Pembuatan Kaplet Asam Mefenamat Secara Granulasi Basah Dengan Pati Kentang Merah (Solanum Tuberosum L) Sebagai Disintegran

(1)

PEMBUATAN KAPLET ASAM MEFENAMAT SECARA GRANULASI BASAH DENGAN PATI KENTANG MERAH (Solanum tuberosum L.)

SEBAGAI DISINTEGRAN

SKRIPSI

OLEH

CYANITA FRANSISKA BAWONI NIM 060804001

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PEMBUATAN KAPLET ASAM MEFENAMAT SECARA GRANULASI BASAH DENGAN PATI KENTANG MERAH (Solanum tuberosum L.)

SEBAGAI DISINTEGRAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH

CYANITA FRANSISKA BAWONI NIM 060804001

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PEMBUATAN KAPLET ASAM MEFENAMAT SECARA GRANULASI BASAH DENGAN PATI KENTANG MERAH (Solanum tuberosum L.)

SEBAGAI DISINTEGRAN OLEH

CYANITA FRANSISKA BAWONI NIM 060804001

Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal : Maret 2011

Pembimbing I Panitia Penguji

Drs. Agusmal Dalimunthe, MS., Apt. Dra. Juanita Tanuwijaya, Apt. NIP 195406081983031005 NIP 130672239

Pembimbing II Drs. Agusmal Dalimunthe, MS., Apt. NIP 195406081983031005

Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. NIP 195011171980022001 NIP 195011171980022001

Drs. Suryanto, M.Si., Apt. NIP. 195112231980032002

Disahkan Oleh : Dekan

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.

NIP. 195311281983031002


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena limpahan rahmat kasih dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Pembuatan Kaplet Asam Mefenamat secara Granulasi Basah dengan Pati Kentang Merah (Solanum tuberosum L.) sebagai Disintegran”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada almarhum daddy Ir.Ronny RJ Bawoni, ME, M.Kes dan mommy tercinta, Corry Kalidjasuma, S.Pd yang tiada pernah ada hentinya berkorban dengan tulus ikhlas dan selalu setia memberi doa, dorongan dan semangat.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU Medan yang telah memberikan fasilitas sehingga penulis dapat

menyelesaikan pendidikan.

2. Bapak Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S, Apt. dan Dra. Fat Aminah, M.Sc, Apt. selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan, dan nasehat selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, Apt., Ibu Dra. Djendakita Purba, M.Si, Apt. dan Bapak Drs. Suryanto, M.Si, Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran, dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(5)

4. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU Medan yang telah mendidik selama perkuliahan dan Bapak Drs. Chairul Azhar Dalimunthe, Apt selaku

penasehat akademis yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama ini. 5. Ibu kepala Laboratorium Teknologi Formulasi Sediaan Tablet dan Ibu kepala

Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama penulis melakukan penelitian.

6. Sahabat-sahabatku Siti, Mimi, Fika, Zack dan Icha yang selalu memberi bantuan, dukungan, dan motivasi. Para superheroes Rico, Gokman, Roni, Rian, Jon dan Ari. Rekan-rekan farmasi stambuk 2006, kakak/abang senior (terkhusus Kak Vini, Bang Lambok dan Bang Parna) dan junior mahasiswa fakultas farmasi, para asisten laboratorium serta kawan-kawan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

penyempurnaannya. Harapan saya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan kefarmasian.

Medan, 25 Maret 2011

Penulis


(6)

Pembuatan Kaplet Asam Mefenamat secara Granulasi Basah dengan Pati Kentang Merah (Solanum tuberosum L.) sebagai Disintegran

ABSTRAK

Asam mefenamat merupakan salah satu bahan obat anti inflamasi non-steroid (AINS) yang bekerja sebagai analgesik untuk mengurangi/menghilangkan rasa sakit ringan sampai sedang. Karakteristik asam mefenamat yaitu kelarutannya yang praktis tidak larut dalam air. Efek samping tersering adalah gangguan saluran cerna, seperti diare dan peradangan abdomen.

Untuk mengatasi masalah tidak larutnya asam mefenamat ini, maka dilakukan formulasi kaplet asam mefenamat dengan menggunakan penambahan disintegran. Disintegran merupakan bahan tambahan (eksipien) dalam yang ditambahkan ke dalam formulasi kaplet untuk mendorong pecahnya kaplet ketika terjadi kontak dengan cairan. Disintegran yang digunakan disini adalah amilum solani yang diisolasi dari kentang merah. Konsentrasi amilum solani yang digunakan adalah 2%, 4%, 6% dan 8%, dan dibuat dengan metode granulasi basah. Kaplet yang dihasilkan dievaluasi dengan menggunakan parameter antara lain: kekerasan, friabilitas, waktu hancur, penetapan kadar, keseragaman sediaan, dan disolusi.

Hasil penelitian menunjukka n bahwa kaplet asam mefenamat yang dibuat dengan metode granulasi basah menggunakan amilum solani sebagai disintegran memenuhi persyaratan penetapan kadar, keragaman bobot, kekerasan, friabilitas. Walaupun tidak memenuhi persyaratan waktu hancur dan uji disolusi namun kaplet asam mefenamat memberikan hasil disolusi yang lebih baik dari kaplet pembanding dan tidak jauh berbeda dengan hasil disolusi kaplet yang telah ada di pasaran. Dengan kata lain amilum solani dapat digunakan sebagai disintegran pada pembuatan kaplet asam mefenamat.


(7)

Caplet Preparation of Mefenamic Acid with Wet Granulation Method Using Red Potato (Solanum tuberosum L.) Starch as Disintegration Agent

ABSTRACT

Mefenamic acid is one of non-steroidal anti-inflammatory drugs which works as analgesic for reducing slight to moderate pain. Mefenamic acid cannot dissolve in water. Common side effects are gastrointestinal disturbances, such as diarrhoea and abdominal discomfort.

To overcome this solubility problem, mefenamic acid caplet formulation is carried out by using the addition of disintegrant. Disintegrant is an additional materials (excipients) were added to the caplet formulation to encourage the breakup of the caplet when it comes in contact with liquid. Disintegrant used here is red potato starch. Its concentrations used were 2%, 4%, 6% and 8%, and made with the wet granulation method. The resulting caplets were evaluated using parameters such as: hardness, friability, disintegration time, determination, weight uniformity, and dissolution.

The result shows that mefenamic acid caplets which are prepared with wet granulation method using red potato starch as disintegrant fulfilled the requirements of content determining, weight uniformity, hardness, and friability analysis. Even the caplets not fulfilled of the requirements of disintegration and dissolution test but it gives a better result than the comparing caplets. It showed that potato starch can be used as disintegration agent in mefenamic acid caplet.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Hipotesis ... 2

1.4 Tujuan Penelitian ... 2

1.5 Manfaat Penelitian ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Asam Mefenamat ... 3

2.1.1 Tinjauan Umum ... 3

2.1.2 Farmakologi ... 3

2.1.3 Efek Samping, Indikasi dan Sediaan ... 4


(9)

2.2.1 Sistematika Tumbuhan ... 4

2.2.2 Kandungan Kimia ... 4

2.3 Pati dan Sifat – Sifat Pati... 5

2.4 Sediaan Tablet ... 6

2.4.1 Uraian Tablet ... 6

2.4.2 Metode Pembuatan Tablet ... 6

2.4.3 Komposisi Tablet ... 7

2.4.4 Uji Preformulasi ... 9

2.4.5 Evaluasi Tablet ... 9

2.5 Spektrofotometri Ultraviolet... 12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 13

3.1 Alat ... 13

3.2 Bahan ... 13

3.3 Prosedur Kerja ... 13

3.3.1 Isolasi Pati Kentang Merah ... 13

3.3.2 Evaluasi Terhadap Pati Hasil Isolasi... 14

3.3.2.1 Penetapan Kadar Abu Total ... 14

3.3.2.2 Penetapan Susut Pengeringan ... 14

3.3.3 Pembuatan Kaplet Asam Mefenamat ... 14

3.3.4 Pembuatan Granul Asam Mefenamat... 15

3.3.5 Uji Preformulasi ... 16

3.3.5.1 Sudut Diam Massa Granul ... 16


(10)

3.3.5.3 Indeks Tap Granul ... 17

3.3.6 Pembuatan Pereaksi 3.3.6.1. Air Suling Bebas Karbondioksida ... 17

3.3.6.2 Pembuatan Dapar Fosfat pH 7,4 ... 17

3.3.6.3 Larutan NaOH 0,1 N ... 18

3.3.7 Penentuan Kurva Serapan dan Linieritas Kurva Kalibrasi Asam Mefenamat ... 18

3.3.7.1 Pembuatan Larutan Induk Baku ... 18

3.3.7.2 Penentuan Kurva Serapan Asam Mefenamat ... 18

3.3.7.3 Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Asam Mefenamat ... 18

3.4 Evaluasi Kaplet ... 19

3.4.1 Penetapan Kadar Asam Mefenamat dalam Kaplet ... 19

3.4.2 Uji Kekerasan Kaplet ... 19

3.4.3 Uji Friabilitas... 20

3.4.4 Uji Waktu Hancur ... 20

3.4.5 Uji Disolusi Kaplet ... 21

3.4.6 Analisis Data secara Statistik... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1 Isolasi Pati Kentang Merah ... 23

4.2 Hasil Uji Preformulasi Massa Granul ... 23

4.2.1 Uji Sudut Diam ... 24

4.2.2 Uji Waktu Alir ... 25


(11)

4.3 Hasil Evaluasi Kaplet ... 27

4.3.1 Hasil Pembuatan Kurva Serapan Maksimum dan Kurva Kalibrasi Asam Mefenamat BPFI dalam NaOH 0,1 N serta Penetapan Kadar Asam Mefenamat dalam Kaplet ... 27

4.3.2 Keragaman Bobot ... 29

4.3.3 Kekerasan Kaplet... 30

4.3.4 Waktu Hancur ... 31

4.3.5 Friabilitas ... 32

4.3.6 Uji Disolusi Kaplet ... 33

4.3.6.1 Hasil Pembuatan Kurva Serapan Maksimum dan Kurva Kalibrasi Asam Mefenamat BPFI dalam Dapar Fosfat pH 7,4 ... 33

4.3.6.2 Hasil Uji Disolusi Asam Mefenamat dalam Kaplet.. 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

5.1 Kesimpulan ... 36

5.2 Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Formula Kaplet Asam Mefenamat ... 15

Tabel 2. Kriteria Penerimaan zat aktif yang Larut dengan Disolusi ... 22

Tabel 3. Data Uji Preformulasi Massa Granul ... 24

Tabel 4. Hasil Penetapan Kadar Kaplet Asam Mefenamat ... 28

Tabel 5. Data Hasil Evaluasi Kaplet ... 30


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Pati Kentang Merah...23 Gambar 2. Sudut Diam Massa Granul dengan Jenis dan Persentase Bahan

