Drop out Pengobatan TB Faktor yang Mempengaruhi Drop Out TB

d. Penggunaan OAT lini kedua misalnya golongan aminoglikosida misalnya kanamisisn dan golongan kuinolon tidak dianjurkan kepada pasien baru tanpa indikasi yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lini pertama. Disamping itu dapat juga memberikan pelayanan pengobatan bagi pasien TB yang resisten obat. e. OAT lini kedua disediakan di fasyankes yang telah dirujuk guna memberikan pelayanan pengobatan bagi pasien TB yang resisten obat.

2.4 Drop out Pengobatan TB

Drop out atau putus berobat atau default adalah pasien TB yang tidak memulai pengobatanya atau yang pengobatannya terputus selama 2 bulan terus menerus atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai Kemenkes RI, 2014:30. Menurut Sangadah 2012:12 drop out selama menjalani pengobatan TB adalah salah satu dari penyebab terjadinya kegagalan failure pengobatan yang tidak teratur, pemberian regimen pengobatan yang tidak sesuai dan adanya resistensi obat. Dengan regimen pengobatan yang ada sekarang dimana hampir semua pasien dapat disembuhkan, putus berobat atau ketidaktaatan menjalani pengobatan disamping sebagai pokok masalah dalam pengobatan TB. Pasien – pasien ini memiliki konsekuensi serius tidak hanya pada dirinya tetapi juga terhadap masyarakat disekitarnya. Oleh karena itu menjadi tanggung jawab moral dari seorang petugas kesehatan bila tidak memperhatikan masalah putus berobat pasien. Jadi penanganan putus berobat pada pasien TB merupakan bagian integral dari komponen pengobatan Sangadah, 2012:12. Petugas kesehatan harus mengusahakan agar pasien yang drop out dapat kembali ke fasyankes. Kegiatan pengobatan harus selalu mencakup kegiatan pengendalian dalam menjamin keteraturan berobat dan mencegah drop out yang sangat menentukan kegiatan dan kesembuhan pasien TB Rahmansyah, 2012:26

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Drop Out TB

2.5.1 Umur Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh V. Chandrasekaran et al dari pusat penelitian TB Chenai terdapat hubungan antara umur ≥45 tahun dengan drop out dalam Rahmansyah, 2012:29. Dalam penelitian Rahmansyah 2012:51 menunjukkan bahwa kelompok penderita yang tidak produktif 54 tahun memiliki probabilitas survival yang relative lebih baik dari kelompok produktif. Hal ini dimungkinkan karena pada kelompok 54 tahun adalah orang – orang tua yang tidak banyak lagi kegiatan di luar rumah yang menyebabkan pengobatannya menjadi teratur, sedangkan kelompok 15 – 54 tahun kebanyakan dari anak muda yang mobilitasnya cukup tinggi dan kondisi fisiknya masih kuat sehingga menyebabkan terjadinya drop out. Sedangkan dari hasil penelitian Sangadah 2012:31 tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dan kejadian drop out pasien TB. 2.5.2 Jenis kelamin Penyakit TB cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin laki – laki dibandingkan perempuan. Menurut penelitian Rahmansyah 2012:47 menyatakan bahwa drop out banyak terjadi pada laki laki 28 63,7 dibandingkan perempuan 16 36,3. Penelitian dari Nugroho 2013:58 juga menyatakan bahwa drop out banyak terjadi pada laki – laki 62 dibandingkan perempuan 38. 2.5.3 Jenis Pekerjaan Salah satu model pendekatan mempengaruhi tindakan berobat adalah status sosial. Pendekatan ini bertumpu pada asumsi bahwa seseorang yang mempunyai latar belakang tertentu misalnya bekerja atau tidak bekerja akan memiliki pandangan tersendiri terhadap pengobatan Purwant0, 2005 dalam Sangadah, 2012:15. Penelitian oleh Rahmansyah 2012:47 menyatakan bahwa drop out banyak terjadi pada penderita yang bekerja 37 dibandingkan yang tidak bekerja. 2.5.4 Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah seseorang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan yang tinggi, maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun media massa Rahmansyah, 2012:31 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Teguh Widjaja dkk terdapat hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan penderita TB untuk melakukan pengobatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan semakin terbuka dengan informasi tentang pengobatan dan akan mempengaruhi keteraturan pengobatan TB. 2.5.5 Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang Notoatmodjo, 2007:139-142. Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu: a. Tahu Know Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumya atau mengingat kembali recall suatu yang khusus dari seluruh bahan yang dipelajari. b. Memahami Comprehension Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara teratur. c. Aplikasi Aplication Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata. d. Analisis Analysis Diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis Synthesis Diartikan sebagai kemampuan untuk meletakkkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi Evaluation Diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Erawatyningsih 2009 menujukkan semakin rendah pengetahuan maka semakin penderita menghentikan pengobatan TB parunya, hubungan ini mempunyai nilai kolerasi positif dengan nilai p=0,0002 Erawatyningsih, 2009 2.5.6 Pengawas Minum Obat PMO Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan yang diawasi oleh Pengawas Minum Obat PMO untuk menjamin seseorang menyelesaikan pengobatannya. Persyaratan PMO adalah orang yang dikenal, dipercaya, dan disetujui baik oleh pasien ataupun pentugas kesehatan; tinggal dekat dengan pasien; bersedia membantu secara sukarela; bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama – sama dengan pasien. Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, bila tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK, atau tokoh masyarakat lain atau anggota keluarga. 2.5.7 Keteraturan Minum Obat Keteraturan minum obat adalah suatu perilaku dari seseorang yang tetap atau secara periodik melakukan aktivitasnya. Jadi perilaku penderita pada hakikatnya juga suatu aktivitas baik yang dapat diamati secara langsung ataupun tidak langsung. Perilaku keteraturan berobat seeorang pada dasarnya adalah respon seseorang atau organism terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit yang dideritanya, sistem pelayanan kesehatan dan pengobatannya Sangadah, 2012:17. 2.5.8 Biaya Syarat suatu pelayanan kesehatan yang baik adalah mudah dijangkau oleh masyarakat, salah satunya dalam hal biaya. Biaya yang dibutuhkan bagi penderita TB baik langsung ataupun tidak langsung diperlukan selama menjaslani pengobatan TB. Menurut penelitian Nugroho 2013:100 dihasilkan bahwa pembiayaan pengobatan merupakan salah satu faktor penderita TB untuk menghentikan pengobatan.

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Pengobatan TB