58
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat nilai Durbin-Watson yang dihasilkan dari model regresi adalah 1,702. Dilihat dari tabel Durbin-
Watson dengan signifikansi 0,05 dan jumlah data n = 30, serta jumlah variabel independen k = 2, diperoleh nilai dL sebesar 1,284
dan dU sebesar 1,567. Jika nilai DW berada pada kriteria dU DW 4-dU, maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak ada
autokorelasi. Hal ini terjadi pada hasil output SPSS di atas yang menunjukkan bahwa nilai DW berada diantara dU dan 4-dU yaitu
1,567 1,702 2,433, sehingga dapat dikatakan bahwa model regresi dalam penelitian ini terbebas dari autokorelasi.
3. Pengujian Hipotesis
1. Hasil Uji Koefisien Determinasi R
2
Uji koefisien determinasi dalam analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui persentase pengaruh variabel independen
X
1,
X
2,…..
X
n
secara serentak terhadap variabel dependen Y. Hasil pengujian koefisien determinasi dengan menggunakan program SPSS
dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
59
Tabel 4.5 Uji Koefisien Determinasi R
2
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate 1
.905
a
.818 .805
1.03516E6 a. Predictors: Constant, DER, LDAR
b. Dependent Variable: PPh Badan Terutang
Sumber: Output SPSS Dalam uji ini diperoleh nilai adjusted R square sebesar 0,805 atau
80,5. Maka dapat dikatakan bahwa 80,5 besarnya PPh badan terutang dapat disebabkan oleh variabel long-term debt to asset ratio
LDAR dan debt to equity ratio DER. Sedangkan sisanya yaitu 19,5 besarnya PPh badan terutang disebabkan oleh variabel lain yang
tidak diteliti dalam penelitian ini.
2. Hasil Uji F Statistik
Dari hasil output analisis regresi untuk uji F dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.6 Uji F Statistik
ANOVA
b
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
1 Regression
1.303E14 2
6.516E13 60.813 .000
a
Residual 2.893E13
27 1.072E12
Total 1.593E14
29 a. Predictors: Constant, DER, LDAR
b. Dependent Variable: PPh Badan Terutang
Sumber: Output SPSS
60
Dari uji ANOVA atau F test diperoleh nilai F hitung sebesar 60,813 dengan probabilitas sebesar 0,000. Karena probabilitas jauh
lebih kecil dari 0,05 maka dalam model regresi dapat dikatakan bahwa long-term debt to asset ratio
LDAR dan debt to equity ratio DER secara bersama-sama berpengaruh terhadap PPh badan terutang,
dengan demikian hipotesis H
A3
diterima.
3. Hasil Uji t Statistik
Hasil uji t statistik dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.7 Uji t Statistik
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B Std. Error
Beta t
Sig. 1Constant
-720514.348 327157.411
-2.202 .036
LDAR -120150.696
34086.166 -.485
-3.525 .002
DER 72261.859
7975.057 1.246
9.061 .000
a. Dependent Variable: PPh Badan Terutang
Sumber: Output SPSS Uji t statistik ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi variabel independen X
1,
X
2,…..
X
n
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen Y. Uji t dilakukan untuk
mengetahui mana di antara dua variabel independen yang berpengaruh terhadap PPh badan terutang perusahaan. Uji t dilakukan dengan
membandingkan t hitung dengan t tabel, taraf signifikansi yaitu 5 : 2 = 2,5 uji 2 sisi, dengan derajat kebebasan df = n-k-1 yaitu 30-2-1
61 H
ditolak H
diterima H
ditolak -2,052
2,052
= 27 n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah variabel independen. Dari pengujian 2 sisi signifikansi = 0,025, maka
diperoleh t tabel sebesar 2,052. Sehingga hasil pengujian dapat ditunjukkan sebagai berikut:
a. Variabel LDAR memiliki t hitung sebesar -3,525 berada dalam
taraf signifikan 0,002 yang berarti berada di bawah taraf signifikan 0,05 5, dengan demikian tampak bahwa -t hitung -t tabel,
yaitu -3,525 -2,052 yang berarti H
A1
diterima, dan H ditolak.
Hal ini dapat dilihat dalam gambar daerah penentuan H di bawah
ini:
Gambar 4.2 Daerah Penentuan H
Hasil regresi menunjukkan bahwa variabel LDAR berpengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap PPh badan terutang.