Pengembang yang Berbeda ... 25

Gambar 3. Waktu Alir Massa Granul dengan Jenis dan Persentase Bahan

Pengembang yang Berbeda ... 26

Gambar 4. Indeks Tap Massa Granul dengan Jenis dan Persentase Bahan

Pengembang yang Berbeda ... 26

Gambar 5. Kurva Serapan Asam Mefenamat BPFI dalam NaOH 0,1 N

pada c = 10 mcg/ml ... 27

Gambar 6. Data Panjang Gelombang Maksimum dan Absorbansi Asam

Mefenamat BPFI dalam NaOH 0,1 N pada c = 10 mcg/ml .... 27

Gambar 7. Kurva Kalibrasi Asam Mefenamat BPFI dalam NaOH 0,1 N

secara Spektro Ultraviolet pada λ = 285 nm ... 28

Gambar 8. Kekerasan Kaplet dengan Jenis dan Persentase Bahan

Pengembang yang Berbeda ... 31

Gambar 9. Waktu Hancur Kaplet dengan Jenis dan Persentase Bahan

Pengembang yang Berbeda ... 32

Gambar 10. Friabilitas Kaplet dengan Jenis dan Persentase Bahan

Pengembang yang Berbeda ... 32

Gambar 11. Kurva Serapan Asam Mefenamat BPFI dalam Dapar Fosfat

pH 7,4 pada c = 10 mcg/ml... 33

Gambar 12. Data Panjang Gelombang Maksimum dan Absorbansi Asam

Mefenamat BPFI dalam Dapar Fosfat pH 7,4 pada

c = 10 mcg/ml... 33

Gambar 13. Kurva Kalibrasi Asam Mefenamat BPFI dalam Dapar Fosfat

pH 7,4 secara Spektro Ultraviolet pada λ = 286 nm... 34


(14)

Bahan Pengembang yang Berbeda dalam Dapar Fosfat pH 7,4... 35

DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet ... 38

Lampiran 2. Perhitungan Karakteristik Pati Kentang Merah ... 39

Lampiran 3. Perhitungan Pembuatan Kaplet Asam Mefenamat ... 40

Lampiran 4. Perhitungan Friabilitas Kaplet Asam Mefenamat ... 42

Lampiran 5. Data Hasil Uji Kekerasan, Uji Friabilitas dan Uji Waktu Hancur ... 43

Lampiran 6. Hasil Penentuan Persamaan Regresi dari Kurva Kalibrasi Asam Mefenamat BPFI pada Panjang Gelombang = 285 nm dalam NaOH 0,1 N ... 44

Lampiran 7. Hasil Penentuan Persamaan Regresi dari Kurva Kalibrasi Asam Mefenamat BPFI pada Panjang Gelombang = 286 nm dalam Dapar Fosfat pH 7,4 ... 46

Lampiran 8. Perhitungan Kadar Kaplet Asam Mefenamat ... 38

Lampiran 9. Perhitungan Keragaman Bobot ... 51

Lampiran 10. Perhitungan Hasil Uji Disolusi. ... 54

Lampiran 11. Hasil Penetapan Kadar Kaplet Asam Mefenamat pada Berbagai Perbandingan Konsentrasi Amilum Solani dan Formula Kaplet Pembanding ... 56

Lampiran 12. Gambar Kaplet Asam Mefenamat ... 57

Lampiran 13. Sertifikat Asam Mefenamat Baku Pembanding ... 58

Lampiran 14. Sertifikat Bahan Baku Asam Mefenamat. ... 59


(15)

Pembuatan Kaplet Asam Mefenamat secara Granulasi Basah dengan Pati Kentang Merah (Solanum tuberosum L.) sebagai Disintegran

ABSTRAK

Asam mefenamat merupakan salah satu bahan obat anti inflamasi non-steroid (AINS) yang bekerja sebagai analgesik untuk mengurangi/menghilangkan rasa sakit ringan sampai sedang. Karakteristik asam mefenamat yaitu kelarutannya yang praktis tidak larut dalam air. Efek samping tersering adalah gangguan saluran cerna, seperti diare dan peradangan abdomen.

Untuk mengatasi masalah tidak larutnya asam mefenamat ini, maka dilakukan formulasi kaplet asam mefenamat dengan menggunakan penambahan disintegran. Disintegran merupakan bahan tambahan (eksipien) dalam yang ditambahkan ke dalam formulasi kaplet untuk mendorong pecahnya kaplet ketika terjadi kontak dengan cairan. Disintegran yang digunakan disini adalah amilum solani yang diisolasi dari kentang merah. Konsentrasi amilum solani yang digunakan adalah 2%, 4%, 6% dan 8%, dan dibuat dengan metode granulasi basah. Kaplet yang dihasilkan dievaluasi dengan menggunakan parameter antara lain: kekerasan, friabilitas, waktu hancur, penetapan kadar, keseragaman sediaan, dan disolusi.

Hasil penelitian menunjukka n bahwa kaplet asam mefenamat yang dibuat dengan metode granulasi basah menggunakan amilum solani sebagai disintegran memenuhi persyaratan penetapan kadar, keragaman bobot, kekerasan, friabilitas. Walaupun tidak memenuhi persyaratan waktu hancur dan uji disolusi namun kaplet asam mefenamat memberikan hasil disolusi yang lebih baik dari kaplet pembanding dan tidak jauh berbeda dengan hasil disolusi kaplet yang telah ada di pasaran. Dengan kata lain amilum solani dapat digunakan sebagai disintegran pada pembuatan kaplet asam mefenamat.


(16)

Caplet Preparation of Mefenamic Acid with Wet Granulation Method Using Red Potato (Solanum tuberosum L.) Starch as Disintegration Agent

ABSTRACT

Mefenamic acid is one of non-steroidal anti-inflammatory drugs which works as analgesic for reducing slight to moderate pain. Mefenamic acid cannot dissolve in water. Common side effects are gastrointestinal disturbances, such as diarrhoea and abdominal discomfort.

To overcome this solubility problem, mefenamic acid caplet formulation is carried out by using the addition of disintegrant. Disintegrant is an additional materials (excipients) were added to the caplet formulation to encourage the breakup of the caplet when it comes in contact with liquid. Disintegrant used here is red potato starch. Its concentrations used were 2%, 4%, 6% and 8%, and made with the wet granulation method. The resulting caplets were evaluated using parameters such as: hardness, friability, disintegration time, determination, weight uniformity, and dissolution.

The result shows that mefenamic acid caplets which are prepared with wet granulation method using red potato starch as disintegrant fulfilled the requirements of content determining, weight uniformity, hardness, and friability analysis. Even the caplets not fulfilled of the requirements of disintegration and dissolution test but it gives a better result than the comparing caplets. It showed that potato starch can be used as disintegration agent in mefenamic acid caplet.


(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan juga banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa keuntungan sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat, mudah pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan yang lain (Lachman dkk., 1994).

Tablet merupakan sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Ditjen POM, 1979).

Pada pembuatan tablet, pati biasanya digunakan sebagai bahan tambahan yang berfungsi sebagai bahan pengisi, pengikat dan pengembang. Pati bersifat hidrofilisasi yaitu meninggikan porositas dan pembasahan tablet sehingga memudahkan penetrasi air melalui pori – pori ke bagian dalam tablet yang menyebabkan percepatan penghancuran tablet (Voigt, 1995). Efek porositas disebabkan oleh sifat pati yang tidak termampatkan dan kohesifitasnya yang rendah. Hal ini menyebabkan terbentuknya kapiler – kapiler di antara partikel – partikel tablet, yang menyebabkan air dapat masuk ke dalam tablet sehingga dapat memecahkan tablet.

Bahan penghancur ditambahkan untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet ketika kontak dengan cairan saluran pencernaan. Bahan penghancur berfungsi menarik air kedalam tablet, mengembang dan menyebabkan tablet pecah menjadi


(18)

bagian bagian. Fragmen tablet itu mungkin sangat menentukan kelarutan selanjutnya dari obat dapat tercapainya bioavailabilitas yang diharapkan (Voigt, 1995).

Granulasi basah merupakan salah satu cara pembuatan tablet metode cetak tidak langsung, yang lebih banyak digunakan dibandingkan dengan cara lain. Granul yang dihasilkan lebih spheris sehingga tablet yang dihasilkan biasanya lebih kompak (Soekemi, dkk., 1987).

1.2 Perumusan Masalah

Apakah pati kentang merah (Solanum tuberosum L.) dapat digunakan sebagai disintegran pada pembuatan kaplet asam mefenamat secara granulasi basah?

1.3 Hipotesis

Pati kentang merah dapat digunakan sebagai disintegran untuk pembuatan kaplet asam mefenamat secara granulasi basah.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk memformulasi kaplet asam mefenamat secara granulasi basah dengan pati kentang merah sebagai disintegran.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai informasi kegunaan pati kentang merah sebagai disintegran dalam pembuatan kaplet asam mefenamat yang bersifat praktis tidak larut dalam air.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asam Mefenamat 2.1.1 Tinjauan Umum

Rumus bangun :

Rumus molekul : C

Nama kimia : Asam N-2,3-xililantranilat [61-68-7] Berat molekul : 241,29

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih; melebur pada suhu lebih kurang 230o disertai peruraian.

Kelarutan : Larut dalam larutan alkali hidroksida; agak sukar larut dalam kloroform; sukar larut dalam etanol dan dalam metanol; praktis tidak larut dalam air.

(Ditjen POM, 1995)

2.1.2 Farmakologi

Obat ini merupakan salah satu AINS yang mempunyai efek

analgetik-antipiretik. Efek analgetik zat ini dapat dimanfaatkan pada nyeri akut atau kronik yang bersifat sedang, nyeri kepala dengan berbagai sebab, nyeri otot dan nyeri


(20)

trauma. Waktu paruh dalam plasma 2 sampai 4 jam. Absorpsi berlangsung di usus; terikat 99% pada protein plasma ( Clarke’s, 2004 ).

2.1.3 Efek Samping, Indikasi dan Sediaan

Indikasi zat ini ialah berbagai penyakit reumatik. Asam mefenamat dapat menyebabkan iritasi lambung, kolik usus, dan diare. Gejala yang mungkin berdasarkan kepekaan ialah eksantema makulopapulosa dan leukopenia. Zat ini tidak boleh digunakan jika ada tukak lambung atau tukak usus, diare, kehamilan maupun asma. Asam mefenamat tersedia dalam bentuk kapsul 250 mg dan kaplet 500 mg (Zubaidi dkk., 1981 ).

2.2 Uraian Tumbuhan 2.2.1 Sistematika Tumbuhan

Sistematika dari kentang adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Solanum

Spesies : Solanum tuberosum L. 2.2.2 Kandungan Kimia


(21)

Kandungan kimia dari kentang ( Solanum tuberosum L.) antara lain : karbohidrat 19 g, pati 15 g, serat pangan 2,2 g, lemak 0,1 g, protein 2 g, air 75 g.

2.3 Pati dan Sifat – Sifat Pati

Pati adalah sumber karbohidrat yang dihasilkan tumbuh – tumbuhan untuk persediaan makanan yang dijumpai didalam biji (beras), umbi (kentang, ubi jalar), dan batang (sagu). Pati merupakan butir atau granul yang berwarna putih mengkilat, tidak berbau dan tidak berasa. Butiran pati yang mempunyai bentuk dan ukuran yang beraneka ragam, tetapi pada umumnya berbentuk bola atau elips. Pati kentang mengandung kadar pati sekitar 79,60% , kadar air 19,22% material Nitrogen 0,69% dan 0,33% ( Bailliere, Tindal and Cox, 1952 ).

