xix
Mulda F.Situmorang : Perbandingan Efektifitas Misoprostol Per Rektal Dengan Oksitosin Pada Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga, 2009
USU Repository © 2008
Caliskan E dkk 2002 dalam penelitiannya terhadap misoprostol 600 g
dibandingkan dengan oksitosin 10 IU IM mendapatkan kejadian PPP pada kelompok misoprostol lebih banyak.
12
Parsons S dkk 2006 mendapatkan hasil dalam penelitiannya bahwa
pemberian misoprostol per rektal 800 g sama efektifnya dengan oksitosin 10 IU IM dalam mengurangi perdarahan selama persalinan kala tiga.
9
Penelitian yang dilakukan di Inggris menyimpulkan misoprostol sebagai uterotonik pengganti efektif dalam mencegah PPP serta dapat diberikan bila
oksitosin tidak tersedia.
8
Dengan mempertimbangkan masih banyak persalinan dilakukan penolong yang belum benar-benar terampil dan tanpa pengetahuan penggunaan
oksitosin yang standar, misoprostol dapat menjadi uterotonika alternatif untuk menurunkan kejadian perdarahan pasca persalinan secara global.
8,9
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Di negara sedang berkembang, persalinan masih banyak dilakukan di luar rumah sakit dimana belum tentu tersedia preparat oksitosin, disamping
perlunya wadah pendingin dan alat suntik yang steril, masa aktif obat juga terbatas. Maka perlu dipikirkan suatu preparat uterotonika alternatif.
Maka timbul pertanyaan apakah dengan pemberian misoprostol per rektal sama efektifnya dengan pemberian oksitosin yang sudah digunakan sebagai
uterotonika yang standar.
xx
Mulda F.Situmorang : Perbandingan Efektifitas Misoprostol Per Rektal Dengan Oksitosin Pada Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga, 2009
USU Repository © 2008
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Tujuan umum penelitian - Untuk membandingkan efektifitas misoprostol per rektal dengan
oksitosin dalam mencegah perdarahan pasca persalinan. 1.3.2 Tujuan khusus penelitian
- Membandingkan volume rata-rata darah kala IV pada kelompok yang diberi misoprostol per rektal dengan oksitosin.
- Membandingkan lamanya kala tiga rata-rata berlangsung pada penggunaan misoprostol per rektal dengan oksitosin.
- Membandingkan kejadian PPP, retensio plasenta, dan kebutuhan penambahan uterotonika.
- Membandingkan efek samping pada penggunaan misoprostol per rektal dengan oksitosin.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Misoprostol dapat direkomendasikan penggunaannya sebagai uterotonika alternatif pada penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga.
1.5 HIPOTESA PENELITIAN
Misoprostol 400 g per rektal sama efektifnya dengan oksitosin sebagai
uterotonika dalam penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga.
xxi
Mulda F.Situmorang : Perbandingan Efektifitas Misoprostol Per Rektal Dengan Oksitosin Pada Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga, 2009
USU Repository © 2008
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perdarahan Pasca Persalinan
World Health Organization membuat definisi perdarahan pasca
persalinan PPP atau
post partum hemorrhage PPH sebagai perdarahan dengan
volume 500 ml atau lebih yang terjadi setelah persalinan pervaginam.
13,14
Perdarahan digolongkan berat bila perdarahan 1000 ml atau lebih ataupun perdarahan hingga menyebabkan gangguan hemodinamik.
13,14
PPP dini merupakan perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pasca persalinan sedangkan PPP lanjut adalah perdarahan yang terjadi dalam jangka waktu
setelah 24 jam pasca persalinan hingga 6 minggupasca persalinan.
15
Secara global perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab utama kematian maternal dan 88 terjadi 4 jam setelah persalinan.
13
Ditambah lagi anemia sebagai faktor resiko masih banyak dialami ibu hamil di negara-
negara sedang berkembang.
13
Penilaian terhadap faktor resiko merupakan suatu proses yang terus berlangsung dimulai dari anamnesis riwayat persalinan, pengawasan
antenatal dan pengawasan selama persalinan berlangsung. Namun walaupun penilaian terhadap faktor resiko terus dilakukan sebagai salah satu
penatalaksanaan pencegahan perdarahan pasca persalinan, duapertiga dari
xxii
Mulda F.Situmorang : Perbandingan Efektifitas Misoprostol Per Rektal Dengan Oksitosin Pada Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga, 2009
USU Repository © 2008
kasus perdarahan pasca persalinan terjadi pada wanita yang tidak memiliki faktor resiko.
5,9,16
Etiologi PPP dini yang berat yaitu terjadi dalam waktu 24 jam setelah melahirkan yang paling sering adalah atonia uteri.
17
Plasenta yang tertinggal, vagina atau mulut rahim yang terkoyak dan uterus yang turun atau
inversi, juga merupakan penyebab dari PPP.
17
PPP lanjut terjadi lebih dari 24 jam setelah persalinan hingaa 6 minggu pasca persalinan sering
diakibatkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa plasenta yang tertinggal.
17
2.2 Penyebab Perdarahan Pasca Persalinan