Pengenalan Lingkungan Kerja Evaluasi Lingkungan Kerja Pengendalian Lingkungan Kerja

7. Maulid Nabi Muhammad SAW 8. Wafat Isa Al Masih 9. Kenaikan Isa Al Masih 10. Natal 11. Hari Raya Nyepi 12. Hari Waisak Budiono, 1995

2.3. Lingkungan Kerja

Penyakit akibat dan atau berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh pemaparan terhadap lingkungan kerja. Juga masih terdapat pendapat yang kurang tepat bahwa dengan mendiagnosis secara benar penyakit-penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh zatbahan yang berbahaya dilingkungan kerja, sudah membuat situasi terkendali. Walaupun merupakan langkah yang penting namun hal ini belum dapat memecahkan masalah yang sebenarnya. Pendekatan tersebut masih membiarkan lingkungan kerja yang tidak sehat tetap tidak berubah, dengan demikian potensi untuk menimbulkan gangguan kesehatan yang tidak diinginkan juga tidak berubah. Hanya dengan diagnosis dari lingkungan kerja, yang dalam hal ini disetarakan berturut-turut dengan pengenalan, evaluasi dan pengendalian efektif dari bahaya-bahaya kesehatan yang ada dapat membuat lingkungan kerja yang sebelumnya tidak sehat menjadi sehat Depkes RI, 1994.

2.3.1. Pengenalan Lingkungan Kerja

Pengenalan dari berbagai bahaya dan resiko kesehatan di lingkungan kerja biasanya dilakukan pada waktu survey pendahuluan dengan cara mengenal dan melihat walk-trhough survey yang merupakan salah satu langkah awal yang perlu Universitas Sumatera Utara dilakukan dalam upaya program kesehatan kerja. Salah satu bahaya dan resiko tersebut dapat dengan mudah dikenal seperti masalah kebisingan. Untuk dapat mengenal bahaya dan resiko lingkungan kerja dengan baik dan tepat, sebelum dilakukan survey pendahuluan perlu didapatkan segala informasi mengenai proses dan cara kerja yang digunakan, bahan baku dan bahan tambahan lainnya yang digunakan, hasil akhir, hasil sampingan serta limbah yang dihasilkan. Hal-hal lain yang harus diperhatikan adalah efek-efek kesehatan dari semua bahaya-bahaya dilingkungan kerja termasuk jumlah pekerja yang potensial terpapar sehingga langkah yang akan ditempuh, evaluasi serta pengendaliannya dapat dilakukan sesuai dengan prioritas kenyataan yang ada Depkes RI, 1994.

2.3.2. Evaluasi Lingkungan Kerja

Evaluasi ini akan menguatkan dugaan adanya zatbahan yang berbahaya dilingkungan kerja, menetapkan karakteristik-karakteristiknya serta memberikan gambaran cakupan besar dan luasnya masalah. Tingkat pemaparan dari zatbahan yang berbahaya dari lingkungan kerja yanag terkenali selama survey pendahuluan harus ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif. Hanya setelah didapatkan gambaran yang lengkap dan menyeluruh dari pemaparan, untuk kemudian dibandingkan dengan standar kesehatan kerja yang berlaku, mana penilaian dari bahaya-bahayaresiko yang sebenarnya terdapat dilingkungan kerja telah tercapai Depkes RI, 1994.

