Karakteristik Responden HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Responden

Data penelitian diambil dengan cara kuesioner dari 166 responden, 83 responden yang mengikuti SLPHT dan 83 responden yang tidak mengikuti SLPHT yang berasal dari 6 kecamatan, 3 kecamatan yang mengikuti SLPHT dan 3 Kecamatan yang tidak mengikuti SLPHT. Karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 10. Diketahui bahwa responden petani yang ikut SLPHT keseluruhan yang berjenis kelamin laki-laki 25 responden 30,12, perempuan 58 responden 69,88 untuk petani yang tidak ikut SLPHT keseluruhan yang berjenis kelamin laki – laki 38 responden 45,78 dan perempuan 45 responden 54,22 Usia responden petani yang ikut SLPHT yang paling banyak berumur 31 s.d. 40 tahun 37,35 dan pada yang tidak ikut SLPHT yang paling banyak berumur 42 s.d. 50 tahun 45,78 berarti dapat dilihat bahwa petani yang ikut SLPHT umurnya lebih muda dibanding yang tidak ikut SLPHT sehingga semangat belajarnya masih kuat. Pendidikan responden bagi petani yang ikut SLPHT yaitu 34 responden SD 40,96, 26 responden SLTP 31,33, 20 responden SLTA 24,10, 2 responden diploma 2,41 dan 1 responden S 1 1,20, dan bagi yang tidak ikut SLPHT 39 responden yang berpendidikan SD 46,99, 24 responden SLTP 28.92, 17 responden SLTA 20,48, 1 responden diploma 1,20 dan 2 responden S 1 MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PHT PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008. 2,41. Dari sini dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan yang paling banyak dimiliki baik SLPHT dan yang tidak SLPHT adalah SD berarti tergolong pendidikannya masih rendah sehingga perlu sekolah unuk lebih memahami tentang PHT. Pada yang ikut SLPHT dapat dilihat bahwa pendidikan yang paling banyak adalah SD ini disebabkan karena ada syarat – syarat tertentu supaya bisa ikut SLPHT yaitu punya lahan sendiri, sudah mempunyai pengalaman bertani, punya lahan dan bisa menyewakan lahannya ke petani lain dan yang bisa memenuhi syarat – syarat itu kebetulan yang masih berpendidikan SD. Selain itu karena pendidikannnya rewndah mereka ingin meningkatkan tarap hidup dan lebih mendalami tentang pertanian maka merekapun ikut SLPHT. Luas lahan bagi petani yang ikut SLPHT adalah 56 responden 67,47 dari petani hanya mempunyai luas lahan 0,5 ha dan bagi yang tidak ikut SLPHT 53 responden 63,86 dengan luas lahan 0,5 ha berati didaerah penelitian petani memiliki luas lahan yang masih sedikit. Pengalaman bertani bagi yang ikut SLPHT paling banyak 5 s.d 15 tahun dengan jumlah responden 31 responden 37,35 dan bagi yang tidak ikut SLPHT 16 s.d 30 tahun dengan jumlah responden 32 responden 27,71 hal ini dikarenakan petani yang tidak ikut SLPHT lebih percaya cara bertanam yang turun temurun dari nenek moyangnya. MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PHT PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008. Tabel 10. Karakteristrk responden mengikuti SLPHT dan tidak mengikuti SLPHT pada daerah penelitian Jumlah Uraian SLPHT Tidak SLPHT Jenis Kelamain - Laki-laki -Perempuan Usia thn - 20 - 21 sd 30 - 31 sd 40 - 42 sd 50 - 50 Pendidikan SD SLTP SLTA Diploma S1 Luas lahan ha 0,5 0,6 sd 2 2,1 sd 3 3,1 sd 5 Pengalaman Bertani 5 5 sd 15 16 sd 30 31 sd 40 40 Kepemilikan Lahan Milik Sendiri Sewa Bagi hasil 25 30,12 58 69,88 1 1,20 9 10,84 31 37,35 27 32,35 15 18,07 34 40,96 26 31,33 20 24,10 2 2,41 1 1,20 56 967,47 24 28,92 1 1,20 2 2,41 12 14,46 31 37,35 7 27,71 7 8,43 10 12,05 