbulkan gangguan pada kehamilan seperti persalinan prematur.

7. Faktor Nutrisi

Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar menjadi predisposisi abortus. Meskipun demikian, belum ditemukan bukti yang menyatakan bahwa defisisensi salah satu/ semua nutrien dalam makanan merupakan suatu penyebab abortus yang penting.


(24)

8. Obat-obat rekreasional dan toksin lingkungan.

Peranan penggunaan obat-obatan rekreasional tertentu yang dianggap teratogenik harus dicari dari anamnesa seperti tembakau dan alkohol, yang berperan karena jika ada mungkin hal ini merupakan salah satu yang berperan. 9. Faktor psikologis.

Dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus yang berulang dengan keadaan mental akan tetapi belum dapat dijelaskan sebabnya. Yang peka terhadap terjadinya abortus ialah wanita yang belum matang secara emosional dan sangat penting dalam menyelamatkan kehamilan. Usaha-usaha dokter untuk mendapat kepercayaan pasien, dan menerangkan segala sesuatu kepadanya, sangat membantu.

Pada penderita ini, penyebab yang menetap pada terjadinya abortus spontan yang berulang masih belum dapat dipastikan. Akan lebih baik bagi penderita untuk melakukan pemeriksaan lengkap dalam usaha mencari kelainan yang mungkin menyebabkan abortus yang berulang tersebut, sebelum penderita hamil guna mempersiapkan kehamilan yang berikutnya.

2.1.3 Mekanisme Abortus

Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali proses abortus. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto , meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.

Pada kehamilan 8 – 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak. Pada


(25)

kehamilan minggu ke 14 – 22, Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol. Dari penjelasan di atas jelas bahwa abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas beragam (Prawirohardjo, 2002).

2.1.4 Klasifikasi Abortus

Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu: Menurut terjadinya dibedakan atas:

1. Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja atau dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.

2. Abortus provokatus (induksi abortus) adalah abortus yang disengaja tanpa indikasi medis, baik dengan memakai obat-obatan maupun dengan alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi:

1) Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.

2) Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional. Pembagian abortus secara klinis adalah sebagai berikut :

1. Abortus Iminens merupakan tingkat permulaan dan ancaman terjadinya abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.

2. Abortus Insipiens adalah abortus yang sedang mengancam ditandai dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.


(26)

3. Abortus Inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal.

4. Abortus Kompletus adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. 5. Missed Abortion adalah abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah

meninggal dalam kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.

6. Abortus Habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut.

7. Abortus Infeksious ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia. 8. Abortus Terapeutik adalah abortus dengan induksi medis (Prawirohardjo,

2009).

2.2 Abortus Spontan 2.2.1 Pengertian

Abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas digunakan adalah keguguran (miscarriage) (Cunningham, 2000).

Keguguran adalah setiap kehamilan yang berakhir secara spontan sebelum janin dapat bertahan. Sebuah keguguran secara medis disebut sebagai aborsi spontan. WHO mendefenisikan tidak dapat bertahan hidup sebagai embrio atau janin seberat 500 gram atau kurang, yang biasanya sesuai dengan usia janin (usia kehamilan) dari 20 hingga 22 minggu atau kurang.

2.2.2 Gejala-Gejala Abortus Spontan

Adapun gejala-gejala dari abortus spontan sebagai berikut:

1. Pendarahan mungkin hanya bercak sedikit, atau bisa cukup parah. Dokter akan bertanya tentang berapa banyak pendarahan yang terjadi-biasanya jumlah pembalut yang telah dipakai selama pendarahan. Anda juga akan


(27)

ditanya tentang apapun.

2. Nyeri dan kram terjadi di perut bagian bawah. Mereka hanya satu sisi, kedua sisi, atau di tengah. Rasa sakit juga dapat masuk ke punggung bawah, bokong, dan alat kelamin.

3. Anda mungkin tidak lagi memiliki tanda-tanda kehamilan seperti keguguran (Vicken Sepilian, 2007).

2.2.3 Diagnosis Abortus Spontan 1. Anamnesis

a. Adanya amenore pada masa reproduksi.

b. Perdarahan pervaginam disertai jaringan hasil konsepsi. c. Rasa sakit atau keram perut di daerah atas simpisis. 2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan panggul. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat apakah leher rahim sudah mulai membesar.

3. Pemeriksaan penunjang:

a) Pemeriksaan USG (Ultrasonografi). Hal ini membantu dokter untuk memeriksa detak jantung janin dan menentukan apakah embrio berkembang normal.

b) Pemeriksaan darah. Jika mengalami keguguran, pengukuran hormon kehamilan, HCG beta, kadang-kadang bisa berguna dalam menentukan apakah Anda telah benar-benar melewati semua jaringan plasenta.

c) Pemeriksaan jaringan. Jika telah melewati jaringan, dapat dikirim ke laboratorium untuk mengkonfirmasi bahwa keguguran telah terjadi - dan bahwa gejala tidak berhubungan dengan penyebab lain dari perdarahan kehamilan (Vicken Sepilian, 2007).


