Konsepsi Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

2. Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Peranan konsepsi dalam penelitian ini untuk menghubungkan teori dan observasi, antara abstrak dan kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut definisi operasional. 45 Menurut Burhan Ashshofa, suatu konsep merupakan abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari jumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu. 46 Dalam kerangka konsepsional diungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum 47 , guna menghindari perbedaan penafsiran dari istilah yang dipakai, selain itu juga dipergunakan sebagai pegangan dalam proses penelitian ini. Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil dalam penelitian ini yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan yaitu : Problematika berdasarkan pengertian dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia karangan Fahmi Idrus adalah masalah ataupun persoalan yang belum dapat dipecah atau yang menimbulkan masalah dan permasalahan. 45 Samadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta : Penerbit Raja Grafindo Persada, 1998, hal. 3. 46 Burhan Ashshofa, op.cit., hal. 28. 47 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, op.cit., hal. 7. Pantas Situmorang : Problematika Keontetikan Akta PPAT. USU e-Repository © 2008. Peraturan tentang jabatan PPAT di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Diundangkan Dalam Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3746 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, yang berbunyi ”Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah Pejabat Umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun”. PPAT Sementara adalah pejabat pemerintah yang ditunjuk karena jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT di daerah yang belum cukup terdapat PPAT. Menurut A.P. Parlindungan, PPAT sementara ini adalah Camat atau Kepala Desa tertentu untuk melaksanakan tugas PPAT, karena di daerah tersebut belum cukup PPAT. 48 PPAT khusus adalah pejabat Badan Pertanahan Nasional BPN yang ditunjuk membuat akta PPAT tertentu khusus dalam rangka pelaksanaan program atau tugas pemerintah tertentu. Sebagaimana diketahui pada ketentuan PP 10 Tahun 1961 dikenal juga PPAT khusus yaitu pejabat di lingkungan BPN terutama untuk pembuatan akta peralihan hak-hak atas tanah yang berstatus HGU PMDN 13 Tahun 1970. 48 A.P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Bandung : Penerbit CV. Mandar Maju, 1999, hal. 177. Pantas Situmorang : Problematika Keontetikan Akta PPAT. USU e-Repository © 2008. Tugas PPAT adalah melaksanakan sebagian kegiatan Pendaftaran Tanah dengan membuat akta sebagai bukti telah dilakukan suatu perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanahhak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan atau pemeliharaan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu. Kewenangan PPAT untuk membuat akta terbatas pada 8 delapan jenis akta yang bentuknya telah ditetapkan, yaitu mengenai perbuatan hukum jual-beli, tukar menukar, hibah, pemasukan ke dalam perusahaan inbreng, Pembagian Hak Bersama, Pemberian HGBHP atas tanah HM, Pemberian Hak Tanggungan dan Pemberian Kuasa membebankan Hak Tanggungan. Dalam pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris atau yang disingkat UUJN menyebutkan Notaris didefenisikan sebagai pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik, dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tersebut. Selanjutnya semua akta otentik yang merupakan kewenangan Notaris disebutkan dalam pasal 15 UUJN yakni : ”Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan Perundang-undangan danatau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta. Semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu Pantas Situmorang : Problematika Keontetikan Akta PPAT. USU e-Repository © 2008. tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh Undang-Undang.” Pendaftaran Tanah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah Pasal 1 ayat 1 adalah : Rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenal bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya. Akta Otentik menurut Pasal 1868 KUHPerdata adalah : Akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat dimana akta dibuatnya. Akta PPAT menurut Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 adalah : Akta yang dibuat oleh PPAT sebagai bukti telah dilaksanakannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau atas Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang bentuk isi dan cara pembuatannya diatur oleh Menteri.

G. Metode Penelitian 1. Sistem Penelitian