TB baik langsung ataupun tidak langsung diperlukan selama menjaslani pengobatan TB. Menurut penelitian Nugroho 2013:100 dihasilkan bahwa pembiayaan
pengobatan merupakan salah satu faktor penderita TB untuk menghentikan pengobatan.
2.6 Faktor yang Mempengaruhi Pengobatan TB
2.6.1 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan dianggap sebagai salah satu unsur yang ikut menentukan pengalaman dan pengetahuan seeorang, baik dalam ilmu pengetahuan maupun
dalam kehidupan sosial Budioro, 2002. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sulistyowati 2002, beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian drop
out pengobatan TB paru BTA + di BP4 Tegal. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian drop out TB paru dengan OR = 4,14.
2.6.2 Status Sosial Ekonomi
Dalam penelitian epidemilogi sering dilakukan penelitian yang juga harus memperhatikan status sosial ekonomi agar tidak terjadi bias, contohnya adalah
status pendidikan, pendapatan, beban tanggungan, angka buta huruf dll. Status sosial ekonomi sangat berpengaruh terhadap status gizi, kebiasaan, kualitas
lingkungan, pengetahuan, keberadaan sumber daya materi, sehingga efek agent terhadap berbagai status sosial ekonomi akan berbeda pula Soemirat, 2002.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho 2013:100 menyatakan bahwa pembiayaan merupakan salah satu faktor penderita TB menghentikan atau
tidak melanjutkan pengobatan. 2.6.3
Status Gizi Masalah gizi pada orang dewasa 18 tahun merupakan salah satu masalah
yang cukup penting, karena selain mempunyai resiko penyakit tertentu juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu pemantauan keadaan tersebut
perlu dilakukan secara berkesinambungan. Kaitan keadaan gizi kurang dengan penyakit infeksi merupakan hubungan sebab akibat. Penyakit infeksi mampu
memperburuk status gizi dan keadaan gizi yang buruk mampu mempermudah
terkena penyakit infeksi Supariasa, 2010. Rumus perhitungan status gizi dengan
Indeks Massa Tubuh IMT menurut Supariasa adalah sebagai berikut:
IMT =
B r t kg
Ti ggi B x Ti ggi B
2.6.4 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan Notoatmodjo, 2007:139. Di Indonesia penyakit TB paru masih merupakan masalah kesehatan utama.
Namun banyak masyarakat yang kurang mengetahui tentang penyakit TB paru gejala-gejalanya sehingga tidak dilakukan tindak lanjut atau pemeriksaan lebih
lanjut. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang TB menyebabkan mereka menganggap gejala-gejala yang dialami adalah suatu penyakit biasa yang bisa
sembuh dengan obat bebas. 2.6.5
Komplikasi dengan penyakit lain Penyakit TB merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia. Prevalensi TB di Indonesia masih cukup tinggi sampai saat ini. Mycobacterium tuberculosis dapat menginfeksi paru
– paru bahkan organ tubuh diluar paru
– paru dan menyebabkan penyakit TB extra paru. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tsani 2011 tentang Gambaran
Klinis Tuberkulosis Paru di RSUP Dr. Kariadi Semarang pada Juni 2011 terdapat 88 dari 140 penderita yang mengalami komplikasi dengan penyakit lain,
diantaranya Hipertensi 19, Diabetes Mellitus 11, Rematik 19, Goat 4, Gastritis 15 dan Vertigo 20.
2.6.6 Motivasi Penderita
Motivasi merupakan sebuah kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan keinginan, dorongan, perilaku tertentu dan yang memberi arah ketahanan pada
tingkah laku serta respon intrinsik yang mengarahkan perilaku kearah pemuasan kebutuhan atau pencapaian tujuan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Prasetya 2009 terdapat hubungan antara motivasi penderita dengan pengobatan TB.
2.6.7 Efek Samping Obat
Efek samping obat hanya dirasakan oleh sebagian penderita TB, efek samping yang dialami ini bisa merugikan dan berat. Salah satu contoh efek samping yang
mungkin dialami adalah tidak nafsu makan, mual, sakit perut, nyeri sendi, kesemutan hingga terbakar di telapak kaki atau tangan, warna urin kemerahan, flu
syndrome, rash, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, bingung, purpura, gagal ginjal akut dan ikterus tanpa penyebab lain Kemenkes RI, 2014:36. Dalam
hal ini penderita akan berhenti melakukan pengobatan karena takut akan terjadi efek samping yang lebih berat.
2.6.8 Ada tidaknya PMO
Salah satu dari komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung. Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO. Persyaratan PMO: 1.
Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan maupun penderita, selain itu harus disegani dan di hormati oleh penderita.
2. Seseorang yang tinggal dekat dengan penderita.
3. Bersedia membantu penderita dengan sukarela.
4. Bersedia dilatih dan akan mendapat penyuluhan bersama-sama penderita.
Sebaliknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya bidan desa, perawat, sanitarian, juru imunisasi, dan lain-lain. Bila tidak ada petugas kesehatan yang
memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru, anggota PPTI, PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga.
Tugas seorang PMO: 1
Mengawasi penderita TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan.
2 Memberi dorongan kepada penderia agar mau berobat teratur.
3 Mengingatkan penderita untuk memeriksa ulang dahak pada waktu-waktu
yang telah ditentukan.