(28)

Aspek klinis abortus spontan dibagi menjadi lima subkelompok, yaitu:

a) Threatened Miscarriage (Abortus Iminens). Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dan beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis; nyeti dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul; atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis.

b) Inevitable Miscarriage (Abortus Tidak Terhindarkan). Abortus tidak terhindarkan (inevitable) ditandai oleh pecah ketuban yang nyata disertai pembukaan serviks.

c) Incomplete Miscarriage (Abortus tidak lengkap). Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan plasenta biasanya keluar bersama-sama, tetapi setelah waktu ini keluar secara terpisah. Apabila seluruh atau sebagian plasenta tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkomplet.

d) Missed Abortion. Hal ini didefenisikan sebagai retensi produk konsepsi yang telah meninggal in utero selama beberapa minggu. Setelah janin meninggal, mungkin terjadi perdarahan per vaginam atau gejala lain yang mengisyaratkan abortus iminens, mungkin juga tidak. Uterus tampaknya tidak mengalami perubahan ukuran, tetapi perubahan-perubahan pada payudara biasanya kembali seperti semula.

e) Recurrent Miscarriage (Abortus Berulang). Keadaan ini didefinisikan menurut berbagai kriteria jumlah dan urutan, tetapi definisi yang paling luas diterima adalah abortus spontan berturut-turut selama tiga kali atau lebih (Cunningham, 2000).


(29)

2.2.4 Komplikasi Abortus Spontan

Komplikasi yang mungkin timbul (Budiyanto dkk, 1997) adalah:

a. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal, diatesa hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan, dapat pula timbul lama setelah tindakan.

b. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat mengakibatkan kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah seluruh pemeriksaan dilakukan tanpa membawa hasil.

Harus diingat kemungkinan adanya emboli cairan amnion, sehingga pemeriksaan histologik harus dilakukan dengan teliti.

c. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara masuk ke dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama sistem vena di endometrium dalam keadaan terbuka.

Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak menyebabkan kematian, sedangkan dalam jumlah 70-100 ml dilaporkan sudah dapat memastikan dengan segera. d. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan

tanpa anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini dapat terjadi akibat alat yang digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang terlalu panas atau terlalu dingin.

e. Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal seperti KmnO4 pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat dapat mengakibatkan cedera yang hebat atau kematian. Demikian pula obat-obatan seperti kina atau logam berat.

Pemeriksaan adanya Met-Hb, pemeriksaan histologik dan toksikolgik sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis.

f. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi memerlukan waktu.

g. Lain-lain seperti tersengat arus listrik saat melakukan abortus dengan menggunakan pengaliran arus listrik.


(30)

2.2.5 Prognosis Abortus Spontan

Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan sebelumnya (Manuaba, 1998).

1. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abotus yang rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %.

2. Pada wanita keguguran dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan keberhasilan kehamilan sekitar 40-80 %.

3. Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi spontan yang tidak jelas.

2.2.6 Penatalaksanaan Abortus Spontan

1. Memperbaiki keadaan umum. Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup.

2. Pemberian antibiotika yang cukup tepat yaitu suntikan penisilin 1 juta satuan tiap 6 jam, suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam, atau antibiotika spektrum luas lainnya.

3. 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat bila terjadi perdarahan yang banyak, lakukan dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi.

4. Pemberian infus dan antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan penderita.

Semua pasien abortus disuntik vaksin serap tetanus 0,5 cc IM. Umumnya setelah tindakan kuretase pasien abortus dapat segera pulang ke rumah. Kecuali bila ada komplikasi seperti perdarahan banyak yang menyebabkan anemia berat atau infeksi.2 Pasien dianjurkan istirahat selama 1 sampai 2 hari. Pasien dianjurkan kembali ke dokter bila pasien mengalami kram demam yang memburuk atau nyeri setelah perdarahan baru yang ringan atau gejala yang lebih berat.13 Tujuan perawatan untuk mengatasi anemia dan infeksi. Sebelum


(31)

dilakukan kuretase keluarga terdekat pasien menandatangani surat persetujuan tindakan (Maureen, 2002).