Pati biasanya berbentuk massa angular tidak beraturan atau bubuk putih. Tidak larut dalam air dingin maupun membentuk larutan koloid jika dipanaskan dengan air sejumlah sekitar 15 kali bobotnya. Larutan ini akan membentuk semacam jeli transparan jika didinginkan. Musilago pati berwarna biru gelap pada perlakuan dengan iodin, warna akan hilang pada pemanasan hingga 93oC tetapi muncul kembali setelah dingin. Jika pati dipanaskan dengan air pertama – tama butirannya akan mengembang dan kemudian membentuk gelatin ( Bailliere, Tindal and Cox, 1952 ).

Pada dasarnya pati merupakan polimer glukosa dengan ikatan ( 1,4 ) glukosa. Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi yang tidak larut dalam air disebut amilopektin dan fraksi yang dapat larut dalam air disebut amilosa (Leach, 1965).

Butiran pati terdiri dari bagian amorf dan bagian kristal. Bagian kristal terjadi apabila gugus OH pada unit glukosa daripada amilosa atau amilopektin satu dengan


(22)

yang lainnya berikatan dengan ikatan hidrogen. Bagian kristal ini yang mengakibatkan pati tidak larut dalam air (Colison, 1968).

2.4 Sediaan Tablet 2.4.1 Uraian Tablet

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja (Ditjen POM, 1995).

Tablet dicetak dari serbuk kering, kristal atau granulat, umumnya dengan penambahan bahan pembantu, pada mesin yang sesuai, dengan menggunakan tekanan tinggi. Tablet dapat memiliki bentuk silinder, kubus, batang, atau cakram, serta bentuk seperti telur atau peluru. Garis tengah tablet pada umumnya 5-17 mm, sedangkan bobot tablet 0,1-1 g (Voigt, 1995).

2.4.2 Metode Pembuatan Tablet

Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering (mesin rol atau mesin slag) dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa (Ditjen POM, 1995).

Butiran granulat yang diperoleh, partikel-partikelnya mempunyai daya lekat. Daya alirnya menjadi lebih baik sehingga pengisian ruang cetak dapat berlangsung secara kontiniu dan homogen. Keseragaman bentuk granulat menyebabkan keseragaman bentuk tablet (Voigt, 1995).


(23)

a. Granulasi basah

Zat berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur homogen, lalu dibasahi dengan larutan pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40-50°C. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin tablet (Anief, 1994).

b. Granulasi kering

Metode ini digunakan pada keadaan dosis efektif terlalu tinggi untuk pencetakan langsung, obatnya peka terhadap pemanasan, kelembaban, atau keduanya (Lachman, dkk, 1994).

Setelah penimbangan dan pencampuran bahan, serbuk di slugged atau dikompresi menjadi tablet yang lebar dan datar dengan garis tengah sekitar 1 inci. Kempaan harus cukup keras agar ketika dipecahkan tidak menimbulkan serbuk yang berceceran. Tablet kempaan ini dipecahkan dengan tangan atau alat dan diayak dengan lubang yang diinginkan, pelicin ditambahkan dan tablet dikempa (Ansel, 1989).

c. Kompresi Langsung

Beberapa bahan obat seperti kalium klorida, kalium iodida, amonium klorida, dan metenamin bersifat mudah mengalir, sifat kohesifnya juga memungkinkan untuk langsung dikompresi tanpa memerlukan granulasi (Ansel, 1989).


(24)

Tablet oral umumnya di samping zat aktif mengandung, pengisi, pengikat, penghancur, dan pelincir. Tablet tertentu mungkin memerlukan pemacu aliran, zat warna, zat perasa, dan pemanis (Lachman, dkk, 1994).

Komposisi umum dari tablet adalah zat berkhasiat, bahan pengisi, bahan pengikat atau perekat, bahan pengembang dan bahan pelicin. Kadang-kadang dapat ditambahkan bahan pewangi (flavoring agent), bahan pewarna (coloring agent) dan bahan-bahan lainnya (Ansel, 1989).

a. Pengisi

Digunakan agar tablet memiliki ukuran dan massa yang dibutuhkan. Sifatnya harus netral secara kimia dan fisiologis, selain itu juga dapat dicernakan dengan baik (Voigt, 1995). Bahan-bahan pengisi yaitu : laktosa, sukrosa, manitol, sorbitol, amilum, bolus alba, kalsium sulfat, natrium sulfat, natrium klorida, magnesium karbonat (Soekemi, dkk, 1987).

b. Pengikat

Untuk memberikan kekompakan dan daya tahan tablet, juga untuk menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam butir granulat (Voigt, 1995). Pengikat yang umum digunakan yaitu: amilum, gelatin, glukosa, gom arab, natrium alginat, cmc, polivinilpirolidon, dan veegum (Soekemi, dkk, 1987).

c. Penghancur

Untuk memudahkan pecahnya tablet ketika berkontak dengan cairan saluran pencernaan dan mempermudah absorpsi (Lachman, dkk, 1994). Bahan yang digunakan sebagai pengembang yaitu: amilum, gom, derivat selulosa, alginat, dan clays (Soekemi, dkk, 1987).


(25)

d. Pelicin

Ditambahkan untuk meningkatkan daya alir granul-granul pada corong pengisi, mencegah melekatnya massa pada punch dan die, mengurangi pergesekan antara butir-butir granul, dan mempermudah pengeluaran tablet dari die. Bahan pelicin yaitu : metalik stearat, talk, asam stearat, senyawa lilin dengan titik lebur tinggi, amilum maydis (Soekemi, dkk, 1987).

2.4.4 Uji Preformulasi

Sebelum dicetak menjadi tablet, massa granul perlu diperiksa apakah memenuhi syarat untuk dapat dicetak. Preformulasi ini menggambarkan sifat massa sewaktu pencetakan tablet, meliputi waktu alir, sudut diam dan indeks tap.

Pengujian waktu alir dilakukan dengan mengalirkan massa granul melalui corong. Waktu yang diperlukan tidak lebih dari 10 detik, jika tidak maka akan dijumpai kesulitan dalam hal keseragaman bobot tablet. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan bahan pelicin (Cartensen, 1977) .

Pengukuran sudut diam digunakan metode corong tegak, granul dibiarkan mengalir bebas dari corong ke atas dasar. Serbuk akan membentuk kerucut, kemudian sudut kemiringannya diukur. Semakin datar kerucut yang dihasilkan, semakin kecil sudut diam, semakin baik aliran granul tersebut (Voigt, 1995).

Indeks tap adalah uji yang mengamati penurunan volume sejumlah serbuk atau granul akibat adanya gaya hentakan. Indeks tap dilakukan dengan alat volumenometer yang terdiri dari gelas ukur yang dapat bergerak secara teratur keatas dan kebawah. Serbuk atau granul yang baik mempunyai indeks tap kurang dari 20% (Cartensen, 1977).


(26)

2.4.5 Evaluasi Tablet

a. Kekerasan tablet

Ketahanan tablet terhadap goncangan saat pengangkutan, pengemasan dan peredaran bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan yang lebih tinggi menghasilkan tablet yang bagus, tidak rapuh tetapi ini mengakibatkan berkurangnya porositas dari tablet sehingga sukar dimasuki cairan yang mengakibatkan lamanya waktu hancur. Kekerasan dinyatakan dalam kg tenaga yang dibutuhkan untuk memecahkan tablet. Kekerasan untuk tablet secara umum yaitu 4-8 kg, tablet hisap 10-20 kg, tablet kunyah 3 kg (Soekemi, dkk, 1987). Kekerasan tablet dipengaruhi oleh perbedaan massa granul yang mengisi die pada saat pencetakan tablet dan tekanan kompressi. Selain itu, berbedanya nilai kekerasan juga dapat diakibatkan oleh variasi jenis dan jumlah bahan tambahan yang digunakan pada formulasi. Bahan pengikat adalah contoh bahan tambahan yang bisa menyebabkan meningkatnya kekerasan tablet bila digunakan terlalu pekat (Lachman, dkk, 1994).

b. Friabilitas

Tablet mengalami capping atau hancur akibat adanya goncangan dan gesekan, selain itu juga dapat menimbulkan variasi pada berat dan keseragaman isi tablet. Pengujian dilakukan pada kecepatan 25 rpm, menjatuhkan tablet sejauh 6 inci pada setiap putaran, dijalankan sebanyak 100 putaran. Kehilangan berat yang dibenarkan yaitu lebih kecil dari 0,5 sampai 1% (Lachman, dkk, 1994). Kerenyahan tablet dapat dipengaruhi oleh kandungan air dari granul dan produk akhir. Granul yang sangat kering dan hanya mengandung sedikit sekali persentase kelembapan, sering sekali


(27)

menghasilkan tablet yang renyah daripada granul yang kadar kelembapannya 2 sampai 4% (Lachman, dkk, 1994).

c. Waktu hancur

Waktu hancur yaitu waktu yang dibutuhkan tablet pecah menjadi partikel-partikel kecil atau granul sebelum larut dan diabsorpsi. Menyatakan waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di bawah kondisi yang ditetapkan dan lewatnya seluruh partikel melalui saringan mesh-10 (Lachman, dkk, 1994). Hancurnya tablet tidak berarti sempurna larutnya bahan obat dalam tablet. Tablet memenuhi syarat jika waktu hancur tablet tidak lebih dari 15 menit (Soekemi, dkk, 1987). Kebanyakan bahan pelicin bersifat hidrofob, bahan pelicin yang berlebihan akan memperlambat waktu hancur. Tablet dengan rongga-rongga yang besar akan mudah dimasuki air sehingga hancur lebih cepat daripada tablet yang keras dengan rongga-rongga yang kecil (Soekemi, dkk, 1987).

d. Kadar zat berkhasiat

Untuk mengevaluasi kemanjuran suatu tablet, jumlah obat dalam tablet harus dipantau pada setiap tablet atau batch, begitu juga kemampuan tablet untuk melepaskan zat atau obat yang dibutuhkan harus diketahui (Lachman, dkk, 1994). Persyaratan kadar berbeda-beda, dan tertera pada masing monografi masing-masing bahan obat.

e. Keseragaman sediaan

Dapat ditentukan dengan salah satu dari dua metode :

- Keseragaman bobot dilakukan terhadap tablet yang 50% bahan aktifnya lebih besar atau sama dengan 50 mg.


(28)

- Keseragaman kandungan dilakukan terhadap tablet yang 50% bahan aktifnya kurang dari 50 mg (Ditjen POM,1995).

f. Disolusi

Yaitu larutnya obat dalam cairan pencernaan yang berhubungan langsung dengan efikasi (kemanjuran) dari tablet dan perbedaan bioavailabilitas dari berbagai formula (Lachman, dkk, 1994). Disolusi adalah suatu proses larutnya zat aktif dari suatu sediaan dalam medium. Hal ini berlaku untuk obat-obat yang diberikan secara oral dalam bentuk padat seperti tablet, kapsul, atau suspensi. Agar suatu obat dapat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut harus larut dalam cairan pada tempat absorbsi. Suatu obat yang diberikan secara oral dalam bentuk tablet atau kapsul tidak dapat diabsorbsi sampai partikel-partikel obat tersebut larut dalam cairan pada suatu tempat dalam saluran lambung-usus (Ansel, 1989). Cara pengujian disolusi tablet dan kapsul, juga persyaratan yang harus dipenuhi dinyatakan dalam masing-masing monografi obat. Yang diukur adalah jumlah zat berkhasiat yang larut dalam satu satuan waktu dengan alat dissolution tester (Soekemi, dkk, 1987).

