Garis Besar Pemikirannya SEKILAS TENTANG MAHATMA GANDHI

Gandhi memaknai kebenaran sebagai sesuatu yang sama dengan suara di dalam bathin setiap orang. Maka kebenaran itu bukan semata-mata obyektif tetapi subyektif. Jika kebenaran itu bersifat subyektif maka akan tampak berbagai kebenaran dari individu-individu, dan hal itu bukan masalah bagi pencari kebenaran. Ia menyatakan: “Namun, meskipun mengabdi pada apa yang tampak sebagai kebenaran bagi seseorang, akan tampak sering bagi orang lain sebagai ketidakbenaran. Tetapi hal itu tidak perlu menggusarkan bagi seorang pencari kebenaran. Di mana ada ikhtiar-ikhtiar yang jujur, disana akan kita sadari bahwa tampaknya kebenaran yang berbeda-beda hanya merupakan daun-daun dari satu pohon yang tak terhitung banyaknya dan kelihatannya berbeda.” Konsepsi semacam ini timbul karena Gandhi memahami bahwa Tuhan menampakan diri pada manusia dengan berbagai bentuk, tetapi ia meyakini kebenaran adalah sebutan tepat bagi Tuhan. Jalan untuk melihat Tuhan yaitu dengan melihat ke dalam ciptaannya dan bersatu dengan ciptaan-Nya itu, inilah kebenaran yang dimaksud Gandhi. Dan cara bersatu, berdamai serta selaras dengan ciptaan itu adalah sebagai ahimsa. Ahimsa yang diajarkan Gandhi merupakan suatu keseluruhan hidup yang meliputi pikiran tindakan dan kata-kata. Ahimsa ditujukan kepada mereka yang kuat jiwanya, bukan kepada mereka yang lemah dan suka kompromi. Hanya mereka yang mampu mengalahkan ketakutannyalah yang sunguh-sungguh dapat memiliki kekuatan ahimsa, sehingga ia benar-benar menjadi seorang yang seluruh hidupnya hanya mau berpegang pada kebenaran atau Satyagraha. 29 Menjadi Satyagrahi atau orang yang melakukan Satyagraha, seorang dituntut mengadakan tindakan disiplin diri dan sikap pengabdian, karena penekanannya pada pencapaian ketinggian moral. Untuk itu perlu melatih diri 29 R. Wahana Wegig, Dimensi Etis Ajaran Gandhi, h. 17-18. terus menerus dalam disiplin, kesadaran diri dan kebersihan lahir batin Bracmacharya. Mahatma Gandhi juga banyak mempelajari agama-agama lain di luar agama Hindu. Gandhi belajar agama-agama lain lewat membaca buku,kitab-kitab suci, dan dialog dengan teman-temannya. Sehingga banyak dari temen-temennya yang mengajak Gandhi untuk masuk dalam agama mereka, namun keyakinan Gandhi tetap pada ajaran Hindu. Banyak yang menarik dalam ajaran kitab kitab suci dalam agama lain, seperti, dalam agama Budha, ketika Sidharta Gautama menggendong anak kecil yang terkena penyakit biri-biri, begitu bahagianya anak kecil itu. Juga pada kitab perjanjian baru, Gandhi sangat terkesan pada Khotbah di atas Bukit 30 , yaitu: Tetapi aku berkata padamu: janganlah kamu Melawan orang yang berbuat jahat kepadamu. Melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, Berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadu engkau, Karena menginginkan bajumu, serahkanlah juga jubahmu, Disini Gandhi melihat bahwa ada kesamaan dalam ajaran pada agama- agama lain yaitu tentang kasih sayang, semua agama mengajarkan untuk toleransi, kasih sayang, dan kejujuran.

D. Karya-karyanya

Mahatma Gandhi termasuk penulis artikel yang produktif. Artikel- artikelnya dimuat pada tabloid-tabloid mingguan dan ia pun mengasuh beberapa rubrik mingguan seperti Indian Opinion, Young India, Navajiva dan Harijan. 30 Mahatma Gandhi, Gandhi Sebuah Otobiografi, h. 78. Selain Gandhi menulis buku-buku karangannya, artikel-artikelnya juga banyak yang dibukukan. Buku-buku karya Gandhi adalah sebagai berikut: 1. Guide to Healt, Madras, S. Gamsan, 1921. 2. Basic Education, Ahmedabad, Navajivan Publishing House, 1951. 3. Christian Mission, Ahmedabad, Navajivan Press, 1941. 4. Economic of Khadi, Ahmedabad, Navajivan Press, 1941. 5. Ethical Religion, Madras, S. Ganesam, 1922. 6. Hind Swaraj, Ahmedabad Navajivan Press, 1938 7. Non Violence in Peace and War, Ahmedabad Navajivan Publishing House, Part I, 1945, Part II, 1949. 8. Sarvodaya, Ahmedabad Navajivan Publishing House, 1951. 9. Satyagraha In South Africa, Madras, S. Ganesam, 1928. 10. The Story of eksperiments With Truth, Ahmedabad Navajivan Publishing House, 1940. 11. Swadesi, True and False, Poona, 1939. 12. Women and Social In Justice, Ahmedabad Navajivan Press, 1942. 13. Towards Non-Violence Socialisme, Ahmedabad Navajivan Publishing House, 1951.

E. Kondisi Perempuan India Pada Masa Gandhi

India pada zaman kuno oleh penduduknya disebut: Jambu dwipa, yang artinya: benua pohon jambu, atau disebut Bharatwarsa, yang artinya adalah tanah keturunan Bharata. Nama India dijabarkan dari nama sungai Sindhu yang mengairi daerah barat India,oleh orang-orang Persia sungai itu disebut sungai