Syarat-Syarat Sebagai Saksi Iqrar Pengakuan

26

2. Syarat-Syarat Sebagai Saksi

a. Syarat-syarat Umum Untuk dapat diterima persaksian, harus dipenuhi syarat-syarat yang umum berlaku untuk semua jenis persaksian dalam setiap jarimah. Syarat- syarat tersebut adalah sebagai berikut. 1 Balig Dewasa Seorang saksi dalam setiap jarimah disyaratkan harus balig. Apabila belum balig Dewasa maka persaksiannya tidak dapat diterima. 2 Berakal Seorang saksi disyaratkan harus berakal. Orang yang berakal adalah orang yang mengetahui kewajiban yang pokok. Dengan demikian, persaksian orang yang gila kurang sempurna akalnya ma tuh tidak dapat diterima. 3 Kuat ingatan Seorang saksi disyaratkan harus mampu mengingat apa yang disaksikannya dan memahami serta menganalisis apa yang dilihatnya, disamping dapat dipercaya apa yang dikatakan. 4 Dapat bicara Seorang saksi disyaratkan harus bias berbicara. Apabila ia bisu, ia tidak dapat dijadikan kesaksian yang sah. 27 5 Dapat melihat Orang yang disyaratkan harus dapat melihat apa yang disaksikannya. 6 Adil Seorang yang menjadi saksi disyaratkan harus adil. Dasar hukumnya adalah surah At-Thalaaq ayat 2:      Artinya: Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil . 7 Islam Seorang saksi disyaratkan harus beragama Islam. Dengan demikian persaksian orang yang bukan Islam tidak dapat diterima, dasar hukumnya adalah surah Al-Baqarah ayat 282:     Artinya: Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari laki-laki diantara kamu .

3. Iqrar Pengakuan

Seseorang yang berzina tidak akan dapat dilakukannya suatu hukuman sebelum pengakuan itu dinyatakan olehnya, pengakuan harus sah atau benar dan hal ini dari orang berakal dan mempunyai kebebasan. Orang yang memebri pengakuan haruslah berakal, dan mempunyai pilihan kebebasan, tidak gila dan 28 tidak dipaksa. Tentunya pengakuan ini disaksikan masyarakat dan orang sekitar, adanya pengakuan dalam zina mengetahui kebenaran secara jelas, mengungkapkan dari asal-mula dibalik pristiwa tersebut hingga sampai pada puncak persetubuhan berzina. Di zaman Rasulullah SAW, hampir semua kasus perzinahan diputuskan berdasarkan pengakuan para pelaku langsung. Seperti yang dilakukan kepada Maiz dan wanita Ghamidiyah yang mengulangi pernyataannya sebanyak empat kali kepada rasulullah, kemudian nabi bertanya lagi: apakah engkau muhshan? maiz menjawab: betul ya rasulullah. Kemudian nabi memerintahkan para sahabat bawalah lalu rajamlah. Ketika batu-batu yang dilemparkan itu melukai dirinya, ia lari, lalu ditangkap kembali dia di Harrah, kemudian di rajam kembali sampai mati. 5 Bila orang yang telah berikrar bahwa dirinya berzina itu lalu mencabut kembali pengakuannya, maka hukuman hudud bisa dibatalkan. Pendapat ini didukung oleh Al-Hanafiyah, Asy-Syafi`iyyah dan Imam Ahmad bin Hanbal ra. Dasarnya adalah peristiwa yang terjadi saat eksekusi Maiz yang saat itu dia lari karena tidak tahan atas lemparan batu hukuman rajam. Lalu orang-orang mengejarnya beramai-ramai dan akhirnya mati. Ketika hal itu disampaikan kepada Rasulullah SAW, beliau menyesali perbuatan orang-orang itu. 6 5 Asy-Syaikh faisal bin Abdul Aziz al-Mubarak, Nailul Autor, jilid 6, diterjemahkan oleh Mu amal Hamidy, Imron Am, dan Umar Fanany, Cet 1, Surabaya, Bina Ilmu, 1986 hal.10-11 6 http:blog.re.or.idhukum-rajam.htm Diakses 18 juli 2011 29 Teknis pengakuan atau ikrar di depan hakim adalah dengan mengucapkannya sekali saja. Hal itu seperti yang dikatakan oleh Imam Malik ra., Imam Asy-Syafi`i ra., Daud, At-Thabarani dan Abu Tsaur dengan berlandaskan apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW kepada pelaku zina. Beliau memerintahkan kepada Unais untuk mendatangi wanita itu dan menanyakannya,`Bila wanita itu mengakui perbuatannya, maka rajamlah`. Hadits menjelaskan kepada kita bahwa bila seorang sudah mengaku, maka rajamlah dan tanpa memintanya mengulang-ulang pengakuannya.

4. Qarinah Bukti