OK. Yolizal : Denervasi Otonomik Kardiak Pada Penderita Dm Tipe-2 : Perbandingan Antara Yang Mendapat Terapi Insulin Dengan Obat Hipoglikemik Oral, 2007
USU Repository © 2009
Dari sisi keterkendalian glukosa darah keterkendalian diabetik, ternyata juga dijumpai adanya perbedaan yang bermakna dalam hal
terjadinya DOK. Subjek yang diabetes-nya terkendali baik, lebih sedikit secara bermakna mengalami DOK dibanding yang tidak terkendali baik X
2
= 9,505, P = 0,002. Hal ini dapat kita lihat pada tabel 6.
Tabel-6. Tabel 2x2 Keterkendalian diabetik sehubungan resiko terjadinya DOK
Denervasi Tidak
Denervasi Rasio Odds interval
keyakinan 95 P
Tidak Terkendali baik HbA
1C
6,5 42
12 5,25 1,75 - 15,77
Terkendali baik HbA
1C
6,5 8
12 0,002
Jumlah 50
24
signifikan : P 0,05
Mereka yang diabetes-nya tidak terkendali baik 5 kali lebih beresiko untuk mengalami DOK dibanding yang terkendali baik Rasio Odds = 5,25
interval keyakinan 95 1,75 – 15,77.
4.2. PEMBAHASAN
Pada penelitian ini dari 74 orang yang ikut penelitian didapatkan sebanyak 67,6 mengalami DOK. Angka ini ternyata tidak jauh berbeda
dengan yang didapatkan oleh peneliti lainnya, seperti Ewing dan kawan- kawan 60
6
, Hendra dan kawan-kawan di Semarang 62,2, Sanusi dan kawan-kawan di Ujung Pandang 66,7, Lubis AR di Medan 65,56
40,41,42
, begitu juga di suatu penelitian prospektif selama 13 tahun di Swedia yang
OK. Yolizal : Denervasi Otonomik Kardiak Pada Penderita Dm Tipe-2 : Perbandingan Antara Yang Mendapat Terapi Insulin Dengan Obat Hipoglikemik Oral, 2007
USU Repository © 2009
mendapatkan denervasi otonomik kardiak sebanyak 65 pada penderita DM tipe 2.
11
Di sentra-sentra lain angka-angka ini lebih bervariasi. Khurram dan kawan-kawan di Pakistan mendapatkan prevalensi DOK pada 30 penderita
diabetes, 28 pada kelompok yang diterapi dengan insulin dan 32 pada yang mendapat terapi anti diabetik oral.
43
Barthelemy dan kawan-kawan mendapatkan penurunan variabilitas denyut jantung sebesar 51,8 pada DM
tipe 2 yang menderita DM selama 11,8 ± 6,8 tahun.
37
Weitzman dan kawan- kawan mendapatkan angka 86 DOK pada DM tipe 2 yang sudah lanjut.
38
Penelitian Jermendy dan kawan-kawan di Hongaria dengan 28 penderita DM tipe 2 lama mendapatkan angka kejadian DOK sekitar 30.
39
Tampaknya perbedaan ini lebih berkaitan dengan jumlah populasi penelitian, perbedaan
cara penilaian tes fungsi otonom kardiovaskular, kriteria yang digunakan menilai DOK dan lama pantauan.
9
Denervasi otonomik kardiak merupakan komplikasi DM yang dipengaruhi oleh usia, lama menderita DM dan kontrol diabetes.
3,7,8
Pada penelitian ini, dari segi usia tidak dijumpai perbedaan yang bermakna antara mereka yang mengalami DOK dibanding yang tidak
mengalami DOK P = 0,103, walaupun kelihatan yang mengalami DOK lebih tua 60,84 ± 8,18 tahun dibanding yang tidak mengalami DOK 56,58 ± 11,11
tahun tabel.3. Kemudian kami mencoba mencari korelasi antara umur dan kejadian DOK dengan menilai QTc. Kami menggunakan nilai QTc oleh karena
nilai QTc selain sebagai penanda keparahan suatu DOK juga merupakan prediktor yang potensial untuk suatu kejadian aritmia jantung dan kematian
mendadak pada pasien DM yang mengalami DOK.
71,72
Secara statistik, dengan uji korelasi Spearman, tampak bahwa kejadian DOK meningkat
OK. Yolizal : Denervasi Otonomik Kardiak Pada Penderita Dm Tipe-2 : Perbandingan Antara Yang Mendapat Terapi Insulin Dengan Obat Hipoglikemik Oral, 2007
USU Repository © 2009
dengan semakin meningkatnya umur, tetapi peningkatan ini tidak berkorelasi bermakna r = 0,025, P = 0,881 gambar 3. Hasil ini sama seperti yang
didapat oleh Sanusi dan kawan-kawan di Ujung Pandang.