Terdapat berbagai metode bedah dan medis untuk mengobati abortus spontan serta terminasi yang dilakukan pada keadaan lain, dan hal ini diringkas sebagai berikut (Kenneth dkk, 2003):

Dilatasi serviks diikuti oleh evakuasi uterus Kuretase

Aspirasi vakum (kuretase isap) Dilatasi dan evakuasi (D&E) Dilatasi dan Curretase (D&C) Aspirasi haid

Laparatomi Histerotomi Histerektomi Teknik Medis Oksitosin intravena

Cairan hiperosmotik intraamnion Salin 20%

Urea 30%

Prostaglandin E2, F2α, dan analognya Injeksi intraamnion

Injeksi ekstraovular Insersi vagina Injeksi parenteral Ingesti oral

Antiprogesteron─RU 486 (mifepriston) dan epostan Berbagai kombinasi dari di atas.


(32)

Dilatasi dan Kuretase

Aborsi bedah sebelum 14 minggu dilakukan mula-mula dengan membuka serviks, kemudian mengeluarkan kehamilan dengan secara mekanis mengerok keluar isi uterus (kuretase tajam), dengan aspirasi vakum (kuretase isap), atau keduanya. Setelah 16 minggu, dilakukan dilatasi dan evakuasi (D&E). Tindakan ini berupa pembukaan seviks secara lebar diikuti oleh dekstruksi mekanis dan evakuasi bagian janin. Setelah janin dikeluarkan secara lengkap maka digunakan kuret vakum berlubang besar untuk mengeluarkan plasenta dan jaringan yang tersisa. Dilatasi dan Curretase (D&C) serupa dengan D&E kecuali pada D&C, bahwa sebagian dari janin mula-mula dikuretase melalui serviks yang telah membuka untuk mempermudah tindakan.

Dilator Higroskopik

Batang laminaria sering digunakan untuk membantu membuka serviks sebelum aborsi bedah. Alat ini menarik air dari jaringan serviks sehingga serviks melunak dan membuka. Dilator higroskopik sintetik juga dapat digunakan. Lamicel adalah suatu spons polimer alkohol polivinil yang mengandung magnesium sulfat anhidrosa. Trauma akibat dilatasi mekanis dapat diperkecil dengan menggunakan dilator higroskopik. Wanita yang sudah dipasangi dilator osmotik sebelum suatu aborsi elektif, tetapi kemudian berubah pikiran umumnya tidak menderita morbiditas infeksi setelah dilator dikeluarkan.


(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 1 3.2 Definisi Operasional

Sesuai dengan masalah, tujuan, dan model penelitian, maka yang menjadi variabel dalam penelitian beserta dengan definisi operasionalnya masing-masing sesuai dengan yang dicatat oleh petugas rumah sakit sebagai berikut :

1. Abortus spontan : yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja atau dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.

2. Faktor Janin : faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, dan ini terjadi pada 50%-60% kasus keguguran.

3. Faktor ibu:

a. Kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan tiroid, kencing manis. 1. Faktor Janin 2. Faktor Ibu 3. Faktor Ayah 4. Usia kehamilan Apa penyebabnya?

Abortus Spontan


(34)

b. Faktor kekebalan (imunologi), misalnya pada penyakit lupus, Anti phospholipid syndrome.

c. Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak jerman, toksoplasma , herpes, klamidia.

d. Kelemahan otot leher rahim e. Kelainan bentuk rahim.

4. Faktor Ayah : kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat menyebabkan abortus.

5. Usia kehamilan : adalah usia kandungan saat dilakukan penghentian kehamilan pada kartu status rekam medik. Usia kehamilan ini akan dikategorikan menjadi 3 yaitu:

a. Trimester pertama : kurang dari 12 minggu b. Trimester kedua : 12 minggu sampai 24 minggu c. Trimester ketiga : lebih dari 24 minggu.


(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian jenis deskriptif yang bersifat retrospektif dari tahun 2007-2009.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUP. H. Adam Malik Medan. Waktu penelitian dilakukan dari dimulainya pembuatan proposal sampai hasil penelitian yakni dari awal Februari 2010 sampai Desember 2010. Data yang diambil dari rekam medik periode 1 Januari 2007 – 31 Desember 2009.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua ibu hamil mengalami abortus spontan dirawat inap di RSUP. H. Adam Malik Medan, dari tahun 2007-2009.

4.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah seluruh populasi, yaitu ibu hamil yang mengalami abortus spontan dirawat inap di RSUP. H. Adam Malik Medan, dari tahun 2007-2009.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan melihat semua kartu status (rekam medik) ibu hamil yang mengalami abortus spontan yang dirawat inap yang berasal dari medical record di RSUP. H. Adam Malik Medan, dari tahun 2007-2009.


(36)

Semua kartu status ibu hamil yang melakukan abortus spontan dikumpulkan dan dilakukan pencatatan/ tabulasi sesuai dengan jenis variabel yang akan diteliti.

