Sistematika Penulisan Penegakan perda DKI nomor 8 Tahun 2007 tentang prostitusi di mangga besar Jakarta Barat (analisis Hukum Islam)

16  . Teknik Penulisan Teknik penulisan dalam skripsi ini berpedoman pada buku pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syari ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, terbitan tahun 2007.

H. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan skripsi ini, penulis membagi atas beberapa bab dan sub-bab antara lain:

BAB I : Menerangkan tentang pendahuluan yang meliputi beberapa sub-bab

antara lain latar belakang yang membahas tentang permasalahan yang akan di bahas, identifikasi masalah tentang batasan-batasan pembahasan masalah perumusan masalah, tujuan dan kegunaan yang membahas tentang tujuan dan kegunaan skripsi ini. Metode penelitian yang membahas bagaimana metode - metode yang akan di gunakan dalam penelitian ini. BABII : Menjelaskan penegakan prostitusi dalam hukum islam, dan mengetahui Syariah Islam Dalam Penegakan Ham, upaya penegakan hukum islam meminimalisir prostitusi, Pembuktian Untuk Menetapkan Tindak Pidana Zina, Kesaksian, Syarat-syarat sebagai saksi, Iqrar Pengakuan , Qarinah Bukti , Hal-Hal yang Menggugurkan Hukuman, Hukuman Pelaku Zina Dalam hukum Islam, Hukuman zina belom menikah Lajang yang berzina, Hukuman zina yang sudah menikah Muhson 17 Ž Ž    : Menjelaskan tentang Penegakan Perda DKI No.8 tahun 2007 tentang Prostitusi di Mangga Besar, Letak Geografis Mangga Besar Jakarta Barat, Substansi Hukum Perda Dki. No.8 Tahun 2007 Tentang Prostitusi, Penegak Hukum yang terkait Menangani Prostitus, Upaya Perda Dki No.7 tahun 2007 Meminimalisir Prostitusi, Kedudukan Tugas pokok dan Fungsi Rehabilitasi, Ruang lingkup hukum tindak pidana Prostitusi, Perda Dki No 8 tahun 2007, UU Pornografi, KUHP.

BAB IV : Penegakan Perda Dki No.8 tahun 2007 tentang Prostitusi Analisis

Hukum Islam, Analisis Hukum Islam Pada Implementasi Penegakan Perda Dki No 8 tahun 2007 tentang protitusi, Moralitas Aparat Dalam Penegakan Prostitusi, Efektifitas Penegakan Perda DKI No 8 tahun 2007 tentang Prostitusi Di mangga Besar analisis hukum islam.

