BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Prinsip Dasar Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatankedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerjamasyarakat pekerja memperoleh derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan 3 tiga komponen utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan
interaktif dan serasi antara ketiga komponen tertentu akan menghasilkan kesehatan kerja yang optimal Suma’mur, 1996.
2.1.1. Kapasitas Kerja
Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya dalam suatu medan kerja tertentu. Kapasitas kerja seperti status
kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik dan psikis yang baik diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan
bagaimana mendapatkan hasil sebanyak-banyaknya. Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda satu kepada yang lainnya dan sangat tergantung kepada
keterampilan, keserasian, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran-ukuran tubuh Depkes RI, 1994.
Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja merupakan modal awal seseorang untuk melakukan pekerjaan yang perlu diperhatikan. Semakin tinggi keterampilan
kerja yang dimiliki, semakin efisien badan dan jiwa bekerja, sehingga beban kerja menjadi relatif sedikit. Tidak heran, apabila angka sakit dan mangkir kerja sangat
kurang pada mereka yang memiliki keterampilan tinggi, lebih-lebih bila mereka
Universitas Sumatera Utara
memiliki cukup motivasi dan dedikasi. Suatu contoh sederhana tentang kurangnya beban kerja bagi seorang ahli adalah seorang montir mobil yang dengan mudah
membuka ban kenderaan bermotor. Kesegaran jasmani dan rohani adalah penunjang penting produktivitas
seseorang dalam kerjanya. Kesegaran tersebut dimulai sejak memasuki pekerjaan dan terus dipelihara selama bekerja, bahkan sampai setelah berhenti bekerja.
Kesegaran jasmani dan rohani tidak saja pencerminan kesehatan fisik dan mental, tetapi juga gambaran keserasian penyesuaian seseorang dengan pekerjaannya, yang
banyak dipengaruhi oleh kemampuan, pengalaman, pendidikan, dan pengetahuan yang dimilikinya. Seorang pejabat tinggi yang menempati kedudukannya oleh karena
dorongan relasi atau politik dan bukan atas kemampuannya akan tidak produktif Suma’mur, 1996.
2.1.2. Beban Kerja
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban yang dimaksud mungkin fisik, mental atau sosial. Seorang pekerja berat, seperti pekerja-pekerja
bongkar dan muat di pelabuhan, memikul lebih banyak beban fisik dari pada beban mental atau sosial. Sebaliknya seorang pengusaha, mungkin tanggung jawabnya
merupakan beban mental yang relatif jauh lebih besar. Adapun petugas sosial, mereka lebih menghadapi beban-beban sosial Suma’mur, 1996.
Beban kerja meliputi jenis pekerjaan fisik yang cukup berat, misalnya mencangkul, menyabit, membabat dan lain-lain. Seorang tenaga kerja memiliki
kemampuan tersendiri dalam hubungannya dengan beban kerja. Mungkin diantara mereka lebih cocok untuk beban fisik, atau mental, atau sosial. Namun sebagai
Universitas Sumatera Utara
persamaan yang umum, mereka hanya mampu memikul beban sampai suatu berat tertentu Depkes RI, 1994.
Ada beban yang dirasa optimal bagi seseorang. Inilah maksud penempatan seorang tenaga kerja yang tepat pada pekerjaan yang tepat. Atau pemilihan tenaga
kerja tersehat untuk pekerjaan yang tersehat pula. Derajat tepat suatu penempatan meliputi kecocokan pengalaman, keterampilan, motivasi dan lain-lain. Dalam usaha
menetukan beban kerja maksimal, beban fisik lebih mudah dirumuskan yaitu 50 kg sebagai beban kerja tertinggi yang diperkenankan berdasarkan rekomendasi ILO.
Jumlah denyutan jantung merupakan petunjuk besar-kecilnya beban kerja. Pada pekerjaan sangat ringan denyut jantung adalah kurang dari 75, pekerjaan ringan
diantara 75-100, agak berat 100-125, berat 125-150, sangat berat 150-175 dan luar biasa berat lebih dari 175menit. Beban kerja ini menentukan berapa lama seseorang
dapat bekerja sesuai dengan kapasitas kerjanya. Makin besar beban, makin pendek waktu seseorang dapat bekerja tanpa kelelahan atau gangguan Suma’mur, 1996.
2.1.3. Beban Tambahan Akibat Lingkungan Kerja