4 Memberi penyuluhan pada anggota keluarga penderita TB yang mempunyai
gejala-gejala tersangka TB untuk segera memeriksakan diri kepada petugas kesehatan
2.6.9 Jarak
Menurut Green 1980 dalam Notoatmodjo 2003, ketercapaian pelayanan kesehatan dari segi jarak merupakan salah satu faktor yang memungkinkan untuk
terjadinya perilaku di bidang kesehatan. Hal ini membuktikan bahwa jarak pelayanan kesehatan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk datang ke
tempat pelayanan kesehatan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fauziyah 2010:54, terdapat hubungan antara jarak ke tempat pelayanan kesehatan dengan
kejadian drop out penderita TB paru, artinya orang dengan jarak ke tempat pelayanan jauh berpotensi 11 kali untuk memutuskan pengobatannya
2.6.10 Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan bantuan yang dapat diberikan kepada keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasihat, yang mana membuat
penerima dukungan akan merasa disayangi, dihargai dan tentram Taylor, 2006 dalam Ulfah, 2013:28. Dukungan Keluarga sangat dibutuhkan dalam menentukan
kepatuhan pengobatan, jika dukungan keluarga diberikan kepada pasien TB Paru maka akan memotivasi pasien tersebut untuk patuh dalam pengobatannya dan
meminum obat yang telah diberikan oleh petugas kesehatan. Ejumlah orang lain yang potensial memberikan dukungan tersebut disebut significant other misalnya
sebagai seorang istri significant other nya adalah suami, anak, orang tua, mertua, dan saudara-saudara.
Ada 4 jenis dukungan sosial keluarga, yaitu sebagai berikut Friedman, 2000 dalam Ulfah, 2013:30-31:
1. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan diseminator informasi munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi
sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, saran, petunjuk dan pemberian informasi
2. Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan belajar serta membantu penguasaan terhadap emosi, diantaranya menjaga hubungan
emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian dan mendengarkan atau didengarkan saat
mengeluarkan perasaanya. 3.
Dukungan instrumental Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,
diantaranya keteraturan
menjalani terapi,
kesehatan penderita
dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, dan terhindarnya penderita dari kelelahan. Dukungan ini juga mencakup bantuan
langsung, seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu, modifikasi lingkungan
maupun menolong
pekerjaan pada
saat penderita
mengalami stress. 4.
Dukungan penghargaan Keluarga
bertindak sebagai
sebuah bimbingan
umpan balik,
membimbing dan
menengahi pemecahan
masalah. Terjadi
lewat ungkapan rasa hormat penghargaan serta sebagai sumber dan
validator identitas anggota keluarga, diantaranya adalah memberikan penghargaan dan perhatian saat pasien menjalani rehabilitasi.
Dukungan keluarga memainkan peran penting dalam mengintensifkan perasaan sejahtera, orang yang hidup dalam lingkungan yang supportif kondisinya
jauh lebih baik daripada mereka yang tidak memilikinya. Dukungan tersebut akan tercipta bila hubungan interpersonal diantara mereka baik. Ikatan kekeluargaan
yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena keluarga adalah orang yang paling dekat hubungannya dengan anggota keluarganya.
Keluarga besar dan teman-teman dekat mendorong anggota keluarga untuk mengkomunikasikan kesulitan-kesulitan pribadi secara bebas. Sehingga
masalahnya akan diberi nasehat-nasehat dan bimbingan pribadi sesuai dengan nilai-nilai dan tradisi keluarga.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sutarno Utama 2013 dukungan sosial memiliki kontribusi pengaruh terhadap motivasi berobat yang
signifikan sebesar 76. 24 lainnya disebabkan oleh faktor lain. 2.6.11
Sikap penderita terhadap pengobatan Sikap adalah respon seseorang yang masih tertutup dan belum dapat diamati
secara langsung Notoatmodjo, 2007:142. Sikap penderita terhadap pengobatan TB meliputi sikap terhadap penyakit TB, pengobatan TB, drop out TB dan
pencegahan TB. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur K menyatakan bahwa terdapat hubungan antara sikap penderita dengan keberhasilan
pengobatan TB. Penderita TB yang mempunyai sikap yang kurang beresiko 11 x tidak berhasil dalam pengobatannya.
2.6.12 Perilaku penderita terhadap pengobatan
Masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat penyakit dan tidak merasakan sakit sudah tentu tidak akan bertindak apa-apa terhadap penyakitnya
tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga merasakan sakit, maka baru akan timbul berbagai macam perilaku dan usaha untuk menyembuhkan
penyakitnya. Persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit erat hubungannya dengan 39 perilaku pencarian pengobatan Notoatmodjo, 2007:207. Perilaku manusia adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar Notoatmodjo, 2007:133.
Pengobatan TB paru secara keseluruhan dapat mencapai 12 bulan. Kasus penyembuhan atau keberhasilan pengobatan ini ditentukan oleh beberapa faktor
terutama adalah faktor perilaku dan lingkungan dimana penderita tersebut tinggal, kepatuhan dalam minum obat, serta dukungan orang-orang sekitar Sutanto, 2007.
Beberapa perilaku yang dapat dilakukan oleh penderita TB paru antara lain Sutanto, 2007 :
1.
Berkonsultasi dengan dokter.
2.
Mengkonsumsi obat anti tuberkulosis sesuai nasihat dokter secara teratur dan jangan menghentikan pengobatan tanpa sepengetahuan dokter karena akan
mendorong kuman jadi kebal terhadap pengobatan anti tuberkulosa. Biasanya penyembuhan paling cepat 6-9 bulan kalau minum obat secara teratur.
3.
Mengkonsumsi makanan bergizi.
4.
Menyederhanakan cara hidup sehari-hari agar tidak menyebabkan stres dan banyak istirahat terutama ditempat berventilasi baik.
5.
Menghentikan merokok, bila anda perokok
2.7 Kerangka Teori