Pati dan Sifat – Sifat Pati Spektrofotometri Ultraviolet

Kandungan kimia dari kentang Solanum tuberosum L. antara lain : karbohidrat 19 g, pati 15 g, serat pangan 2,2 g, lemak 0,1 g, protein 2 g, air 75 g.

2.3 Pati dan Sifat – Sifat Pati

Pati adalah sumber karbohidrat yang dihasilkan tumbuh – tumbuhan untuk persediaan makanan yang dijumpai didalam biji beras, umbi kentang, ubi jalar, dan batang sagu. Pati merupakan butir atau granul yang berwarna putih mengkilat, tidak berbau dan tidak berasa. Butiran pati yang mempunyai bentuk dan ukuran yang beraneka ragam, tetapi pada umumnya berbentuk bola atau elips. Pati kentang mengandung kadar pati sekitar 79,60 , kadar air 19,22 material Nitrogen 0,69 dan 0,33 Bailliere, Tindal and Cox, 1952 . Pati biasanya berbentuk massa angular tidak beraturan atau bubuk putih. Tidak larut dalam air dingin maupun membentuk larutan koloid jika dipanaskan dengan air sejumlah sekitar 15 kali bobotnya. Larutan ini akan membentuk semacam jeli transparan jika didinginkan. Musilago pati berwarna biru gelap pada perlakuan dengan iodin, warna akan hilang pada pemanasan hingga 93 o C tetapi muncul kembali setelah dingin. Jika pati dipanaskan dengan air pertama – tama butirannya akan mengembang dan kemudian membentuk gelatin Bailliere, Tindal and Cox, 1952 . Pada dasarnya pati merupakan polimer glukosa dengan ikatan 1,4 glukosa. Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi yang tidak larut dalam air disebut amilopektin dan fraksi yang dapat larut dalam air disebut amilosa Leach, 1965. Butiran pati terdiri dari bagian amorf dan bagian kristal. Bagian kristal terjadi apabila gugus OH pada unit glukosa daripada amilosa atau amilopektin satu dengan Universitas Sumatera Utara yang lainnya berikatan dengan ikatan hidrogen. Bagian kristal ini yang mengakibatkan pati tidak larut dalam air Colison, 1968. 2.4 Sediaan Tablet 2.4.1 Uraian Tablet Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja Ditjen POM, 1995. Tablet dicetak dari serbuk kering, kristal atau granulat, umumnya dengan penambahan bahan pembantu, pada mesin yang sesuai, dengan menggunakan tekanan tinggi. Tablet dapat memiliki bentuk silinder, kubus, batang, atau cakram, serta bentuk seperti telur atau peluru. Garis tengah tablet pada umumnya 5-17 mm, sedangkan bobot tablet 0,1-1 g Voigt, 1995.

2.4.2 Metode Pembuatan Tablet

Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering mesin rol atau mesin slag dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa Ditjen POM, 1995. Butiran granulat yang diperoleh, partikel-partikelnya mempunyai daya lekat. Daya alirnya menjadi lebih baik sehingga pengisian ruang cetak dapat berlangsung secara kontiniu dan homogen. Keseragaman bentuk granulat menyebabkan keseragaman bentuk tablet Voigt, 1995. Universitas Sumatera Utara a. Granulasi basah Zat berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur homogen, lalu dibasahi dengan larutan pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40-50°C. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin tablet Anief, 1994. b. Granulasi kering Metode ini digunakan pada keadaan dosis efektif terlalu tinggi untuk pencetakan langsung, obatnya peka terhadap pemanasan, kelembaban, atau keduanya Lachman, dkk, 1994. Setelah penimbangan dan pencampuran bahan, serbuk di slugged atau dikompresi menjadi tablet yang lebar dan datar dengan garis tengah sekitar 1 inci. Kempaan harus cukup keras agar ketika dipecahkan tidak menimbulkan serbuk yang berceceran. Tablet kempaan ini dipecahkan dengan tangan atau alat dan diayak dengan lubang yang diinginkan, pelicin ditambahkan dan tablet dikempa Ansel, 1989. c. Kompresi Langsung Beberapa bahan obat seperti kalium klorida, kalium iodida, amonium klorida, dan metenamin bersifat mudah mengalir, sifat kohesifnya juga memungkinkan untuk langsung dikompresi tanpa memerlukan granulasi Ansel, 1989.

