Pengaruh Partisipasi Anggaran Dan Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Motivasi Sebagai Variabel Intervening pada Kawasan Industri Medan

(1)

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN KEJELASAN

SASARAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

PADA KAWASAN INDUSTRI MEDAN

TESIS

Oleh

SAMUEL ABEL TANTA SEMBIRING

047017031/AKT

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN KEJELASAN

SASARAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

PADA KAWASAN INDUSTRI MEDAN

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Akuntansi

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SAMUEL ABEL TANTA SEMBIRING

047017031/AKT

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(3)

Judul Tesis

:

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA KAWASAN INDUSTRI MEDAN

Nama Mahasiswa : Samuel Abel Tanta Sembiring Nomor Pokok : 047017031

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr.Agusni Pasaribu,MBA,Ak) (Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur


(4)

Telah Diuji Pada

Tanggal : 30 April 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : 1. Dr. Agusni Pasaribu, MBA, Ak 2. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak

3. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak 4. Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul “ Pengaruh Partisipasi Anggaran Dan Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Motivasi Sebagai Variabel Intervening”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya.

Sumber-sumber data dan infomasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 30 April 2008

Yang membuat pernyataan


(6)

ABSTRAK

Pengaruh partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial telah banyak diuji dalam berbagai penelitian akuntansi dengan hasil yang tidak konsisten. Ketidakkonsistenan ini mungkin disebabkan adanya variabel yang lain yang mempengaruhi. Penelitian ini menguji motivasi sebagai variabel intervenig didalam pengaruh partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial.

Subjek penelitian ini adalah manajer tingkat atas dan menengah pada perusahaan di Kawasan Industri Medan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan tingkat pengembalian kuesioner 96 % atau 175 dari 182 kuesioner yang di sampaikan.

Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan metode regresi sederhana dan analisis jalur menghasilkan empat penemuan sesuai dengan hipotesis yang telah diajukan. Pertama, terdapat pengaruh yang signifikan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial. Kedua, terdapat pengaruh yang signifikan antara kejelasan sasaran anggaran dengan kinerja manajerial. Ketiga, terdapat pengaruh yang signifikan antara partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial dengan motivasi sebagai variabel intervening. Keempat, terdapat pengaruh yang signifikan antara kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial, tetapi motivasi tidak dapat sebagai variabel intervening.

Kata kunci : partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran, motivasi kerja, kinerja manajerial.


(7)

ABSTRACT

The effects of Budget participation and budget goal clarity towards managerial performance, have been tested on various accountance research with unconsistant results. The unconsistency may be caused by the existence of other variable. This research tested motivation as an intervening variable in budget participation influence and budget goal setting on managerial performance.

The subject of this research is top and midle manager in Kawasan Industri Medan (KIM). The research is carried out using questionaire which used 96% or 175 out of 182 distributed questionaires.

The results of processing data by using simple regretion method and path analysis resulted 4 (four) inventions relevant with raised hypothesis, firstly a significant influence is identified between budget participation and performance managerial. Secondly, significant influence is found between budget goal clarity and managerial performance. Thirdly, a significant influence is found between budget participation and Performance managerial with motivation as intervening variable. Fourtly, significant influence is found between budget goal clarity and managerial performance but motivation is not as the intervening variable.

Keywords : Budget Participation, Budget Goal Clarity, Motivation, Managerial


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kekuatan yang diberikan oleh Tuhan, sehingga penulis telah dapat menyelesaikan tesis dengan judul ”Pengaruh Partisipasi Anggaran Dan Kejelasan

Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Motivasi Sebagai Variabel Intervening Pada Kawasan Industri Medan.”

Tesis ini merupakan tugas akhir dalam rangka menyelesaikan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Didalam kesempatan ini dengan kerendahan hati , penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Chairudin P. Lubis, DTH&H, Sp. A (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. MSc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, AK, selaku Ketua Program Magister Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif untuk perbaikan tesis ini.

4. Bapak Dr. Agusni Pasaribu, MBA, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.

5. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak, selaku dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyelesaian tesis ini.

6. Bapak Drs Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, selaku dosen Pembanding yang telah memberikan saran dan kritik yang konstruktif untuk perbaikan tesis ini. 7. Ibu Dra. Hj.Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak Selaku Sekretaris Program

Magister Akuntasi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai Dosen Pembanding yang telah memberikan saran dan kritik yang konstruktif untuk perbaikan tesis ini.


(9)

8. Bapak Drs Jefri Sirait, MM, Sebagai Sekretaris Kawasan Industri Medan yang telah membantu penulis dalam penelitian di Kawasan Industri Medan.

9. Kepada Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh pegawai pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, atas bantuan dan kerja sama yang baik yang telah diberikan.

10.Kepada Bapak Ir. Endang Hernawan, MT, sebagai Team Leader dan teman-teman Tenaga Ahli dalam Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), yang telah memberikan dorongan dalam penyeselaian Tesis ini.

11.Teman-teman Angkatan VII Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah mendukung dalam perkuliahan sampai selesainya tesis ini.

12.Kepada Ayahanda Drs Richard Sembirng (Alm), Ibunda Kenden Perangin-angin, begitu juga kepada bapak mertua Raja Bana SH (Alm), dan Ibu Mertua Cukupmin br Ginting yang telah memberikan motivasi serta doa yang tulus dalam penyelesaian tesis ini, teristimewa kepada istri tercinta Novalina Barus SE, dan anak-anakku yang terkasih Anggreini Astrid Sembiring, Fricilia Febina Sembiring dan Christy Sembiring yang selalu menyertai penulis dalam menyelesaikan sutudi.

Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 30 Apri 2008 Penulis

Samuel Abel Tanta Sembiring

NIM. 047017031


(10)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Samuel Abel Tanta Sembiring 2. Tempat/Tanggal Lahir : Yogyakarta/ 7 Juli 1968

3. Alamat : Jl. Luku I 155 Medan

4. Telepon/HP : (061) 8362375/08566356350

5. Agama : Kristen

6. Jenis Kelamin : Laki-laki

7. Status : Menikah

8. Pekerjaan : Pegawai Swasta

9. Pendidikan :

a. Lulus SD Negeri No 060936 Medan tahun 1981 bersertifikat b. Lulus SMP Immanuel Medan Tahun 1984 bersertifikat c. Lulus SMA Negeri I Medan Tahun 1987 bersertifikat

d. Lulus Sarjana (S1) Akuntansi Universitas HKBP Nommensen Medan bersertifikat


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ………... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ……….... 8

1.3 Tujuan Penelitian ………... 8

1.4 Manfaat Penelitian ……….. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ... 10


(12)

2.1.1. Anggaran ……….…..………….. 10

2.1.2 Partisipasi Anggaran ………... 12

2.1.3. Kinerja Manajer ………. 15

2.1.4. Anggaran Partisipatif dan Kinerja Manajer ………... 17

2.1.5 Kejelasan Sasaran Anggaran ………... 19

2.1.6. Kejelasan sasaran Anggaran dan Kinerja Manajer …. 20

2.1.7 Motivasi ……..……… 21

2.1.8. Motivasi dan Kinerja Manajer …….………... 23

2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu…. ……….... 25

2.3 Kerangka Konseptual ……..……….... 27

2.4 Hipotesis Penelitian …….. ……….. 28

BAB III METODE PENELITIAN ……… 29

3.1. Rancangan Penelitian ………. 29

3.2 Popolasi dan Sampel ………….……… 29

3.3 Variabel Penelitian …………..……….. 30

3.3.1. Variabel Independen ………..…. 30

3.3.2. Variabel Intervening ……….………….. 31

3.3.3 Variabel Dependen ………..………. 31

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ………..………... 32


(13)

3.6 Model dan Teknik Analisis Data..……….... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………….. 38

4.1. Hasil Penelitian ... 38

4.1.1 Identitas Responden ……… 38

4.1.2. Statistik Deskriptif ………... 38

4.1.3 Hasil Uji Kualitas Data ……… 40

4.1.3.1 Uji Validitas ……….. 40

4.1.3.2 Uji Realibilitas ……….. 43

4.1.4 Uji Asumsi Klasik ……… 44

4.1.4.1 Uji Normalitas ………... 44

4.1.4.2 Uji Multikolinearitas ……… . 45

4.1.4.3 UjiAuto Korelasi ……….... 46

4.1.4.4 Uji Heteroskedastisitas ……….. 47

4.1.5 Uji Hipotesis …………..……….. 48

4.1.5.1 Pengujian Hipotesis Pertama ………….…... 49

4.1.5.2 Pengujian Hipotesis Kedua ………... 50

4.1.5.3 Pengujian Hipotesis Ketiga ……….. 51

4.1.5.4 Pengujian Hipotesis Keempat ………….….. 53

4.2 Pembahasan Penelitian ………... 54 4.2.1 Pembahasan Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap


(14)

Kinerja Manajerial ………... 54

4.2.2 Pembahasan Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial ………..….. 55

4.2.3 Pembahasan Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Motivasi Sebagai Variabel Intervening ………... 55

4.2.4 Pembahasan Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Motivasi Sebagai Variabel Intervening ………... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………. 59

5.1. Kesimpulan ……….... 59

5.2 Keterbatasan ………... 60

5.2 Saran ……….. 60


(15)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

2.1 Penelitian terdahulu ... 26

4.1 Tingkat Pengembalian kuesioner ... 38

4.2 Distribusi Frekwensi Variabel ... 39

4.3 Validitas Partisipasi Anggaran ... 41

4.4 Validitas Kejelasan Sasaran Anggaran ... 41

4.5 Validitas Motivasi Kerja ... 42

4.6 Validitas Motivasi Kerja ... 43

4.7 Realibilitas ... 44

4.8 Multikolinearitas ... 46

4.9 Uji Autokorelasi ... 47

4.10 Output spss regresi partisipasi anggaran dan kinerja manajerial ... 49

4.11 Output spss regresi Kejelasan sasaran Anggaran dan kinerja manajerial ... 50

4.12 Output spss regresi partisipasi anggaran dan kinerja manajerial ... 51

4.13 Output spss regresi partisipasi anggaran melalui motivasi terhadap kinerja manajerial ... 51

4.14 Output spss regresi Kejelasan sasaran Anggaran terhadap motivasi ... 52


(16)

4.15 Output spss regresi Kejelasan sasaran

Anggaran melalui motivasi terhadap kinerja


(17)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 28 3.1 Hubungan Partisipasi Anggaran Dengan

