selain modal manusiahuman capital dan modal keuanganfinancial capital. Marshall membagi modal sosial menjadi dua jenis yakni jaringan keluarga dan jaringan yang
dibentuk dari pertemanan atau kenalan. Chrisman, Chua dan Steier dalam Marshall 2005 menyatakan bahwa pengaruh keluarga pada pembentukan usaha baru lebih
penting dibandingkan faktor budaya yang lain.
II.4. Teori tentang Demografi
Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yakni ’demos’ yang berarti rakyat atau penduduk dan ’grafein’ yaitu menulis. Jadi demografi adalah tulisan atau
karangan mengenai rakyat atau penduduk. Bogue dalam Yasin 2007: 1 menyatakan bahwa demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistika dan matematika
tentang besar, komposisi, dan distribusi penduduk serta perubahan-perubahannya sepanjang masa melalui bekerjanya 5 komponen demografi yaitu kelahiran, kematian,
perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial. Barclay dalam Yasin 2007: 2 menyatakan bahwa demografi adalah ilmu yang memberikan gambaran yang menarik dari
penduduk yang digambarkan secara statistika. Demografi mempelajari tingkah laku keseluruhan dan bukan tingkah laku perorangan.
Riyanti 2003: 33 menyatakan bahwa demografi sangat penting dikaji karena demografi adalah faktor yang melekat pada wirausaha dan mempengaruhi
keberhasilan seorang wirausaha. Mazzarol dalam Indarti et al. 2008 menyatakan
Universitas Sumatera Utara
bahwa faktor-faktor demografi seperti jender, umur, pendidikan dan pengalaman bekerja seseorang berpengaruh terhadap keinginan seseorang untuk menjadi seorang
wirausaha. Crant dalam Saud et al. 2009 menyatakan bahwa sikap kewirausahaan dipengaruhi oleh jender, tingkat pendidikan dan orang tua yang memiliki bisnis.
Penelitian oleh Mazzarol et al. dalam Saud et al. 2009 menemukan bahwa faktor demografi etnisitas, status perkawinan, tingkat pendidikan, ukuran keluarga,
status dan pengalaman kerja, usia, jender, status sosio-ekonomi, agama dan sifat kepribadian mempengaruhi minat mendirikan usaha. Penelitian Indarti et al. 2008
pada mahasiswa Indonesia, Jepang dan Norwegia menemukan bahwa jender dan usia yang lebih muda tidak mempunyai pengaruh terhadap minat kewirausahaan
mahasiswa, pengalaman kerja mempengaruhi minat kewirausahaan pada mahasiswa Norwegia, tetapi tidak mempunyai pengaruh pada mahasiswa Indonesia dan Jepang.
Shapero dalam Basu et al. 2009 menyatakan bahwa minat terhadap kewirausahaan tergantung pada faktor-faktor eksogen seperti demografi, karakter, ketrampilan,
budaya, sosial dan dukungan keuangan. Demografi dalam penelitian ini hanya meneliti variabel latar belakang
pendidikan kewirausahaan dan pengalaman kerja yang mempengaruhi minat kewirausahaan. Hisrich 2008: 75 menyatakan bahwa pendidikan sangatlah penting
dalam perjalanan wirausaha. Pentingnya pendidikan tidak hanya tercermin dalam tingkat pendidikan yang dicapai, tetapi juga dalam kenyataan bahwa pendidikan
Universitas Sumatera Utara
memainkan peranan penting untuk membantu para wirausaha mengatasi masalah- masalah yang mereka hadapi. Studi di India oleh Sinha dalam Indarti 2008
membuktikan bahwa latar belakang pendidikan menjadi salah satu penentu penting minat kewirausahaan dan kesuksesan usaha yang dijalankan. Situmorang 2007
menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan kewirausahaan adalah mengembangkan masyarakat berkewirausahaan entreprising people dan menanamkan sikap percaya
pada diri sendiri melalui proses belajar yang sesuai. Pendidikan kewirausahaan dan program pendidikan dan pelatihan kewirausahaan bertujuan untuk mendirikan usaha
kecil yang independen. Jones
2009 lebih
spesifik menekankan
pentingnya pendidikan
kewirausahaan. Jones lebih lanjut menyatakan bahwa pendidikan kewirausahaan adalah proses menyiapkan individu dengan kemampuan untuk mengenali kesempatan
komersial, meningkatkan penghargaan diri, pengetahuan dan ketrampilan untuk bertindak terhadap kesempatan komersial tersebut. Kourilsky dalam Jones 2009
mendefinisikan pendidikan kewirausahaan sebagai kesempatan untuk mengenali, menyusun sumber-sumber daya dengan kehadiran resiko, dan membangun sebuah
perusahaan bisnis. Bechard and Toulouse dalam Jones 2009 mendefinisikan pendidikan kewirausahaan sebagai kumpulan dari pengajaran formal yang
memberikan informasi, melatih dan mendidik siapapun yang tertarik untuk mendirikan bisnis atau mengembangkan bisnis kecil. Pendidikan kewirausahaan
Universitas Sumatera Utara
dapat memberikan kesempatan untuk melakukan simulasi kegiatan bisnis dan mengamati model peran. Pengalaman ini akan mempengaruhi keputusan mahasiswa
untuk memilih karir sebagai wirausaha. Charney 2000 pada penelitiannya terhadap lulusan Universitas Arizona
tahun 1985 – 1999 dengan membandingkan para lulusan yang mendapatkan pendidikan kewirausahaan dengan para lulusan yang tidak mendapatkan pendidikan
kewirausahaan menyimpulkan beberapa hal penting berikut ini: 1
Pendidikan kewirausahaan terbukti meningkatkan minat pendirian perusahaan baru. Lulusan yang mendapatkan pendidikan kewirausahaan tiga kali lebih
banyak yang mendirikan perusahaan baru dibandingkan para lulusan yang tidak mendapatkan pendidikan kewirausahaan.
