Reinterpretasi baru terhadap ajaran-ajaran Hindu tentang perspektif

sebuah kekuatan perubahan sosial yang positif. Malahan, dia menegaskan bahwa non-kekerasan adalah kekuatan yang paling aktif. Ahimsa berarti cinta tak terhingga dan ini berarti kesanggupan tanpa batas untuk menderita. 2 Gandhi menyebutkan bahwa suatu fitnah bila menyebut kaum perempuan sebagai makhluk yang lemah. Tindakan semacam itu merupakan tindakan yang tidak adil dari kaum laki-laki terhadap kaum perempuan. Bila yang dimaksud hanya terbatas pada kekuatan kasar, memang kaum perempuan kurang kasar daripada kaum laki-laki, tetapi bila yang dimaksudkan adalah kekuatan moral, kaum perempuan mengungguli kaum laki-laki. Bukankah intuisi kaum perempuan jauh lebih halus, bukankah kaum perempuan lebih rela mengorbankan diri, lebih kuat bertahan dan lebih berani. Tanpa adanya kaum perempuan kaum laki-laki tidak mungkin ada. 3 Gandhi juga mengkritik hak yang tidak sama antara suami dan istri di dalam keluarga yang mana memposisikan wanita sebagai ardhangana, yang mana hanya memilki setengah dari hak suami dan sahadharmini, budak suami. Penggambaran ini sebagai bentuk ketidakpedulian tradisi Hindu terhadap eksistensi perempuan. Gandhi berpendapat, suami dan istri adalah patner yang setara,karena laki-laki dan perempuan adalah satu, masalah mereka harus menjadi satu wujud, yang satu tidak bisa hidup tanpa yang lain aktif 2 Mahatma Gandhi, Semua Manusia Bersaudara Kehidupan dan Gagasan Mahatma Gandhi Sebagaimana Diceritakannya Sendiri, terj. Kustiniyati Mochtar Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan PT. Gramedia, 1988, h. 186. 3 Mahatma Gandhi, Semua Manusia Bersaudara Kehidupan dan Gagasan Mahatma Gandhi Sebagaimana Diceritakannya Sendiri, h 189 membantu. 4 Hal ini dapat dibuktikan yaitu tatkala perempuan mengandung janin selama Sembilan bulan lamanya dan ia merasakan bahagia karena penderitaannya itu. Ia mesti berjuang antara hidup dan mati ketika melahirkan, menanggung nyeri setiap hari agar sang bayi bertumbuh terus, ini merupakan penderitaan terbesar buat perempuan, namun ia melupakan penderitaan itu karena kebahagiaan dan kehidupan yang diciptakannya. Dengan tulus ia melimpahkan rasa cintanya dan ia pun merasa bangga menerima kedudukan di sisi pria sebagai ibunda, sebagai pencipta dan pemimpinyang diam. b. Ajaran Satyagraha Perlawanan pasif dipandang orang sebagai senjata bagi pihak yang lemah. Namun perlawanan pasif yang Gandhi ciptakan adalah istilah baru dan sesungguhnya merupakan senjata bagi pihak yang terkuat. 5 Perlawanan pasif tersebut dinamakan Satyagraha sat: kebenaran, agraha: tekad, 6 istilah ini kemudian dipakai sebagai senjata perjuangannya. Inti dari Satyagraha adalah berpegang pada kebenaran, atau kekuatan jiwa. Dalam pelaksanaan Satyagraha, Gandhi menentang terhadap praktek kekerasan kepada lawan, sebaliknya ia harus menghentikan kesalahan lawan dengan kesabaran dan simpati, karena apa yang dianggap benar bagi seseorang dapat dianggap salah oleeh orang lain. Kesabaran berarti pengorbanan diri, jadi dalam ajaran Satyagraha berarti 4 Ida Rosyidah , Gandhi’s Ideas of Women in Hinduism, REFLEKSI Jurnal Kajian Agama dan Filsafat. Vol. VIII, No. 3, 2006, h. 268 5 Mahatma Gandhi, Semua Manusia Bersaudara Kehidupan dan Gagasan Mahatma Gandhi Sebagaimana Diceritakannya Sendiri, h. 193 6 Mahatma Gandhi, Gandhi Sebuah Otobiografi; Kisah Eksperimen-eksperimenku dalam Mencari Kebenaran, terj. Gd. Bagoes Oka Bali: Yayasan Bali Canti Sena, 1978, h. 296. mempertahankan kebenaran bukan dengan membebani orang lain dengan penderitaan melainkan dengan membebani penderitaan kepada diri sendiri. Pada Satyagraha perlawanannya dilakukan dengan menderita sendiri atau pengendalian diri, seperti melalui puasa. Semenjak perlawanan dalam Satyagraha dialami melalui penderitaan diri sendiri yang merupakan senjata yang paling sesuai bagi kaum perempuan, banyak kaum perempuan di India di banyak instansi melebihi kaum lelaki mereka dalam menderita dan memainkan bagian yang mulia dalam kampanye. 