Kinerja Manajerial, Motivasi Sebagai Variabel

Intervening ... 36 3.2 Hubungan Kejelasan Sasaran Anggaran Dengan

Kinerja Manajerial, Motivasi Sebagai Variabel

Intervening ... 37 4.1 Normal P-P Plot ……….... 45 4.2 Scatterplot ... 48

4.3 Hasil Hubungan Partisipasi Anggaran Dengan Kinerja Manajerial, Motivasi Sebagai Variabel

Intervening ... 56 4.4 Hasil hubungan Kejelasan sasaran Anggaran

Dengan Kinerja Manajerial, Motivasi Sebagai


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Kuesioner………... 64 2 Tabulasi Data ………... 73


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Anggaran merupakan elemen penting dalam sistem pengendalian manajemen, karena anggaran adalah sebagai alat perencanaan (planning) dan pengendalian

(control) jangka pendek yang efektif dalam organisasi (Anthony & Govindarajan

2005). Perencanaan dan pengendalian anggaran yang baik akan membuat perusahaan mampu bersaing dalam persaingan dunia usaha yang dirasakan semakin tajam pada saat ini. Anggaran juga dapat sebagai alat untuk mencapai profitabilitas yang diharapkan serta juga dapat digunakan untuk mengukur sejauhmana performance manajer. Manajer harus mampu menunjukkan tingkat laba yang dihasilkan yang dituangkan dalam anggaran perusahaan, serta mampu mengkomunikasikan tentang apa yang akan dicapai strategi apa yang digunakan untuk mencapainya dan kapan harus dicapai. Disamping itu anggaran juga dapat menjadi alat motivasi kinerja anggota organisasi (Chow et all 1988), dan juga dapat sebagai alat yang dapat digunakan atasan untuk menyelaraskan, mengkoordinasikan dan memotivasi bawahan.

Pada dasarnya anggaran menggambarkan tentang rencana manajemen secara komprehensif untuk masa yang akan datang. Anggaran adalah rencana rinci tentang perolehan dan penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya lainnya pada suatu periode tertentu. Lebih jauh Anthony & Govindarajan (2005) menyatakan


(20)

bahwa anggaran merupakan alat penting untuk perencanaan dan pengendalian jangka pendek yang efektif dalam organisasi, dimana anggaran biasanya meliputi waktu satu tahun dan menyatakan pendapatan dan beban yang direncanakan untuk tahun itu.

Keberhasilan program anggaran terutama akan ditentukan oleh cara pembuatan anggaran itu sendiri. Anggaran yang paling berhasil harus melibatkan manajer dalam tanggung jawab pengendalian biaya yaitu dengan membuat estimasi anggaran mereka sendiri.

Menurut Chandra dalam Swenny & Rachlin (1987) Ada dua pendekatan tipe anggaran yaitu Anggaran yang disediakan (imposed budget) dan Anggaran

partisipasi (participative budgets). Dalam prakteknya Imposed budgets disusun oleh

manajemen puncak atau komite anggaran dan disampaikan kepada manajemen menengah dan bawah. Pendekatan ini sering juga disebut dengan “top down

approach”, dimana penyusunan anggaran tanpa ada konsultasi dari level menengah

dan bawah. Kelebihan dari pendekatan ini adalah biaya yang kecil dan waktu yang tidak terlalu lama dalam penyusunannya karena tidak banyak orang yang terlibat. Disamping itu beberapa kekurangan dari pendekatan ini adalah bahwa pendekatan ini kurang tepat terhadap prinsip pendelegasian. Manajemen tingkat menengah dan bawah kurang merasa terikat terhadap tujuan dan kebijakan manajemen puncak karena mereka tidak dilibatkan dalam perencanaan.

Pendekatan kedua adalah Anggaran partispatif (participative budgets). Pada

pendekatan ini melibatkan seluruh tingkatan manajemen dalam penyusunan anggaran. Pendekatan ini sering disebut dengan “bottom up approach”. Kelemahan


(21)

pendekatan ini adalah waktu yang cukup lama dalam penyusunannya serta biaya yang juga cukup besar, disamping itu kemungkinan manajemen tingkat menengah dan bawah dapat membuat target yang terlalu rendah agar tidak terlalu berat beban dalam pelaksanaannya.

Partisipasi adalah proses pengambilan keputusan bersama oleh dua bagian atau lebih pihak dimana keputusan tersebut akan memiliki dampak masa depan terhadap mereka yang membuatnya. Dengan kata lain para manajer tingkat bawah dan menengah memiliki suara dalam proses manajemen (Iksan dan Ishak 2005). Partisipasi anggaran adalah keterlibatan manajer dalam menyusun anggaran pada pusat pertanggung jawaban manajer yang bersangkutan (Kenis 1979 ; Siegel dan Marconi 1989). Partisipasi anggaran mengacu pada keterlibatan manajer tingkat menengah dan bawah dalam pengambilan keputusan. Menurut Iksan dan Ishak (2005) Partisipasi adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh dua bagian atau lebih pihak dimana keputusan tersebut akan memiliki dampak masa depan terhadap mereka yang membuatnya.

Penyusunan anggaran partisipatif ini akan memberikan motivasi kerja kepada individu yang terlibat dalamnya. Partisipasi didalam penyusunan anggaran diyakini mempunyai pengaruh positif terhadap motivasi karyawan dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi dan kerjasama diantara para manajer. Namun Beckeer dan Green dalam Iksan dan Ishak (2005) menemukan bahwa jika partisipasi diterapkan dalam situasi yang tidak tepat, maka partisipasi justru dapat menurunkan


(22)

Menurut Iksan dan Ishak (2005) Partisipasi manajer tingkat bawah dalam penyusunan anggaran menunjukkan mereka memiliki suara dalam proses manajemen. Partisipasi telah menunjukkan dampak positif terhadap sikap karyawan, meningkatkan kwantitas dan kualitas produksi dan meningkatkan kerja sama diantara manajer.

Pendekatan penyusunan anggaran partisipatif oleh para manajer menengah dan bawah memenuhi aktualisasi dirinya yang akan berdampak positif bagi kinerjanya. Kinerja manajerial adalah kinerja individu anggota organisasi dalam kegiatan organisasi dalam kegiatan manajerial yang diukur dengan mengunakan indikator perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, supervisi, staffing, negoisasi dan representasi (Mohonney dalam Ariadi, 2006).

Informasi anggaran akan membantu manajemen puncak untuk mengevaluasi kinerja manajerial fungsional dan mendistribusikan penghargaan dan hukuman. Dalam konteks ini keberadaan anggaran sebagai bagian penting dari perancangan sistem motivasi organisasi untuk meningkatkan sikap dan kinerja manajerial (Kenis 1979)

Proses penganggaran terjadi dalam lingkungan manusia dan beberapa faktor yang berkaitan dengan prilaku manusia. Penganggaran mempunyai dampak langsung terhadap prilaku manusia terutama bagi orang yang langsung terlibat dalam penyusunan anggaran. (Segel dan Marchi 1989). Penggunaan anggaran untuk pengendalian, evaluasi kerja, komunikasi dan koordinasi menyiratkan bahwa proses penganggaran membawa banyak dimensi prilaku (Hansen dan Mowen 2000)


(23)

Sasaran adalah apa yang hendak dicapai. Jadi sasaran yang jelas akan mendorong manajer untuk melakukan yang terbaik. Kejelasan sasaran anggaran menggambarkan luasnya sasaran anggaran yang dinyatakan secara jelas dan spesifik, dan dimengerti oleh pihak yang bertanggung jawab terhadap pencapaiannya (Kenis 1979).

Dalam menentukan sasaran anggaran ada dua karakteristik utama yang harus diperhatikan yaitu sasaran harus spesifik bukannya samar-samar dan sasaran harus menantang namun dapat dicapai ( Steers & Porter 1987) . Dengan demikian kejelasan sasaran anggaran akan dapat membantu manajer untuk mencapai tujuan yang juga akan mempengaruhi motivasi sehingga secara logis juga dapat meningkatkan kinerja manajer.

Kejelasan sasaran anggaran akan mendorong manajer lebih produktif dan melakukan yang terbaik, dibandingkan sasaran yang tidak jelas (Kenis 1979), dengan kata lain kejelasan sasaran anggaran diharapkan akan meningkatkan kinerja manajer dalam mencapai tujuan perusahaan. Indikator yang digunakan dalam kejelasan sasaran anggaran adalah : tujuan, kinerja, standar, jangka waktu, sasaran prioritas, tingkat kesulitan dan koordinasi.

Penelitian terhadap partisipasi anggaran secara terus menerus dilakukan untuk menguji pengaruhnya terhadap perilaku manajerial, khususnya kinerja manajerial. Hasil penelitian mengenai hubungan antara variabel tersebut tidak konsisten. Brownell (1982), Brownell & McInness (1986), Indriantoro (1993), Ariadi (2006)


(24)

anggaran partisipasi terhadap kinerja manajerial. Namun Bryan & Locky (1967), Milani (1975), Kenis (1979) menemukan hasil bahwa partisipasi anggaran memberikan pengaruh yang negatif terhadap kinerja manajerial.

Begitu juga dengan kejelasan sasaran anggaran, hasil penelitian Brownel & Mclnnes (1986) memberikan pengaruh yang positif dan signitifikan terhadap kinerja manajerial, sedangkan menurut Riyadi (2000) kejelasan sasaran anggaran memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap kinerja manajerial.

Ketidak konsistenan mengenai hasil penelitian ini menimbulkan minat peneliti untuk lebih lanjut melakukan penelitian mengenai hubungan antara variabel tersebut. Perbedaan penelitian ini dengan peneliti sebelumnya adalah, bahwa penelitian sebelumnya dilakukan masing-masing secara terpisah, pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial dengan Pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial, sedangkan dalam penelitian ini dilakukan secara bersama-sama “Pengaruh partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial”.

