5. Bermitra dengan mitra kerja agar modal kerja yang dibutuhkan dapat dibagi
bersama. 6.
Melakukan pinjaman dari bank. 7.
Mendapatkan modal dari pasar modal dengan menerbitkan obligasi, saham, dll.
8. Mendapatkan bantuan dari pemerintah, perusahaan baik swasta maupun
BUMN, universitas, dan lain-lain. Akses kepada modal dalam penelitian ini adalah kemampuan wirausaha untuk
mendapatkan modal untuk menjalankan usahanya.
II.3.3. Kepemilikan Jaringan Sosial
Membentuk jaringan sosial dapat diartikan sebagai proses dua arah di mana di antara dua orang atau lebih melakukan pertukaran informasi dan sumber daya
untuk saling mendukung kegiatan masing-masing. Dengan membentuk jaringan sosial maka semua kesempatan bisnis yang ada, permasalahan modal kerja, teknologi
produksi, informasi bisnis, investasi, perubahan kebijakan dan peraturan, dan lain-lain dapat dibagi sehingga usaha akan lebih efektif dan efisien dan mengurangi resiko
usaha. Mazzarol dalam Indarti et al. 2008 menyatakan bahwa jaringan sosial
mempengaruhi minat kewirausahaan. Gregoire et al. dalam Gadar dan Yunus 2009 menyatakan jaringan sosial merupakan faktor yang paling berpengaruh pada
Universitas Sumatera Utara
wirausaha wanita. Penelitian oleh Gadar dan Yunus 2009 menemukan bahwa jaringan sosial merupakan faktor kelima terpenting pada wirausaha wanita
di Malaysia. Gadar dan Yunus juga menemukan bahwa hubungan dengan elit politik yang kuat dan dengan pemimpin bisnis, dukungan suami merupakan faktor yang
mendukung para wirausaha wanita di Malaysia. Kristiansen dalam Indarti et al. 2008 menjelaskan bahwa jaringan sosial terdiri dari hubungan formal dan informal antara
pelaku utama dan pendukung dalam satu lingkaran terkait dan menggambarkan jalur bagi wirausaha untuk mendapatkan akses kepada sumber daya yang diperlukan dalam
pendirian, perkembangan dan kesuksesan usaha. Menurut Rosenblatt, de Mik, Anderson dan Johnson dalam Greve 2003
anggota keluarga memainkan peranan yang penting ketika seorang calon wirausaha
merencanakan dan mendirikan usaha karena anggota keluarga dan jaringannya selalu dilibatkan untuk dimintai bantuan dan dukungan.
Penelitian yang dilakukan oleh McClelland dalam Muhandri 2002 di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 50
pengusaha yang menjadi sampel yang diambil secara acak dalam penelitiannya berasal dari keluarga pengusaha dan faktor lingkungan keluarga mempengaruhi minat
kewirausahaan. Penelitian McClelland didukung oleh penelitian Crant dalam Saud et al. 2009 yang menemukan fakta bahwa minat kewirausahaan dipengaruhi oleh
faktor kepemilikan bisnis oleh orang tua. Mathews dan Moser dalam Cotleur 2009 juga menyatakan bahwa pengaruh keluarga sangat signifikan dalam mengembangkan
Universitas Sumatera Utara
minat kewirausahaan, hal ini terutama berlaku untuk laki-laki. Adanya model peran role model juga merupakan faktor yang menentukan minat kewirausahaan seseorang.
Davidsson and Honig dalam Marshall 2005 menemukan hubungan yang kuat antara kewirausahaan dan kepemilikan orang tua yang mempunyai bisnis. Dalam
studi itu ditemukan bahwa dukungan teman dekat atau tetangga di dalam usaha juga mempunyai pengaruh positif pada minat kewirausahaan seseorang. Staw dalam
Riyanti 2003: 38 menemukan bukti kuat adanya hubungan antara minat kewirausahaan dengan profesi orang tua yang bekerja mandiri atau sebagai wirausaha.
Kemandirian dan fleksibilitas dapat ditularkan oleh orang tua kepada anaknya sejak dini dan menjadi sifat yang melekat kepada anak-anaknya. Pendapat Staw didukung
oleh Duchesneau dalam Riyanti 2003: 38 yang menemukan bahwa wirausaha yang berhasil adalah mereka yang dibesarkan oleh orang tua yang juga wirausaha. Aldrich
dan Zimmer dalam Greve 2003 menyatakan bahwa wirausaha membutuhkan jaringan sosial yang kuat selain informasi, modal, ketrampilan, tenaga kerja untuk
memulai usaha. Menurut Hansen dalam Greve 2003 jaringan sosial ini bisa berupa jaringan profesional, teman-teman, rekan-rekan kerja sebelumnya mulai dari dalam
organisasi, kumpulan perusahaan, atau orang-orang yang membantu menjalankan dan mendirikan usaha.
Marshall 2005 mendukung pendapat Aldrich dan Zimmer dengan menyatakan bahwa kegiatan kewirausahaan membutuhkan modal sosialsocial capital
Universitas Sumatera Utara
selain modal manusiahuman capital dan modal keuanganfinancial capital. Marshall membagi modal sosial menjadi dua jenis yakni jaringan keluarga dan jaringan yang
dibentuk dari pertemanan atau kenalan. Chrisman, Chua dan Steier dalam Marshall 2005 menyatakan bahwa pengaruh keluarga pada pembentukan usaha baru lebih
penting dibandingkan faktor budaya yang lain.
II.4. Teori tentang Demografi