38 45,78 31 37,35 14 17,87 25 30,12 58 69,88 1 1,20 9 10,84 31 37,35 27 32,35 15 18,07 34 40,96 26 31,33 20 24,10 2 2,41 1 1,20 53 63,86 29 34,94 1 1,20 0 0,00 9 10,84 23 27,71 10 38,55 12 14,46 31 8,43 56 67,47 25 30,12 2 2,41 MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PHT PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008. Pada Tabel 10 dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa jumlah laki - laki yang ikut SLPHT Berjumlah 25 responden 30,12 dan yang perempuan berjumlah 58 responden 69,88 dan yang ikut SLPHT jumlah laki – laki berjumlah 38 responden 45,78 dan yang perempuan berjumlah 45 responden 54,22, berarti yang paling banyak melakukan SLPHT adalah perempuan hal ini disebabkan karena yang aktif di lapangan adalah perempuan dan lebih mau belajar SLPHT sedangkan yang laki – laki banyak yang bekerja berkebun, PNS, berdagang dan biasanya laki – laki turun ke sawah pada saat panen atau pada saat menggarap sawah dengan menggunakan traktor. Kepemilikan lahan bagi yang ikut SLPHT yaitu 38 responden 45,78 yang memiliki lahan sendiri dan yang tidak ikut SLPHT diperoleh 56 responden 67,47, sewa 31 responden 37,35 bagi yang ikut SLPHT bagi hasil 14 responden 17,87 dan bagi yang tidak ikut SLPHT sewa 25 responden 30,12 bagi hasil 2 responden 2,41. Hal ini dapat dilihat bahwa di daerah penelitian yang dilakukan di Kabupaten Tapanuli Selatan petani yang tidak ikut SLPHT lebih banyak memiliki lahan sendiri ini diakibatkan warisan turun temurun dari nenek moyangnya. Jadi setiap petani di Tapanuli Selatan hampir memiliki lahan sendiri untuk penanaman padi. Sementara untuk tanah yang disewakan bagi yang tidak ikut SLPHT diperoleh 25 responden lebih banyak dari yang ikut SLPHT sedangkan untuk yang bagi hasil untuk yang ikut SLPHT lebih banyak yang bagi hasil dibandingkan yang tidak ikut SLPHT. MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PHT PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008. Secara terinci pendapat responden yang ikut SLPHT di Tapanuli Selatan dilihat dari aspek ekologi dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang ikut SLPHT dilihat dari aspek ekologi 1 2 3 4 5 No. Peubah Fr Fr Fr Fr Fr 1. Apakah menurut bapakibu setelah melakukan PHT populasi hama pada tanaman padi meningkat 41 49,39 16 19,27 13 15,66 13 15,66 0 2. Apakah menurut bapakibu setelah melakukan PHT populasi penyakit pada tanaman padi meningkat 41 49,39 14 16,86 16 19,27 12 14,45 0 3. Apakah bapakibu setuju setelah PHT pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis 5 6,02 4 4,81 15 18,07 49 59,03 10 12,04 4 Apakah bapakibu setuju setelah PHT pengendalian yang sering dilakukan adalah Mekanik 6 7,22 13 15,66 22 26,50 37 44,57 5 6,02 5 Apakah bapakibu setuju setelah PHT pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis dan mekanik 1 1,20 8 9,63 18 21,68 51 61,44 5 6,02 6. Apakah bapakibu setuju setelah PHT pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis mekanik dan pestisida. 7 15,66 8 9,63 11 13,25 42 50,60 15 18,07 7. Apakah bapakibu setuju setelah PHT tidak melakukan pengendalian sama sekali 13 15,66 29 34,93 26 31,32 12 14,45 3 3,61 8. Menurut bapakibu bagaimana pemberian pupuk yang dilakukan setelah adanya PHT 3 3,61 17 20,48 57 68,67 5 6,02 1 1,20 9. Menurut bapakibu bagaimana pemberian pupuk Urea dilakukan setelah adanya PHT 2 2,40 19 22,89 53 68,85 8 9,63 1 1,20 10. Menurut bapakibu bagaimana pemberian pupuk SP36 yang dilakukan setelah adanya PHT 1 1,20 45 54,21 25 30,12 11 13,25 1 1,20 11. Menurut bapakibu bagaimana pemberian pupuk KCL yang dilakukan setelah adanya PHT 3 3,61 23 27,71 49 59,03 8 9,63 0 0 MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PHT PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008. 