Govindarajan (2005) mengemukakan bahwa diperlukan upaya untuk mengevaluasi faktor-faktor kondisional atau variable-variabel yang dapat mempengaruhi hubungan antara anggaran partisipatif dengan kinerja manajerial dengan pendekatan kontijensi. Pendekatan kontijensi memungkinkan adanya variable-variabel lain yang bertindak sebagai variable moderating atau intervening (Brownell 1982). Variabel intervening adalah faktor yang secara teori berpengaruh pada fenomena yang diamati tetapi tidak dapat dilihat, diukur atau dimanipulasi


(25)

(Kuncoro 2003). Variabel Intervening juga merupakan variable yang mempengaruhi hubungan variabel independen dan variabel dependen menjadi hubungan tidak langsung. Sedangkan variabel moderating adalah variabel yang mempunyai dampak kontijensi yang kuat pada hubungan variabel independent dan dependen. (Supomo 1998)

Beberapa penelitian yang pernah menggunakan variabel intervening antara lain, motivasi (Brownell dan Mclnnes, 1986; Kennis, 1979; Irawadi, 2005), goal commitment (Erex et al.1985) dan beberapa variabel moderating yang pernah digunakan dalam penelitian adalah Struktur dan kultur organisasi (Supomo, 1998); asimetri informasi dan peresponan keinginan sosial (Supriyono dan Syakhroza, 2003).

Penelitian pengaruh partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial ini dilakukan di Kawasan Industri Medan I (KIM). Penelitian ini dilakukan di KIM I karena perusahaan-perusahaan industri yang ada di KIM I dapat merupakan representative dari perusahaan yang ada Kota Medan, disamping lebih memudahkan peneliti untuk mengadakan penelitian karena tempatnya terpusat pada suatu tempat.

Manajer yang ada di Perusahaan dalam Kawasan Industri Medan juga diharapkan dapat mewakili manajer yang ada di Sumatera Utara, hal ini disebabkan situasi dan kondisi budaya yang ada di kawasan Industri Medan hampir sama dengan kondisi di luar KIM di Kota Medan.


(26)

Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian guna mencari bukti empiris seberapa besar pengaruh partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial dihubungkan dengan motivasi kerja di Kawasan Industri Medan I, dengan harapan dapat memberikan kontribusi bagi manajer dalam hal anggaran partisipatif.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial? 2. Apakah kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap kinerja

manajerial?

3. Apakah partisipasi anggaran melalui motivasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial ?

4. Apakah kejelasan sasaran anggaran melalui motivasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis dan mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial.


(27)

2. Untuk menganalisis dan mendapatkan bukti empiris pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial.

3. Untuk menganalisis dan mendapatkan bukti empiris pengaruh partisipasi anggaran melalui motivasi terhadap kinerja manajerial .

4. Untuk menganalisis dan mendapatkan bukti empiris penguruh kejelasan sasaran anggaran melalui motivasi terhadap kinerja manajerial .

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat sebagai pelatihan intelektual, mengembangkan wawasan berfikir yang dilandasi konsep ilmiah khususnya mengenai akuntansi prilaku.

2. Bagi manajemen , penelitian ini bermanfaat sebagai bahan informasi untuk perbaikan kinerja , melalui partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran anggaran melalui motivasi.

3. Bagi kalangan akademik, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah wacana dalam perkembangan ilmu akuntansi manajemen. 4. Sebagai bahan masukan bagi peneliti berikutnya dalam bidang Akuntansi

Manajemen khususnya mengenai partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran anggaran .


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Anggaran

Pengertian anggaran menurut Garrisson & Noreen (2000:402) adalah rencana rinci tentang perolehan dan penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya lainnya untuk suatu periode tertentu. Anggaran menggambarkan tentang rencana manajemen secara komprehensif untuk masa yang akan datang dan bagaimana rencana tersebut dicapai. Anggaran juga merupakan alat : komunikasi bagi rencana manajemen, untuk merencanakan masa depan, pengalokasian sumberdaya, mengkoordinasikan aktivitas organisasi dan untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Menurut Sholihin (2004:63) anggaran adalah pembuatan suatu rencana tindakan yang diungkapkan dalam perencanaan, pengendalian, dan pengambil keputusan. Anggaran juga berperan untuk meningkatkan komunikasi dan koordinasi. Sedangkan Sawyers (2005:80) menyatakan bahwa Anggaran adalah sebuah pernyataan hasil-hasil yang diharapkan yang dinyatakan dalam bentuk numerik. Sebagai sebuah kontrol anggaran menetapkan masukan sumber daya dan hal-hal yang harus dicapai sebagai keluaran dan hasil. Sawyers juga menyatakan bahwa :

1. Orang-orang yang bertanggung jawab untuk memenuhi anggaran haruslah berpartisipasi dalam penyiapannya

2. Orang-orang yang bertanggung jawab untuk memenuhi target anggaran haruslah dilengkapi dengan informasi yang memadai yang


(29)

membandingkan anggaran dengan kejadian-kejadian aktual dan memberikan alasan-alasan untuk penyimpangan yang signifikan.

3. Semua anggaran khusus harus cocok dengan keseluruhan anggaran organisasi.

4. Anggaran harus menetapkan tujuan yang dapat diukur: anggaran akan menjadi tidak bermakna kecuali bila manajer tahu apa tujuannya.

5. Anggaran harus membantu mempertajam struktur organisasi karena standar anggaran yang objektif sulit untuk ditetapkan dalam gabungan subsistem yang membingungkan. Oleh karena itu, penganggaran merupakan bentuk disiplin dan koordinasi.

Menurut Anthony dan Govindarajan (2005) bahwa anggaran merupakan alat penting untuk perencanaan dan pengendalian jangka pendek yang efektif dalam organisasi, dimana suatu anggaran biasanya meliputi waktu satu tahun dan menyatakan pendapatan dan beban yang direncanakan untuk tahun itu. Menurut Garrisson & Noreen (2000) Agar betul-betul efektif, sistem penganggaran yang baik harus mencakup perencanaan dan Pengendalian. Perencanaan meliputi penentuan sasaran dan penyiapan berbagai anggaran untuk mencapai sasaran tersebut. Sedangkan pengendalian meliputi langkah-langkah yang dilakukan oleh manajemen untuk meningkatkan kecenderungan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam tahap perencanaan, dan juga untuk memastikan bahwa seluruh bagian organisasi berfungsi sesuai kebijakan organisasi . Menurut Anthony dan Govindarajan (2005) Anggaran mempunyai beberapa karakteristik yaitu :

1. Anggaran mengestimasi potensi laba dari unit bisnis tersebut

2. Dinyatakan dalam istilah moneter, walaupun jumlah moneter mungkin didukung dengan jumlah non moneter.

3. Biasanya meliputi waktu selama satu tahun. Dalam bisnis-bisnis yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor musiman, mungkin ada dua anggaran per tahun.


(30)

4. Merupakan komitmen manajemen; manajer setuju untuk menerima tanggung jawab atas pencapaian tujuan-tujuan anggaran.

5. Usulan anggaran ditinjau dan disetujui oleh pejabat yang lebih tinggi wewenangnya dari pembuat anggaran.

6. Setelah disetujui anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi-kondisi tertentu.

7. Secara berkala, kinerja keuangan aktual dibandingkan dengan anggaran dan varian dianalisis serta dijelaskan.

Sedangkan tujuan dari penyusunan angaran adalah : 1. untuk menyesuaikan rencana strategis

2. untuk mengkoordinasikan aktivitas dari beberapa bagian organisasi

3. untuk menugaskan tanggungjawab kepada manajer untuk mengotorisasi jumlah yang berwenang untuk mereka gunakan, dan untuk menginformasikan kepada mereka mengenai kinerja yang diharapkan dari mereka

4. untuk memperoleh komitmen yang merupakan dasar untuk mengevaluasi kinerja aktual manajer.

Proses penganggaran menggambarkan keterlibatan manajer dalam menyusun anggaran tersebut pada pusat pertanggungjawaban manajer yang bersangkutan (Kenis 1979), dan juga menyatakan penganggaran merupakan alat kordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan motivasi.

2.1.2 Partisipasi anggaran

Keberhasilan program anggaran terutama akan ditentukan cara pembuatan anggaran itu sendiri. Program anggaran yang paling berhasil harus melibatkan manajer dalam tanggungjawab pengendalian biaya untuk membuat estimasi anggaran mereka sendiri. Dengan kata lain anggaran tidak di drop dari atas. Pendekatan dalam penyiapan data anggaran ini penting terutama apabila anggaran tersebut akan


(31)

digunakan untuk mengendalikan dan mengevaluasi aktivitas sesorang manajer. Anggaran yang didrop dari atas mungkin dapat menurunkan produktivitas manajer.

Pendekatan penganggaran yang melibatkan manajer dalam pembuatan estimasi anggaran disebut dengan Anggaran partisipatif (self imposed budget).

Pendekatan ini biasanya dianggap sebagai metode anggaran yang paling efektif. Partisipasi manajer dalam proses penganggaran mengarah pada seberapa besar tingkat keterlibatan manajer dalam menyusun anggaran serta pelaksanaannya untuk mencapai target anggaran (Kenis 1979). Garrison & Noreen (2000:408) menjelaskan bahwa anggaran partisipatif merupakan anggaran yang dipersiapkan dengan kerjasama dan partisipasi yang penuh dari para manajer di semua level, dengan beberapa keunggulan yang memberi motivasi kepada orang yang terterlibat dalam penyusunan anggaran yaitu :

1. Setiap orang pada semua tingkatan organisasi diakui sebagai anggota tim yang pandangan dan penilaiannya dihargai oleh manajemen puncak.

2. Orang yang berkaitan langsung dengan suatu aktivitas mempunyai kedudukan terpenting dalam estimasi anggaran. Dengan demikian, estimasi anggaran yang dibuat orang semacam itu cenderung lebih akurat dan andal.

3. Orang lebih cenderung mencapai anggaran yang penyusunannya melibatkan orang tersebut. Sebaliknya, orang kurang terdorong untuk mencapai anggaran yang di drop dari atas.

4. Suatu anggaran partisipatif mempunyai sistem kendalinya sendiri yang unik sehingga jika mereka tidak dapat mencapai anggaran, maka yang harus mereka salahkan adalah diri mereka sendiri. Di sisi lain, jika angggaran di drop dari atas, mereka akan selalu berdalih bahwa anggarannya tidak masuk akal atau tidak realistis untuk diterapkan dan dicapai.


(32)

bawahan terhadap pembuatan keputusan dalam proses keputusan anggaran. Dalam anggaran partisipatif, aspirasi bawahan akan lebih diperhatikan, sehingga lebih memungkinkan bagi bawahan dalam melakukan negosiasi dengan atasan mengenai target anggaran yang menurut mereka dapat dicapai.

