xvi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kinerja Manajerial
Penilaian kinerja manajerial menurut Mahoney, dkk 1963 dalam Zainul, 1999 dalam bentuk kinerja manajer berdasarkan pada fungsi manajemen klasik yang
meliputi delapan dimensi kegiatan yaitu : 1.
Kinerja Perencanaan Menentukan tujuan, kebijakan, tindakan atau pelaksanaan, penjadwalan kerja,
penganggaran, pemprograman dan lainnya. 2.
Kinerja Investigasi Mengumpulkan dan menyiapkan informasi untuk catatan, laporan, mengukur
hasil, menentukan persedian, dan menganalisi pekerjaan. 3.
Kinerja Pengkoordinasian Tukar menukar informasi dengan bagian organisasi yang lain untuk
mengkaitkan dan menyesuaikan program, memberitakan departemen lain, hubungan dengan manajer lain.
4. Kinerja Evaluasi
Menilai dan mengukur proposal kinerja yang diamati atau dilaporkan, penilaian laporan keuangan, dan pemeriksaan produk.
5. Kinerja Pengawasan
Universitas Sumatera Utara
xvii Mengarahkan, memimpin, mengembangkan bawahan, membimbing,
menjelaskan peraturan kerja kepada bawahan, memberikan tugas, dan menangani keluhan.
6. Kinerja Pemilihan Staf
Mempertahankan angkatan kerja dibagiannya, merekrut, mewawancarai dan memilih pegawai baru, menempatkan, memutasikan, dan mempromosikan
pegawai. 7.
Kinerja Negosiasi Melakukan pembelian, penjualan atau melakukan kontrak untuk barang dan
jasa, menghubungi pemasuk, serta tawar menawar harga. 8.
Kinerja Perwakilan Menghadiri pertemuan – pertemuan dengan perusahaan lain perkumpulan
bisnis, pendekatan ke masyarakat dan mempromosikan tujuan umum organisasi.
B. Anggaran Partisipatif
1. Pengukuran Partisipatif dalam Penyusunan Anggaran
Partisipatif merupakan suatu konsep, dimana bawahan ikut terlibat dalam pengambilan keputusan sampai tingkat tertentu bersama atasannya Robbins, 2002 :
179. Sementara anggaran partisipatif menurut Brownell Supono dan Indriantoro, 1998 adalah proses dimana para individu, yang kinerjanya dievaluasi dan
memperoleh penghargaan berdasarkan pencapaian tingkat anggaran, terlibat dan mempunyai pengaruh dalam penyususnan anggaran.
Universitas Sumatera Utara
xviii Anggaran disusun oleh setiap manajer pusat pertanggungjawaban, kemudian
para line manajer pusat pertanggungjawaban tersebut akan melaporkan hasil pertanggungjawaban tersebut yang akan menjadi feedback bagi manajemen puncak
sebagai pengukuran prestasi. Adanya partisipasi dalam penyususnan anggaran maka akan terbangun suatu interaksi yang lebih baik antara top management dan para line
manager. Dengan demikian akan terciptalah komitmen yang kuat untuk merealisasikannya ke arah yang lebih baik. Aliran data partisipasi anggaran adalah
dari tingkat tanggung jawab rendah ke tingkat tanggung jawab yang tinggi. 2.
Keunggulan dan Kelemahan Partisipatif dalam Penyusunan Anggaran Tabel 2.1 Keunggulan dan Kelemahan Partisipasi Anggaran
No. Keunggulan
Kelemahan
1. Memotivasi bawahan untuk
mencapai target anggaran Terkadang menetapkan standar
yang terlalu tinggi 2.
Memacau peningkatan moral, inisiatif untuk para line manager
Dapat menyebabkan kesenjangan anggaran budgetary slack
3. Pertukaran informasi yang efektif
antar pembuat dan pelaksana anggaran
Pseudoparticipation Sumber : Hasil Pengolahan Peneliti dari Berbagai Sumber, 2008.
Setiap pemimpin yang berusaha menerapkan partisipasi peran serta akan mengalami berbagai tingkatan partisipasi, sehingga untuk ke dalamnya bisa bergerak
dari nol sampai dengan tidak terbatas. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, maka partisipasi yang paling rendahlah yang tentunya paling mudah dicapai Santoso, 1988
dalam Sugeng W, 1996. Untuk kegiatan partisipasi diperlukan suatu keterampilan atau pengetahuan agar dapat mencapai berbagai tingkatnya dan untuk selalu dapat
ditemukan titik tolak untuk mengawalinya.
Universitas Sumatera Utara
xix Menurut Sugeng W 1996 dengan memperhatikan perbedaan tingkatan yang
ada maka pada dasarnya tampak adanya 3 tingkatan yaitu : a.
Tingkat Saling Mengerti Tujuannya adalah untuk membantu para anggota kelompok agar memahami
masing-masing fungsi dan sikap, sehingga dapat mengembangkan kerja sama yang lebih baik. Dengan demikian secara pribadi mereka akan lebih banyak
terlibat, bersikap kreatif, dan juga menjadi lebih bertanggung jawab. b.
Tingkat Penasehatan Sugesti Para anggota kelompok pada hakekatnya sudah cenderung siap untuk
memberikan suatu usul saran kalau telah memahami masalah ataupun situasi yang diharapkan kepada mereka.
c. Tingkat Otoritas
Otoritas pada dasarnya memberi wewenang ke dalam suatu kelompok untuk memantapkan keputusannya. Konsep keputusan kepada pimpinan yang kemudian
dapat diresmikan menjadi kelompok oleh pemimpin.
Rincian anggaran partisipatif menurut Milani 1975 dalam Sugeng W, 1996 sebagai berikut :
a. Seberapa jauh anggaran dipengaruhi oleh keterlibatan para manajer.
b. Alasan-alasan para atasan pada waktu anggaran dalam proses revisi.
c. Frekuensi menyatakan permintaan, memberi usulan dari atau pendapat tentang
anggaran kepada atasan tanpa meminta. d.
Seberapa jauh manajer merasa mempunyai pengaruh dalam anggaran final.
Universitas Sumatera Utara
xx e.
Kepentingan manajer dalam kontribusi pada anggaran f.
Frekuensi anggaran didiskusikan oleh para atasan pada waktu anggaran disusun.
C. Budget – Based Incentive