12. Menurut bapakibu bagaimana pemberian pupuk ZPT yang dilakukan setelah adanya PHT 19 22,89 44 53,01 15 18,07 5 6,02 0 13. Bagaimana menurut bapakibu jumlah penggunaan pupuk yang dilakukan setelah adanya PHT 3 3,61 24 28,91 9 10,84 47 56,62 0 14. Apakah bapakibu sering melakukan sistem pengairan teknis pada tanaman padi setelah adanya PHT 2 2,40 21 25,30 52 62,65 6 7,22 2 2,40 15. Apakah bapakibu sering melakukan sistem pengairan Setengah teknis pada tanaman padi setelah adanya PHT 9 10,84 41 49,39 24 28,91 5 6,02 4 4,81 16. Apakah bapakibu sering melakukan sistem pengairan Tadah hujan pada tanaman padi setelah adanya PHT 56 67,46 17 20,48 8 9,63 1 1,20 1 1,20 17. Apakah bapakibu setuju penggunaan varietas mempengaruhi produksi tanaman 2 2,40 8 9,63 4 4,81 52 62,65 17 20,48 18. Apakah menurut bapakibu penggunaan pestisida berpengaruh terhadap kelestarian musuh alami? 0 0 7 8,43 1 1,20 39 46,98 36 43,37 19. Apakah bapakibu sering melakukan pengamatan mingguan setelah adanya PHT 4 4,81 12 14,45 38 45,78 16 19,27 13 15,66 Pada Tabel 11 pendapat petani mengenai aspek ekologi bagi petani yang ikut SLPHT yang mana dapat dilihat bahwa setelah melakukan PHT populasi hama dan penyakit pada tanaman padi 41 responden 49,39 menjawab tidak meningkat jadi setelah adanya PHT populasi menurun. Petani juga setuju pengendalian yang paling banyak mereka gunakan adalah kultur teknis dan mekanik dengan responden sebanyak 50 responden 60,24 dan sebanyak 29 responden 34,93 menjawab bahwa petani tidak setuju setelah PHT petani tidak melakukan pengendalian sama sekali karena para petani menggunakan perangkap misalnya perangkap tikus. Waktu MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PHT PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008. pemberian pupuk setelah adanya PHT lebih jarang dengan responden sebanyak 57 responden 68,67 sehingga petani SLPHT telah diajarkan bagaimana penggunaan pupuk yang berimbang bagi tanaman padi. Sistem Pengairan yang paling banyak dipakai pada petani padi yang ikut SLPHT yaitu sistem pengairan teknis dimana respondenyang menjawab sebanyak 52 responden 62,65, untuk pengairan setengah teknis sebanyak 24 responden 28,91 dan untuk tadah hujan sebanyak 8 responden 9,63. Penggunaan varietas mempengaruhi produksi tanaman dengan jumlah responden menjawab 52 responden 62,65 menjawab setuju berpengaruh ke tanaman. Varietas yang biasa dipakai petani yaitu IR 64, Citarum. Penggunaan pestisida berpengaruh terhadap musuh alami 36 responden 47,37 menjawab berpengaruh. Pengamatan mingguan yang dilakukan petani lebih sering dengan 38 responden 45,78 karena petani lebih mengetahui manfaat dengan dilakukannya pengamatan mingguan sehingga kerusakan yang ditimbulkan tidak melebihi ambang ekonomi. Selain itu dengan melakukan pengamatan mingguan petani akan mengetahui berapa banyak serangga dan musuh alami yang berada di pertanaman padi sehingga petani akan mengetahui apakah serangan dari hama dan penyakit pada tanaman padi sudah melewati batas ambang ekonomi atau belum, dari sini petani akan mengetahui cara pengendalian yang terbaik yang harus dilakukan dalam mengendalikan serangan hama yang ada di pertanaman padi. MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PHT PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008. Tabel 12. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang ikut SLPHT dilihat dari aspek ekonomi 1 2 3 4 5 No. Peubah Fr Fr Fr Fr Fr 20. Apakah bapakibu setuju dengan adanya penerapan PHT dapat meningkatkan pendapatan 5 6,02 2 2,40 0 0 56 67,46 20 24,09 21 Apakah bapakibu setuju dengan adanya penerapan PHT dapat meningkatkan produksi pertanian. 0 0 1 1,20 4 4,81 51 61,44 27 32,53 22 Apakah bapakibu setuju dengan adanya penerapan PHT dapat mengurangi biaya pengendalian. 0 0 6 7,22 1 1,20 49 59,03 27 32,53 23 Apakah dengan seringnya diadakan pertemuan kelompok tani pengetahuan bapakibu lebih meningkat 2 2,40 1 1,20 0 0 49 59,03 31 37,34 24 Apakah dengan seringnya PHP dan PPL memberikan penyuluhanlebih memperoleh pengetahuan tentang cara meningkatkan produksi padi 1 1,20 1 1,20 0 0 39 46,98 42 50,60 Pada Tabel 12 pendapat petani yang ikut SLPHT mengenai aspek ekonomi sebanyak 56 responden 67,42 menjawab pendapatan petani lebih meningkat karena berkurang pemakaian pestisida sebanyak 49 responden 59,03 dengan adanya penyuluhan petani lebih memperoleh pengetahuan tentang peningkatkan MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PHT PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008. produksi padi dengan cara memakai varietas yang berlabel dan tahan dari serangan hama. Tabel 13. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang ikut SLPHT dilihat dari aspek teknologi 1 2 3 4 5 No . Peubah Fr Fr Fr Fr Fr 25. Apakah bapakibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan agens hayati 41 49,39 17 20,48 21 25,30 3 3,61 1 1,20 26. Apakah bapakibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan pestisida 15 18,07 39 46,98 23 27,71 1 1,20 5 6,02 27. Apakah bapakibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan pestisida yang berasal dari tumbuhan Biopestisida 33 39,75 29 34,93 12 14,45 7 8,43 2 2,40 28. Apakah bapakibu setuju waktu penyemprotan pestisida yang bapakibu lakukan lebih sering setelah melakukan PHT 12 14,45 47 56,62 9 10,84 12 14,45 3 3,61 29. Menurut bapakibu bagaimana frekuensi penggunaan pestisida yang dilakukan setelah adanya PHT 33 39,75 44 53,01 0 0 4 4,81 2 2,40 30. Apakah Bapakibu setuju dengan penggunaa pestisida yang bermerek Decis 7 8,43 15 18,07 24 28,91 26 31,32 1 1 13,25 31. Apakah Bapakibu setuju setelah menggunakan PHT dosis pestisida yang digunakan sesuai dengan sasarannya 1 1,20 6 7,22 6 7,22 52 62,65 1 8 21,68 32. Apakah bapakibu mengetahui jenis – jenis pestisida pada tanaman padi 2 2,40 6 7,22 25 30,12 45 54,21 5 6,02 33. Apakah bapakibu mengetahui cara penggunaan pestisida yang baik untuk kesehatan manusia dan lingkungan 2 2,40 5 6,02 22 26,50 46 55,42 8 9,63 MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PHT PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008. Pada Tabel 13 pendapat petani yang ikut SLPHT mengenai aspek ekologi yaitu walaupun petani telah mengikuti SLPHT tapi sebanyak 41 responden 49,39 menjawab belum pernah menggunakan agens hayati ini dikarenakan tenaga PHP dan PPL yang ada di lapangan masih kurang memberikan pengetahuan tentang agens hayati begitu juga dengan biopestisida sehingga petani tidak menggunakannya. Penyemprotan pestisida lebih berkurang 47 responden 56,62 menjawab tidak sering lagi melakukan penyemprotan pestisida pada tanaman padi yang petani miliki. Dosis yang digunakan juga sesuai anjuran. Petani ini juga telah mengetahui jenis – jenis pestisida 45 responden 54,00 menjawab yang mengetahui tentang jenis – jenis pestisida dan 46 responden 55,42 yang mengetahui cara penggunaan pestisida yang baik untuk kesehatan manusia dan lingkungan. Tabel 14. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang tidak ikut SLPHT dilihat dari aspek ekologi 1 2 3 4 5 No. Peubah Fr Fr Fr Fr Fr 1. Apakah menurut bapakibu populasi hama pada tanaman padi meningkat 12 14,45 45 54 10 12,04 16 19,27 0 0 2. Apakah menurut bapakibu populasi penyakit pada tanaman padi meningkat 13 15,66 47 56,62 11 13,25 12 14,45 0 0 3. Apakah bapakibu setuju pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis 3 3,61 21 25,30 33 39,75 26 31,32 0 0 4. Apakah bapakibu setuju pengendalian yang sering dilakukan adalah Mekanik 1 1,20 26 31,32 36 43,37 20 24,09 0 0 5. Apakah bapakibu setuju pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis dan mekanik 2 2,40 20 24,09 36 43,37 24 28,91 1 1,20 MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PHT PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008. 6. Apakah bapakibu setuju pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis dan mekanik dan pestisida 2 2,40 18 21,68 11 13,25 47 56,62 5 6,02 7. Apakah bapakibu setuju tidak melakukan pengendalian sama sekali 21 25,30 49 59,03 7 8,43 4 4,81 2 2,40 8. Apakah bapakibu sering melakukan pemberian pupuk pada tanaman padi 0 0 2 2,40 63 75,90 17 20,48 1 1,20 9. Apakah bapakibu sering melakukan pemberian pupuk Urea pada tanaman padi 2 2,40 0 0 55 66,26 25 30,12 1 1,20 10. Apakah bapakibu sering melakukan pemberian pupuk SP36 pada tanaman padi 14 16,86 15 18,07 53 63,85 1 1,20 0 0 11. Apakah bapakibu sering melakukan pemberian pupuk KCL pada tanaman padi 9 10,84 13 15,66 59 71,08 2 2,40 0 0 12. Apakah bapakibu sering melakukan pemberian pupuk ZPT pada tanaman padi 39 46,98 30 36,14 13 15,66 1 1,20 0 0 13. Apakah menurut bapakibu jumlah penggunaan pupuk yang diberikan meningkat 8 9,63 20 24,09 42 50,60 13 15,66 0 0 14. Apakah bapakibu sering melakukan sistem pengairan teknis pada tanaman padi 62 74,16 16 19,27 4 4,81 1 1,20 0 0 15. Apakah bapakibu sering melakukan sistem pengairan Setengah teknis pada tanaman padi 31 37,34 12 14,45 37 44,57 0 0 3 3,61 16. Apakah bapakibu sering melakukan sistem pengairan Tadah hujan pada tanaman padi 62 74,69 16 19,27 4 4,81 1 1,20 0 0 17. Apakah bapakibu setuju penggunaan varietas mempengaruhi produksi tanaman 1 1,20 5 6,02 0 0 68 81,92 9 10,84 18. Apakah menurut bapakibu penggunaan pestisida berpengaruh terhadap kelestarian musuh alami? 1 1,20 1 1,20 12 14,45 69 83,13 0 0 19. Apakah bapakibu sering melakukan pengamatan mingguan 17 20,48 32 38,55 20 24,09 10 12,04 4 4,81 MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PHT PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008. Pada Tabel 14 pendapat petani mengenai aspek ekologi bagi petani yang tidak ikut SLPHT yang mana dapat dilihat populasi hama dan penyakit pada tanaman padi 45 responden 54,00 menjawab sedikit meningkat untuk hama dan 47 responden 56,62 menjwab sedikit meningkat untuk penyakit. Petani juga setuju pengendalian yang paling banyak mereka gunakan adalah kultur teknis dengan responden yang menjawab sebanyak 26 responden 31,32 dan sebanyak 49 responden 59,03 menjawab bahwa petani tidak setuju bahwa petani tidak melakukan pengendalian sama sekali karena walaupun tidak ikut SLPHT tapi para petani juga menggunakan