Menurut Anthony dan Govindarajan (2005) Partisipasi penyusunan anggaran (yaitu proses dimana pembuat anggaran terlibat dan mempunyai pengaruh dalam penetuan besar anggaran) mempunyai dampak yang positif terhadap motivasi manajerial karena dua alasan :

1. Kemungkinan ada penerimaan yang lebih besar atas cita-cita anggaran jika anggaran dipandang berada dalam kendali pribadi manajer, dibandingkan bila dipaksakan secara eksternal. Hal ini mengarah kepada komitmen pribadi yang lebih besar untuk mencapai cita-cita tersebut.

2. Hasil penyusunan anggaran partisipatif adalah pertukaran informasi yang efektif. Besar Anggaran partisipatif yang telah disetujui merupakan hasil dari keahlian dan pengetahuan pribadi dari pembuat anggaran yang paling dekat dengan lingkungan produk/pasar. Lebih lanjut lagi, pembuat anggaran mempunyai pemahaman yang lebih jelas mengenai pekerjaan mereka melalui interaksi dengan atasan selama fase peninjauan dan persetujuan.

Partisipasi anggaran yang melibatkan manajer secara pribadi akan membangun komitmen manajer untuk mencapai cita-cita anggaran tersebut .

Untuk mengukur partisipasi anggaran ini digunakan indikator-indikator yang dikembangkan oleh Milani (1975) yang meliputi :

1. Kontribusi dalam penyusunan anggaran, menunjukkan seberapa pentingkah peranan manajer dalam penyusunan anggaran.

2. Keterlibatan dalam penyusunan anggaran, menunjukkan keterlibatan langsung manajer dalam penyusunann anggaran.

3. Alasan ketika melakukan revisi anggaran, menunjukkan apakah alasan perubahan anggaran dapat diterima oleh manajer.


(33)

4. Usulan kepada atasan, menunjukkan seberapa banyak peranan/usulan-usulan yang diberikan manajer ketika dalam penyusunan anggaran walaupun tanpa diminta.

5. Penyelesaian ahir, menunjukkan apakah manajer merasa berpengaruh 6. Pendapat dari Atasan, menunjukkan seberapa sering manajer diminta

dalam anggaran yang telah disusun.pendapat oleh atasan dalam penyusunann anggaran.

Partisipasi dalam penyusunan anggaran juga bertujuan untuk membentuk sikap, prilaku manajer dan karyawan . Partisipasi anggaran akan mendorong manajer untuk mengidentifikasi tujuan, dan bekerja agar dapat mencapai target anggaran tersebut yang ahirnya dapat meningkatkan kinerja manajerial.(Otley 1978).

2.1.3 Kinerja manajer

Menurut Hunger dan Wheelen (2003) Kinerja manejer dapat diukur berdasarkan pengendalian prilaku yang menunjukkan bagaimana sesuatu harus dilakukan dalam serangkaian kebijakan , aturan, prosedur standar operasi dan perintah dari atasan dan pengendalian terhadap output yang menunjukkan apa yang harus dicapai dengan memfokuskan pada hasil prilaku tertentu dengan penggunaan sasaran dan target kinerja. Pengendalian terhadap prilaku seperti prosedur perusahaan, permintaan penjualan pada pelanggan potensial, bekerja tepat waktu adalah metode yang paling tepat pada situasi dimana hasil yang diperoleh sulit untuk diukur dan ada hubungan sebab akibat antara aktivitas dan hasil yang diperoleh. Pengendalian terhadap output seperti kuota penjualan, sasaran khusus dalam


(34)

memperoleh laba atau pengurangan biaya dan survei terhadap kepuasan pelanggan merupakan metode yang sesuai untuk situasi dimana ada kesepakatan khusus tentang pengukuran output dan tidak ada hubungan sebab akibat yang jelas antara hasil yang diperoleh dan aktivitas yang dilakukan. Pengukuran terhadap output memberikan kebutuhan pengendalian terhadap perusahaan secara keseluruhan, sementara pengukuran terhadap prilaku memberikan informasi mengenai manajer sebagai individu.

Menurut Mohoney didalam Ariadi (2006) kinerja manajerial adalah kinerja individu anggota organisasi dalam kegiatan manajerial yang diukur dengan menggunakan indikator :

1. Perencanaan, adalah tindakan yang dibuat berdasarkan fakta dan asumsi mengenai gambaran kegiatan yang dilakukan pada waktu yang akan datang guna mencapai tujuan yang diinginkan.

2. investigasi, adalah upaya yang dilakukan untuk mengumpulkan data dan mempersiapkan informasi dalam bentuk laporan-laporan, catatan dan analisa pekerjaan untuk dapat mengukur hasil pelaksanaannya.

3. Koordinasi, adalah menyelaraskan tindakan yang meliputi pertukaran informasi dengan orang-orang dalam unit organisasi lainnya, guna dapat berhubungan dan menyesuaikan program yang akan dijalankan.

4. Evaluasi, adalah penilaian atas usulan atau kinerja yang diamati dan dilaporkan

5. Supervisi, yaitu mengarahkan, memimpin dan mengembangkan potensi bawahan, serta melatih dan menjelaskan aturan-aturan kerja kepada bawahan.

6. Staffing, yaitu memelihara dan mempertahankan bawahan dalam suatu unit kerja, menyeleksi pekerjaan baru serta mempromosikan pekerja tersebut dalam unit atau unit kerjanya.

7. Negoisasi, yaitu upaya untuk memperoleh kesepakatan dalam hal pembelian, penjualan atau kontrak untuk barang-barang dan jasa.

8. Representasi, yaitu menyampaikan informasi tentang visi, misi dan kegiatan-kegiatan organisasi dengan menghadiri pertemuan kelompok bisnis dan konsultasi dengan perusahaan lain.


(35)

Menurut Stoner (1992) Kinerja manajerial adalah seberapa efektif dan efisien manajer telah bekerja untuk mencapai tujuan organisasi.

2.1.4 Angaran partisipatif dan kinerja manajer

Anggaran yang telah disusun memiliki peranan sebagai perencanaan dan sebagai kriteria kinerja, yaitu anggaran dapat dipakai sebagai suatu sistem pengendalian untuk mengukur kinerja manajerial (Kenis 1979).

Menurut Iksan & Ishak(2005:173) Partisipasi telah menunjukkan dampak positif terhadap sikap karyawan, meningkatkan kwantitas dan kwalitas produksi, dan meningkatkan kerjasama diantara manajemen, yang pada gilirannya cenderung untuk meningkatkan kinerja. Beberapa manfaat yang diperoleh dari partisipasi sebagai berikut :

1. Partisipasi akan meningkatkan rasa kesatuan kelompok yang pada gilirannya cenderung untuk meningkatkan kerjasama antar anggota kelompok dalam penetapan tujuan, dimana tujuan organisasi akan dipandang sebagai tujuan yang selaras dengan tujuan pribadi atau disebut dengan internalisasi tujuan.

2. Partisipasi juga berkaitan dengan penurunan tekanan dan kegelisahan yang berkaitan dengan anggaran. Hal ini disebabkan karena orang yang berpartisipasi dalam penetapan tujuan mengetahui bahwa tujuan tersebut wajar dan dapat dicapai.

3. Partisipasi juga dapat menurunkan ketidakadilan dalam alokasi sumberdaya manusia. Manajer yang terlibat dalam penetapan tujuan akan memiliki pemahaman yang cukup baik mengenai mengapa sumberdaya dialokasikan dengan cara demikian.


(36)

menurunkan motivasi dan usaha karyawan untuk mencapai tujuan organisasi.

Beberapa alasan-alasan mengapa partisipasi menjadi topik yang menarik dalam akuntansi manajemen, pertama partisipasi pada umumnya dinilai sebagai pendekatan manajerial yang dapat meningkatkan kinerja anggota organisasi .Kedua berbagai penelitian yang menguji hubungan antara partisipasi dengan kinerja hasilnya saling bertentangan. (Brownell 1982)

Partisipasi dalam proses penyusunan anggaran diklaim oleh sebagian besar orang sebagai obat yang mujarab untuk memenuhi kebutuhan akan harga diri dan aktualisasi diri para anggota organisasi. (Iksan dan ishak 2005)

Keterlibatan manajer pada level yang lebih rendah dapat dipakai sebagai pendekatan manajerial yang dapat meningkatkan kinerja setiap anggota organisasi sebagai individual (Agyris 1952), karena dengan adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran diharapkan setiap individu mampu meningkatkan kinerjanya sesuai dengan target yang ditetapkan sebelumnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Kenis(1979), Brownell (1982) dan Rahayu (1999) menemukan hubungan positif antara partisipasi dengan kinerja manajerial. Sedangkan Chenhall dan Brownell(1986), Indriani 1993 menemukan adanya hubungan antara anggaran dengan kinerja tapi tidak signifikan.


(37)

2.1.5 Kejelasan sasaran anggaran

Kejelasan sasaran anggaran menggambarkan luasnya sasaran anggaran yang dinyatakan secara jelas dan spesifik, dan dimengerti oleh pihak yang bertanggung jawab terhadap pencapaiannya (Kenis 1979). Adanya sasaran yang jelas akan memudahkan dalam menyusun target-target anggaran.

Locke & Latham (1984:3) menyatakan bahwa sasaran adalah apa yang hendak dicapai oleh karyawan. Jadi kejelasan sasaran anggaran akan mendorong manajer lebih efektif dan melakukan yang terbaik dibandingkan dengan sasaran anggaran yang tidak jelas.

Menurut Steers & Porter (1976:129) bahwa dalam menentukan sasaran anggaran mempunyai dua karakteristik utama yaitu :

1. Sasaran harus spesifik bukannya samar-samar 2. Sasaran harus menantang namun dapat dicapai.

Dengan kata lain, kejelasan sasaran anggaran diharapkan dapat membantu manajer untuk mencapai tujuan perusahaan sebagaimana tercantum dalam perencanaan anggaran yang juga akan mempengaruhi motivasi sehingga secara logis kinerja dapat meningkat.

