EPIDEMIOLOGI GAMBARAN KLINIS TINJAUAN KEPUSTAKAAN

OK. Yolizal : Denervasi Otonomik Kardiak Pada Penderita Dm Tipe-2 : Perbandingan Antara Yang Mendapat Terapi Insulin Dengan Obat Hipoglikemik Oral, 2007 USU Repository © 2009 pada pasien DM lebih rendah dibandingkan kontrol. Temuan ini membuktikan pada pasien DM yang lama telah terjadi neuropati simpatik yang berat. 33,34

2.2. EPIDEMIOLOGI

Kejadian prevalensi DOK pada penderita diabetes bervariasi antara berbagai penelitian. Variabilitas pada angka mortalitas ini mungkin berhubungan dengan populasi penelitian, perbedaan cara penilaian tes fungsi otonom kardiovaskular, kriteria yang digunakan menilai DOK dan lama pantauan. 9 Insidensi DOK diperkirakan 5-10 pasien DM lama dan sebanyak 35 pada pasien DM dengan neuropati perifer subklinik, dan didapatkan sebanyak 17 pada DM tipe 1 dan 22 pada DM tipe 2. 35,36 Ewing dan kawan-kawan mendapatkan 60 kejadian DOK pada penderita DM tipe 2. 6 Barthelemy dan kawan-kawan mendapatkan penurunan variabilitas denyut jantung 51,8 pada DM tipe 2 yang menderita DM selama 11,8 ± 6,8 tahun. 37 Penelitian lain mendapatkan angka 86 DOK pada DM tipe 2 yang sudah lanjut. 38 Penelitian di Hongaria dengan 36 penderita DM tipe 1 dan 28 penderita DM tipe 2 lama didapatkan angka kejadian DOK sekitar 44 dan 30. 39 Sementara itu dari Indonesia, Hendra dan kawan-kawan di Semarang mendapatkan 62,2, Sanusi dan kawan-kawan di Ujung Pandang mendapatkan 66,7, angka yang tak jauh berbeda didapatkan oleh Lubis AR di Medan sebanyak 65,56 untuk angka kejadian DOK dari 90 orang penderita DM tipe-2. 40,41,42 Khurram dkk mendapatkan prevalensi DOK pada 30 penderita diabetes, 28 pada kelompok yang diterapi dengan insulin dan 32 pada yang mendapat terapi anti diabetik oral. 43 Angka mortalitas OK. Yolizal : Denervasi Otonomik Kardiak Pada Penderita Dm Tipe-2 : Perbandingan Antara Yang Mendapat Terapi Insulin Dengan Obat Hipoglikemik Oral, 2007 USU Repository © 2009 pada individu dengan DOK bervariasi dari 53 pada suatu penelitian dan 9 pada penelitian lainnya.

2.3. GAMBARAN KLINIS

Frekuensi denyut jantung yang meninggi pada keadaan istirahat resting tachycardia selalu dijumpai pada pasien diabetes umumnya disebabkan neuropati pada saraf vagus vagal neuropathy yang mengakibatkan tidak terhambatnya aktifitas saraf simpatik, yang secara fisiologis bekerja meningkatkan frekuensi denyut jantung . 44 Pada proses yang lebih lanjut takhikardi akan diikuti dengan menurunnya frekuensi denyut jantung yang terjadi akibat neuropati pada sistim saraf simpatik, dan pada akhirnya frekuensi denyut jantung akan bertahan dan menetap fixed heart rate dengan semakin berkembangnya neuropati saraf simpatik. Neuropati simpatik akan menyebabkan terganggunya vasodilatasi pembuluh darah koroner jantung yang dihantarkan oleh rangsangan saraf simpatik, disertai berkurangnya kemampuan untuk mempertahankan tekanan darah. Hal ini akan berakibat menurunnya perfusi miokardial. Fraksi ejeksi jantung akan menurun, terjadi disfungsi sistolik, pengisian diastolik berkurang sehingga curah jantung juga akan menjadi menurun, dan ini akan menyebabkan intoleransi kerja fisik exercise intolerance, dimana kemampuan untuk meningkatkan curah jantung pada keadaan kerja fisik menurun. 45 Juga akan terjadi pemanjangan interval QT yang dikoreksi corrected QT interval atau QTc serta dispersi QT ada perbedaan QT interval OK. Yolizal : Denervasi Otonomik Kardiak Pada Penderita Dm Tipe-2 : Perbandingan Antara Yang Mendapat Terapi Insulin Dengan Obat Hipoglikemik Oral, 2007 USU Repository © 2009 terpanjang dengan QT interval yang terpendek yang mencerminkan adanya ketidakseimbangan imbalance persarafan simpatik pada bagian kiri dan kanan jantung. Hal-hal di atas akan meningkatkan resiko untuk terjadinya aritmia jantung serta kematian tiba tiba. 46 Prevalensi infark miokard tersamar silent myocardial infarction lebih tinggi pada diabetisi dengan neuropati otonomik kardiak dibandingkan yang tanpa neuropati otonomik kardiak 38 vs 5, hal mana disebabkan menghilangnya kemampuan mengenali merasakan nyeri iskemik pada mereka dengan neuropati kardiak. 33,47

2.4. DIAGNOSIS

Dokumen yang terkait

Hubungan Penyakit Ginjal Kronis dengan Kondisi Higiene Oral pada Penderita Penyakit Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis Stabil di RSUP H.Adam Malik Medan

1 76 115

Mukotis Oral Pada Penderita Kanker Nasofaring Yang Mendapat Kemoterapi 5-Fluorouracil (Laporan Kasus)

0 29 40

Perbandingan Kualitas Hidup dengan SF-36 pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang Menggunakan Terapi Insulin dengan yang Menggunakan Obat Hipoglikemik Oral di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2015

4 45 174

KADAR GLUCAGON LIKE PEPTIDE-1 (GLP-1) DAN INSULIN POSTPRANDIAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II TERKENDALI DAN TIDAK TERKENDALI DENGAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL.

2 11 59

Pola Penggunaan Obat Hipoglikemik Oral dan Insulin pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Rawat Inap di Rumah Sakit Adi Husada Kapasari Surabaya Se Tahun 2007 - Ubaya Repository

0 0 1

Pola Penggunaan Obat Hipoglikemik Oral, Insulin dan Obat Antihipertensi pada Penderita Nefropati Diabetik yang Menjalani Rawat Inap di Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan Surabaya pada Tahun 2003-2004 - Ubaya Repository

0 0 1

Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Terhadap Ketercapaian Terapi Pasien DM Tipe 2 di Rumah Diabetes Ubaya yang Mendapat Terapi Insulin - Ubaya Repository

0 0 2

Hubungan Health Literacy dengan Masalah Terkait Obat Pasien DM Tipe 2 yang Mendapat Terapi Insulin di Rumah Diabetes Ubaya Ubaya Repository

0 0 2

Terapi Denervasi Ginjal pada Pasien Hipertensi Resisten

0 0 7

EEG AWAL TERAPI SEBAGAI PREDIKTOR KEKAMBUHAN PADA PENDERITA EPILEPSI YANG MENDAPAT TERAPI OBAT ANTIEPILEPSI

0 0 5