BAB V : Penutup merupakan bagian akhir bab ini, yang terdiri dari kesimpulan,

Saran saran dan Lampiran-lampiran. 18 ‘ ’ ‘ “ “ ” •– • —’ ˜’– ” ™ š› œ“ œ › “ ž ’Ÿ ’ ¡ ˜  “ › Ÿ ’ Prostitusi merupakan salah satu bentuk dari tindakan perzinahan, betapapun bentuknya norma dan nilai susila yang ada dimasyarakat maka akan hancur akibat adanya prostitusiperzinahan, akibatnya perilaku ¢ £¤ ¢ ¥¦ § didalam masyarakat semakin bebas, karenanya Seks tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang suci dan sakral, Penyebab terjadinya suatu perzinahan yang paling menyoroti pada umunya adalah perempuan, terkadang cara berpakain mereka yang tidak mematuhi aturan- aturan syariat hukum islam yang semestinya menjaga aurat mereka dari pandangan laki-laki, tentunya tindakan zina tidak akan dapat mengundang hasrat laki-laki jika perempuan dapat memelihara kepribadian yang baik dan tata cara berpakain. Dengan pakaian tersebut, dapat dibedakan antara wanita baik-baik dengan wanita nakal. Terhadap wanita yang baik-baik, tidak ada laki-laki yang suka mengganggunya, sebab pakaian dan kesopanannya mengharuskan setiap orang yang melihat untuk menghormatinya. Hukum Islam secara tegas mengharamkan perzinaan prostitusi. Sebagaimana firman Allah: Artinya: ¨ ¦ © ª ¦ ©« ¦ © §¦ ¬ ¤ ¦ ­ ¥ ­ £ ©® £ ¤ ¦ ¯ ° ± °© ¦ ² ³ £¢ ¥ ©«« ¥ ¬ © ´ ¦ ± °© ¦ ° ¯ ¥ ¦ ® ¦ § ¦ ¬ ¢ ¥¦ ¯ ¥ µ £ ¶ · ¥¦ ¯ ¦ © ´ ¦ ©« ¤ £ ª °¸ ® ¦ © ¢ ¥¦ ¯ ¥ ª ¦ §¦ © ´ ¦ ©« · ¥ ¶ ¥ ¤ ¸ ¹ QS. Al Isra; 32 Pergaulan Laki-Laki dan Wanita Dalam Islâm , bahwa syariat hukum Islâm telah memberikan beberapa batasan dalam pergaulan antara laki-laki dan wanita agar 19 mereka tidak terjerumus dalam perbuatan tercela. di jelaskan, bahwa dalam hukum syariat Islâm melarang keras berkhalwat berduaan dengan wanita yang bukan mahram berarti membuka peluang bagi setan untuk menyeret keduanya agar terjerumus dalam perbuatan keji. Bagaimanapun tingkat ketakwaan dan keimanan keduanya tetap saja peluang terjerumus pada perzinahan baik berduaan itu di dalam rumah, kantor, toko, mobil, tempat rekreasi, atau lainnya. Berkhalwat dalam pengertian umum adalah berpacaran, yaitu berdua-duaan antara seorang laki-laki dengan seorang wanita. Karena perbuatan tersebut dapat membuat pelakunya terjerumus ke dalam perbuatan nista. 1 Dalam Hukum islam zina merupakan perbuatan keji dan dilarang dan pada setiap orang yang melakukan zina mengancamnya dengan hukuman, karena zina merusak system kemasyarakatan, dan zina merupakan pelanggaran atas system kekeluargaan, sedangkan keluarga merupakan dasar untuk berdirinya mayarakat, sedangkan syari at Islam menghendaki langggengnya mayarakat yang kukuh dan kuat, zina pun juga dapat membahayakan, baik terhadap akhlak, agama,dan jasmani atau badan, di samping itu pun juga terhadap system masyarakat dan keluarga. Adapaun Hal-hal yang mengatur tatanan hidup yang bersifat dharuriy untuk menegakkan kemaslahatan manusia, di antaranya adalah: 1 http:zulfi19.abatasa.compostdetail3746pergaulan-laki-laki-dan-wanita-dalam-islam diakses tanggal 5 juli 2011 20 1. º»¼½¼ , merupakan kesatuan dari aqidah, ibadah, hukum, yang disyariatkan oleh Allah Swt, untuk mengatur hubungan manusia dan tuhannya, dan hubungan antara sesama manusia. 2. ¾ ¿ À¼½ , dalam rangka mewujudkan dan menegakkan agama telah mensyariatkan kewajiban dan lima rukun islam yang merupakan sendinya. yaitu dengan tujuan menegakkan agama islam dan meneguhkan dalam hati dengan mengikuti hukum. 3. Jiwa, syariat hukum islam menegaskan bahwa, bilamana seseorang telah dewasa dan berakal, maka hendaknya mereka menikah dengan pasangannya, karena dengan adanya tali perkawinan seseorang dinyatakan sah dalam melakukan persetubuhan. 2 Untuk memelihara Al irdh kehormatan, Islam mensyariatkan had dera bagi lelaki atau perempuan yang berzina dan ini Salah satu ruang lingkup itu adalah hukum pidana Islam yang dalam tradisi fiqh disebut dengan istilah jarimah atau jinayah, yang dilarang oleh syari at dan diancam dengan hukuman bagi pelanggarnya,. 