Menurut Locke dan Latham (1984:27), agar pengukuran sasaran efektif ada tujuh indikator yang diperlukan :

1. Tujuan, membuat secara terperinci tujuan umum atau tugas-tugas yang harus dikerjakan.

2. Kinerja, menetapkan kinerja dalam bentuk pertanyaan yang dapat diukur. 3. Standar, menetapkan standar atau target yang dicapai


(38)

4. Jangka waktu, menetapkan jangka waktu yang dibutuhkan untuk pengerjaan

5. Sasaran prioritas, menetapkan sasaran yang prioritas

6. Tingkat kesulitan, menetapkan sasaran berdasarkan tingkat kesulitan dan pentingnya.

7. Koordinasi, menetapkan kebutuhan kordinasi

Keterlibatan manajer dalam penyusunan anggaran akan membuatnya memahami sasaran yang akan dicapai oleh anggaran tersebut, serta bagaimana akan mencapainya dengan menggunakan sumber daya yang ada pada perusahaan. Selanjutnya target-target anggaran yang disusun akan sesuai dengan sasaran yang akan dicapai.

2.1.6 Kejelasan sasaran dan kinerja manajer

Pelaksana anggaran memberikan reaksi positif dan secara relatif sangat kuat untuk menigkatkan kejelasan sasaran anggaran. Reaksi tersebut adalah peningkatan kepuasan kerja, penurunan ketegangan kerja, peningkatan sikap karyawan terhadap anggaran, kinerja anggaran dan efisiensi biaya pada pelaksana anggaran secara signitifikan jika sasaran anggaran dinyatakan secara jelas (Kenis 1979)

Dari hasil penelitiannya Locke (1984) juga menyatakan bahwa keuntungan kejelasan sasaran anggaran adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan produktivitas dan perbaikan kwalitas kerja. Kejelasan sasaran anggaran akan memberikan motivasi untuk meningkatkan produktivitas kerja.

2. Membantu menjelaskan apa-apa yang diharapkan. Sasaran anggaran yang jelas akan memberikan gambaran yang akan dicapai.

3. Menghilangkan kejenuhan.


(39)

5. Mempengaruhi tingkat persaingan pekerja secara sepontan yang mana lebih lanjut akan meningkatkan kinerja mereka. Setiap pekerja akan termotivasi untuk bersaing secara sportif untuk bekerja sebab mereka dapat memahami arah perusahaan dengan mengetahui sasaran yang jelas. 6. Meningkatkan rasa kepercayaan diri dan rasa bangga jika sasaran tercapai

dan akan menerima tantangan lebih lanjut.

7. Membangkitkan rasa mampu dalam bekerja sehingga akan meningkatkan kinerja. Sasaran yang jelas akan mampu membangkitkan motivasi kerja yang pada gilirannya akan meningkatkan kinerja para pekerja.

Penelitian hubungan antara kejelasan sasaran anggaran dengan kinerja menunjukkan hubungan yang positif (Lataham dan Yulk 1975; Steers 1976), tetapi Kenis (1979) tidak menemukan hubungan yang signifikan antara kejelasan sasaran anggaran dengan kinjerja manajerial.

2.1.7 Motivasi

Jacson & Mathis (2001:89) motivasi merupakan hasrat di dalam seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan tindakan. Seseorang yang melakukan tindakan untuk suatu hal: mencapai tujuan, maka motivasi merupakan penggerak yang mengarahkan pada tujuan tersebut. Chanra dalam Sweeny & Rachlin (1987:841) menyatakan bahwa ada dua teori motivasi manusia yang sudah diterima secara umum yaitu :

1. Teori Kebutuhan ( needs hierarchy theory) 2. Teori Pengharapan (expectancy theory)

Teori kebutuhan dikembangkan oleh Maslow. Menurut Maslow di dalam Jacson & Mathis (2001:90) kebutuhan manusia dibagi menjadi lima kategori dalam


(40)

urutan menaik secara berurutan. Sampai kebutuhan yang paling mendasar belum cukup dipenuhi, seseorang tidak akan mengusahakan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Hierarki kebutuhan Maslow adalah sebagai berikut :

1. Kebutuhan dasar fisiologis (phisiological needs), merupakan kebutuhan dasar yaitu kebutuhan akan makan, minum, perumahan dan istirahat. Pemenuhan kebutuhan ini dapat dilakukan dengan adanya ruang istirahat, istirahat makan siang, liburan, cuti, balas jasa, dan jaminan sosial.

2. Kebutuhan akan rasa aman (safety and security needs), merupakan kebutuhan akan perlindungan dan stabilitas. Pemenuhan kebutuhan ini dapat dilakukan dengan pengembangan karyawan, kondisi kerja yang aman, serikat kerja, jaminan pensiun dan asuransi.

3. Kebutuhan akan rasa dimiliki dan dicintai (social needs), merupakan kebutuhan yang menginginkan rasa persahabatan, kekeluargaan, dan perasaan memiliki dan diterima dalam kelompok. pemenuhan kebutuhan ini dilakukan dengan pembentukan kelompok-kelompok kerja formal dan informal dan adanya kegiatan-kegiatan yang disponsori oleh perusahaan. 4. Kebutuhan akan pengakuan diri / penghargaan (esteem needs), merupakan

kebutuhan tentang status atau kedudukan, kepercayaan diri, pengakuan, reputasi dan prestasi, apresiasi, kehormatan diri dan penghargaan. Pemenuhan kebutuhan ini dilakukan dengan promosi, pengakuan, jabatan dan pemberian penghargaan.

5. Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs), merupakan kebutuhan akan pernyataan potensi diri dan pengembangan diri. Pemenuhan kebutuhan ini dapat dilakukan dengan penugasan yang bersifat menantang, pekerjaan yang kreatif dan pengembangan ketrampilan.

Di dalam teori kebutuhan Maslow, aktualisasi diri merupakan tempat yang paling tinggi, berarti dengan memberikan kesempatan bagi para manajer turut serta dalam penyusunan anggaran mereka dapat memberikan (aktualisasi diri) kontribusi dalam organisasi dan hal ini dapat memotivasi mereka untuk memberikan yang terbaik dan tentunya akan meningkatkan kinerja mereka.


(41)

2.1.8 Motivasi dan kinerja manajer

Teori pengharapan (expectancy theory) dikemukankan dan dikembangkan

oleh Vroom (1964), dimana dalam teori ini dinyatakan bahwa prilaku individu dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Asumsi dasar teori pengharapan ini adalah : pertama manusia meletakkan nilai tertentu terhadap sesuatu yang diharapkan atas hasil karyanya, mereka mempunyai urutan kesenangan dari hasil-hasil yang diharapkan. Kedua motivasi seseorang, selain harus mempertimbangkan hasil yang dicapai, juga harus mempertimbangkan keyakinan orang tersebut bahwa yang dia kerjakan memberikan sumbangan terhadap tercapainya tujuan yang diharapkan.

Menurut Robbins (2002) teori pengharapan menyatakan bahwa kekuatan dari kecenderungan untuk bertindak dengan cara tertentu, tergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan tersebut akan di ikuti dengan hasil tertentu serta pada daya tarik hasil tersebut pada individu. Teori ini mengemukakan tiga variabel , pertama daya tarik, pentingnya individu mengharapkan outcome dan penghargaan

yang mungkin dapat dicapai dalam bekerja. Variabel ini mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan individu yang tidak terpuaskan. Kedua kaitan kinerja penghargaan, keyakinan individu bahwa dengan menunjukkan kinerja pada tingkat tertentu akan mencapai outcome yang diinginkan. Ketiga kaitan upaya kinerja,

probabilitas yang diperkirakan oleh individu bahwa dengan menggunakan sejumlah upaya tertentu akan menghasilkan kinerja yang baik.


(42)

Porter dan Lawyer dalam Supriyono ( 1999) memperluas teori ekspektasi dengan memasukkan faktor-faktor motivasi yang lengkap dibanding dengan sebelumnya. Porter dan Lawyer memberikan beberapa alasan yang mampunyai saling hubungan yaitu :

1. Jeleknya prestasi mungkin terjadi jika kemampuan karyawan kurang, peranan persepsi individual terhadap tugas ternyata salah, dan usaha untuk mencapai prestasi juga kurang. Jadi keberhasilan prestasi dipengaruhi oleh kemampuan karyawan melaksanakan suatu tugas, persepsi yang benar terhadap tugas tersebut, dan usaha yang baik untuk mencapai prestasi. 2. Keberhasilan prestasi membentuk persepsi tentang imbalan yang

dirasakan sepadan dan adil, serta menuju kearah penentuan besarnya imbalan intrinsik dan imbalan ekstrinsik. Disamping itu keberhasilan prestasi membentuk persepsi usaha dan probabilitas imbalan.

3. Faktor imbalan intrinsik dan ekstrinsik tersebut telah dipertemukan dengan persepsi rasa adil dan kesepadanan atas imbalan yang diterima akan menimbulkan kepuasan.

4. Kepuasan, bisa berarti rasa puas atau tidak puas, menentukan nilai imbalan.

5. Pada akhirnya, nilai imbalan serta persepsi usaha dan probabilitas imbalan yang diharapkan menentukan usaha yang akan dilakukan berikutnya sebagai siklus yang berulang.

Menurut Supriyono ( 1999 ), faktor-faktor yang mempengaruhi model motivasi karyawan adalah sebagai berikut :

1. Menentukan apakah imbalan ekstrinsik, misalnya penghasilan yang diterima dari organisasi dan penghargaan dari pimpinan, mendorong pencapaian organisasi.

2. Meningkatkan ketepatan waktu pelaporan ekspektasi individiual yang mendorong pencapaian tujuan dan mengarahkan pemberian imbalan ektrinsik.

3. Meningkatan imbalan intrinsik misalnya perasaan berprestasi, kompetisi dan kebenaran, yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan melalui pemberian wewenang yang lebih besar daripada individu dalam mencapai tujuan dan usaha pengarahan tugas.

4. Mengakui dan mendukung usaha-usaha individu dengan mempengaruhi ekspektasi mereka dalam mencapai tujuan.


(43)

5. Meningkatkan imbalan intrinsik dihubungkan dengan prilaku yang diarahkan untuk mencapai tujuan.

Menurut Parrek (1985) didalam Ariadi untuk mengukur motivasi kerja ini digunakan beberapa indikator yang meliputi :

1. Prestasi kerja, yaitu sesuatu yang dicapai oleh seorang pekerja dibawah lingkungan kerja yang sulit sekalipun.

2. Pengaruh, yaitu upaya yang dilakukan untuk mempertahankan gagasan sebagai bentuk dari kuatnya pengaruh yang ingin ditanamkan pada orang lain.