2.4.3 Komposisi Tablet

Universitas Sumatera Utara Tablet oral umumnya di samping zat aktif mengandung, pengisi, pengikat, penghancur, dan pelincir. Tablet tertentu mungkin memerlukan pemacu aliran, zat warna, zat perasa, dan pemanis Lachman, dkk, 1994. Komposisi umum dari tablet adalah zat berkhasiat, bahan pengisi, bahan pengikat atau perekat, bahan pengembang dan bahan pelicin. Kadang-kadang dapat ditambahkan bahan pewangi flavoring agent, bahan pewarna coloring agent dan bahan-bahan lainnya Ansel, 1989. a. Pengisi Digunakan agar tablet memiliki ukuran dan massa yang dibutuhkan. Sifatnya harus netral secara kimia dan fisiologis, selain itu juga dapat dicernakan dengan baik Voigt, 1995. Bahan-bahan pengisi yaitu : laktosa, sukrosa, manitol, sorbitol, amilum, bolus alba, kalsium sulfat, natrium sulfat, natrium klorida, magnesium karbonat Soekemi, dkk, 1987. b. Pengikat Untuk memberikan kekompakan dan daya tahan tablet, juga untuk menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam butir granulat Voigt, 1995. Pengikat yang umum digunakan yaitu: amilum, gelatin, glukosa, gom arab, natrium alginat, cmc, polivinilpirolidon, dan veegum Soekemi, dkk, 1987. c. Penghancur Untuk memudahkan pecahnya tablet ketika berkontak dengan cairan saluran pencernaan dan mempermudah absorpsi Lachman, dkk, 1994. Bahan yang digunakan sebagai pengembang yaitu: amilum, gom, derivat selulosa, alginat, dan clays Soekemi, dkk, 1987. Universitas Sumatera Utara d. Pelicin Ditambahkan untuk meningkatkan daya alir granul-granul pada corong pengisi, mencegah melekatnya massa pada punch dan die, mengurangi pergesekan antara butir-butir granul, dan mempermudah pengeluaran tablet dari die. Bahan pelicin yaitu : metalik stearat, talk, asam stearat, senyawa lilin dengan titik lebur tinggi, amilum maydis Soekemi, dkk, 1987.

2.4.4 Uji Preformulasi

Sebelum dicetak menjadi tablet, massa granul perlu diperiksa apakah memenuhi syarat untuk dapat dicetak. Preformulasi ini menggambarkan sifat massa sewaktu pencetakan tablet, meliputi waktu alir, sudut diam dan indeks tap. Pengujian waktu alir dilakukan dengan mengalirkan massa granul melalui corong. Waktu yang diperlukan tidak lebih dari 10 detik, jika tidak maka akan dijumpai kesulitan dalam hal keseragaman bobot tablet. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan bahan pelicin Cartensen, 1977 . Pengukuran sudut diam digunakan metode corong tegak, granul dibiarkan mengalir bebas dari corong ke atas dasar. Serbuk akan membentuk kerucut, kemudian sudut kemiringannya diukur. Semakin datar kerucut yang dihasilkan, semakin kecil sudut diam, semakin baik aliran granul tersebut Voigt, 1995. Indeks tap adalah uji yang mengamati penurunan volume sejumlah serbuk atau granul akibat adanya gaya hentakan. Indeks tap dilakukan dengan alat volumenometer yang terdiri dari gelas ukur yang dapat bergerak secara teratur keatas dan kebawah. Serbuk atau granul yang baik mempunyai indeks tap kurang dari 20 Cartensen, 1977. Universitas Sumatera Utara