2.5 Spektrofotometri Ultraviolet

Spektrofotometri ultraviolet digunakan untuk analisa kualitatif ataupun kuantitatif suatu senyawa. Absorpsi cahaya ultraviolet maupun cahaya tampak mengakibatkan traansisi elektron, yaitu perubahan elektron-elektron dari orbital dasar berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Penyerapan radiasi ultraviolet atau sinar tampak tergantung pada mudahnya transisi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk transisi elektron, akan


(29)

menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul-molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap panjang gelombang lebih panjang (Fessenden dan Fessenden, 1992).

Sinar ultraviolet dan sinar tampak memberikan energi yang cukup untuk terjadinya transisi elektronik. Dengan demikian spektra ultraviolet dan spektra tampak dapat dikatakan sebagai spectra elektronik. Keadaan energi yang paling rendah disebut keadaan dasar (ground state). Transisi-transisi elektronik akan meningkatkan energi molekular dari keadaan dasar ke satu atau lebih dari tingkat energi tereksitasi (Ganjar dan Rohman, 2007).


(30)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian meliputi isolasi pati, pembuatan formulasi sediaan dan evaluasi dari sediaan.

3.1 Alat

Alat - alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Disintegration Tester

(Erweka), Dissolution Tester (Erweka DT), Strong Cobb Hardness Tester (Erweka), Roche Friabilator (Erweka), Tapped Density Tester (Erweka), Spektrofotometer UV (UV Mini 1240 Shimadzu), Stopwatch, Neraca listrik, alat - alat gelas dan alat laboratorium lainnya.

3.2 Bahan

Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam mefenamat (MUTIFA), pati kentang merah, air suling, asam klorida p.a (E.Merck), asam mefenamat BPFI (Badan POM), magnesium stearat (Brataco), talkum (Brataco), laktosa, amilum manihot, primojel.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Isolasi Pati Kentang Merah

Kentang merah direndam dengan air secukupnya selama 24 jam, dikupas kulitnya dan dicuci bersih, kemudian diblender, hasilnya dikumpulkan kemudian disaring dengan kain belacu yang bersih. Pemerasan dilakukan berulang-ulang hingga perasannya menjadi jernih. Hasil saringan diendapkan selama 24 jam. Patinya akan turun ke bawah dan mengendap, cairan di atasnya dibuang. Pencucian terhadap


(31)

patinya dilakukan beberapa kali sampai cairan di atas menjadi jernih. Endapan pati dikeluarkan dari wadah, dikeringkan di dalam lemari pengering.

3.3.2 Evaluasi Terhadap Pati Hasil Isolasi 3.3.2.1 Penetapan Kadar Abu Total

Caranya: sebanyak 2 g serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus porselin dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pemijaran dilakukan pada suhu 600oC selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Ditjen POM, 1989).

3.3.2.2 Penetapan Susut Pengeringan

Caranya: sebanyak 5 g serbuk yang telah ditimbang seksama dimasukkan ke dalam botol timbang bermulut lebar yang sudah konstan, keringkan pada suhu 105oC dan didinginkan dalam eksikator kemudian ditimbang. Hal ini dilakukan sampai didapat berat yang konstan. Kadar air dihitung dalam persen (WHO,1992).

3.3.3 Pembuatan Kaplet Asam Mefenamat

Metode pembuatan kaplet asam mefenamat secara granulasi basah dengan bobot kaplet 600 mg dan penampang 18,6 x 4,8 mm. Amilum solani digunakan sebagai bahan disintegran dengan konsentrasi 2%, 4%, 6%, dan 8% (formula 1-4). Sedangkan sebagai pembanding digunakan Primojel dengan konsentrasi 4% (formula 5) dan amilum manihot dengan konsentrasi 10% (formula 6).


(32)

R/ Asam Mefenamat 500 mg Magnesium stearat 1 %

Talkum 1 %

Bahan pengembang x % Musilago amili 10% 160 mg

Laktosa ad 600 mg

m. f. dtd. Kpl. no. C

Keterangan : X = 2, 4, 6, dan 8 %

Tabel 1. Formula Kaplet Asam Mefenamat

(Formula untuk 100 kaplet) Keterangan :

F1 = Formula kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi amilum solani 2% F2 = Formula kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi amilum solani 4% F3 = Formula kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi amilum solani 6% F4 = Formula kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi amilum solani 8% F5 = Formula kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi Primojel 4%

F6 = Formula kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi amilum manihot 10%

3.3.4 Pembuatan Granul Asam Mefenamat

Ke dalam lumpang dimasukkan asam mefenamat, amilum solani (pengembang dalam) dan laktosa, gerus hingga homogen. Kemudian tambahkan musilago amili

Komposisi F o r m u l a

F1 F2 F3 F4 F5 F6

Asam Mefenamat (g) 50 50 50 50 50 50

Amilum solani (g) 1,2 2,4 3,6 4,8 - -

Talkum (g) 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6

Mg stearat (g) 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6

Musilago amili 10% (g) 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8

Primojel (g) - - - - 2,4 -

Amilum manihot (g) - - - 6,0

Laktosa (g) 5,8 4,6 3,4 2,2 4,6 1,0


(33)

10% sedikit demi sedikit sambil digerus sampai diperoleh massa yang baik. Massa digranulasi dengan ayakan mesh 12. Granulat basah dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40 – 60oC. Setelah kering granulat diayak kembali dengan ayakan mesh 14 dan ditimbang, kemudian tambahkan magnesium stearat, talkum, dan pati kentang merah (pengembang luar) dalam jumlah tertentu, diaduk hingga homogen, lalu dicetak menjadi kaplet dengan bobot 600 mg dan penampang berbentuk elips berdiameter 18,6 x 4,8 mm.

3.3.5 Uji Preformulasi

Uji preformulasi ini dilakukan terhadap massa granul yang telah dicampur dengan pelicin dan pengembang luar.

3.3.5.1 Sudut Diam Massa Granul

Sebanyak 100 gram granul dimasukkan kedalam corong yang telah dirangkai, permukannya diratakan. Lalu penutup bawah corong dibuka, biarkan granul mengalir sampai habis. Selanjutnya tinggi kerucut yang terbentuk diukur.

Sudut diam dihitung dengan rumus : Tangen θ = 2h/d Keterangan : θ = sudut diam

d = diameter h = tinggi kerucut

Granul yang bersifat free flowing akan mempunyai sudut diam < 35o (Cartensen, 1977).


(34)

Sebanyak 100 gram granul dimasukkan kedalam corong yang telah dirangkai, permukaannya diratakan. Penutup bawah corong dibuka dan secara serentak stopwatch dihidupkan. Stopwatch dihentikan saat granul telah habis melewati corong dan dicatat waktu alirnya.

Menurut Cartensen (1977), waktu alir yang diperlukan oleh sejumlah serbuk untuk mengalir harus lebih singkat dari 10 detik.

3.3.5.3 Indeks Tap Granul

Dimasukkan granul kedalam gelas ukur 50 ml dan dinyatakan sebagai volume awalnya (V1), kemudian gelas ukur dihentakkan sebanyak 20 kali dengan alat yang dimodifikasi. Setelah hentakan, volumenya dinyatakan sebagai volume akhir (V2). Indeks tap dapat dihitung dengan rumus :

% 100

1 2 1

× −

=

V V V

I Keterangan:

V1 = Volume awal sebelum hentakan V2 = Volume akhir sesudah hentakan Syarat: I ≤ 20% (Cartensen, 1977)

3.3.6 Pembuatan Pereaksi

3.3.6.1 Air Suling Bebas Karbondioksida

Air suling yang telah dididihkan selama 5 menit atau lebih dan didiamkan sampai dingin dan tidak boleh menyerap karbondioksida dari udara (Ditjen POM, 1995).

3.3.6.2 Pembuatan Dapar Fosfat pH 7,4

Dilarutkan kalium dihidrogen fosfat anhidrat sebanyak 47,6 gram dalam wadah berisi 1,75 L air suling bebas karbondioksida. Kedalam larutan kemudian


(35)

ditambahkan 40 ml larutan natrium hidroksida 6 N kemudian diaduk homogen. Ke dalam wadah kemudian ditambahkan air suling sampai 7 L. pH larutan diatur dengan menambahkan larutan natrium hidroksida 6 N sampai pH 7,4 ± 0,05.

3.3.6.3 Larutan NaOH 0,1 N

Ditimbang sebanyak 4 gram pelet natrium hidroksida dan dilarutkan dengan air suling sampai 1 L.

3.3.7 Penentuan Kurva Serapan dan Linieritas Kurva Kalibrasi Asam Mefenamat

3.3.7.1 Pembuatan Larutan Induk Baku

Ditimbang seksama 50 mg asam mefenamat BPFI, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml. Dilarutkan dengan NaOH 0,1 N sampai garis tanda, lalu dikocok homogen (konsentrasi 500 mcg/ml).

Dipipet sebanyak 10 mL larutan tersebut (500 mcg/ml), dimasukkan kedalam labu tentukur 50 mL, dicukupkan dengan NaOH 0,1 N sampai garis tanda maka diperoleh larutan induk baku dengan konsentrasi 100 mcg/ml.

3.3.7.2 Penentuan Kurva Serapan Asam Mefenamat

Dari LIB dipipet sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, diencerkan dengan NaOH 0,1 N sampai garis tanda. Dikocok homogen maka akan diperoleh konsentrasi 10 mcg/ml. Diukur serapannya pada panjang gelombang 200 – 400 nm dan sebagai blanko digunakan larutan NaOH 0,1 N.

3.3.7.3 Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Asam Mefenamat

Dari LIB dipipet masing – masing ; 2, 4, 5, 6, dan 7 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, kemudian dicukupkan dengan NaOH 0,1 N sampai garis


(36)

tanda, sehingga diperoleh konsentrasi 4 mcg/ml, 8 mcg/ml, 10 mcg/ml, 12 mcg/ml, dan 14 mcg/ml. Diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum.

3.4 Evaluasi Kaplet

3.4.1 Penetapan Kadar Asam Mefenamat dalam Kaplet

Ditimbang seksama 20 kaplet, dicatat beratnya, kemudian digerus sampai

homogen. Ditimbang sejumlah serbuk setara dengan 50 mg asam mefenamat sebanyak 6 kali, masing – masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml kemudian dicukupkan dengan NaOH 0,1 N sampai garis tanda. Dikocok homogen maka diperoleh larutan dengan konsentrasi 500 mcg/ml. Disaring dan lebih kurang 25 ml filtrat pertama dibuang dan filtrat selanjutnya ditampung. Dari larutan tersebut dipipet sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, diencerkan dengan NaOH 0,1 N kemudian dicukupkan sampai garis tanda, maka diperoleh larutan dengan konsentrasi 100 mcg/ml. Dipipet 5 ml dari larutan tersebut dan dimasukkan dalam labu tentukur 50 ml, diencerkan dengan NaOH 0,1 N sampai garis tanda maka diperoleh larutan dengan konsentrasi 10 mcg/ml. Kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 285 nm dengan menggunakan NaOH 0,1 N sebagai blanko.