3. Pengendalian, yaitu tingkat pengawasan yang dilakukan oleh atasan terhadap bawahannya.

4. Ketergantungan, yaitu kebutuhan dari bawahan terhadap orang-orang yang berada di lingkungan kerjanya, baik terhadap sesama pekerja maupun terhadap atasan.

5. Pengembangan, yaitu upaya yang dilakukan oleh organisasi terhadap pekerja atau oleh atasan kepada bawahannya untuk memberikan kesempatan guna meningkatkan potensi dirinya melalui pendidikan ataupun pelatihan.

6. Afiliasi, yaitu dorongan untuk berhubungan dengan orang-orang atas dasar kebutuhan sosial.

Penelitian tentang pengaruh partisipasi anggaran melalui motivasi terhadap kinerja berbeda-beda. Brownel dan Mclnnes (1986) menemukan bahwa hubungan partisipasi dengan motivasi positif tetapi tidak signifikan. Sedangkan Mia (1988) dalam penelitiannya menunjukkan motivasi secara signifikan mempengaruhi hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial.

2.2 Tinjuan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merupakan replikasi dan pengembangan dari penelitian sebelumnya oleh Ariadi (2006) yang meneliti tentang “Pengaruh Anggaran


(44)

Partisipatif Melalui Budaya Organisasi, Gaya Manajemen dan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Intervening Terhadap Kinerja Manajerial dan Kepuasan Kerja”

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No Judul Variabel Peneliti Hasil

1 Pengaruh anggaran partisipatif dengan kinerja Manajerial

Anggaran Partisipatif dan

Kinerja Kenis (1979)

Terdapat hubungan positif

2 Pengaruh anggaran partisipatif dengan kinerja Manajerial

Anggaran Partisipatif dan

Kinerja Milani (1975)

Terdapat hubungan positif

3 Pengaruh anggaran partisipatif dengan kinerja Manajerial

Anggaran Partisipatif dan

Kinerja Bryan dan Locky (1967)

Memberikan pengaruh negatif

4 Pengaruh anggaran partisipatif dengan kinerja Manajerial

Anggaran Partisipatif dan

Kinerja Brownel dan Mclnes 1986

Terdapat hubungan positif

5 Pengaruh anggaran partisipatif dengan kinerja Manajerial

Anggaran Partisipatif, Motivasi dan

Kinerja

Riyadi (2000)

Memberikan pengaruh negatif

6 Pengaruh antara anggaran partisipatif dengan kinerja dengan motivasi sebagai variabel moderating

Anggaran Partisipatif, Motivasi dan

Kinerja

Mia (1988)

Terdapat hubungan positif

7 Pengaruh kejelasan sasaran Anggaran terhadap kinerja manajerial Kejelasan sasaran anggaran dan Kinerja

Manajerial Locke (1967)

Memberikan pengaruh negatif


(45)

Tabel 2.1 Lanjutan

8 Pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial

Kejelasan sasaran anggaran dan Kinerja Manajerial

Kenis (1979)

Memberikan pengaruh negatif

Adapun hasil penelitiannya adalah terdapat pengaruh partisipasi anggaran terhadap kepuasan kerja, dan tidak terdapat pengaruh motivasi kerja terhadap anggaran partisipatif. Perbedaannya dengan penelitian adalah ini terletak pada tambahan variabel independen yaitu kejelasan sasaran anggaran. Dalam penelitian ini diukur secara bersama-sama Pengaruh partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial. Beberapa penelitian tentang pengaruh partisipasi anggaran kejelasan sasaran anggaran dapat dilihat dalam tabel 2.1

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukanan diatas, maka peneliti membuat kerangka konseptual yang disusun dengan model sebagai berikut :


(46)

H1

H3

Partisipasi Anggaran (X1)

H4 H2 Motivasi ( X3)

Kinerja Manajerial (Y)

Kejelasan sasaran anggaran (X2)

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis Penelitian

Dari kerangka konseptual dan uraian teoritis maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial.

H2 : Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial.

H3 : Partisipasi anggaran melalui motivasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial. H4 : Kejelasan sasaran anggaran melalui motivasi berpengaruh terhadap kinerja


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan berdasarkan hubungan kausal yang bersifat sebab akibat, jadi ada variabel independent ( variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen ( variabel yang dipengaruhi).

3.2 Populasi dan Sampel

Dalam Penelitian ini difokuskan pada Manajer tingkat atas dan menengah yang terlibat dalam penyusunan anggaran perusahaan pada Kawasan Industri Medan I. Adapun jumlah perusahaan Kawasan Industri Medan I Sejumlah 221 Perusahaan, Dimana 64 Perusahaan bergerak hanya jasa pergudangan saja. Berdasarkan hasil konfirmasi terhadap perusahaan yang non pergudangan yaitu 157 perusahaan maka jumlah perusahaan yang melibatkan manager tingkat atas dan menengah dalam penyusunan anggaran sejumlah 61 perusahaan . Jadi populasi penelitian yang dilakukan hanya pada perusahaan yang melibatkan manajer tingkat atas dan menengah dalam penyusunan anggaran saja. Jumlah Manajer Dari 61 perusahaan Tersebut adalah :

1. Manajer Tingkat Atas/Kepala Divisi : 154 orang 2. Manajer Tingkat Menengah /Kepala bagian : 224 orang


(48)

Jadi jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 378 orang. Penentuan jumlah sampel dari populasi berdasarkan rumus dari Isac dan Michel dalam tabel yang telah ditentukan dengan tingkat kesalahan 5%, maka jumlah sampel adalah 182 orang. Penentuan sampel secara random/acak dilakukan dengan undian.

3.3 Variabel Penelitian 3.3.1 Variabel independen a. Partisipasi anggaran

Partisipasi anggaran sebagai variabel independen adalah adalah untuk mengukur tingkat pengaruh partisipasi manajer dalam menyusun anggaran (Kenis 1979). Partisipasi anggaran dalam dalam penelitian ini adalah kontribusi atau keterlibatan manajer dalam penyusunan angaran. Variabel partisipasi anggaran diukur dengan menggunakan indikator-indikator yang dikembangkan oleh Milani (1975) yang meliputi: kontribusi dalam penyusunan anggaran, keterlibatan dalam penyusunan anggaran, alasan dalam melakukan revisi anggaran, usulan kepada atasan, penyelesaian akhir dan meminta pendapat dari atasan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal 1 – 7.

b. Kejelasan sasaran anggaran

Kejelasan sasaran Anggaran menggambarkan luasnya sasaran anggaran yang dinyatakan secara jelas dan spesifik, dan dimengerti oleh pihak yang bertanggungjawab terhadap pencapaiannya (Kenis 1979). Kejelasan sasaran Anggaran sebagai variabel independen adalah untuk mengukur tingkat pengaruh


(49)

kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajer. Variabel kejelasan sasaran anggaran diukur dengan menggunakan indikator yang dikembangkan oleh Locke (1984) yang meliputi tujuan, kinerja, standar, jangka waktu, sasaran prioritas, tingkat kesulitan, dan koordinasi. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal 1 – 5

3.3.2 Variabel intervening a. Motivasi

Motivasi adalah hasrat dalam seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan tindakan. Seseorang sering melakukan tindakan untuk suatu hal: mencapai tujuan (Mathis dan Jackson 2001). Motivasi sebagai variabel intervening dimaksudkan untuk mengukur pengaruh motivasi terhadap kinerja manajer. Untuk mengukur variabel motivasi kerja ini menggunakan indikator yang dikembangkan oleh Parrek (1985) yang meliputi prestasi kerja, pengaruh, pengendalian, ketergantungan, perluasan dan afiliasi. Skala pengukuran dengan menggujnakan ordinal 1 – 5.

3.3.3 Variabel dependen a. Kinerja manajerial

Kinerja manajerial sebagai variabel dependen adalah untuk mengukur tingkat kecakapan manajer dalam melaksanakan aktivitas manajemen dengan menggunakan


(50)

indikator yang dikembangkan oleh Mahoney (1963) yang meliputi kegiatan perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, pengaturan staff, negoisasi, perwakilan, pengawasan, dan evaluasi kinerja manajer. Skala pengukuran yang digumakan adalah skala ordinal 1 – 9.

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada perusahaan di Kawasan Industri Medan I . Penelitian akan dilakukan selama Juni 2007 sampai dengan Februari 2008 . Penelitian ini dimulai dengan penelitian masalah, studi pendahuluan, penelusuran pustaka, penyusunan instrumen penelitian, pengumpulan data, analisis data dan penyusunan laporan penellitian.

3.5 Prosedur Pengambilan Data

Di dalam penelitian ini menggunakan data primer yang bersumber dari manajer tingkat atas dan menengah pada perusahaan di Kawasan Industri Medan dengan menggunakan kuesioner.

Kuesioner diantar langsung oleh peneliti kepada masing-masing divisi maupun bidang di perusahaan dengan memberi batas 2 (dua) minggu dengan pertimbangan karena kesibukan para manajer dalam melaksanakan tugasnya.


(51)

3.6 Model dan Teknik analisis Data

Selanjutnya dalam pengolahan data dalam penelitian ini digunakan alat statistik yang terdiri dari :

1. Statistik deskriptif. Hasil ini mendiskripsikan tentang variabel-variabel dengan menggunakan table distribusi frekwensi absolute dengan menghitung angka rata-rata, sebaran dan deviasi standar.

2. Peneliti akan melakukan langkah-langkah pengujian sebagai berikut :

a. Uji non response bias untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan data secara sgnitifikan antara hasil data dari responden yang early response dengan late response.

b. Uji kualitas data, yang dihasilkan dari penggunaan instrument penelitian dievaluasi melalui realibilitas dan validitas. Uji tersebut masing-masing untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari instrumen yang digunakan.

c. Validitas, digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefenisikan suatu variabel . Menilai kevailidan masing-masing butir pertanyaan dapat dilihat dari nilai Corrected Item-Total Correlation masing-masing butir pertanyaan. Suatu butir pertanyaan dikatakan valid jika r-hitung yang merupakan nilai dari Corrcted Item-Total Correlation

> dari r-tabel.


(52)

yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuisioner. Realibilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha > dari 0,60.