7 Pada masa perjuangan melawan pengusaan Inggris dapat disaksikan bahwa wanita India dalam banyak peristiwa mengungguli kaum prianya dalam menahan penderitaan dan bersama-sama kaum laki-laki. Dalam pandangan Gandhi, perwujudan kebenaran baru mungkin jika manusia bersih, artinya kebenaran tidak mungkin terwujud jika hati manusia penuh dengan dendam, dengki dan kebohongan. Maka manusia harus bersih dan murni, dan sebagai imbalan bagi mereka yang mendapatkan kebenaran, mereka akan merasakan adanya semangat dan keberanian, semangat untuk mengarungi kehidupan dan dorongan untuk merealisasikan diri lebih penuh lagi. Hal ini membuktikan kebenaran bukanlah sesuatu yang terletak di luar diri kita melainkan berada dalam diri kita, inheren dalam hidup kita. Kebenaran bukanlah sesuatu nilai yang abstrak, yang tak terbayangkan, tetapi sungguh-sungguh nyata, asalkan kita setia mempertaruhkan hidup kita sebagai kebenaran itu. 8 7 Mahatma Gandhi, Kaum Perempuan dan Ketidakadilan Sosial, h.407 8 R. Wahana Wegig, Dimensi Etis Ajaran Gandhi, Yogyakarta: kanisius, 1986, h. 23 Kebenaran juga merupakan hakekat moralitas manusia, yang merupakan pelaku moral, ia menghayati dan terus mencari kebenaran selama hidupnya. Hidup manusia seluruhnya harus mengarah pada titik konvergensi di mana manusia bertindak sesuai hukum kebenaran. Tanpa kebenaran tidak mungkin seseorang menghayati aturan-aturan dalam hidupnya. Kebenaran yang dipahami Gandhi adalah kenenaran abstrak. Menurutnya sebuah baru bernilai bagi kehidupan dan berdaya guna jika menjelma dalam kehidupan manusia setiap harinya. Usaha untuk menjelmakan kebenaran berarti pula suatu kegiatan untuk merealisasikan diri, usaha ini tidak pernah boleh berhenti. Dalam konteks pemahaman inilah kebenaran dikatakan bersifat kekal. 9 Perlawanan tanpa kekerasan merupakan satu asas semesta dan pelaksanaannya tidak terbatas pada suatu lingkungan yang saling bermusuhan saja, namun manfaatnya hanya dapat diuji bila diterapkan dalam lingkungan dan ditentang oleh pihak lawan. Keberhasilan perjuangan ini tidak bernilai jika tergantung pada kemurahan hati pihak penguasa. Satu-satunya syarat dari perjuangan tanpa kekerasan adalah keadilan yang menyeluruh. Keberhasilan kekuatan ini terletak pada kesadaran akan adanya jiwa yang terpisah dari badan manusia dan sifatnya yang kekal. Keadaan ini berarti suatu keyakinan yang hidup dan bukan 9 R. Wahana Wegig, Dimensi Etis Ajaran Gandhi, h. 27-28. semata-mata suatu keyakinan akal budi. 10 Dalam pemikiran Gandhi, penderitaan tidak dipandang suatu hal yang negative, penderitaan bukannya tidak mempunyai makna kesialan hidup di dunia bukannya tidak mempunyai makna bagi kehidupan manusia, tapi justru sebaliknya penderitaan mempunyai makna yang sangat positif. Dengan tegas Gandhi menyatakan, hanya dengan pengorbanan diri manusia dapat mengembangkan kepribadiannya dan dapat hidup. Secara tersirat ditunjukan bahwa kekuatan dan daya hidup manusia terletak pada bagaimana manusia menghadapi kepahitan-kepahitan hidup. Dalam menghadapi kepahitan hidup itulah manusia sungguh-sungguh ditantang sebagai individu yang mempunyai kekuatan jiwa dan nafsu- nafsu. Melalui penderitaan itu manusia dihadapkan pada dua pilihan, menaati dan setia pada kebenaran atau menyerah kalah. 