Artinya jika rasio hutang jangka panjang terhadap aktiva perusahaan p pada tahun t meningkat, maka jumlah PPh badan
terutang perusahaan p pada tahun t turun. Koefisien variabel LDAR yaitu -120.150,956 artinya jika rasio LDAR perusahaan p
62 H
ditolak H
ditolak H
diterima 2,052
-2,052
pada tahun t meningkat 1 maka jumlah PPh badan terutang perusahaan p pada tahun t turun sebesar Rp 120.150,956.
b. Variabel DER memiliki t hitung sebesar 9,061 dan berada dalam
taraf signifikan dibawah 0,05 5 yaitu sebesar 0,000. Dengan demikian tampak bahwa t hitung t tabel. Nilai t hitung sebesar
9,061 yang berarti lebih besar dari nilai t tabel yaitu 2,052, maka H
A2
diterima, dan H ditolak. Hal ini dapat dilihat dalam gambar
daerah penentuan H di bawah ini:
Gambar 4.3 Daerah Penentuan H
Hasil regresi menunjukkan bahwa variabel DER berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap PPh badan terutang.
Artinya jika rasio hutang terhadap ekuitas perusahaan p pada tahun t meningkat, maka jumlah PPh badan terutang perusahaan p pada
tahun t juga meningkat. Koefisien variabel DER yaitu sebesar 72.261,859 artinya jika rasio DER perusahaan p pada tahun t naik
1, maka jumlah PPh badan terutang perusahaan p pada tahun t meningkat sebesar Rp 72.261,859.
63
Berdasarkan penyajian data hasil penelitian beserta pengolahannya yang bersumber dari laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, maka pembahasan hasil penelitian sesuai dengan permasalahan yang diajukan adalah:
Hipotesis pertama penelitian ini menyatakan bahwa LDAR mempengaruhi PPh badan terutang perusahaan. Hasil penelitian
ditunjukkan dengan nilai t hitung -3,525 dengan signifikansi 0.002 sehingga disimpulkan bahwa hipotesis pertama diterima dengan
pengaruh negatif signifikan. Ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Tirsono 2008 yang menyatakan adanya hubungan positif antara
corporate tax rate dengan tingkat hutang. Ini menandakan bahwa
rasio LDAR dapat dijadikan indikator seberapa besar pajak penghasilan badan terutang yang harus dibayar oleh suatu perusahaan.
Hipotesis kedua penelitian ini juga menyatakan bahwa DER mempengaruhi PPh badan terutang perusahaan. Berdasarkan hasil
analisis regresi, ditunjukkan oleh nilai t hitung sebesar 9,061 dengan tingkat signifikansi 0,000 sehingga dapat dikatakan bahwa H
A2
diterima. Jadi dapat dikatakan bahwa semakin besar rasio DER perusahaan maka akan semakin tinggi pula PPh badan terutang
perusahaan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tirsono 2008 yang menyatakan adanya hubungan positif antara
corporate tax rate dengan tingkat hutang. Penerapan tarif pajak yang
tinggi akan mendorong perusahaan untuk melakukan penghematan
64
pembayaran pajak yaitu salah satunya dengan jalan menambah utang. Tetapi hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Yulianti 2008 yang menyatakan bahwa DER berpengaruh negatif terhadap PPh badan terutang. Hal ini dapat terjadi
karena perusahaan yang diteliti berbeda dalam rentang waktu yang berbeda pula. Hasil penelitian ini menandakan bahwa rasio DER juga
dapat dijadikan indikator bagi suatu perusahaan untuk menentukan seberapa besar pajak penghasilan terutang yang harus dibayar. Dalam
penelitian ini, perusahaan dengan rasio DER yang rendah akan membayar PPh yang rendah pula, begitu juga sebaliknya.
65
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh LDAR dan DER terhadap PPh Badan terutang pada enam perusahaan yang terdaftar di BEI dari tahun
2005 sampai 2009 dan hasil dari uraian analisis serta pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Long Term Debt to
Asset Ratio LDAR atau rasio hutang jangka panjang terhadap aktiva berpengaruh negatif terhadap PPh Badan
terutang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa naiknya rasio LDAR akan menurunkan jumlah PPh badan terutang perusahaan, dan
sebaliknya. 2.
Debt to Equity Ratio DER atau rasio hutang terhadap ekuitas mampu
mempengaruhi PPh badan terutang, yang berarti hipotesis diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar rasio DER maka akan
menaikkan jumlah PPh badan terutang. 3.
Pengujian secara simultan menunjukkan bahwa Long Term Debt to Asset Ratio
LDAR dan Debt to Equity Ratio DER secara bersama- sama mampu mempengaruhi PPh badan terutang perusahaan.