3. Uji asumsi klasik yaitu :

a. Uji normalitas yang bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel bebas dan variabel tidak bebas mempunyai distribusi normal atau tidak . Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pengujian tentang normal tidaknya data dilakukan dengan normal P – Plot. Jika titik-titik data menyebar disekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji multikolinearitas yang bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau adanya variabel bebas yang memiliki kemiripan . Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Pengujian tentang bebas tidaknya data dengan output SPSS nilai collinearity statistic (Nilai tolerance dan VIF). Jika

variabel independent memiliki VIF tidak lebih dari 10 dan tolerance tidak kurang dari 0,1 maka tidak terjadi korelasi.

c. Uji auto korelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Penilaian ada tidaknya autokorelasi dapat digunakan patokan nilai Durbin Watson hitung mendekati angka 2. Jika nilai


(53)

Durbin watson mendekati atau sekitar angka 2 , maka model tersebut terbebas dari asumsi klasik autokorelasi , karena angka 2 pada uji Durbin Watson terletak di daerah No Autocorrelation

d. Uji heterokedastisitas yang bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan (variance) dari residual atau pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas . Asumsi klasik statistic heterokedastisitas dapat dideteksi dari output SPSS gambar scatter-plot.

4. Uji hipotesis

Pengujian hipotesis satu akan dipakai analisis regresi sederhana, dengan model sebagai berikut :

Y = o + 1.X1 + ë Dimana :

Y = Kinerja manajerial, diukur berdasarkan penjumlahan skor o = Konstanta

X1 = Partisipasi Anggaran, diukur berdasarkan penjumlahan skor

Pengujian hipotesis dua akan dipakai analisis regresi sederhana, dengan model sebagai berikut :

Y = o + 2.X2 + ë Dimana :


(54)

Pengujian hipotesis tiga akan dipakai metode analisis jalur (Path Analysis).

Untuk menguji pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial dengan motivasi sebagai variabel intervening maka akan dilakukan dengan perhitungan berikut :

Motivasi

p2 p3

Partisipasi Anggaran Kinerja Manajerial

p1 Gambar 3.1 Hubungan Partisipasi Anggaran Dengan Kinerja Manajerial

Motivasi Sebagai Variabel Intervening

Pengaruh langsung partisipasi anggaran ke Kinerja Manajerial = p1 Pengaruh tak langsung Partisipasi anggaran ke Kinerja Manajerial = p2 x p3 Total pengaruh (Partisipasi Anggaran ke Kinerja Manajerial) = p1 + p2 x p3 - Pengujian hipotesis empat akan dipakai metode analisis jalur (Path Analysis).

Untuk menguji pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial dengan motivasi sebagai variabel intervening maka akan dilakukan dengan perhitungan berikut :


(55)

Motivasi

p2 p3

Kejelasan sasaran anggaran Kinerja Manajerial

p1

Gambar 3.2 Hubungan Kejelasan Sasaran Anggaran Dengan Kinerja

Manajerial Motivasi Sebagai Variabel Intervening

Pengaruh langsung k. sasaran anggaran ke kinerja manajerial = p1 Pengaruh tak langsung k. sasaran anggaran ke kinerja manajerial = p2 x p3 Total pengaruh (k. sasaran anggaran ke kinerja manajerial) = p1 + p2 x p3 Pengujian-pengujian dilakukan dengan menggunakan alat bantu spss.


(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Identitas responden

Berdasarkan kuesioner yang disebarkan dan yang diterima kembali maka diperoleh data dengan tingkat pengembalian dalam tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1 Tingkat Pengembalian Kuesioner

Jumlah kuesioner yang dikirim 182

Kuesioner yang dikembalikan 175

Kuesioner yang rusak 3

Kuesioner yang dapat digunakan 172

Responden dalam penelitian ini adalah manajer tingkat atas dan menengah pada perusahaan di Kawasan Industri I Medan.

4.1.2 Statistik deskriptif

Statistik deskriptif mendiskripsikan tentang variabel-variabel dengan menggunakan table distribusi frekwensi absolute dengan menghitung angka rata-rata, sebaran dan deviasi standar seperti yang disajikan dalam tabel 4.2 berikut:

Variabel partisipasi anggaran diukur dengan tujuh indikator yang terdiri dari enam butir pertanyaan. Skor untuk setiap butir pertanyaan dengan indikator 1 – 7 akan memberikan nilai minimum 6 dan maksimum 42. dari hasil pengembalian


(57)

kuesioner bahwa nilai minimum adalah 19 dan nilai maksimum adalah 35, yang menunjukkan tidak ada responden yang memberi nilai minum tetapi ada responden yang memberikan nilai maksimum. Nilai rata-rata sebesar 31.98 yang menunjukkan bahwa responden memberikan penilaian sedang.

Tabel 4.2 Distribusi Frekwensi Variabel

Variabel

Kisaran Penilaian

Kisaran Langsung

Rata-rata

Deviasi Standar

Partisipasi Anggaran 6 - 42 11 - 42 31.98 6.02

Kejelasan Sasaran

Anggaran 7 - 35 19 - 35 28.46 3.52

Motivasi Kerja 30 - 150 71 - 150 118.29 12.75

Kinerja Manajerial 8 - 72 22 - 68 53.87 8.12

Variabel kejelasan sasaran anggaran diukur dengan lima indikator yang terdiri dari tujuh butir pertanyaan. Skor untuk setiap butir pertanyaan dengan indikator 1 – 5 akan memberikan nilai minimum 7 dan maksimum 35. dari hasil pengembalian kuesioner bahwa nilai minimum adalah 11 dan nilai maksimum adalah 42, yang menunjukkan tidak ada responden yang memberi nilai minum tetapi ada responden yang memberikan nilai maksimum. Nilai rata-rata sebesar 28.46 yang menunjukkan bahwa responden memberikan penilaian sedang.

Variabel Motivasi kerja diukur dengan lima indikator yang teridiri dari tigapuluh butir pertanyaan. Skor untuk setiap butir pertanyaan dengan indikator 1 – 5 akan memberikan nilai minimum 30 dan maksimum 150. dari hasil pengembalian kuesioner bahwa nilai minimum adalah 71 dan nilai maksimum adalah 150, yang


(58)

menunjukkan tidak ada responden yang memberi nilai minum tetapi ada responden yang memberikan nilai maksimum. Nilai rata-rata sebesar 118.29 yang menunjukkan bahwa responden memberikan penilaian sedang.

Variabel kinerja manajerial diukur dengan sembilan indikator yang teridiri dari delapan butir pertanyaan. Skor untuk setiap butir pertanyaan dengan indikator 1 – 9 akan memberikan nilai minimum 8 dan maksimum 72. dari hasil pengembalian kuesioner bahwa nilai minimum adalah 22 dan nilai maksimum adalah 68, yang menunjukkan tidak ada responden yang memberi nilai minum maupun penilaian maksimum. Nilai rata-rata sebesar 53,87 yang menunjukkan bahwa responden memberikan penilaian sedang.

4.1.3 Hasil uji kualitas data 4.1.3.1 Uji validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Butir pertanyaan dikatakan valid jika r hitung yang merupakan nilai dari Corrected Item Total Correlation > dari r-tabel.

Untuk mengukur validitas butir pertanyaan partisipasi anggaran dapat dilihat dari tabel 4.3 sebagai berikut:


(59)

Tabel 4.3. Validitas Partisipasi Anggaran

Butir Pertanyaan r-hitung r-tabel validitas

PA 1 0.738 0.159 valid

PA 2 0.689 0.159 valid

PA 3 0.604 0.159 valid

PA 4 0.700 0.159 valid

PA 5 0.734 0.159 valid

PA 6 0.607 0.159 valid

Seluruh butir pertanyaan partisipasi anggaran menunjukkan r-hitung lebih besar dari r-tabel, dengan demikian maka seluruh butir pertanyaan dinyatakan valid. Untuk mengukur validitas pertanyaan kejelasan sasaran anggaran dapat dilihat dari tabel 4.4:

Tabel 4.4. Validitas Kejelasan Sasaran Anggaran

Butir Pertanyaan r-hitung r-tabel validitas

KA 1 0.559 0.159 valid KA 2 0.596 0.159 valid

KA 3 0.568 0.159 valid KA 4 0.501 0.159 valid

KA 5 0.465 0.159 valid KA 6 0.575 0.159 valid

KA 7 0.556 0.159 valid

Seluruh butir pertanyaan kejelasan sasaran anggaran menunjukkan r-hitung lebih besar dari r-tabel, dengan demikian maka seluruh butir pertanyaan dapat dinyatakan valid.


(60)

Untuk menguji validitas butir pertanyaan motivasi kerja dapat dilihat dari tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.5. Validitas Motivasi Kerja

Butir Pertanyaan r-hitung r-tabel validitas

M1 0.628 0.159 valid

M2 0.629 0.159 valid

M3 0.628 0.159 valid

M4 0.672 0.159 valid

M5 0.631 0.159 valid

M6 0.526 0.159 valid

M7 0.605 0.159 valid

M8 0.637 0.159 valid

M9 0.602 0.159 valid

M10 0.497 0.159 valid

M11 0.636 0.159 valid

M12 0.613 0.159 valid

M13 0.649 0.159 valid

M14 0.679 0.159 valid

M15 0.723 0.159 valid

M16 0.463 0.159 valid

M17 0.566 0.159 valid

M18 0.456 0.159 valid

M19 0.41 0.159 valid

M20 0.327 0.159 valid

M21 0.707 0.159 valid

M22 0.709 0.159 valid

M23 0.737 0.159 valid

M24 0.685 0.159 valid

M25 0.696 0.159 valid

M26 0.46 0.159 valid

M27 0.438 0.159 valid

M28 0.56 0.159 valid

M29 0.642 0.159 valid


(61)

Seluruh butir pertanyaan motivasi kerja menunjukkan hitung lebih besar dari r-tabel, dengan demikian maka seluruh butir pertanyaan dapat dinyatakan valid.

Untuk Menguju validitas Kinerja Manajerial dapat dilihat dari tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6. Validitas Kinerja Manajerial

Butir Pertanyaan r-hitung r-tabel validitas

KM1 0.771 0.159 valid

KM2 0.758 0.159 valid

KM3 0.706 0.159 valid

KM4 0.756 0.159 valid

KM5 0.754 0.159 valid

KM6 0.743 0.159 valid

KM7 0.749 0.159 valid

KM8 0.744 0.159 valid

Seluruh butir pertanyaan kinerja manajerial menunjukkan r-hitung lebih besar dari r-tabel, dengan demikian maka seluruh butir pertanyaan dapat dinyatakan valid.