11 Gandhi selalu menyatakan bahwa kaum wanita dan kaum pria adalah manunggal. Mereka bukanlah entitas yang terpisah tetapi merupakan satu kesatuan. Dalam hal kewajiban dalam pembelaan terhadap negarapun, Gandhi selalu menganjurkan wanita untuk ikut melakukan gerakan pembelaan terhadap negara, bahkan pemberontakan sipil terhadap segala pengekangan. 12 Pada tanggal 6 april 1919, untuk pertama kalinya Gandhi mengajak para pengikutnya untuk menentang pemerintahan Inggris di India. Pada saat itu Gandhi memutuskan penentangan terhadap rencana Rowlatt Bill 10 Mahatma Gandhi, Semua Manusia Bersaudara Kehidupan dan Gagasan Mahatma Gandhi Sebagaimana Diceritakannya Sendiri, h. 103. 11 R. Wahana Wegig, Dimensi Etis Ajaran Gandhi, h. 64. 12 Mahatma Gandhi, Semua Manusia Bersaudara Kehidupan dan Gagasan Mahatma Gandhi Sebagaimana Diceritakannya Sendiri, h. 441. dengan Hartal, yaitu suatu hari dimana orang harus berpuasa dan duduk tafakur, toko-toko harus ditutup, dan semua orang melakukan pemogokan kerja. Pada pemberontakan pertama kalinya ini masyarakat ini belum matang dalamperjuangan Satyagrahanya itu, maka terjadilah keributan dan pembantaian besar-besaran oleh tentara Inggris pada tanggal 13 april 1919 di Amritsar. Melihat kejadian tersebut, Gandhi menyerukan kepada seluruh wanita India agar mereka ikut terjun dalam perjuangan untuk menyelamatkan bangsa. Keterlibatan kaum wanita untuk bergabung dalam perjuangan tanpa kekerasan sangat di harapkan. Ratusan ribu wanita, yang sebelumnya tidak pernah keluar dari bilik-bilik tersembunyi didalam rumah mereka, ikut serta melakukan razia demi swaraj. Demikianlah Gandhi memulai revolusi sosial di India yang sama kuatnya dengan revolusi politik.

2. Pembelaan Mahatma Gandhi Terhadap Kekerasan DalamRumah

Tangga a. Penolakan Terhadap Perkawinan Dini Salah satu pembaharuan dalam masyarakat Hindu yang sangat berat tantangannya yaitu penghapusan terhadap perkawinan dini. Kampanye yang rutin dan konsisten harus selalu dilakukan untuk menyelamatkan gadis-gadis India dari ketuaan yang dini dan kematian dini, dan menyelamatkan Hinduisme dari tanggung jawab atas munculnya generasi yang lemah dan tak berdaya. Praktek pernikahan dini tidak hanya diyakini di satu propinsi atau kelas masyarakat tertentu, tetapi pada prakteknya hal ini merupakan kebudayaan yang universal di India. Pernikahan anak-anak juga merupakan praktek yang sudah sangat tua, sejak masa Ramayana. 13 Menurut Gandhi kebiasaan pernikahan dini adalah sebuah kejahatan, baik dari tinjauan moral maupun kemampuan fisik. Kebiasaan tersebut menyebabkan kita terjauhkan dari Tuhan dan juga dari Swaraj perjuangan penegakan kedaulatan dan kemerdekaan bangsa. 14 Perkawinan anak-anak dapat dikatakan sebagai penyebab yang menjadikan kita terjauhkan dari Tuhan karena perkawinan anak-anak telah meruntuhkan moral kita yaitu dengan membiarkan gadis yang masih di bawah umur untuk dinikahi. Perjuangan meraih kemerdekaan bangsa ini tidak hanya berarti perjuangan membangkitkan kesadaran politik saja akan tetapi membangkitkan seluruh kesadaran, baik social, pendidikan, moral, ekonomi, maupun politik. Pada bulan Agustus 1925 seorang aktivis perempuan mengeluarkan surat edaran yang ditujukan bagi pembentukan RUU di hadapan Majelis Dewan Perwakilan, lembaga yang bertujuan untuk menaikan standar usia akil baligh setidaknya dimulai dari umur 14 tahun. Gandhi memberikan dukungan terhadap gagasan tersebut, banhkan menurutnya tidak hanya pada usia 14 tahun tetapi hingga usia 16 tahun, karena Gandhi ingin menyelamatkan gadis-gadis usia kanak-kanak yang tidak bersalah dari nafsu laki-laki. Pernikahan pada anak-anak diusia 13 Mahatma Gandhi, Kaum Perempuan dan Ketidakadilan Sosial, h. 68. 14 Mahatma Gandhi, Kaum Perempuan dan Ketidakadilan Sosial\, h. 65.