2 Pendidikan kewirausahaan meningkatkan minat para lulusan tiga kali lebih besar
untuk menjadi pekerja mandiri self - employed dibandingkan para lulusan yang tidak mendapatkan pendidikan kewirausahaan.
3 Pendidikan kewirausahaan meningkatkan pendapatan para lulusan yang
mendapatkan pendidikan kewirausahaan sebanyak 27 persen lebih tinggi. 4
Pendidikan kewirausahaan meningkatkan pertumbuhan perusahaan terutama pada perusahaan kecil, pada perusahaan besar pengaruh pendidikan kewirausahaan
lebih sulit diukur. Tetapi perusahaan besar memberikan gaji yang lebih besar
Universitas Sumatera Utara
kepada para lulusan yang memiliki pendidikan kewirausahaan. Perusahaan yang didirikan para lulusan yang memiliki pendidikan kewirausahaan juga lebih besar.
5 Pendidikan kewirausahaan mempromosikan perpindahan teknologi dari
universitas kepada sektor swasta dan mempromosikan perusahaan dan produk berbasis teknologi. Para lulusan dengan pendidikan kewirausahaan lebih
cenderung bekerja para perusahaan dengan teknologi yang lebih tinggi. Bandura, Hollenbeck dan Hall, Wilson et al. dalam Basu et al. 2009
menemukan bahwa pendidikan kewirausahaan dapat meningkatkan tingkat efikasi diri seseorang. Noel dalam Basu et al. 2009 menemukan bahwa pendidikan
kewirausahaan mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan minat kewirausahaan terutama untuk mahasiswi. Wilson et al. dalam Basu et al. 2009 menyatakan bahwa
pendidikan kewirausahaan meningkatkan minat mahasiswa terhadap kewirausahan sebagai karier.
Pengalaman kerja menyatakan jenis dan jumlah pekerjaan, lamanya bekerja di sebuah atau beberapa bidang yang dialami oleh seseorang di dalam karirnya. Setiap
orang mempunyai pengalaman kerja yang berbeda-beda yang akan mempengaruhi kehidupan dan karirnya selama hidupnya. Evan dan Leighton dalam Colambato dan
Melnik 2009 menyatakan bahwa pengalaman kerja biasanya di industri yang sama merupakan prasyarat alami untuk menjadi seorang wirausaha. Colambato 2009 pada
penelitiannya terhadap para pengusaha di Italia menemukan bahwa dibutuhkan
Universitas Sumatera Utara
pengalaman kerja rata-rata selama 8 tahun sebagai pekerja sebelum seseorang memutuskan menjadi seorang wirausaha. Drennan dalam Basu et al. 2009
menyatakan bahwa pandangan yang positip terhadap pengalaman bisnis keluarga dan pengalaman langsung memulai bisnis baru akan mempengaruhi sikap dan persepsi
tentang kewirausahaan sebagai karier. Timmons dalam Din 1992 menyatakan bahwa ada bukti yang semakin
meningkat bahwa wirausaha sukses berasal dari kombinasi pengalaman kerja, studi dan pengembangan ketrampilan yang sesuai. Din 1992 dalam penelitiannya pada
populasi mahasiswa sekolah bisnis di Malaysia menemukan bahwa mahasiswa yang memiliki pengalaman kerja tetap yang lebih banyak memiliki kecenderungan
melakukan kegiatan kewirausahaan yang lebih besar dibandingkan mereka yang pengalaman kerjanya lebih sedikit, hal ini berlaku untuk pengalaman kerja
di perusahaan bisnis yang besar dan tidak berlaku untuk pengalaman kerja di sektor publik.
Peterman dan Kennedy dalam Frazier 2009 menemukan bahwa pengalaman yang positif dalam kegiatan kewirausahaan pada bisnis kecil mempunyai pengaruh
terhadap minat kewirausahaan. Penelitian Reitan dalam Frazier 2009 menemukan bahwa pengalaman kerja pada bisnis keluarga mempunyai pengaruh positif pada
minat kewirausahaan.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian Rotefoss dan Kolvereid dalam Kautonen et al. 2008 menunjukkan bahwa pengalaman kewirausahaan sebelumnya yang positif mempengaruhi
kemungkinan mendirikan bisnis dan ada perbedaan antara wirausaha yang baru pertama kali berbisnis novice entrepreneurs dengan wirausaha yang sudah memiliki
bisnis sebelumnya serial entrepreneurs. Menurut Ucbasaran et al. dalam Kautonen et al. 2008 serial entrepreneurs menikmati pengalaman dan manfaat kewirausahaan
dibandingan novice entrepreneurs karena serial entrepreneurs memiliki kesempatan untuk mendapatkan sumber-sumber daya dan belajar dari karir wirausaha sebelumnya.
Penelitian yang dilakukan Indarti et al. 2008 membuktikan bahwa mahasiswa Norwegia yang memiliki pengalaman kerja akan memiliki minat
kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak, akan tetapi pendapat ini tidak berlaku untuk mahasiswa Indonesia dan Jepang.
II.5. Teori tentang Minat Kewirausahaan