41
Ini bisa terjadi oleh karena beberapa hal berikut, antara lain seperti penderita DM umumnya
tidak pernah tahu kapan pastinya mereka menderita DM dan banyak di antaranya waktu terdiagnosis telah disertai berbagai komplikasi kronis
sehingga disini bisa kita jumpai mereka yang berusia relatif muda justru mengalami DOK. Kemudian pada penelitian ini umur subjek yang ikut
penelitian, secara kebetulan terdistribusi normal, artinya tidak dijumpai perbedaan dari segi umur pada mereka yang mendapat terapi insulin atau
OHO demikian juga hasil pemeriksaan DOK. Dari segi lama menderita DM, dijumpai adanya perbedaan yang
bermakna antara mereka yang mengalami DOK dibanding yang tidak mengalami DOK. Mereka yang mengalami DOK lebih lama menderita DM
13,60 ± 4,81 tahun, sedang yang tidak mengalami DOK 10,13 ± 2,93 dengan nilai P = 0,001 tabel 3 Lamanya menderita DM juga berkorelasi
bermakna dengan nilai QTc, yang kami uji dengan korelasi Pearson, didapatkan hasil r = 0,390, P = 0,014 gambar.4. Kesimpulan ini kelihatan
seiring dengan penelitian di Taiwan, dimana dari 621 orang penderita DM tipe-2, sebanyak 46,1 mengalami denervasi otonomik kardiak pada diabetisi
yang menderita DM kurang dari 5 tahun dan 69,4 pada yang lebih dari 20 tahun.
63
Hal ini dapat kita pahami oleh karena semakin lama seseorang menderita DM, tentu akan semakin banyak komplikasi jangka panjang yang
timbul. Adanya DOK sebenarnya merupakan penanda adanya komplikasi kronik lainnya.
61
OK. Yolizal : Denervasi Otonomik Kardiak Pada Penderita Dm Tipe-2 : Perbandingan Antara Yang Mendapat Terapi Insulin Dengan Obat Hipoglikemik Oral, 2007
USU Repository © 2009
Pada penelitian ini, juga dijumpai adanya perbedaan yang bermakna untuk keterkendalian kontrol diabetik antara mereka yang mengalami DOK
dibanding yang tidak mengalami DOK. Kontrol diabetes dinilai dari HbA
1C
. Mereka yang mengalami DOK memiliki nilai HbA
1C
yang lebih tinggi dibanding mereka yang tidak mengalami DOK 8,36 ± 2,42 vs 7,01 ± 1,66, P =
0,019 tabel 3. Bila dilakukan uji statistik secara korelatif dengan uji korelasi Spearman hubungan antara nilai HbA
1C
dengan nilai QTc, ternyata dijumpai korelasi negatif yang bermakna antara nilai HbA
1C
dengan nilai QTc r = - 0,439, P = 0,005 gambar 5. Artinya semakin rendah nilai HbA
1C
atau dengan perkataan lain semakin terkontrol diabetes seseorang maka semakin
kecil kemungkinan untuk mengalami DOK. Hal ini karena komplikasi jangka panjang diabetes sangat terkait dengan kontrol diabetes.
15
Pada penelitian ini didapatkan 67,6 subjek mengalami DOK, dimana 55 diantaranya adalah mereka yang selama ini mendapat terapi insulin dan
79 adalah mereka yang selama ini mendapat OHO. Nilai rerata HbA
1C
kelompok insulin lebih rendah 7,839 ± 1,54 dibanding kelompok OHO 7,997 ± 2,82, tetapi perbedaan ini tidak bermakna P = 0,089 tabel 4.
Ini sebenarnya secara kebetulan menggambarkan mereka yang ikut penelitian, baik dari kelompok insulin maupun OHO memiliki kontrol diabetes
yang relatif sama. Dapat kita lihat bahwa ada perbedaan bermakna dalam hal terjadinya
DOK pada mereka yang mendapat terapi insulin dibanding yang mendapat OHO. Kejadian DOK lebih sedikit pada mereka yang mendapat terapi insulin
dibanding OHO P = 0,032. Mereka yang mendapat terapi OHO 3 kali lebih beresiko untuk mengalami DOK dibanding insulin Rasio Odds = 3 interval
OK. Yolizal : Denervasi Otonomik Kardiak Pada Penderita Dm Tipe-2 : Perbandingan Antara Yang Mendapat Terapi Insulin Dengan Obat Hipoglikemik Oral, 2007
USU Repository © 2009
keyakinan 95 1,08 – 8,3 tabel 5. Ada beberapa hal yang mungkin menjadi penyebab keadaan ini di antaranya karena insulin mempunyai efek
yang cepat dalam menurunkan kadar glukosa darah, begitu juga HbA
1C
, dibanding OHO. Selain itu keunggulan lain dari insulin dibanding OHO ialah
insulin mempunyai efek anti inflamasi, faktor pertumbuhan saraf dan disebut- sebut juga insulin dapat menurunkan produksi radikal bebas dan stres
oksidatif, dimana semua faktor tersebut dalam suatu mekanisme yang kompleks berperanan dalam terjadinya neuropati.