4.5 Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan, diolah dengan menggunakan bantuan SPSS ver.17 (Statistical Package for the Social Science version 17), dan kemudian di analisa secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi dan dilakukan pembahasan sesuai dengan pustaka yang ada.


(37)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau no. 17, kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 355/ Menkes/ SK/ VII/ 1990. RSUP Haji Adam Malik Medan telah meiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991tanggal 6 September 1991, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

RSUP H. Adam Malik Medan memiliki 1.995 orang tenaga yang terdiri 790 orang tenaga medis dari berbagai spesialisasi dan sub spesialisasi, 604 orang paramedic perawatan, 298 orang paramedic non perawatan dan 263 tenaga non medis serta ditambah dengan Dokter Brgade Siaga Bencana (BSB) sebanyak 8 orang.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel

Sampel yang diperoleh selama periode Januari 2007 sampai Desember 2009 sebanyak 94 sampel. Semua data diperoleh dari data sekunder yatu rekam medis pasien yang mengalami abortus.

5.1.2.1 Deskripsi Sampel Berdasarkan Penyebabnya

Dari tabel 5.1, mendeskripsikan penyebab abortus ibu hamil dari 94 orang, sebesar penyebab abortus terdiri atas 72 orang (76,6%) penyebabnya pendarahan,


(38)

10 orang (10,6%) penyebabnya penyakit kronis, 1 orang (1,1%) penyebabnya infeksi akut, 5 orang (5,3%) penyebabnya trauma fisik, 2 orang (2,1%) penyebabnya kehamilan ektopik, dan dari faktor janin sebanyak 4 orang (4,3%) penyebabnya IUFD (IntraUterine Fetal Death).

.

Tabel 5.1 Distribusi Penyebab- Ibu Abortus Spontan di RSUP. Haji Adam Malik Medan dari Tahun 2007-2009

Frekuensi Persentase

Penyebab Abortus Spontan

1. Pendarahan 72 76,6

2. Penyakit Kronis 10 10,6

3. Infeksi Akut 1 1,1

4. Trauma Fisik 5 5,3

5. Kehamilan Ektopik 2 2,1

6. IUFD 4 4,3

TOTAL 94 100

5.1.2.2 Deskripsi Sampel Berdasarkan Usia

Dari tabel 5.2, diperoleh data usia ibu abortus banyak dijumpai pada kelompok umur 20-35 tahun sebanyak 59 orang (62,8%), sedangkan yang paling sedikit adalah ibu dari kelompok usia < 20 tahun sebanyak 2 orang (2,1%). Kelompok usia yang paling muda adalah < 20 tahun dan yang paling tua adalah > 35 tahun.

Tabel 5.2 Distribusi Usia Ibu Abortus Spontan di RSUP. Haji Adam Malik Medan dari Tahun 2007-2009

No Kelompok Usia (tahun) Frekuensi Persentase (%)

1 < 20 2 2,1

2 20-35 59 62,8

3 > 35 33 35,1


(39)

5.1.2.3 Deskripsi Sampel Berdasarkan Usia Kehamilan

Dari tabel 5.3, dapat dilihat bahwa usia kehamilan ibu abortus paling banyak pada kelompok usia trimester pertama sebanyak 59 orang (62,8%) dan paling sedikit pada kelompok usia trimester ketiga sebanyak 3 orang (3,2%).

Tabel 5.3 Distribusi Ibu Abortus Spontan Berdasarkan Usia Kehamilan di RSUP. Haji Adam Malik Medan dari Tahun 2007-2009

No Kelompok Usia Kehamilan Frekuensi Persentase (%)

1 Trimester 1 (< 12 minggu) 59 62,8

2 Trimester 2 (12-24 minggu) 32 34

3 Trimester 3 (> 24 minggu) 3 3,2

TOTAL 94 100

5.1.2.4 Deskripsi Sampel Berdasarkan Paritas

Tabel 5.4, mendeskripsikan distribusi paritas ibu abortus yang terdiri dari 47orang (50%) primipara, 40 orang (42,6%) multipara, dan 7 orang (7,4%) grandemultipara.

Tabel 5.4 Distribusi Ibu Abortus Spontan Berdasarkan Paritas di RSUP. Haji Adam Malik Medan dari Tahun 2007-2009

No Paritas Frekuensi Persentase (%)

1 Primipara (lahir 1 kali) 47 50

2 Multipara (lahir 2-4 kali) 40 42,6

3 Grandemultipara (>5 kali) 7 7,4

TOTAL 94 100

5.1.2.5 Deskripsi Sampel Berdasarkan Riwayat Abortus

Tabel 5.5 Distribusi Ibu Abortus Medisinalis Berdasarkan Riwayat Abortus di RSUP. Haji Adam Malik Medan dari Tahun 2007-2009

No Riwayat Abortus Frekuensi Persentase (%)

1 Ada ( Abortus) 33 35,1

2 Tidak Ada 61 64,9


(40)

Berdasarkan tabel 5.5, diperoleh riwayat abortus ibu sebesar 33 orang (35,1%), sedangkan pada kelompok tidak memiliki riwayat abortus sebesar 61 orang (64,9%).