perangkap untuk menangkap tikus. Waktu pemberian pupuk lebih sering dilakukan yaitu sebanyak 63 responden 75,90. Jumlah penggunaan pupuk tetap sebanyak 42 responden 50,60. Sistem Pengairan yang paling banyak dipakai pada petani padi yang tidak ikut SLPHT yaitu sistem pengairan teknis dimana responden yang menjawab sebanyak 4 responden 4,81, untuk pengairan setengah teknis sebanyak 37 responden 44,57 dan untuk tadah hujan sebanyak 4 responden 4,81. Penggunaan varietas mempengaruhi produksi tanaman dengan jumlah responden menjawab 68 responden 81,92 menjawab setuju berpengaruh ke tanaman. Varietas yang biasa dipakai petani yaitu IR 64. Penggunaan pestisida berpengaruh terhadap musuh alami 69 responden 83,13 menjawab berpengaruh. Pengamatan mingguan yang dilakukan petani lebih sering responden yang menjawab responden 20 responden 24,09 jadi lebih sedikit dibanding yang ikut SLPHT. Petani melakukan pengamatan mingguan untuk MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PHT PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008. mengetahui berapa banyak intensitas serangan hama dan penyakit yang sudah terjadi pada tanaman padi sehingga petani dapat memutuskan pengendalian apa yang sesuai yang harus mereka lakukan. Tabel 15. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang tidak ikut SLPHT dilihat dari aspek ekonomi 1 2 3 4 5 No. Peubah Fr Fr Fr Fr Fr 20. Apakah bapakibu setuju pendapatan meningkat meskipun belum ada program PHT 3 3,61 30 36,14 0 0 49 59,03 1 1,20 21 Apakah bapakibu setuju produksi meningkat meskipun belum ada PHT 2 2,40 12 14,45 20 24,09 49 59,03 0 0 22 Apakah bapakibu setuju produksi meningkat meskipun belum ada PHT 2 2,40 0 0 1 1,20 78 93,97 2 2,40 23 Apakah dengan seringnya diadakan pertemuan kelompok tani pengetahuan lebih meningkat 3 3,61 0 0 1 1,20 75 90,36 4 4,81 24 Apakah dengan seringnya PHP dan PPL memberikan penyuluhan lebih memperoleh pengetahuan tentang cara meningkatkan produksi padi 2 2,40 0 0 2 2,40 65 78,31 14 16,86 Pada Tabel 15 pendapat petani yang tidak ikut SLPHT mengenai aspek ekonomi yaitu sebanyak 49 responden 59,03 menjawab bahwa dengan adanya PHT ini pendapatan petani lebih meningkat jadi responden yang menjawab MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PHT PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008. meningkat lebih sedikit dibangdingkan dengan yang ikut SLPHT dan produksi tanaman meningkat dengan responden yang menjawab sebanyak 49 responden 59,03 menjawab dapat mengurangi biaya pengendalian dan pengetahuan masyarakat juga dapat meningkat, dengan adanya penyuluhan pada pertanian petani lebih memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang cara meningkatkan produksi padi dan cara bercocok tanam yang benar dengan cara memakai varietas yang berlabel, ada juga petani yang masih menggunakan varietas yang tidak berlabel dengan 75 responden 90,36 menjawab pertemuan kelompok dapat meningkatkan pengetahuan petani. Tabel 16. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang tidak ikut SLPHT dilihat dari aspek teknologi 1 2 3 4 5 No. Peubah Fr Fr Fr Fr Fr 25. Apakah bapakibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan agens hayati 67 80,72 15 18,07 0 0 1 1,20 0 0 26. Apakah bapakibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan pestisida 4 4,81 0 0 55 66,26 20 24,09 4 4,81 27. Apakah bapakibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan pestisida yang berasal dari tumbuhan Biopestisida 68 81,92 12 14,45 3 3,61 0 0 0 0 28. Apakah bapakibu setuju waktu penyemprotan pestisida yang dilakukan lebih sering sebelum ada program PHT 2 2,40 17 20,48 50 60,24 14 16,86 0 0 29. Apakah menurut bapakibu frekuensi penggunaan pestisida yang dilakukan lebih sering sebelum ada PHT 5 6,02 20 24,09 53 63,85 5 6,02 0 0 MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PHT PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008. 