3.4.2 Uji Kekerasan Kaplet

Alat : Strong Cobb Hardness Tester ( Erweka ) Cara :

Sebuah kaplet diletakkan tegak horizontal atau vertikal di antara anvil gan punch, kaplet dijepit dengan memutar skrup pengatur hingga tanda lampu “stop”


(37)

menyala, knop ditekan dan dicatat angka yang ditunjukkan jarum penunjuk skala pada saat kaplet pecah. Percobaan ini dilakukan untuk 5 kaplet.

Ketentuan umum : Kekerasan kaplet 4 – 8 kg ( Parrot, 1970 ).

3.4.3 Uji Friabilitas

Alat : Roche Friabilator ( Erweka ) Cara :

Ditimbang 20 kaplet yang telah dibersihkan dari debu, dicatat beratnya (a gram). Kaplet dimasukkan ke dalam alat friabilator, lalu alat dijalankan selama 4 menit (100 kali putaran). Setelah batas waktu yang ditentukan kaplet dikeluarkan dan dibersihkan dari debu, lalu ditimbang beratnya (b gram).

Friabilitas ( F ) = ( a – b ) / a x 100 %

Ketentuan umum : Kehilangan berat ≤ 1 % (Lachman dkk, 1994).

3.4.4 Uji Waktu Hancur

Alat : Disintegration Tester (Erweka) Cara :

Pengujian dilakukan terhadap 6 kaplet. Dimasukkan 1 kaplet pada masing – masing tabung dari keranjang, dimasukkan satu cakram pada tiap tabung, kemudian alat dijalankan. Digunakan air dengan suhu 37˚ ± 2˚ C sebagai media. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera pada monografi, angkat keranjang dan amati keenam kaplet. Semua kaplet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 kaplet tidak hancur sempurna ulangi pengujian dengan 12 kaplet lainnya, tidak kurang dari 16 kaplet dari 18 kaplet yang diuji harus hancur sempurna.


(38)

Persyaratan : Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kaplet tidak lebih dari

15 menit untuk kaplet tidak bersalut ( Ditjen POM, 1979 ).

3.4.5 Uji Disolusi Kaplet

Untuk menguji laju disolusi kaplet dilakukan dengan menggunakan alat Dissolution Tester.

Medium : 900 ml dapar fosfat pH 7,4 Alat : tipe 2 ( metode dayung ) Kecepatan putaran : 100 rpm

Waktu : 60 menit Cara :

Satu kaplet dimasukkan ke dalam wadah disolusi yang telah berisi 900 ml medium disolusi yang bersuhu 37˚ ± 0,5˚ C. Kemudian dayung diputar dengan kecepatan 100 rpm. Sampel alikuot diambil sebanyak 5 ml pada menit ke 5, 10, 15, 30, 45, dan 60 menit. Kemudian serapan diukur pada panjang gelombang 286 nm dan sebagai blanko digunakan dapar fosfat pH 7,4. Volume medium diusahakan tetap dengan menambahkan medium dapar fosfat pH 7,4 sebanyak 5 ml setelah pemipetan. Pengujian dilakukan terhadap 6 kaplet.

Persyaratan : Dalam waktu 45 menit harus larut tidak kurang dari 75% ( Q )

C15H15NO2 dari jumlah yang tertera pada etiket ( USP XXVI, 2003 ).

Interpretasi : Persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif yang terlarut dari sediaan

yang diuji sesuai dengan tabel penerimaan. Apabila tidak memenuhi persyaratan maka pengujian dilanjutkan sampai tiga tahap, kecuali bila hasil pengujian memenuhi tahap S1 atau S2. Harga Q adalah jumlah zat aktif yang terlarut seperti yang tertera


(39)

dalam masing – masing monografi, dinyatakan dalam persentase kadar pada etiket, angka 5% dan 15% dalam tabel adalah persentase kadar pada etiket, dengan demikian mempunyai arti yang sama dengan Q.

Tabel 2. Kriteria Penerimaan Zat Aktif yang Larut dengan Disolusi

Tahap Jumlah yang diuji

Kriteria Penerimaan

S1 6 Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5%

S2 6 Rata – rata dari 12 unit ( S1 + S2 ) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q dan tidak 1 unit sediaan yang lebih kecil dari Q – 15%

S3 6 Rata – rata dari 24 unit ( S1 + S2 + S3 ) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q, tidak lebih dari 2 unit sediaan yang lebih kecil dari Q – 15% dan tidak 1 unit sediaan yang lebih kecil dari Q – 25%

(Ditjen POM, 1995)

3.4.6 Analisis Data Secara Statistik

Kadar zat aktif sebenarnya yang terkandung dalam sampel dapat diketahui menggunakan uji distribusi t. Data diterima atau ditolak dihitung dengan menggunakan metode standar deviasi dengan rumus :

1

2

−       −

=

n x x SD

Keterangan:

SD = standar deviasi; x = pKa sampel; −x = pKa rata-rata sampel;

n = jumlah perlakuan


(40)

(

)

n SD

x x

thitung = −

Dimana:

x= pKa sampel; x= pKa rata-rata sampel; SD = Standar deviasi; n = jumlah perlakuan

Dengan dasar penolakan data adalah : t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel dan dasar


(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi Pati Kentang Merah ( Solanum tuberosum L. )

Dari 10.000 gram kentang merah diperoleh pati sebanyak 550 gram, sehingga rendemen pati kentang merah 5,5% (lampiran 2, hal. 29). Pati kentang merah yang diperoleh berwarna putih sampai putih kecoklatan, tidak berbau, tidak berasa. Butir pati kentang merah berbentuk bulat lonjong mempunyai lamella dan hilus yang berada di ujungnya. Kadar abu pada pati kentang merah sebesar 0,6798% dan kadar air sebesar 3,2744% (lampiran 2, hal.29) dimana keduanya masih memenuhi persyaratan Materia Medika yaitu kadar abu tidak lebih dari 0,6% untuk tiap 1 gram sampel dan kadar air tidak lebih dari 20%.

1

2

Gambar 1. Pati kentang merah (perbesaran 10 x 40).

Keterangan: 1. Hilus 2. Lamella

4.2 Hasil Uji Preformulasi Massa Granul

Sebelum massa granul dicetak menjadi kaplet dilakukan uji preformulasi yang meliputi waktu alir. sudut diam dan indeks tap. Pengujian ini dilakukan terhadap


(42)

massa granul agar dapat diketahui apakah granul tersebut memenuhi syarat untuk dicetak menjadi kaplet.

Tabel 3. Data Uji Preformulasi Massa Granul

Formula

Uji Preformulasi Waktu Alir

(detik)

Sudut Diam ( 0)

Indeks Tap (%)

F1 6.41 29.0068 9.1667

F2 5.95 28.7904 9.0963

F3 5.76 28.0183 8.6956

F4 4.97 27.6773 7.8616

F5 6.97 31.5618 10.1123

F6 6.52 28.6639 9.3333

Keterangan :

F1 = Formula kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi amilum solani 2% F2 = Formula kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi amilum solani 4% F3 = Formula kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi amilum solani 6% F4 = Formula kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi amilum solani 8% F5 = Formula kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi Primojel 4%

F6 = Formula kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi amilum manihot 10%

4.2.1 Uji Sudut Diam

Dari tabel 3. dapat dilihat bahwa sudut diam dari variasi konsentrasi amilum solani semakin menurun dari F1-F4. yaitu dari 29,0068 – 27,6773. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkat konsentrasi amilum solani yang digunakan sebagai bahan pengembang maka aliran granul semakin baik (bersifat free flowing) sehingga sudut diamnya kecil. Hal ini terjadi karena semakin banyak konsentrasi amilum solani yang ditambahkan akan mengakibatkan granul yang terbentuk semakin sedikit sehingga meningkatkan kelincirannya dan mengakibatkan sudut diamnya menjadi kecil. Sudut diam yang lebih tinggi mengakibatkan granul susah mengalir dari hopper ke die pada waktu proses pencetakan kaplet sehingga menyebabkan


(43)

ketidakseragaman bobot kaplet. Menurut Voigt (1984), sudut diam antara 25° dan 45° memiliki aliran yang baik pada waktu pencetakan kaplet.

Sudut Diam

29.0068

28.7904

28.0183

27.6773

31.5618

28.6639

24

26

28

30

32

F1

F2

F3

F4

F5

F6

Formula

S

u

d

u

t

D

i

a

m

(

°

)

Gambar 2. Sudut Diam Massa Granul dengan Jenis dan Persentase Bahan

Pengembang yang Berbeda

4.2.2 Uji Waktu Alir

Berdasarkan tabel 1. dapat dilihat bahwa waktu alir semakin cepat dengan bertambahnya konsentrasi amilum solani yang digunakan sebagai bahan pengembang. yaitu F1>F2>F3>F4. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan konsentrasi amilum solani yang digunakan dapat meningkatkan kelincirannya, sehingga waktu yang dibutuhkan granul untuk mengalir dari corong akan semakin kecil. Menurut Cartensen (1977), partikel yang lebih besar memiliki waktu alir yang lebih kecil, dan akan menghasilkan kaplet yang baik dalam hal keseragaman bentuk dan bobot.


(44)

Waktu Alir

6.41 5.95 5.76

4.97 6.97 6.52 0 2 4 6 8

F1 F2 F3 F4 F5 F6

Formula W a k tu a li r ( d e ti k )

Gambar 3. Waktu Alir Massa Granul dengan Jenis dan Persentase Bahan

Pengembang yang Berbeda

4.2.3 Uji Indeks Tap

Indeks tap dipengaruhi oleh bentuk, ukuran dan kekerasan granul. Dari tabel 1 di bawah. diperoleh data indeks tap dari F1 hingga F4 adalah sebesar 9.1667% , 9.0963% , 8.6956% , dan 7.8616%. Hal ini berarti semakin besar konsentrasi bahan pengembang yang digunakan maka indeks tap akan semakin kecil pula. Indeks tap berperan penting dalam menentukan granul tersebut layak dicetak menjadi kaplet atau tidak, di mana indeks tap menunjukkan daya tahan granul terhadap daya kompresi dari alat pencetak kaplet. Menurut Guyot (1978), granul yang memiliki sifat alir yang baik mempunyai indeks tap ≤ 20%. Hal ini menunjukkan bahwa uji indeks tap pada semua formula memenuhi standar yang telah ditentukan.

Indeks Tap

9.1667 9.0963 8.6956

7.8616 10.1123 9.3333 0 2 4 6 8 10 12

F1 F2 F3 F4 F5 F6 Formula In d e k s T a p ( % )


(45)

Pengembang yang Berbeda

4.3 Hasil Evaluasi Kaplet

4.3.1 Hasil Pembuatan Kurva Serapan Maksimum dan Kurva Kalibrasi

Asam Mefenamat BPFI dalam NaOH 0,1 N serta Penetapan Kadar Asam Mefenamat dalam Kaplet

Menurut Moffat et al(2005), asam mefenamat memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 285 nm di dalam larutan NaOH 0,1 N. Hal ini sesuai dengan hasil pengukuran secara spektrofotometri ultraviolet larutan asam mefenamat BPFI dalam NaOH 0,1 N yang dilakukan. di mana diperoleh serapan maksimum pada panjang gelombang 285 nm (gambar 5) dengan serapan 0,3893 (gambar 6).