5.2. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebab-penyebab abortus spontan yang sering terjadi di RSUP H Adam Malik Medan pada periode Januari 2007 sampai Desember 2009.

Berdasarkan tabel 5.1, diperoleh penyebab abortus penyebab abortus terdiri atas 72 orang (76,6%) penyebabnya pendarahan, 10 orang (10,6%) penyebabnya penyakit kronis, 1 orang (1,1%) penyebabnya infeksi akut, 5 orang (5,3%) penyebabnya trauma fisik, 2 orang (2,1%) penyebabnya kehamilan ektopik, dan dari faktor janin sebanyak 4 orang (4,3%) penyebabnya IUFD (IntraUterine Fetal Death).

Perdarahan selama kehamilan dapat dianggap sebagai suatu keadaan akut yang dapat membahayakan ibu dan anak, sampai dapat menimbulkan kematian. Sebanyak 20% wanita hamil pernah mengalami perdarahan pada awal kehamilan dan sebagian mengalami abortus. Hal ini tentu akan menimbulkan ketidakberdayaan dari wanita sehingga ditinjau dari suatu kesehatan akan sangat ditanggulangi untuk meningkatkan keberdayaan seorang wanita (Tarigan D, 2007).

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapat hasil kejadian abortus yang sering terjadi pada kelompok usia 20-35 sebanyak 59 orang (62,8%), berdasarkan paritas paling banyak pada paritas primipara (lahir 1 kali) sebanyak 47 orang (50%), dan tidak memiliki riwayat abortus sebanyak 61 orang (64,9%).

Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan didapat hasil kejadian abortus yang paling banyak terjadi di RSUD Pringsewu tahun 2009 paling banyak terjadi dengan karakteristik ibu dengan abortus berdasarkan umur paling banyak


(41)

pada umur 20-35 tahun yaitu 73,62%, berdasarkan paritas paling banyak pada paritas 2-4 yaitu 65,53% (World B, 2010).

Berdasarkan usia kehamilan, kejadian abortus sering terjadi pada usia kehamilan trimester pertama (< 12 minggu) sebanyak 59 orang (62,8%), dan menurut penelitian yang dilaporkan oleh Kanada Lembaga Informasi Kesehatan (2004), 30207 dilakukan dalam tiga bulan pertama, 4.944 selama trimester kedua dan 39 pada trimester ketiga kehamilan.


(42)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Penyebab abortus spontan terdiri dari 72 orang (76,6%) penyebabnya pendarahan, 10 orang (10,6%) penyebabnya penyakit kronis, 1 orang (1,1%) penyebabnya infeksi akut, 5 orang (5,3%) penyebabnya trauma fisik, 2 orang (2,1%) penyebabnya kehamilan ektopik, dan dari faktor janin sebanyak 4 orang (4,3%) penyebabnya IUFD (IntraUterine Fetal Death).

2. Karakteristik ibu hamil yang mengalami abortus spontan berdasarkan usia ibu abortus banyak dijumpai pada kelompok umur 20-35 tahun sebanyak 59 orang (62,8%), sedangkan yang paling sedikit adalah ibu dari kelompok usia < 20 tahun sebanyak 2 orang (2,1%).

3. Karakteristik ibu hamil yang mengalami abortus spontan berdasarkan usia kehamilan adalah pada kelompok usia trimester pertama sebanyak 59 orang (62,8%) dan paling sedikit pada kelompok usia trimester ketiga sebanyak 3 orang (3,2%).

4. Karakteristik ibu hamil yang mengalami abortus spontan berdasarkan paritas adalah 47orang (50%) primipara, 40 orang (42,6%) multipara, dan 7 orang (7,4%) grandemultipara.

5. Karakteristik ibu hamil yang mengalami abortus spontan berdasarkan riwayat abortus sebesar 33 orang (35,1%), sedangkan pada kelompok tidak memiliki riwayat abortus sebesar 61 orang (64,9%).

6.2. Saran

Adapun saran yang diberikan peneliti berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :


(43)

1. Kepada Dinas kesehatan/Pemerintah agar lebih menekankan kepada petugas kesehatan dalam pelaksanaan Antenatal Care (pemeriksaan kehamilan) untuk mendeteksi faktor risiko yang berpengaruh kepada kesehatan ibu dan janin sedini mungkin sehingga dapat menurunkan kejadian abortus.