30. Apakah Bapakibu setuju dengan penggunaan pestisida yang bermerek Decis 1 1,20 4 4,81 29 34,93 47 56,62 2 2,40 31. Apakah Bapakibu setuju dosis pestisida yang digunakan sesuai dengan sasarannya 1 1,20 2 2,40 11 13,25 68 81,92 1 1,20 32. Apakah bapakibu mengetahui jenis – jenis pestisida pada tanaman padi 4 4,81 10 12,04 48 57,83 20 24,09 1 1,20 33. Apakah bapakibu mengetahui cara penggunaan pestisida yang baik untuk kesehatan manusia dan lingkungan 3 3,61 3 3,61 55 66,26 22 26,50 0 0 Pada Tabel 16 pendapat petani yang tidak ikut SLPHT mengenai aspek ekologi yaitu sebanyak 67 responden 80,72 menjawab belum pernah menggunakan agens hayati ini jadi masih lebih banyak petani yang SLPHT yang mengunakan agens hayati yaitu sebesar 49 responden 59,03 yang tidak pernah menggunakan agens hayati. Begitu juga dengan Biopestisida. 50 responden 60,24 menjawab penyemprotan yang dilakukan lebih sering dari petani menjawab kurang setuju. Dosis yang digunakan juga sesuai sasaran. Petani menjawab sebanyak 68 responden 81,92. Petani yang tidak ikut SLPHT ini menjawab bahwa mereka tidak mengetahu jenis pestisida yaitu sebanyak 48 responden 57,83 dan 55 responden 66,26 tidak mengetahui penggunaan pestisida yang baik untuk kesehatan manusia dan lingkungan. 4.2. Analisis Regresi Sederhana dari Masing masing Peubah pada Penerapan Pengendalian Hama Terpadu bagi Responden yang Ikut SLPHT di Kabupaten Tapanuli Selatan Setelah data diolah secara statistik dapat diketahui bahwa pengaruh dari masing-masing peubah bebas yaitu pada aspek ekologi, pada aspek ekonomi dan pada aspek teknologi terhadap penerapan PHT pada petani yang ikut SLPHT. Analisis MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PHT PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008. Regresi Sederhana dari Masing masing Peubah pada Penerapan PHT bagi Responden yang ikut SLPHT di Kabupaten Tapanuli Selatan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Pengaruh masing-masing peubah pada petani yang ikut SLPHT Nama Peubah B Std. Error T hit T table 1. Aspek Ekologi L Konstanta Ekologi 17,349 0,118 1,470 0,027 11,805 4,443 1,99 1,99 Koefisien Korelasi Koefisien Determinasi R 2 F hit F table 0,443 0,196 19,74 3,96 2. Aspek Ekonomi E Konstanta Ekonomi 19,839 0,184 1,789 0,082 11,9092 2,241 1,99 1,99 Koefisien Korelasi Koefisien Determinasi R 2 F hit F table 0,242 0,058 5,022 3,96 3. Aspek Teknologi T Konstanta Teknologi 21.871 0,079 1,607 0,065 13,606 1,223 1,99 1,99 Koefisien Korelasi Koefisien Determinasi R 2 F hit F table 0,135 0,018 1,50 3,96 MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PHT PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008. Pada Tabel 17 dapat diketahui bahwa persamaan regresi sederhana dari peubah bebas aspek ekologi, aspek ekonomi dan aspek teknologi terhadap peubah diperoleh masing-masing persamaan regresi adalah Y = 17,349 + 0,118; Y = 19,839 + 0,184 dan Y = 21,871 + 0,079. Masing - masing persamaan regresi tersebut diketahui konstanta sebesar 17,349 X 1 ; 19,839 X 2 dan 21,871 X 3 bila aspek ekologi, ekonomi dan teknologi dianggap konstan maka besarnya penerapan PHT masing- masing sebesar 17,349 X 1 ; 19,839 X 2 dan 21,871 X 3 . Aspek ekologi, aspek ekonomi dan aspek teknologi menunjukkan bahwa kenaikan 1 skor ekologi, ekonomi dan teknologi akan menyebabkan kenaikan masing-masing sebesar 0,118, 0,184 dan 0,079 skor penerapan PHT, pada masing-masing harga konstanta dari setiap peubah yang diamati. Grafik persamaan regresi antara masing-masing peubah dapat dilihat pada Gambar 2, 3 dan 4. 