3 Sanksi harus berfungsi untuk mencegah zawajir bagi masyarakat agar tidak berzina dan juga berfungsi sebagai penebus dosa jawabir atau membuat jerahkapok bagi pelaku zina. hanya dengan sanksi yang sesuai syariat hukum Islam sebagai solusi masalah terhadap prostitusi. Tentunya dalam penegakan 2 Abdul Wahab Khalaf Ilmu Ushul Fiqh Gema Risalah Press. Bandung : 3 juli 1992 3 Muhammad Nur, Tindak Balas Dendam dalam Islam, Perspektif Dokriner Cum Filosofis Al-Hudud J u r n a l J i n a y a h . I A I N S u n a n K a l i j a g a Yogyakarta, 1999, hlm. 3 21 syariat hukum islam Hal ini terbukti dimasa Rasulullah sangat sedikit orang yang melakukan zina . Menurut jumhur ulama bagi Laki-laki yang berzina dengan seorang wanita kemudian ia mengawininya setelah itu maka perkawinannya itu tidak ada pengaruhnya terhadap jarimah yang dilakukannya itu zina dan terhadap hukumannya. Dengan demikian pelaku tetap dikenakan hukuman had, karena dalam kasus ini tidak ada syubhat. 4 Hukum syariat islam memiliki kebijakan yang mutlak dan tidak dapat diubah walaupun pergantian jaman sekalipun. Penegakan hukum islam ini semata-mata mempertegas pada siapa saja untuk mentaati aturan hukum islam, tentunya mengenai zina itu sendiri. Á ÃÄ ÅÆÅ Ç ÈÉ ÈÊÅË ÅÉ ÌÍ Ë Í Î Ï Ð Ñ Å Î Ò È Î ÓÉ ÓÎ Å Ñ ÓÐ Ó Ô ÇÈ Ô zinahan Langkah-langkah Tindakan represif Syariah Hukum Islam itu sendiri : 1. Melakukan penggrebekan di lokalisasi prostitusi dengan perlakuan yang baik tidak dengan kekerasan kemudian dibawa para pelakudiintrogasi dengan melakukan pendataan setelah, itu di adili secara Syariat hukum Islam untuk dilakukan eksekusi kepada pelaku zina tersebut. Setelah itu diberikan pengarahan dan penggemblengan ilmu pengetahuan Agama Islam 2. Melakukan pengawasan siang dan malam di setiap lokalisasi agar setiap kegiatan prostitusi bisa dicegah 4 Abd Al-Qadir Audah, At-Tasyri Al-Islamiy, Juz II, Dar Al-Kitab Al- Arabi, Beirut, tahun 2006 hlm.367 22 3. Menutup lokalisasi dan melakukan upaya-upaya Syiar Agama Islam di berbagai tempat agar masyarakat tahu akan moral dan etika yang harus di jalankan dalam kehidupan. Upaya Preventif dalam Syariat Hukum Islam usaha yang dilakukan tokoh- tokoh agama dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin, praevenire, yang artinya datang sebelum atau antisipasi, atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya ganggguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat. Dalam pelaksanaannya selama ini, program prevensi syariah dalam pemberantasan prostitusi memiliki tiga tujuan, yakni mencegah jangan sampai terjadi rusak nya moral bangsa untuk generasi selanjutnya,. Berdasarkan tujuan dan ciri-cirinya, maka prevensi Syariah Islam diklasifikasikan menjadi tiga, 1. Tersier Prevensi tersier ini memiliki arti yang sama dengan rehabilitasi, yaitu upaya pencegahan pada kondisi yang lebih buruk dan berlarut-larut, serta mengupayakan penyembuhan dan pengembalian fungsi individu. Sasaran dalam ini adalah kelompok masyarakat yang mengalami gangguan yang bersifat jangka panjang atau yang telah mengalami penyimpangan yang akut dan berakibat penurunan kapasitasnya dalam kaitannya dengan norma-norma susila, dan agama. 23 2. Sekunder Prevensi sekunder berarti upaya pencegahan yang dilakukan untuk menghilangkan prasarana prostitusi, dalam masyarakat agar tidak semakin menyebar luas. Sasaran dari prevensi sekunder ini adalah kelompok masyarakat atau populasi yang telah terbawa dalam situasi penyimpangan seks bebas agar terkendali 3. Primer Prevensi primer merupakan aktivitas yang di desain untuk mengurangi insidensi atau kemungkinan terjadi penindakan kekerasan. Menurut Conyne 1983 menegaskan bahwa prevensi primer itu kegiatan yang proaktif, berbasis pada populasi masyarakat dan mengantisipasi gangguan yang potensial untuk sesuatu, populasi yang berada dalam resiko, fakta sebelum intervensi diberikan langsung atau tidak langsung, peningkatan kekuatan emosional pada penduduk yang berada dalam resiko di mana anggota penduduk itu memperoleh proteksi dan menjadi lebih kompeten. Sasaran prevensi primer ini adalah penduduk yang berada dalam resiko atau kondisi yang memungkinkan munculnya gangguan moral dan prilaku yang menyimpang. Terdapat dua cara dalam melakukan program prevensi primer, yaitu memodifikasi lingkungan dan memperkuat kapasitas individu atau masyarakat dalam menangani situasi yang ada pada masyarakat. 24

B. Pembuktian Untuk Menetapkan Tindak Pidana Zina