Alat Pengumpulan Data Analisa Data

5. Surat kabar dan internet juga menjadi tambahan bagi penulisan tesis ini sepanjang memuat informasi yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.

4. Alat Pengumpulan Data

Untuk melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa alat. Adapun alat pengumpulan data dimaksud antara lain : 1. Studi dokumen, yaitu mempelajari dan memahami bahan pustaka yang berkaitan dengan objek penelitian. Studi dokumen ini dilakukan atas dokumen yang tersedia baik di perpustakaan maupun yang ada di lapangan yakni dokumen-dokumen yang berkaitan dengan akta maupun PPAT yang diperoleh dari studi lapangan dan sumber-sumber lainnya. 2. Pedoman wawancara, untuk mengambil data primer dari populasi dalam penelitian ini terutama terhadap sampel yang telah ditentukan yakni Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT dan para pakar ataupun nara sumber yang menguasai tentang akta dan tugas-tugas PPAT.

5. Analisa Data

Penelitian ini akan dimulai dengan mengidentifikasi hukum positif dibidang pembuatan akta dan peraturan perundang-undangan lainnya yang mempunyai hubungan erat dengan pembuatan akta Pejabat Umum ataupun akta yang dibuat oleh PPAT untuk selanjutnya diadakan sistematisasi atau pengklasifikasian terhadap Pantas Situmorang : Problematika Keontetikan Akta PPAT. USU e-Repository © 2008. bahan-bahan hukum tertulis tersebut guna memudahkan pekerjaan analisis dan kontruksi. Selanjutnya terhadap data tersebut akan dilakukan analisis secara induktif kualitatif dengan menggunakan analisa logika hukum content analysis. Penulisan akan meneliti sampai sejauh mana hukum positif tertulis yang ada serasi, baik secara vertikal maupun secara horizontal. Secara vertikal akan dikaji apakah peraturan perundang-undangan yang mengatur pembuatan akta Pejabat Umum dan akta PPAT tidak saling bertentangan dan serasi jika ditinjau dari sudut hierarki perundang-undangan tersebut. Secara horizontal akan dikaji sinkronisasinya dengan peraturan perundang-undangan yang sederajat. 52 52 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, op.cit., hal. 17-19. Pantas Situmorang : Problematika Keontetikan Akta PPAT. USU e-Repository © 2008.

BAB II PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG PPAT UNTUK MEMBUAT

DAN MENGISI AKTA DALAM BENTUK BLANKO YANG DITETAPKAN MENTERI

1. Kedudukan Akta Sebagai Alat Bukti

a. Pengertian Akta Pada Umumnya

Akta adalah surat yang diberi tanda tangan, yang memuat peristiwa yang menjadi dasar suatu hak atau perikatan, yang dibuat sejak semua dengan sengaja untuk pembuktian. Ia adalah salah satu alat bukti tertulis surat sebagaimana diatur dalam pasal 138, 165, 167 HIR, 164, 285-305 Rbg dan pasal 1867-1894 BW. 53 Keharusan ditandatanganinya suatu akta didasarkan pada etentuan pasal 1869 BW, dengan tujuan untuk mengindividualisir suatu akta sehingga dapat membedakan dari satu akta dengan yang lainnya. Yang dimaksudkan dengan penandatangan dalam akta ini adalah membubuhkan nama dari si penanda tangan, sehingga membubuhkan paraf singkatan tanda tangan dianggap belum cukup. 54 Dipersamakan dengan tanda tangan pada suatu akta dibawah tangan adalah sidik jari cap jari atau cap jempol yang dikuatkan dengan suatu keterangan yang diberi tanggal oleh seorang notaris atau pejabat lain yang ditunjuk oleh undang- 53 Sudikno Martokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta, Penerbit : Liberty, 1998, hal. 23. 54 Ibid., hal. 23. 35 Pantas Situmorang : Problematika Keontetikan Akta PPAT. USU e-Repository © 2008.