Gambar 5. Kurva Serapan Asam Mefenamat BPFI dalam NaOH 0,1 N pada


(46)

Gambar 6. Data Panjang Gelombang Maksimum dan Absorbansi

Asam Mefenamat BPFI dalam NaOH 0,1 N pada c = 10 mcg/ml Dari hasil penentuan linieritas kurva kalibrasi asam mefenamat BPFI dalam rentang konsentrasi 4,0 mcg/ml hingga 14,0 mcg/ml pada λmaks = 285 nm (gambar 7)

diperoleh persamaan regresi : Y = 0,037206X + 0,001152 dengan nilai r = 0,9996. Dengan nilai r yang mendekati 1, dapat dikatakan terdapat kolerasi yang dekat antara konsentrasi dengan pengukuran.

Gambar 7. Kurva Kalibrasi Asam Mefenamat BPFI dalam NaOH 0,1 N secara

Spektro Ultraviolet pada λ = 285 nm

Tabel 4. Hasil Penetapan Kadar Kaplet Asam Mefenamat

No Formula Kadar ( % )

1 F1 100.5750 ± 5.8636

2 F2 103.4083 ± 5.8897

3 F3 102.6267 ± 5.5484

4 F4 106.2883 ± 2.2209

5 F5 102.1767 ± 3.5558

6 F6 100.2617 ± 1.7848


(47)

Keterangan :

F1 = Formula kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi amilum solani 2% F2 = Formula kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi amilum solani 4% F3 = Formula kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi amilum solani 6% F4 = Formula kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi amilum solani 8% F5 = Formula kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi Primojel 4%

F6 = Formula kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi amilum manihot 10%

Menurut USP XXVI (2003) kaplet asam mefenamat mengandung asam mefenamat tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Dari hasil penetapan kadar kaplet asam mefenamat, dimana kadar kaplet F1 (amilum solani 2%) sebesar 100.58%, F2 (amilum solani 4%) sebesar 103.41%, F3 (amilum solani 6%) sebesar 102.63%, F4 (amilum solani 8%) sebesar 106.29%, F5 (Primojel 4%) sebesar 102.18%, dan F6 (amilum manihot 10%) sebesar 100.26% terlihat bahwa kadar tablet yang diperoleh bervariasi, tetapi kadar tersebut masih memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam USP XXVI (2003). Kadar asam mefenamat dalam kaplet berkisar antara 100.26% sampai 106.29%.

4.3.2 Keragaman Bobot

Dari tabel 5 di bawah ini dapat dilihat bahwa keragaman bobot kaplet asam mefenamat berkisar antara 99.36% hingga 101.07% dengan simpangan baku relatif antara 0.04% - 0.10%. Berdasarkan hal tersebut, maka keragaman bobot dari kaplet asam mefenamat memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia edisi IV (1995) yaitu jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10 satuan sediaan terletak antara 85.0% hingga 115.0% dari yang tertera pada etiket, atau jika simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6.0%. Dilihat berdasarkan hasil simpangan baku relatifnya, maka dapat disimpulkan bahwa kaplet yang tercetak memiliki keragaman bobot yang baik. Menurut Lachman dkk. (1994) terdapat tiga


(48)

faktor yang mempengaruhi keseragaman isi kaplet, yaitu tidak seragamnya distribusi bahan obat pada pencampuran bubuk atau granulasi. pemisahan dari campuran bubuk atau granulasi selama proses pembuatan dan penyimpangan berat kaplet.

Tabel 5. Data Hasil Evaluasi Kaplet

4.3.3 Kekerasan Kaplet

Hasil uji kekerasan seperti yang terlihat pada tabel 5. menunjukkan bahwa kekerasan semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi amilum solani yang ditambahkan pada kaplet hingga pada konsentrasi 8%. yaitu F1>F2>F3>F4. Hal ini disebabkan karena kuatnya ikatan granul membentuk kaplet sehingga kaplet menjadi lebih keras. Namun pada uji kekerasan yang dilakukan pada F6, hasil yang diperoleh adalah 3.40 sehingga pada pengujian ini kaplet pada F6 tidak memenuhi syarat, karena menurut Parrot (1971), kekerasan kaplet akan memenuhi syarat pada rentang 4-8 kg. Hal ini terjadi karena kandungan pati dari amilum manihot dan amilum solani

Formula

Jenis Evaluasi Kaplet

Kekerasan (kg)

Waktu Hancur (menit)

Friabilitas (%)

Keragaman Bobot Kadar ( % )

Simpangan Baku Relatif

(%)

F1 4.25 ± 1.41 19.65±2.66 0.74 99.36±0.53 0.10

F2 4.69 ± 2.30 26.67±6.73 0.74 100.60±0.40 0.08

F3 4.85 ± 1.81 37.53±3.59 0.49 100.19±0.21 0.04

F4 5.10 ± 2.11 46.89±6.14 0.16 99.95±0.43 0.08

F5 4.05 ± 0.43 19.12±7.08 0.82 100.71±0.51 0.10


(49)

tidaklah sama. Hasil yang menunjukkan nilai yang hampir sama dengan bahan pembanding Primojel adalah konsentrasi amilum solani sebanyak 2% yaitu F2.

Kekerasan Tablet 4.25 4.69 4.85 5.1 4.05 3.4 0 1 2 3 4 5 6

F1 F2 F3 F4 F5 F6

Formula K e k e ra s a n ( K g )

Gambar 8. Kekerasan Kaplet dengan Jenis dan Persentase Bahan Pengembang yang Berbeda

4.3.4 Waktu Hancur

Berdasarkan data dari tabel 5, maka hasil pengujian waktu hancur terhadap kaplet dapat diketahui di mana semakin meningkat konsentrasi amilum solani yang digunakan maka semakin lambat waktu hancur kaplet. Pada grafik terlihat bahwa waktu hancur dari F1 dan F5 memiliki nilai yang hampir sama, F1 memiliki kekerasan 4.25 dan F5 memiliki kekerasan 4.05 dimana keduanya memiliki kekerasan yang hampir sama, namun berbeda jauh dengan waktu hancur kaplet dengan bahan pembanding amilum manihot. Hal ini terjadi karena kandungan dari amilum solani dan amilum manihot tidaklah sama. Kaplet dengan bahan pengembang amilum solani 2% akan terkikis sedikit demi sedikit pada waktu pengujian, sedangkan kaplet dengan bahan pengembang Primojel akan segera pecah menjadi


(50)

partikel kasar hingga kemudian larut dalam pelarutnya. Menurut Parrot (1971), waktu hancur kaplet dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimia dari bahan tambahan yang digunakan, kekerasan dan porositas dari kaplet.

Waktu Hancur 19.6517 26.6717 37.535 46.8883 19.125 60.2087 0 10 20 30 40 50 60 70

F1 F2 F3 F4 F5 F6

Formula W a k tu H a n c u r (m e n it )

Gambar 9. Waktu Hancur Kaplet dengan Jenis dan Persentase

Bahan Pengembang yang Berbeda

4.3.5 Friabilitas

Dari tabel 5 di atas juga dapat diketahui bahwa semakin meningkat konsentrasi amilum solani maka friabilitas kaplet semakin menurun hingga pada F4. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa friabilitas berbanding terbalik dengan kekerasan kaplet. Dengan kata lain, semakin meningkat kekerasan kaplet maka friabilitas kaplet akan semakin kecil. Menurut Lachman dkk.. (1994) kehilangan berat lebih kecil dari 0.5% sampai 1% masih dapat dibenarkan. Sehingga pada pengujian ini seluruh formula memenuhi persyaratan.


(51)

Friabilitas

0.7456 0.7395

0.495

0.1655

0.821 0.9098

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1

F1 F2 F3 F4 F5 F6

Formula

F

ri

ab

il

it

as

(

%

)

Gambar 10. Friabilitas Kaplet dengan Jenis dan Persentase Bahan

Pengembang yang Berbeda

4.3.6 Uji Disolusi Kaplet

4.3.6.1 Hasil Pembuatan Kurva Serapan Maksimum dan Kurva Kalibrasi Asam Mefenamat BPFI dalam Dapar Fosfat pH 7,4

Hasil pengukuran secara spektrofotometri ultraviolet dengan menggunakan dapar fosfat pH 7,4 diperoleh serapan maksimum asam mefenamat BPFI pada panjang gelombang 286 nm dengan serapan 0,3656 (gambar 12).

Gambar 11. Kurva Serapan Asam Mefenamat BPFI dalam Fosfat pH 7,4 pada


(52)

Gambar 12. Data Panjang Gelombang Maksimum dan Absorbansi Asam

Mefenamat BPFI dalam Dapar Fosfat pH 7,4 pada c = 10 mcg/ml

Gambar 13. Kurva Kalibrasi Asam Mefenamat BPFI dalam Dapar Fosfat pH 7,4

secara Spektro Ultraviolet pada λ = 286 nm

4.3.6.2 Hasil Uji Disolusi Asam Mefenamat dalam Sediaan Kaplet

Dari hasil uji disolusi kaplet yang dapat dilihat pada tabel 6 diketahui bahwa persen kumulatif asam mefenamat yang terlarut pada menit ke-45 dari formula F1 sebesar 28.22% formula F2 sebesar 28.23% formula F3 sebesar 28.46% formula F4 sebesar 28.32% formula F5 sebesar 28.15% dan formula F6 sebesar 28.49% dan menunjukkan bahwa formula amilum solani tidak memenuhi persyaratan USP XXVI (2003) di mana tidak kurang dari 75% (Q) C15H15NO2 dari jumlah yang tertera pada


(53)

etiket yang terdisolusi dalam waktu 45 menit. Oleh karena itu, dilakukan juga uji disolusi dari kaplet asam mefenamat yang ada di pasaran Bernostan® (Bernofarm). Namun kaplet Bernostan® juga memberikan hasil disolusi yang tidak berbeda jauh yaitu sebesar 28,26% pada menit ke-45. Hal ini menjelaskan mengapa asam mefenamat harus diberikan dalam dosis tinggi untuk memberikan efek terapi (Tan, 2005).