2. Kepada pihak Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan agar dapat meningkatkan promosi, konseling dan penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan terutama pada awal kehamilan sebagai deteksi dini ibu hamil risiko tinggi dan tanda bahaya kehamilan dalam usaha menurunkan angka kejadian abortus.

3. Kepada ibu hamil sebaiknya melakukan pemeriksaan rutin sejak awal kehamilan dan mengatur pola hidup selama kehamilan untuk menghindari terjadinya abortus.

4. Kepada peneliti selanjutnya agar dapat menjadi landasan untuk penelitian berikutnya dengan lokasi dan sampel yang lebih besar.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

ACOG. American College of Obstetricians and Gynecologists. Methods of Midtrimester Abortion. ACOG Technical Bulletin. 1987;109:602-05.

Bernstein PS, Rosenfield A. Abortion and maternal health. Int J Gynaecol Obstet. Dec 1998;63 Suppl 1:S115-22.

Blanchard K, Winikoff B, Ellertson C. Misoprostol used alone for the termination of early pregnancy. A review of the evidence. Contraception. Apr 1999; 59(4):209-17.

Budiyanto, Arif dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997, 159-164.

Boyle, Maureen. 2002. Kedaruratan dalam Persalinan. Jakarta: EGC

Chadha, Vijay P. Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi V. Jakarta: Widya Medika. 1995, 161-167.

Cunningham, F.G. Obstetri Williams Volume 2 Edisi 21. Jakarta: EGC. 2001, 950-975.

Erica, Sue A. Preventing Maternal Derath, Worl Health Organization, Geneva; 1994.

Idries, Abdul Mun’im. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta: Binarupa Aksara. 1997, 243-254.


(45)

Kahn JG, Becker BJ, MacIsaa L, et al. The efficacy of medical abortion: a meta-analysis. Contraception. Jan 2000;61(1):29-40.

Kanada Lembaga Informasi Kesehatan, 2004. Aborsi oleh Gestational Umur.

Statistik Kanada. Available from:

(Accesed 24 November 2010).

Kumala,P. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. Jakarta: EGC. 1998.

Leveno, Kenneth J dkk. Obstetri Williams: Panduan Ringkas Edisi 21. Jakarta: EGC. 2004, 54-66.

Manuaba, I.B.G. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Mochtar, Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Maternal dan Neonatal. Jakarta: JPNKR-POGI.

Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Sastroasmoro, Sudigdo. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi III. Jakarta: Sagung Seto. 2007.

Sayidun, R, 2001. http://medic.webs88.com. Berita Kedokteran Indikasi tindakan abortus di Indonesia.


(46)

Sedgh G and Ball H, Abortion in Indonesia, In Brief, (Aborsi di Indonesia, Laporan ini). New York: Guttmacher Institute, 2008, No. 2.

World, Bascomm. Gambaran Ibu Hamil yang Mengalami Abortus. 2010. Available from:

(Accesed 24 November 2010).

World Health Organization, Complication of Abortion, technical and Managerial for Prevention and Treatment. Geneva: 1995.


(47)

Lampiran 5.

NO Usia Usia

Kehamilan Paritas

Riwayat

Abortus Penyebab Abortus

Kelompok Usia

Kehamilan Kelompok Usia Ibu Kelompok Paritas

Kelompok Riwayat Abortus 1 38 23 0 0 Pendarahan trimester 2 > 35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 2 39 12 8 0 Pendarahan trimester 1 > 35 tahun Grandemultipara ( >5 kali Abortus 0 3 41 7 2 1 Pendarahan trimester 1 > 35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 1-3 4 27 9 2 3 Penyakit Kronis trimester 1 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 1-3 5 20 10 1 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 6 39 7 1 1 Pendarahan trimester 1 > 35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 1-3 7 24 8 1 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 8 34 6 2 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 0 9 36 11 1 0 Pendarahan trimester 1 > 35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 10 19 10 1 0 Pendarahan trimester 1 < 20 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 11 30 15 2 1 Pendarahan trimester 2 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 1-3 12 28 8 0 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0


(48)

13 27 10 0 1 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 1-3 14 37 9 2 0 Penyakit Kronis trimester 1 > 35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 0 15 39 8 4 0 Penyakit Kronis trimester 1 > 35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 0 16 20 20 0 0 IUFD trimester 2 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 17 40 26 3 3 Pendarahan trimester 3 > 35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 1-3 18 39 32 5 0 Penyakit Kronis trimester 3 > 35 tahun Grandemultipara ( >5 kali Abortus 0 19 35 12 0 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 20 37 14 3 0 Pendarahan trimester 2 > 35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 0 21 27 8 1 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 22 25 10 1 0 IUFD trimester 1 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 23 28 14 0 0 Penyakit Kronis trimester 2 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 24 19 16 0 0 Pendarahan trimester 2 < 20 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 25 30 12 1 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 26 33 12 3 0 Infeksi Akut trimester 1 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 0 27 32 13 0 2 Trauma Fisik trimester 2 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 1-3