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Observed Cum Prob 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Expe cted C um Prob Normal P-P Plot of Ekologi Gambar 2. Grafik Penerapan PHT Ditinjau Dari Aspek Ekologi MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PHT PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008. 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Observed Cum Prob 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Ex pecte d Cum Pr ob Normal P-P Plot of Ekonom Gambar 3. Grafik Penerapan PHT Ditinjau Dari Aspek Ekonomi 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Observed Cum Prob 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Exp ec ted C um Prob Normal P-P Plot of Tehnologi Gambar 4. Grafik Penerapan PHT Ditinjau Dari Aspek Teknologi MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PHT PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008. Hasil T-hitung dan F-hit dari peubah bebas aspek ekologi dan aspek ekonomi lebih besar dari T-tabel dan F-tabel yaitu masing – masing T-hit sebesar 4,443 dan 2,241, sedangkan F-hit masing-masing sebesar 19,74 dan 5,02 dengan demikian aspek ekologi dan aspek ekonomi berpengaruh nyata terhadap motivasi penerapan PHT, sedangakan T-hit dan F-hit dari peubah bebas aspek teknologi 1,223 dan 1,497 lebih kecil dari T-tabel dan F-tabel 1,99 dan 3,96 dengan demikian aspek teknologi berpengaruh tidak nyata terhadap motivasi penerapan PHT. Harga kofisien korelasi r hitung dari masing-masing peubah bebas aspek ekologi, aspek ekonomi dan aspek teknologi adalah 0,443; 0,242 dan 0,135, harga korelasi tersebut menunjukkan bahwa aspek ekologi, aspek ekonomi dan aspek teknologi hanya sebesar 44,3, 24.2 dan 13,5 mempengaruhi motivasi penerapan PHT dan bila dibandingkan dengan probabilitas r tabel 5 = 0,213 menunjukkan bahwa faktor ekologi dan ekonomi berpengaruh nyata, sedangkan faktor teknologi berpengaruh tidak nyata terhadap motivasi penerapan PHT. Dengan adanya penerapan PHT ini sangan mengurangi penggunaan pestisida yang ada di lapangan sehingga lingkungan aman dari pestida. Oka, 1994 yang menyebutkan bahwa dengan sangat menurunnya jumlah formulasi pestisida yang dipergunakan berikut frekuensi aplikasinya setelah PHT dapat diantisipasi bahwa pencemaran lingkungan fisik dapat ditekan sekecil – kecilnya. Selain itu resiko kegagalan produksi dapat diperkecil. MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PHT PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008. Para petani yang telah mengikuti SLPHT dengan sukarela mau meneruskan pengetahuan dan keteampilannya tentang PHT kepada rekan – rekan mereka yang belum sempat menikmati pelatihan dalam SLPHT. Dengan demikian terjadi proses difusi teknologi PHT secara alamiah dari petani ke petani Oka, 1994 sehingga tidak begitu jelas dibedakan karena telah adanya penyebaran pengetahuan bagi yang tidak ikut SLPHT

4.3. Analisis Regresi Ganda dari Peubah Bebas X