0

5

10

15

20

25

30

35

5

10

15

30

45

60

waktu (menit)

% K u m u la ti f

F1

F2

F3

F4

F5

F6

B

Gambar 14. Disolusi Kaplet Asam Mefenamat dengan Jenis dan Persentase Bahan Pengembang yang Berbeda dalam Dapar Fosfat pH 7,4

Tabel 6. Hasil Uji Disolusi Kaplet Asam Mefenamat

Waktu (menit)

Persentase Kumulatif Asam Mefenamat yang Terlepas ( % )

F1 F2 F3 F4 F5 F6 B

5 28.07±0.28 28.08±0.37 28.34±0.20 27.85±0.15 27.85±0.15 28.13±0.38 17.78 10 28.30±0.16 28.27±0.35 28.56±0.69 28.16±0.38 28.05±0.48 28.60±0.00 24.66 15 27.96±0.19 27.78±0.35 28.11±0.39 27.57±0.13 27.57±0.13 27.85±0.27 27.21 30 26.49±0.20 26.49±0.20 26.77±0.15 26.30±0.00 26.33±0.10 26.51±0.17 26.51 45 28.22±0.15 28.23±0.29 28.46±0.31 28.32±0.51 28.15±0.60 28.49±0.36 28.26 60 27.53±0.17 27.47±0.17 27.75±0.44 27.31±0.38 27.61±0.98 27.44±0.37 27.60


(54)

Keterangan :

F1 = Formula kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi amilum solani 2% F2 = Formula kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi amilum solani 4% F3 = Formula kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi amilum solani 6% F4 = Formula kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi amilum solani 8% F5 = Formula kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi Primojel 4%

F6 = Formula kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi amilum manihot 10% B = Kaplet Bernostan® (Bernofarm) yang telah dipasarkan di pasaran


(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dari data dapat ditarik kesimpulan bahwa amilum solani dapat digunakan sebagai bahan pengembang pada pembuatan kaplet asam mefenamat yang merupakan bahan aktif obat yang bersifat praktis tidak larut dalam air, terbukti dari hasil uji disolusi kaplet asam mefenamat yang dibuat sendiri memberikan pelepasan bahan obat yang lebih cepat daripada kaplet asam mefenamat yang ada di pasaran Bernostan® (Bernofarm).

5.2 Saran

Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk menggunakan bahan aktif lain yang sukar larut dalam air.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Jakarta: UI Press. Halaman 96

Bailliere, Tindal and Cox. (1952). A Text Book of Pharmacognosy. Sixth Edition. London. Pages 732-739

Cartensen, J.T. (1977). Pharmaceutics of Solids and Solid Dosage Forms. New York: John Wiley and Sons. A Wiley Interscience Publication. Pages

133-135, 209-214, 216-218 and 342

Collison, G.K. (1968). Sweeling and Gelation of Starch, Starch and It’s Derivates. London: Chapman and Hall Ltd. Page 171

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 8, 748 dan 755

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 5-6, 43, 999, 1085 dan 1143

Gandjar, I.B., Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 17

Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig, J.L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi

Industri. Edisi III. Jakarta: UI Press. Halaman 651-654, 657-660 dan 697

Moffat, A.C., Osselton, M.D., Widdop, B. (2004). Clarke’s Analysis of Drug and

Poisons. Third Edition. London: Pharmaceutical Press. Page 89

Parrot, E.L. (1971). Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics. Minneapolis: Burgess Publishing Company. Pages 82-83

Soekemi, R.A., Yuanita, T., Fat Aminah, Salim Usman. (1987). Tablet. Medan: PT Mayang Kencana. Halaman 5 dan 54

Tan, H.T., Rahardja, K. (2008). Obat-Obat Penting. Edisi VI. Cetakan Kedua. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Halaman 318 dan 331

Voigt, R., (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 200, 221 and 222

Wibisono, Y. (2005). Metode Statistik. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 332-334


(57)

Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 172


(58)

Lampiran 2. Perhitungan Karakteristik Pati Kentang Merah

Berat kentang merah segar = 10000 gram Berat pati kentang merah = 550 gram

Rendemen pati kentang merah = berat pati kentang merah

berat kentang merah segar x 100%

= 100%

10000 550

×

gram gram

= 5,5 %

Berat pati kentang merah = 3,6925 gram Berat abu = 0,0251 gram

Kadar abu total = 100% 0,6798%

6925 , 3 0251 , 0 = × gram gram

Berat awal pati kentang merah = 4,8650 gram Berat akhir pati kentang merah = 4,7057 gram

Susut pengeringan = 100% 3,3853%

7057 , 4 7057 , 4 8650 , 4 = × − gram gram gram


(59)

Lampiran 3. Contoh Perhitungan Pembuatan Kaplet Asam Mefenamat

Sebagai contoh diambil kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi 4% (Formula 2). Dibuat formula untuk 100 kaplet, dengan berat kaplet 600 mg dan penampang elips 18,6 x 4,8 mm.

Berat 100 kaplet = 100 x 0,600 g = 60 g

Berat asam mefenamat dalam kaplet = 100 x 500 mg = 50000 mg = 50 g Dengan menggunakan bahan pengembang amilum solani 4%:

a. Pengembang dalam = 2% x 60 g = 1,200 g b. Pengembang luar = 2% x 60 g = 1,200 g c. Mg stearat = 1% x 60 g = 0,6 g

d. Talkum = 1% x 60 g = 0,6 g

e. Pengikat :

i. Bahan pengikat yang digunakan dalam formula adalah musilago amili 10% yang dibuat sebanyak 30% = 30% x 60 g = 18 g

ii. Amilum manihot yang ditimbang = 10% x 18 g = 1,80 g f. Laktosa = 60 g – ( 50 + 1,2 + 1,2 + 0,6 + 0,6 + 1,8 )g = 4,6 g

Cara Kerja : metode granulasi basah

1. Asam mefenamat + laktosa + amilum solani (pengembang dalam), digerus homogen.


(60)

2. Ditambahkan musilago amili sedikit demi sedikit sampai diperoleh massa yang kompak. Musilago amili 10% yang terpakai adalah 14,80 g yang mengandung amilum manihot 1,480 g.

3. Digranulasi dengan ayakan mesh 12. 4. Dikeringkan pada temperatur 40°C - 60°C.

5. Setelah kering, diayak lagi dengan ayakan mesh 14. a. Berat massa secara teoritis :

= (bahan obat + pengembang dalam + pengikat + pengisi) = (50 + 1,20 + 1,48 + 4,60)g = 57,28 g

= 100%

00 , 60

28 ,

57 ×

= 95,47%

b. Granulat kering ditimbang beratnya = 59,90 g

c. Massa tablet seluruhnya = 59,90 %

47 , 95

% 100

× g

= 62,7423 g

d. Amilum solani (pengembang luar) = 2% x 62,7423 g = 1,2548 g e. Talkum = 1% x 62,7423 g = 0,6274 g

f. Mg stearat = 1% x 62,7423 g = 0,6274 g

6. Ditambahkan amilum solani (pengembang luar), talkum, Mg stearat lalu diaduk hingga homogen.


(61)

Lampiran 4. Contoh Perhitungan Friabilitas Kaplet Asam Mefenamat

A - B

Rumus : F = x 100%

A Keterangan : F = Friabilitas

A = Bobot kaplet sebelum diputar dalam alat friabilator B = Bobot kaplet setelah diputar dalam alat friabilator Syarat Friabilator kaplet :

Kehilangan bobot tidak boleh lebih dari 1% (F ≤ 1%)

Sebagai contoh diambil kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi amilum solani 8% (F4)

Bobot 20 kaplet sebelum diputar = 12,08 g Bobot 20 kaplet setelah diputar = 12,06 g

Friabilitas kaplet = 100%

08 , 12

06 , 12 08 , 12

× −

g g g


(62)

Lampiran 5. Data Hasil Uji Kekerasan, Uji Friabilitas, dan Uji Waktu Hancur

a. Uji Kekerasan Kaplet

No. Kekerasan Kaplet (Kg)

F1 F2 F3 F4 F5 F6

1. 4,25 3,75 4,25 4 3,75 2,75

2. 5 4,2 3,75 5,5 4 3

3. 3,25 6,5 6 4 4,25 3,75

4. 4,75 5 5,25 6 4 4

5. 4 4 5 6 4,25 3,5

Rata-rata 4,25±1,41 4,69±2,30 4,85±1,81 5,10±2,11 4,05±0,43 3,40±1,07

b. Uji Friabilitas

No. Formula Bobot 20 kaplet (gram) Friabilitas

(%) Sebelum (a) Sesudah (b)

1. F1 12,07 11,98 0,75

2. F2 12,17 12,08 0,74

3. F3 12,12 12,06 0,50

4. F4 12,08 12,06 0,17

5. F5 12,18 12,08 0,82

6. F6 12,09 11,98 0,91

c. Uji Waktu Hancur

No. Waktu Hancur (menit)

F1 F2 F3 F4 F5 F6

1. 16,9500 21,5800 34,3700 41,6700 14,8800 60,1247


(63)

3. 19,4200 26,3200 37,8800 45,0100 16,9500 60,1700

4. 20,1300 29,5800 39,0800 49,2800 18,0800 60,1730

5. 20,6700 29,8300 39,2200 49,9500 22,1700 60,2875

6. 21,6700 30,7700 39,3800 51,0500 26,3200 60,3661

Rata-rata 19,65±2,66 26,67±6,73 37,54±3,54 46,89±6,14 19,13±7,08 60,21±0,16

Lampiran 6. Hasil Penentuan Persamaan Regresi dari Kurva Kalibrasi

Asam Mefenamat BPFI pada Panjang Gelombang = 285 nm dalam NaOH 0,1 N

Tabel Data Kurva Kalibrasi

C (mcg/ml)

Abs ( Y ) XY X² Y²

(X)

0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000

4,0000 0,1530 0,6120 16,0000 0,0234

8,0000 0,2910 2,3280 64,0000 0,0847

10,0000 0,3800 3,8000 100,0000 0,1444

12,0000 0,4510 5,4120 144,0000 0,2034

14,0000 0,5180 7,2520 196,0000 0,2683

∑X = 48 ∑Y = 1,7930 ∑XY = 19,4040 ∑x2

= 520 ∑y2 = 0,7242

Xrata-rata = 8 Yrata-rata= 0,2988

n∑XY - X. Y

a =

n∑X 2 – (∑X)2

= 2

) 48 ( ) 520 ( 6 ) 7930 , 1 ( 48 ) 4040 , 19 ( 6 − −

= 0,037206

Y = a X + b b = Y – a X


(64)

= 0,2988 – (0,037206).(8) = 0,001152

Persamaan regresi diperoleh dengan mensubstitusikan nilai a dan b, sehingga persamaan regresi adalah:

Y = 0,037206X + 0,001152

Dengan nilai r sebagai berikut:

=       −       − − 6 ) 7930 , 1 ( 7242 , 0 6 ) 48 ( 520 6 / ) 7930 , 1 )( 48 ( 4040 , 19 2 2 = 0,9996


(65)

Lampiran 7. Hasil Penentuan Persamaan Regresi Dari Kurva Kalibrasi

Asam Mefenamat BPFI pada Panjang Gelombang = 286 nm dalam Dapar Fosfat pH 7,4

Tabel Data Kurva Kalibrasi

C (mcg/ml)

Abs ( Y ) XY X² Y²

(X)

0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000

10,0000 0,1790 1,7900 100,0000 0,0320

15,0000 0,2620 3,9300 225,0000 0,0686

20,0000 0,3380 6,7600 400,0000 0,1142

25,0000 0,4220 10,5500 625,0000 0,1781

30,0000 0,5000 15,0000 900,0000 0,2500

∑X = 100 ∑Y=1,7010 ∑XY=38,0300 ∑X2

=2250,0000 ∑Y2=0,6429 x = 16,6667 y = 0,2835

n∑XY - X. Y

a =

n∑X 2 – (∑X)2

= 2

) 100 ( ) 2250 ( 6 ) 7010 , 1 ( 100 ) 0300 , 38 ( 6 −

= 0,016594


(66)

b = Y – a X

= 0,2835 – (0,016594).(16,6667) = 0,006933

Persamaan regresi diperoleh dengan mensubstitusikan nilai a dan b, sehingga persamaan regresi adalah:

Y = 0,016594X – 0,006933

Dengan nilai r sebagai berikut:

=

( )

(

)

          − − − 6 7010 , 1 6429 , 0 6 100 2250 6 / ) 7010 , 1 . 100 ( 0300 , 38 2 2 = 0,9999


(67)

Lampiran 8. Contoh Perhitungan Kadar Kaplet Asam Mefenamat

Misalnya untuk kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi amilum solani 2% (Formula 1).