4.1.3.2 Uji realibilitas

Uji relibilitas adalah untuk mengukur suatu kesetabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk pertanyaan yang merupkan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Realibilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s


(62)

Tabel 4.7. Realibilitas

Variabel

Cronbach's

Alpha Realibilitas

Partisipasi Anggaran 0.875 reliabel

Kejelasan Sasaran Anggaran 0.808 reliabel

Motivasi Kerja 0.946 reliabel

Kinerja Manajerial 0.923 reliabel

4.1.4 Uji asumsi klasik 4.1.4.1 Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data berdistribusi normal. Pengujian tentang normal tidaknya data dilakukan dengan normal P – Plot. Jika titik-titik data menyebar disekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik-titik-titik data searah mengikuti garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Gambar P-Plot dapat dilihat bahwa titik data menyebar disekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal, maka model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas.


(63)

1.0 0.8

0.6 0.4

0.2 0.0

Observed Cum Prob 1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Expected Cum

Prob

Dependent Variable: KM

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Gambar 4.1 Normal P-P Plot

4.1.4.2 Uji multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas.

Jika variabel independent memiliki VIF tidak lebih dari 10 dan tolerance tidak kurang dari 0,1 maka tidak terjadi korelasi.


(64)

Tabel 4.8 Multikolinearitas

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta t Sig. Tolerance VIF

1 (Constant)

-8.878 4.0393 -2.2 0.03 KA 0.837 0.1428 0.363 5.861 0 0.632 1.583 MK 0.303 0.0372 0.476 8.148 0 0.711 1.407 PA 0.097 0.0757 0.072 1.278 0.2 0.767 1.303

a. Dependent Variable: KM

Dari tabel 4..8 dapat dilihat bahwa nilai tolerance > 0.1 dan VIF < 10, maka dapat dinyatakan tidak ada multikolonieritas antara variabel independen dalam model regresi.

4.1.4.3. Uji auto korelasi

Uji auto korelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Penilaian ada tidaknya autokorelasi dapat digunakan patokan nilai Durbin Watson hitung mendekati angka 2. Jika nilai Durbin watson mendekati atau sekitar angka 2 , maka model tersebut terbebas dari asumsi klasik autokorelasi , karena angka 2 pada uji Durbin Watson terletak di daerah No


(65)

Tabel 4.9 Uji Autokorelasi Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-Watson 1 .770(a) 0.593 0.586 5.2288 1.993 a Predictors: (Constant), PA, MK, KA

b Dependent Variable: KM

Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa nilai Durbin Watson = 1.993 yang mendekati angka 2, maka dapat dinyatakan bahwa model tersebut terbebas dari autokorelasi.

4.1.4.4 Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pada Scatterplot jika tidak ada pola yang jelas serta titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu y maka tidak terjadi Heterokedastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang Homoskesdatisitas atau tidak terjadi Heterokedastisitas. Dari gambar Scatterplot dapat dilihat bahwa tidak ada pola yang jelas serta titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu y, maka dapat dinyatakan tidak terjadi Heterokedastisitas.


(66)

3 2

1 0

-1 -2

-3 -4

Regression Standardized Predicted Value 2

0

-2

-4

-6

Regressio

n Studentized

Residual

Dependent Variable: KM Scatterplot

Gambar 4.2 Scatterplot

4.1.5 Uji hipotesis

Adapun kriteria pengujian hipotesis dengan tingkat signitifikansi sebesar 5% adalah sebagai berikut :

1. Jika p-value < 0.05, maka Ho ditolak atau H1 diterima 2. Jika p-value > 0.05, maka Ho diterima dan H1 ditolak 3. Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima 4. Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak


(67)

4.1.5.1 Pengujian hipotesis pertama

Untuk mengetahui adanya pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial, digunakan regresi sederhana. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan diperoleh nilai-nilai yang tercantum dalam tabel berikut :

Tabel 4.10 Output SPSS Regresi Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 1866.719 1 1866.719 33.701 0.000

Residual 9416.467 170 55.39098

Total 11283.19 171

a Predictors: (Constant), PA b Dependent Variable: KM

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh antara partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial, yang ditunjukkan dengan F hitung sebesar 33.701 dan Ftabel =3.91 dengan tingkat signifikan p= 0.000 yang lebih kecil dari g =0.05.

Adanya pengaruh positif antara partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial menunjukkan bahwa semakin tinggi partisipasi anggaran maka semakin meningkatkan kinerja manajerial.


(68)

4.1.5.2. Pengujian hipotesis kedua

Untuk mengetahui adanya pengaruh kejelasan sasaran anggaran dengan kinerja manajerial digunakan regresi sederhana. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan diperoleh nilai-nilai yang tercantum dalam tabel berikut :

Tabel 4.11. Output SPSS Regresi Kejelasaan Sasaran Terhadap Kinerja Manajerial

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 4716.393 1 4716.393 122.097 0.00

Residual 6566.793 170 38628

Total 11283.19 171

a Predictors: (Constant), KA b Dependent Variable: KM

Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh antara kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial, yang ditunjukkan dengan F hitung 122.097 dan F hitung =3.91, dengan tingkat signitifikan p= 0.000 yang lebih kecil dari g =0.05.

Adanya pengaruh positif antara kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial menunjukkan bahwa semakin jelas sasaran anggaran maka semakin meningkatkan kinerja manajerial.


(69)

Untuk mengetahui adanya pengaruh partisipasi anggaran melalui motivasi terhadap kinerja manajerial digunakan analisa jalur (Path analysis).

Tabel 4.12 Output SPSS Regresi Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 36.334 3.074 11.820 0.000

PA 0.548 0.094 0.407 5.805 0.000 1.000 1.000

a Dependent Variable: KM

Tabel 4.13 Output SPSS Partisipasi Anggaran Melaui Motivasi Kerja

Terhadap Kinerja Manajerial

Coefficients

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant)

-1.418 4.195 -.338 0.736

PA 0.255 0.077 0.189 3.294 0.001 0.879 1.137

MK 0.398 0.037 0.626 10.893 0.000 0.879 1.137


(1)

Residuals Statistics

a

34.0129

67.5292

53.8721

5.79926

172

-3.424

2.355

.000

1.000

172

.437

1.705

.714

.249

172

33.6245

67.7288

53.8773

5.81381

172

-26.67444

9.94955

.00000

5.68789

172

-4.662

1.739

.000

.994

172

-4.707

1.755

.000

1.003

172

-27.18671

10.13031

-.00522

5.79523

172

-5.034

1.766

-.004

1.019

172

.003

14.187

1.988

2.333

172

.000

.142

.006

.015

172

.000

.083

.012

.014

172

Predicted Value

Std. Predicted Value

Standard Error of

Predicted Value

Adjusted Predicted Value

Residual

Std. Residual

Stud. Residual

Deleted Residual

Stud. Deleted Residual

Mahal. Distance

Cook's Distance

Centered Leverage Value

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

N

Dependent Variable: KM

a.


(2)

3 2

1 0

-1 -2

-3 -4

Regression Standardized Predicted Value

2

1

0

-1

-2

-3

-4

-5

Regressi

on St

udent

ized

Resid

ual

Dependent Variable: KM

Scatterplot

Regression

Variables Entered/Removedb

PA, MK, KAa . Enter

Model 1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: KM b.


(3)

Variables Entered/Removedb

PA, MK, KAa . Enter

Model 1 Variables Entered Variables Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: KM b.

ANOVAb

6690.002 3 2230.001 81.564 .000a

4593.184 168 27.340

11283.186 171 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), PA, MK, KA a.

Dependent Variable: KM b.

Coefficientsa

-8.878 4.039 -2.198 .029

.837 .143 .363 5.861 .000 .632 1.583

.303 .037 .476 8.148 .000 .711 1.407

.097 .076 .072 1.278 .203 .767 1.303

(Constant) KA MK PA Model 1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: KM a.

Collinearity Diagnosticsa

3.967 1.000 .00 .00 .00 .00

.021 13.857 .07 .01 .04 .93

.007 23.399 .46 .83 .01 .07

.005 26.924 .47 .16 .95 .00

Dimension 1 2 3 4 Model 1 Eigenvalue Condition

Index (Constant) KA MK PA

Variance Proportions

Dependent Variable: KM a.


(4)

Residuals Statistics

a

32.9163

68.5039

53.8721

6.25482

172

-3.350

2.339

.000

1.000

172

.406

1.569

.759

.244

172

32.4132

68.7525

53.8806

6.27119

172

-29.24541

9.84146

.00000

5.18273

172

-5.593

1.882

.000

.991

172

-5.667

1.889

-.001

1.003

172

-30.02243

9.91124

-.00852

5.31234

172

-6.282

1.904

-.007

1.032

172

.035

14.406

2.983

2.734

172

.000

.213

.006

.019

172

.000

.084

.017

.016

172

Predicted Value

Std. Predicted Value

Standard Error of

Predicted Value

Adjusted Predicted Value

Residual

Std. Residual

Stud. Residual

Deleted Residual

Stud. Deleted Residual

Mahal. Distance

Cook's Distance

Centered Leverage Value

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

N

Dependent Variable: KM

a.

Charts

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

Expected Cum

Prob

Dependent Variable: KM


(5)

2 0

-2 -4

-6

Regression Standardized Residual

50

40

30

20

10

0

Frequency

Mean = -6.33E-16 Std. Dev. = 0.991 N = 172 Dependent Variable: KM


(6)

3 2

1 0

-1 -2

-3 -4

Regression Standardized Predicted Value

2

0

-2

-4

-6

Re

gression Studentized Re

si

dual

Dependent Variable: KM

Scatterplot


Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, EVALUASI DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 4 18

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, dan Keadilan Distributif Terhadap Kinerja Manajerial

3 17 66

Pengaruh partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran, dan umpan balik anggaran terhadap kinerja manajerial

1 9 499

PENGARUH PARTISIPASI DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 4 21

Pengaruh Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial dan Motivasi Sebagai Variabel Intervening

0 3 22

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL SKPD DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI (STUDI EMPIRIS PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA TERNATE)

5 57 131

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating(Studi pada PT.

0 1 16

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating(Studi pada PT.

0 2 21

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS ANGGARAN KINERJA TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS ANGGARAN KINERJA TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Survey Pada

0 1 14

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN INSTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN INSTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN PARTISIPASI ANGGARAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi K

0 0 15