17,18, 22,26
Subjek yang mengalami DOK adalah mereka yang diabetes-nya tidak terkendali dengan baik. Subjek yang diabetes-nya terkendali baik, lebih
sedikit secara bermakna mengalami DOK dibanding yang tidak terkendali baik P = 0,002. Secara keseluruhan terlihat bahwa mereka yang diabetes-
nya tidak terkendali baik 5 kali lebih beresiko untuk mengalami DOK dibanding yang terkendali baik Rasio Odds 5,25 interval keyakinan 95
1,75 – 15,77 tabel 6. Seperti kita ketahui, komplikasi diabetes berkaitan erat dengan kontrol diabetes. Kontrol diabetes yang jelek akan berujung pada
percepatan progresifitas komplikasi jangka panjang, baik itu mikroangiopati, makroangiopati, nefropati maupun neuropati. Beberapa studi telah
menunjukkan bahwa kontrol diabetes yang ketat, dapat mengurangi kejadian neuropati otonomik kardiovaskular pada diabetisi.
15,16
Dengan demikian yang terpenting sebenarnya dalam hal ini ialah bagaimana menentukan pilihan terapi terbaik untuk mencapai penurunan
HbA
1C
sampai target kontrol diabetes terkendali baik treat to target karena makin rendah HbA
1C
yang dicapai akan makin menurunkan angka komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular pada pasien DM tipe-2 sesuai dengan
OK. Yolizal : Denervasi Otonomik Kardiak Pada Penderita Dm Tipe-2 : Perbandingan Antara Yang Mendapat Terapi Insulin Dengan Obat Hipoglikemik Oral, 2007
USU Repository © 2009
apa yang diharapkan dari penelitian UKPDS, DCCT dan Steno-2.
15,17,18,51-54
Dalam penelitian ini terkesan insulin lebih unggul dibanding OHO terutama dalam hal penurunan resiko terjadinya DOK.
Meskipun begitu, kita dapat menemukan beberapa hal yang menjadi kelemahan dalam penelitian ini, antara lain :
1. Tidak diketahui kapan pastinya seseorang itu menderita DM, oleh karena yang datang berobat adalah mereka yang sudah mengalami
komplikasi DM. 2. Mereka yang mendapat terapi insulin adalah mereka yang sebelumnya
mendapat OHO dengan berbagai kombinasi politerapi, namun karena tidak berespon dalam hal penurunan kadar glukosa darah, diganti
dengan insulin. Maknanya sekilas, mereka ini tentu kontrol diabetesnya sangat jelek dibanding yang mendapat OHO. Oleh sebab itu perlu
dilakukan penelitian cohort yang memasukkan unsur-unsur mereka yang sejak dini mendapat terapi insulin maupun OHO dengan kontrol
diabetes yang sama.
OK. Yolizal : Denervasi Otonomik Kardiak Pada Penderita Dm Tipe-2 : Perbandingan Antara Yang Mendapat Terapi Insulin Dengan Obat Hipoglikemik Oral, 2007
USU Repository © 2009
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
5.1.1. Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 67,6 penderita DM tipe-2 yang sudah menderita DM selama 5 tahun atau lebih mengalami
denervasi otonomik kardiak, dimana 55 di antaranya selama ini mendapat terapi insulin dan 79 OHO.
5.1.2. Denervasi otonomik kardiak selain dipengaruhi oleh lama menderita DM juga sangat dipengaruhi oleh keterkendalian diabetes.
5.1.3. Insulin terkesan lebih unggul dibanding OHO dalam penurunan resiko kejadian DOK pada penderita DM tipe-2.
5.2. SARAN
5.2.1. Pada mereka dengan diabetes yang tidak terkendali baik sudah seharusnya mendapat terapi insulin lebih dini dalam rangka
mengantisipasi terjadinya DOK serta berbagai penyulit lanjut lainnya. 5.2.2. Perlu dilakukan deteksi sedini mungkin akan adanya DOK dengan
pemeriksaan tes kardiovaskular rutin pada setiap penderita DM. 5.2.3. Untuk mendukung penelitian ini sebaiknya dilakukan penelitian cohort
yang memasukkan unsur-unsur penderita DM tipe 2 yang sejak dini