(49)

28 40 17 5 0 Trauma Fisik trimester 2 > 35 tahun Grandemultipara ( >5 kali Abortus 0 29 35 13 1 1 Pendarahan trimester 2 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 1-3 30 34 8 1 1 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 1-3 31 30 11 2 1 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 1-3 32 37 8 2 0 Pendarahan trimester 1 > 35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 0 33 42 15 4 1 Pendarahan trimester 2 > 35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 1-3 34 38 12 1 0 IUFD trimester 1 > 35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 35 31 15 1 0 Pendarahan trimester 2 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 36 36 20 1 0 Pendarahan trimester 2 > 35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 37 27 8 1 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 38 43 9 2 0 Pendarahan trimester 1 > 35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 0 39 29 11 1 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 40 24 18 0 0 Pendarahan trimester 2 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 41 32 20 0 0 Pendarahan trimester 2 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 42 42 16 1 2 Pendarahan trimester 2 > 35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 1-3


(50)

43 35 8 1 1 Trauma Fisik trimester 1 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 1-3 44 28 8 2 1 Kehamilan Ektopik trimester 1 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 1-3 45 39 18 2 2 Penyakit Kronis trimester 2 > 35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 1-3 46 22 20 0 1 Pendarahan trimester 2 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 1-3 47 25 26 1 0 Pendarahan trimester 3 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 48 36 12 2 0 Pendarahan trimester 1 > 35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 0 49 38 9 0 0 Pendarahan trimester 1 > 35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 50 33 10 2 2 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 1-3 51 40 8 2 0 Kehamilan Ektopik trimester 1 > 35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 0 52 30 16 1 0 Pendarahan trimester 2 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 53 39 8 8 0 Pendarahan trimester 1 > 35 tahun Grandemultipara ( >5 kali Abortus 0 54 23 21 0 0 Penyakit Kronis trimester 2 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 55 24 17 2 0 Pendarahan trimester 2 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 0 56 42 21 2 2 IUFD trimester 2 > 35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 1-3 57 35 15 2 0 Pendarahan trimester 2 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 0


(51)

58 32 10 3 2 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 1-3 59 41 12 7 1 Pendarahan trimester 1 > 35 tahun Grandemultipara ( >5 kali Abortus 1-3 60 23 12 1 1 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 1-3 61 35 18 5 2 Pendarahan trimester 2 20-35 tahun Grandemultipara ( >5 kali Abortus 1-3 62 35 15 4 0 Penyakit Kronis trimester 2 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 0 63 35 22 0 3 Trauma Fisik trimester 2 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 1-3 64 42 12 5 0 Pendarahan trimester 1 > 35 tahun Grandemultipara ( >5 kali Abortus 0 65 34 11 4 1 Trauma Fisik trimester 1 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 1-3 66 24 10 0 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 67 29 11 4 1 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 1-3 68 27 10 0 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 69 34 12 0 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 70 31 12 2 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 0 71 27 13 0 0 Pendarahan trimester 2 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 72 27 9 0 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0


(52)

73 24 15 0 0 Pendarahan trimester 2 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 74 42 14 0 0 Penyakit Kronis trimester 2 > 35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 75 33 8 2 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 0 76 28 10 1 0 Penyakit Kronis trimester 1 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 77 34 11 2 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 0 78 26 12 0 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 79 35 15 3 0 Pendarahan trimester 2 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 0 80 30 12 3 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 0 81 24 13 0 1 Pendarahan trimester 2 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 1-3 82 36 9 3 1 Pendarahan trimester 1 > 35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 1-3 83 34 7 1 1 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 1-3 84 39 9 4 2 Pendarahan trimester 1 > 35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 1-3 85 30 16 2 1 Pendarahan trimester 2 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 1-3 86 20 11 0 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 87 42 11 4 1 Pendarahan trimester 1 > 35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 1-3


(53)

Master Data

88 36 8 3 0 Pendarahan trimester 1 > 35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 0 89 28 9 0 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0 90 41 7 4 1 Pendarahan trimester 1 > 35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 1-3 91 34 8 2 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 0 92 38 8 3 0 Pendarahan trimester 1 > 35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 0 93 34 9 2 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 0 94 42 13 4 2 Pendarahan trimester 2 > 35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 1-3


(54)

Lampiran 6.