Berat 20 kaplet = 12,0211 gram = 12021,1 mg

Berat asam mefenamat dalam 20 kaplet = 20 x 500 mg = 10000 mg

Berat setara 50 mg asam mefenamat = mg mg

mg mg 1055 , 60 1 , 12021 10000 50 = ×

Dilakukan sebanyak 6 kali perlakuan a. Pengujian I

Serbuk ditimbang seksama sebanyak 60,7 mg, kemudian dilarutkan sesuai prosedur yang telah disebutkan sebelumnya dan diukur serapan pada panjang gelombang maksimum 285 nm.

Misalnya A(Y) = 0,3920 dengan menggunakan persamaan regresi: Y = 0,037206X + 0,001152

Diperoleh konsentrasi (X) larutan =

ml mcg 037206 , 0 001152 , 0 3920 , 0 −

= 10,5049 mcg/ml

Diketahui konsentrasi teoritisnya = mcgml

mg mg 10 1055 , 60 7 , 60 ×

= 10,0989 mcg/ml

Maka, kadar = 100%

0989 , 10 5049 , 10 × ml mcg ml mcg


(68)

b. Pengujian II

Penimbangan = 59,7 mg

Maka konsentrasi teoritis = 9,9325 mcg/ml Konsentrasi larutan = 9,7363 mcg/ml Kadar asam mefenamat = 98,04%

c. Pengujian III

Penimbangan = 60,2 mg

Maka konsentrasi teoritis = 10,0157 mcg/ml Konsentrasi larutan = 10,1690 mcg/ml Kadar asam mefenamat = 101,55%

d. Pengujian IV

Penimbangan = 60,5 mg

Maka konsentrasi teoritis = 10,0656 mcg/ml Konsentrasi larutan = 10,4512 mcg/ml Kadar asam mefenamat = 103,85%

e. Pengujian V

Penimbangan = 59,5 mg

Maka konsentrasi teoritis = 9,8993 mcg/ml Konsentrasi larutan = 9,3842 mcg/ml


(69)

Kadar asam mefenamat = 94,82%

f. Pengujian VI

Penimbangan = 59,9 mg

Maka konsentrasi teoritis = 9,9658 mcg/ml Konsentrasi larutan = 10,0803 mcg/ml Kadar asam mefenamat = 101,17%

Kadar rata-rata = 100,5750%

Dengan :

SD =

(

)

1 2 − − Σ n X X =

(

) (

)

1 6 ) 58 , 100 17 , 101 ( ... 58 , 100 04 , 98 58 , 100 02 ,

104 2 2 2

− + + −

− +

= 3,56


(70)

Lampiran 9. Contoh Perhitungan Keragaman Bobot

Contoh : Formula I

Ditimbang masing-masing berat 10 kaplet:

1. 611,5 mg 6. 602,8 mg

2. 620,9 mg 7. 620,8 mg

3. 650,2 mg 8. 629,4 mg

4. 626,6 mg 9. 605,7 mg

5. 639,3 mg 10. 604,5 mg

Berat rata-rata = mg 621,11mg

10 1 ,

6211 =

Berat asam mefenamat dalam 10 kaplet = 10 x 500 mg = 5000 mg

Berat setara 50 mg asam mefenamat = 6211,1 62,1 5000

50

=

× mg

mg mg

110 mg

a. Pengujian I

Ditimbang serbuk seksama dan dilakukan pengujian seperti pada penetapan kadar. Maka diperoleh absorbansi (Y) = 0,3712

Konsentrasi asam mefenamat dapat dihitung dengan memasukkan nilai absorbansi ke persamaan regresi :

Y = 0,037206X + 0,001152

Maka, X =

037206 ,

0

001152 ,

0


(71)

= 037206 , 0 001152 , 0 3712 , 0 −

= 9,9459 mcg/ml

Diketahui konsentrasi teoritis = 10,1109 mcg/ml

Maka, kadar asam mefenamat = 100% 98,37%

1109 , 10 9459 , 9 = × ml mcg ml mcg

b. Pengujian II

Kadar asam mefenamat = 99,94% c. Pengujian III

Kadar asam mefenamat = 100,25% d. Pengujian IV

Kadar asam mefenamat = 99,64% e. Pengujian V

Kadar asam mefenamat = 99,94% f. Pengujian VI

Kadar asam mefenamat = 101,68%

Rata-rata hasil penetapan kadar = 99,36% x 500 mg

= 496,80 mg zat berkhasiat/kaplet

Contoh: Berat kaplet I = 611,5 mg maka kadar zat berkhasiatnya

= mg mg

mg mg 11 , 489 80 , 496 11 , 621 50 , 611 = ×


(72)

Maka % penyimpangan berat terhadap berat rata-rata :

= 100% 1,55%

80 , 496 11 , 489 80 , 496 = × − mg mg mg Kaplet Berat

Kaplet Kadar Zat Selisih berat

(mg) Berkhasiat terhadap

(mg) rata-rata(%)

1 611,50 489,11 1,55

2 620,90 496,63 0,03

3 650,20 520,07 4,68

4 626,60 501,19 0,88

5 639,30 511,35 2,93

6 602,80 482,15 0,03

7 620,80 496,55 0,05

8 629,40 503,43 1,33

9 605,70 496,80 2,48

10 604,50 483,51 2,67

Rata-rata 621,11 498,08 1,66

SBR = 100% 0,10

08 , 498 5141 , 0 %

100 = × =

× Χ

SD


(73)

Lampiran 10. Contoh Perhitungan Hasil Uji Disolusi

Sebagai contoh kaplet formula F6 a. Pengujian I

Diambil aliquat 5 ml pada t = 5 menit, kemudian dimasukkan ke dalam vial. Serapan diukur pada panjang gelombang 286 nm.

Serapan (Y) = 2,6123

Konsentrasi asam mefenamat pada t = 5 menit untuk setiap ml adalah: Y = 0,016594X - 0,006933

Maka, X = 157,0066 mcg/ml

Jumlah asam mefenamat yang terlepas dalam 900 ml medium disolusi adalah sebanyak = 900 ml x 157,0066 mcg/ml

= 141305,94 mcg = 141,30594 mg

Pengambilan aliquat diteruskan untuk menit ke 10, 15, 30, 45, dan 60. % kumulatif asam mefenamat yang terlepas pada menit ke-5 adalah

= 100% 500

30594 , 141

×

mg mg

= 28,26% b. Pengujian II

Persentase disolusi = 28,03% c. Pengujian III

Persentase disolusi = 28,03% d. Pengujian IV


(74)

Persentase disolusi = 28,4%

e. Pengujian V

Persentase disolusi = 27,73% f. Pengujian VI

Persentase disolusi = 28,3%

SD =

( )

    

  

−Χ − Χ Σ

1

2

n

=

1 6

2708 , 0

= 0,23

Perhitungan % kumulatif asam mefenamat yang terlepas untuk menit ke – 10 dan seterusnya dilakukan dengan cara yang sama seperti di atas.


(1)

Persentase disolusi = 28,4%

e.

Pengujian V

Persentase disolusi = 27,73%

f.

Pengujian VI

Persentase disolusi = 28,3%

SD =

( )

Χ

Χ

Σ

1

2

n

=

1

6

2708

,

0

= 0,23

Perhitungan % kumulatif asam mefenamat yang terlepas untuk menit ke – 10 dan

seterusnya dilakukan dengan cara yang sama seperti di atas.


(2)

Lampiran 11. Hasil Penetapan Kadar Kaplet Asam Mefenamat pada

Berbagai Perbandingan Konsentrasi amilum solani dan

Formula Kaplet Pembanding

No Formula

Berat Sampel (mg) Berat Setara (mg) Absorbansi (A) Konsentrasi teoritis (mcg/ml) Konsentrasi

(mcg/ml) Kadar (%)

Kadar rata-rata (%) 1 F1 Berat 20 kaplet = 12021.1 mg 60.7 60.1055

0.3920 10.0989 10.5049 104.02

100.5750± 5.8636

59.7 0.3634 9.9325 9.7363 98.04

60.2 03795 10.0157 10.1690 101.55

60.5 0.3900 10.0656 10.4512 103.85

59.5 0.3503 9.8993 9.3842 94.82

59.9 0.3762 9.9658 10.0803 101.17

2 F2 Berat 20 kaplet = 12015.2 mg 61.2 60.0760

0.4064 10.1871 10.8920 106.94

103.4083± 5.8897

61.2 0.4034 10.1871 10.8114 106.15

60.2 0.3922 10.0206 10.5103 104.91

60.1 0.3737 10.0040 10.0131 100.11

59.8 0.3638 9.9541 9.7470 97.94

60.2 0.3903 10.0206 10.4593 104.40

3 F3 Berat 20 kaplet = 11976.7 mg 59.7 59.8835

0.3658 9.9694 9.8008 98.33

102.6267± 5.5484

60.1 0.3918 10.0362 10.4996 104.64

60.1 0.3807 10.0362 10.2013 101.67

60.0 0.3712 10.0195 9.9459 99.29

60.1 0.3945 10.0362 10.5722 105.36

60.2 0.3993 10.0529 10.7012 106.47

4 F4 Berat 20 kaplet = 12045.0 mg 60.8 60.2250

0.4010 10.0955 10.7468 106.47

106.2883± 2.2209

60.8 0.4017 10.0955 10.7657 106.66

60.8 0.4000 10.0955 10.7200 106.21

60.5 0.3888 10.0457 10.4189 103.74

60.8 0.4056 10.0955 10.8705 107.70

60.8 0.4028 10.0955 10.7952 106.95

5 F5 Berat 20 kaplet = 12011.2 mg 60.1 60.0560

0.3845 10.0073 10.3034 102.98

102.1767± 3.5558

59.9 0.3713 9.9740 9.9486 99.77

60.1 0.3870 10.0073 10.3706 103.65

59.8 0.3682 9.9574 9.8653 99.09

60.1 0.3871 10.0073 10.3733 103.68

60.1 0.3879 10.0073 10.3948 103.89

6 F6 Berat 20 kaplet = 12002.4 mg 60.0 60.0120

0.3718 9.9980 9.9620 99.66

100.2617± 1.7848

59.9 0.3699 9.9813 9.9110 99.32

60.1 0.3782 10.0147 10.1341 101.21

59.9 0.3684 9.9813 9.8707 98.91

60.0 0.3774 9.9980 10.1126 101.17


(3)

Lampiran 12. Gambar Kaplet Asam Mefenamat

F1 = Kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi bahan pengembang amilum solani

2%

F2 = Kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi bahan pengembang amilum solani

4%

F3 = Kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi bahan pengembang amilum solani

6%

F4 = Kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi bahan pengembang amilum solani

8%

F5 = Kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi bahan pengembang Primojel 4%

F6 = Kaplet asam mefenamat dengan konsentrasi bahan pengembang amilum

manihot 10%


(4)

(5)

(6)