2.3.3. Pengendalian Lingkungan Kerja

Pengendalian lingkungan kerja dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan pemaparan terhadap zatbahan yang terdapat dilingkungan kerja. Universitas Sumatera Utara Kedua tahapan sebelumnya, pengenalan dan evaluasi, tidak dapat menjamin sebuah lingkungan kerja yang sehat. Jadi, hal ini hanya dapat dicapai dengan teknologi pengendalian yang adekuat untuk mencegah efek kesehatan yang merugikan dikalangan para pekerja Depkes RI, 1994. Interaksi antara manusia pekerja dan lingkungan kerjanya tersebut diatas dapat dilihat pada diagram berikut ini : Diagram 2.1. Interaksi manusia pekerja dengan lingkungan tidak ada tindakan koreksi terhadap lingkungan kerja yang berbahaya Sumber : Depkes RI, 1994 LingkunganKerja tidak sehat Penyakit Akibat Kerja Diagnosis Pengobatan dan Penyembuhan Pekerja Sehat Universitas Sumatera Utara Diagram 2.2. Interaksi manusia pekerja dengan lingkungan terdapat tindakan koreksi terhadap lingkungan kerja yang berbahaya Sumber : Depkes RI, 1994 Faktor lingkungan kerja meliputi faktor kimia, faktor fisika, faktor biologi, faktor ergonomi dan faktor psikologi. 1. Faktor kimia Faktor kimia dapat disebabkan karena bahan baku produksi, proses produksi dan hasil produksi suatu kegiatan usaha. 2. Faktor fisika Sebagai contoh adalah kebisingan. Kebisingan adalah suara-suara yang tidak dikehendaki oleh manusia. Dampak kebisingan antara lain dampak fsiologis, gangguan komunikasi, gangguan LingkunganKerja tidak sehat Penyakit Akibat Kerja Diagnosis Pengenalan dan Evaluasi Masalah Upaya Pengendalian dan Pencegahan Pengobatan dan Penyembuhan Pekerja Sehat Lingkungan Kerja Sehat Universitas Sumatera Utara tidur dan gangguan perilaku. Kebisingan bagi manusia akan menimbulkan gangguan perasaan, gangguan komunikasi, hilangnya pendengaran sementara atau menetap sehingga resiko mendapatkan kecelakaan kerja meningkat Suma’mur, 1996. 3. Faktor biologi Faktor biologi dapat berupa bakteri, jamur dan mikroorganisme lain yang dibutuhkan atau dihasilkan dari bahan baku, proses produksi dan proses penyimpanan hasil produksi. 4. Faktor ergonomi Tempat kerja yang kurang ergonomis, tidak sesuai dengan fisiologi dan anatomi manusia. 5. Faktor psikososial Beban kerja yang berat, jam kerja yang melebihi ambang batas, monotoni pekerjaan, dan lain-lain RS, Persahabatan, 2002. 2.4. Gangguan Kesehatan Penyakit akibat dan atau berhubungan dengan pekerjaan dapat diakibatkan oleh pemaparan terhadap lingkungan pekerjaannya. Pemaparan terus menerus misalnya pada pekerja sektor perindustrian yang melebihi 40 jamminggu dapat menimbulkan berbagai penyakit. Apabila tidak ada perlindungan bagi tenaga kerja tersebut atau tidak ada pencegahan terhadap kemungkinan pemaparan terhadap faktor-faktor lingkungan yang melebihi nilai batas, hal ini dapat berakibat timbulnya penyakit atau kecelakaan akibat kerja RS, Persahabatan, 2002. Universitas Sumatera Utara Perilaku dan sikap para pekerja yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan juga dapat mempengaruhi status kesehatan pekerja yang bersangkutan. Beberapa contoh perilaku dan sikap tersebut adalah : 1. Merokok, terlebih lagi bekerja sambil merokok 2. Pola makan yang tidak teratur dan seimbang 3. Ceroboh dan tidak mematuhi aturan kerja yang berlaku, misalnya menolak anjuran penggunaan alat pelindungan diri, bercanda dengan teman kerja pada saat bekerja. 4. Menggunakan obat-obat terlarang atau minum-minuman keras. Untuk itu didalam ilmu kesehatan kerja, dikenal suatu pendekatan perlindungan dengan penetapan Nilai Ambang Batas NAB.

2.4.1. Gangguan Kesehatan Akibat Kerja atau Penyakit Akibat Kerja