Frequency Table

Kelompok Penyebab Abortus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Infeksi Akut 1 1.1 1.1 1.1

IUFD 4 4.3 4.3 5.3

Kehamilan Ektopik 2 2.1 2.1 7.4

Pendarahan 72 76.6 76.6 84.0

Penyakit Kronis 10 10.6 10.6 94.7

Trauma Fisik 5 5.3 5.3 100.0

Total 94 100.0 100.0

Kelompok Usia Ibu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid < 20 tahun 2 2.1 2.1 2.1


(55)

20-35 tahun 59 62.8 62.8 100.0

Total 94 100.0 100.0

Kelompok Usia Kehamilan Ibu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid trimester 1 59 62.8 62.8 62.8

trimester 2 32 34.0 34.0 96.8

trimester 3 3 3.2 3.2 100.0

Total 94 100.0 100.0

Kelompok Paritas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Grandemultipara ( >5 kali 7 7.4 7.4 7.4

Multipara (lahir 2-4 kali 40 42.6 42.6 50.0

Primipara (lahir 1 kali) 47 50.0 50.0 100.0


(56)

Kelompok Riwayat Abortus

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Abortus 0 61 64.9 64.9 64.9

Abortus 1-3 33 35.1 35.1 100.0


(1)

58 32 10 3 2 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 1-3

59 41 12 7 1 Pendarahan trimester 1 > 35 tahun Grandemultipara ( >5 kali Abortus 1-3

60 23 12 1 1 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 1-3

61 35 18 5 2 Pendarahan trimester 2 20-35 tahun Grandemultipara ( >5 kali Abortus 1-3

62 35 15 4 0 Penyakit Kronis trimester 2 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 0

63 35 22 0 3 Trauma Fisik trimester 2 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 1-3

64 42 12 5 0 Pendarahan trimester 1 > 35 tahun Grandemultipara ( >5 kali Abortus 0

65 34 11 4 1 Trauma Fisik trimester 1 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 1-3

66 24 10 0 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0

67 29 11 4 1 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 1-3

68 27 10 0 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0

69 34 12 0 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0

70 31 12 2 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 0

71 27 13 0 0 Pendarahan trimester 2 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0


(2)

73 24 15 0 0 Pendarahan trimester 2 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0

74 42 14 0 0 Penyakit Kronis trimester 2 > 35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0

75 33 8 2 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 0

76 28 10 1 0 Penyakit Kronis trimester 1 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0

77 34 11 2 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 0

78 26 12 0 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0

79 35 15 3 0 Pendarahan trimester 2 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 0

80 30 12 3 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 0

81 24 13 0 1 Pendarahan trimester 2 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 1-3

82 36 9 3 1 Pendarahan trimester 1 > 35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 1-3

83 34 7 1 1 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 1-3

84 39 9 4 2 Pendarahan trimester 1 > 35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 1-3

85 30 16 2 1 Pendarahan trimester 2 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 1-3

86 20 11 0 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0


(3)

Master Data

88 36 8 3 0 Pendarahan trimester 1 > 35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 0

89 28 9 0 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Primipara (lahir 1 kali) Abortus 0

90 41 7 4 1 Pendarahan trimester 1 > 35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 1-3

91 34 8 2 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 0

92 38 8 3 0 Pendarahan trimester 1 > 35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 0

93 34 9 2 0 Pendarahan trimester 1 20-35 tahun Multipara (lahir 2-4 kali Abortus 0


(4)

Lampiran 6.

Frequency Table

Kelompok Penyebab Abortus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Infeksi Akut 1 1.1 1.1 1.1

IUFD 4 4.3 4.3 5.3

Kehamilan Ektopik 2 2.1 2.1 7.4

Pendarahan 72 76.6 76.6 84.0

Penyakit Kronis 10 10.6 10.6 94.7

Trauma Fisik 5 5.3 5.3 100.0

Total 94 100.0 100.0

Kelompok Usia Ibu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid < 20 tahun 2 2.1 2.1 2.1


(5)

20-35 tahun 59 62.8 62.8 100.0

Total 94 100.0 100.0

Kelompok Usia Kehamilan Ibu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid trimester 1 59 62.8 62.8 62.8

trimester 2 32 34.0 34.0 96.8

trimester 3 3 3.2 3.2 100.0

Total 94 100.0 100.0

Kelompok Paritas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Grandemultipara ( >5 kali 7 7.4 7.4 7.4

Multipara (lahir 2-4 kali 40 42.6 42.6 50.0

Primipara (lahir 1 kali) 47 50.0 50.0 100.0


(6)

Kelompok Riwayat Abortus

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Abortus 0 61 64.9 64.9 64.9

Abortus 1-3 33 35.1 35.1 100.0