2.4.5 Evaluasi Tablet

a. Kekerasan tablet Ketahanan tablet terhadap goncangan saat pengangkutan, pengemasan dan peredaran bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan yang lebih tinggi menghasilkan tablet yang bagus, tidak rapuh tetapi ini mengakibatkan berkurangnya porositas dari tablet sehingga sukar dimasuki cairan yang mengakibatkan lamanya waktu hancur. Kekerasan dinyatakan dalam kg tenaga yang dibutuhkan untuk memecahkan tablet. Kekerasan untuk tablet secara umum yaitu 4-8 kg, tablet hisap 10-20 kg, tablet kunyah 3 kg Soekemi, dkk, 1987. Kekerasan tablet dipengaruhi oleh perbedaan massa granul yang mengisi die pada saat pencetakan tablet dan tekanan kompressi. Selain itu, berbedanya nilai kekerasan juga dapat diakibatkan oleh variasi jenis dan jumlah bahan tambahan yang digunakan pada formulasi. Bahan pengikat adalah contoh bahan tambahan yang bisa menyebabkan meningkatnya kekerasan tablet bila digunakan terlalu pekat Lachman, dkk, 1994. b. Friabilitas Tablet mengalami capping atau hancur akibat adanya goncangan dan gesekan, selain itu juga dapat menimbulkan variasi pada berat dan keseragaman isi tablet. Pengujian dilakukan pada kecepatan 25 rpm, menjatuhkan tablet sejauh 6 inci pada setiap putaran, dijalankan sebanyak 100 putaran. Kehilangan berat yang dibenarkan yaitu lebih kecil dari 0,5 sampai 1 Lachman, dkk, 1994. Kerenyahan tablet dapat dipengaruhi oleh kandungan air dari granul dan produk akhir. Granul yang sangat kering dan hanya mengandung sedikit sekali persentase kelembapan, sering sekali Universitas Sumatera Utara menghasilkan tablet yang renyah daripada granul yang kadar kelembapannya 2 sampai 4 Lachman, dkk, 1994. c. Waktu hancur Waktu hancur yaitu waktu yang dibutuhkan tablet pecah menjadi partikel- partikel kecil atau granul sebelum larut dan diabsorpsi. Menyatakan waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di bawah kondisi yang ditetapkan dan lewatnya seluruh partikel melalui saringan mesh-10 Lachman, dkk, 1994. Hancurnya tablet tidak berarti sempurna larutnya bahan obat dalam tablet. Tablet memenuhi syarat jika waktu hancur tablet tidak lebih dari 15 menit Soekemi, dkk, 1987. Kebanyakan bahan pelicin bersifat hidrofob, bahan pelicin yang berlebihan akan memperlambat waktu hancur. Tablet dengan rongga-rongga yang besar akan mudah dimasuki air sehingga hancur lebih cepat daripada tablet yang keras dengan rongga-rongga yang kecil Soekemi, dkk, 1987. d. Kadar zat berkhasiat Untuk mengevaluasi kemanjuran suatu tablet, jumlah obat dalam tablet harus dipantau pada setiap tablet atau batch, begitu juga kemampuan tablet untuk melepaskan zat atau obat yang dibutuhkan harus diketahui Lachman, dkk, 1994. Persyaratan kadar berbeda-beda, dan tertera pada masing-masing monografi masing- masing bahan obat. e. Keseragaman sediaan Dapat ditentukan dengan salah satu dari dua metode : - Keseragaman bobot dilakukan terhadap tablet yang 50 bahan aktifnya lebih besar atau sama dengan 50 mg. Universitas Sumatera Utara - Keseragaman kandungan dilakukan terhadap tablet yang 50 bahan aktifnya kurang dari 50 mg Ditjen POM,1995. f. Disolusi Yaitu larutnya obat dalam cairan pencernaan yang berhubungan langsung dengan efikasi kemanjuran dari tablet dan perbedaan bioavailabilitas dari berbagai formula Lachman, dkk, 1994. Disolusi adalah suatu proses larutnya zat aktif dari suatu sediaan dalam medium. Hal ini berlaku untuk obat-obat yang diberikan secara oral dalam bentuk padat seperti tablet, kapsul, atau suspensi. Agar suatu obat dapat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut harus larut dalam cairan pada tempat absorbsi. Suatu obat yang diberikan secara oral dalam bentuk tablet atau kapsul tidak dapat diabsorbsi sampai partikel-partikel obat tersebut larut dalam cairan pada suatu tempat dalam saluran lambung-usus Ansel, 1989. Cara pengujian disolusi tablet dan kapsul, juga persyaratan yang harus dipenuhi dinyatakan dalam masing-masing monografi obat. Yang diukur adalah jumlah zat berkhasiat yang larut dalam satu satuan waktu dengan alat dissolution tester Soekemi, dkk, 1987.

2.5 Spektrofotometri Ultraviolet

Spektrofotometri ultraviolet digunakan untuk analisa kualitatif ataupun kuantitatif suatu senyawa. Absorpsi cahaya ultraviolet maupun cahaya tampak mengakibatkan traansisi elektron, yaitu perubahan elektron-elektron dari orbital dasar berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Penyerapan radiasi ultraviolet atau sinar tampak tergantung pada mudahnya transisi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk transisi elektron, akan Universitas Sumatera Utara menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul-molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap panjang gelombang lebih panjang Fessenden dan Fessenden, 1992. Sinar ultraviolet dan sinar tampak memberikan energi yang cukup untuk terjadinya transisi elektronik. Dengan demikian spektra ultraviolet dan spektra tampak dapat dikatakan sebagai spectra elektronik. Keadaan energi yang paling rendah disebut keadaan dasar ground state. Transisi-transisi elektronik akan meningkatkan energi molekular dari keadaan dasar ke satu atau lebih dari tingkat energi tereksitasi Ganjar dan Rohman, 2007. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian meliputi isolasi pati, pembuatan formulasi sediaan dan evaluasi dari sediaan.

3.1 Alat

Alat - alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Disintegration Tester Erweka, Dissolution Tester Erweka DT, Strong Cobb Hardness Tester Erweka, Roche Friabilator Erweka, Tapped Density Tester Erweka, Spektrofotometer UV UV Mini 1240 Shimadzu, Stopwatch, Neraca listrik, alat - alat gelas dan alat laboratorium lainnya.

3.2 Bahan

Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam mefenamat MUTIFA, pati kentang merah, air suling, asam klorida p.a E.Merck, asam mefenamat BPFI Badan POM, magnesium stearat Brataco, talkum Brataco, laktosa, amilum manihot, primojel. 3.3 Prosedur Kerja 3.3.1 Isolasi Pati Kentang Merah Kentang merah direndam dengan air secukupnya selama 24 jam, dikupas kulitnya dan dicuci bersih, kemudian diblender, hasilnya dikumpulkan kemudian disaring dengan kain belacu yang bersih. Pemerasan dilakukan berulang-ulang hingga perasannya menjadi jernih. Hasil saringan diendapkan selama 24 jam. Patinya akan turun ke bawah dan mengendap, cairan di atasnya dibuang. Pencucian terhadap Universitas Sumatera Utara