Kerusakan Lingkungan Akibat Pemakaian Pestisida

tinggi atau dengan kata lain pestisida merupakan jaminan atau asuransi bagi tercapainya sasaran produksi Wudyanto, 1997. Pestisida merupakan bahan pencemar paling potensial dalam budidaya tanaman. Oleh karena itu perannya perlu diganti dengan teknologi lain yang berwawasan lingkungan. Pemakaian bibit unggul, pemakaian organik dan pestisida memang mampu memberikan hasil yang tinggi. Swasembada beras yang dicapai di Indonesia pada tahun 1984 tidak terlepas dari ketiga hal tersebut. Namun tanpa disadari praktek ini telah menimbulkan masalah dalam usaha pertanian itu sendiri maupun terhadap lingkungan Hendarsih dan Widiarta, 2005.

2.3.2. Kerusakan Lingkungan Akibat Pemakaian Pestisida

Pestisida yang paling banyak menyebabkan kerusakan lingkungan dan mengancam kesehatan manusia adalah pestisida sintetik yaitu organoklorin. Tingkat kerusakan yang disebabkan senyawa organoklorin lebih tinggi dibandingkan senyawa lain karena senyawa ini tidak peka terhadap sinar matahari dan tidak mudah terurai Said, 1994. Dampak negatip penggunaan pestisida antara lain adalah : 1. Meningkatnya resistensi dan resurjensi organisma pengganggu tumbuhan OPT 2. Terganggunya keseimbangan biodiversitas termasuk musuh alami predator dan organisme penting lainnnya. MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PHT PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008. 3. Terganggunya kesehatan manusia dan hewan. 4. Tercemarnya produk tanaman, air , tanah dan udara. Meskipun pengendalian hama terpadu dengan menggunakan pestisida telah memberikan hasil yang nyata dalam menekan serangan hama dan penyakit tanaman dampak yang ditimbulkan sangat berbahaya. Oleh karena itu penggunaan pestisida perlu dikurangi atau dirasionalisasi baik melalui penerapan PHT secara tegas maupun pengembangan system pertanian organik yang lebih mengutamakan penggunaan musuh alami dan pestisida hayati Pencemaran lingkungan terutama lingkungan pertanian disebabkan oleh penggunaan bahan – bahan kimia pertanian. Telah dapat dibuktikan secara nyata bahwa bahan – bahan kimia pertanian dalam hal ini pestisida, meningkatkan produksi pertanian dan membuat pertanian lebih efisien dan ekonomi. Pencemaran oleh pestisida tidak saja pada lingkungan pertanian tapi juga dapat membahayakan kehidupan manusia dan hewan dimana residu pestisida terakumulasi pada produk – produk pertanian dan pada perairan. Sifat – sifat pestisida yang akan digunakan dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman harus sesuai dengan prinsip – prinsip PHT yaitu 1. Efektif menurunkan populasi hama sasaran yang sedang meningkat di atas ambang ekonomi. 2. Sedapat mungkin tidak mempengaruhi populasi hama – hama lain. MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PHT PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008. 3. Tidak menurunkan fungsi populasi musuh alami sebagai pengendali hama alami. 4. Pestisida yang sesuai sasaran sesuai dengan prinsip PHT. Dalam kaitan penggunaan pestisida yang ideal, Miller 1993 memberikan kriteria sebagai berikut : 1. Membunuh hama yang menjadi target. 2. Tidak memiliki pengaruh terhadap kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang terhadap organisme yang tidak menjadi target. 3. Dapat terurai menjadi zat kimia yang tidak berbahaya dalam waktu singkat. 4. Mencegah perkembangan resistensi genetik pada organisme target. 5. Menghemat uang dibandingkan dengan tanpa melakukan usaha untuk mengendalikan spesies hama. Salah satu faktor yang memicu letusan hama di ekosistem pertanian adalah penggunaan pestisida. Satu – satunya alternatif untuk mengurangi praktek penggunaan pestisida yang tidak bijaksana adalah dengan menerapkan PHT yang berorientasi pada kestabilan ekosistem dengan lebih mengutamakan berfungsinya proses pengendalian alami. PHT bukan hanya teknologi atau metode pengendalian hama tetapi merupakan suatu konsep, cara berpikir, cara pendekatan dari berbagai disiplin ilmu atau mengambil dari falsafah ilmu pengetahuan. Konsep PHT dikembangkan dalam bentuk strategi dan taktik penerapan di lapangan sesuai dengan ekosistem dan sistem masyarakat setempat. Taktik PHT dapat berubah sesuai dengan MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PHT PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008. keadaan waktu dan tempat, tetapi konsep dan prinsip PHT harus tetap atau konsisten Untung, 1993. Meskipun telah ditetapkan Undang – Undang yang membatasi penggunaan bahan kimia dalam pengendalian hama dan penyakit tumbuhan, namun dalam pelaksanaannya belum sepenuhnya sesuai dengan sistem PHT, untuk mengurangi dampak negatif penggunaan pestisida dapat ditempuh beberapa cara antara lain hanya menggunakan pestisida yang lebih aman terhadap manusia dan lingkungan hidup dan penerapan budidaya residu minimum dan budidaya organik yaitu dengan cara pemanfaatan sistem pengendalian secara hayati Setyanto, 2006. Di seluruh dunia para petani dan keluarganya yang memakai pestisida atau tinggal dekat dengan orang lain yang memakai pestisida, maka para keluarga dan tetangga yang tinggal dekat mereka perlu diperhatikan. Ternak, ikan dan burung juga harus diperhatikan masyarakat dengan air atau makanan yang terkontaminasi pestisida harus diperhatikan. Perusahaan – perusahaan pembuat pestisida pengguna yang aman atau mengiklankan ramah lingkungan Yayasan Duta Awan, 2007. MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PHT PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

4. Deskripsi Daerah Penelitian Kabupaten Tapanuli Selatan

Kabupaten Tapanuli Selatan adalah salah satu Kabupaten yang terdapat di Propinsi Sumatera Utara. Sebahagian penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Tapanuli Selatan terletak antara 0 o 10’ sd 1 o 50’ Lintang Utara dan 98 o 50’ sd 100 o 10’ Bujur Timur dengan Luas Wilayah 12 261,55 km2. Ketinggian berkisar antara 0 – 1.915 m di atas permukaan laut. Batas – batas daerah yaitu Sebelah Utara : Kabupaten Tapanuli Utara dan tapanuli Tengah Sebelah Timur : Propinsi Riau dan Kabupaten Labuhan Batu Sebelah Selatan : Propinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Madina Sebelah Barat : Samudra Indonesia dan Kabupaten Madina Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikulturara Tapanuli Selatan, 2006. Daerah Kecamatan Penelitian beserta luas wilayahnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Daerah kecamatan penelitian beserta luas wilayahnya No. Kecamatan Luas wilayah Ha 1. Batang angkola 540.05 2. Batang Toru 490.14 3. Padangsidimpuan Timur 461.46 4. Sayur Matinggi 517.60 5. Marancar 88.79 6. Siais 395.34 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Tapanuli Selatan, 2006 MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PHT PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.