Permasalahan Tujuan Manfaat Sejarah karet

Dari uraian di atas jelas terlihat bahwa mutu dari produk itu perlu dijaga agar tetap baik. Dalam proses pengolahan karet remah menjadi resiprena, pasti banyak faktor yang mempengaruhi mutu dari produk resiprene yang dihasilkan. Salah satu faktor yang mempengaruhi pasti berhubungan dengan bahan bakunya. karena bahan baku tersebut merupakan bahan dasar untuk pembutan produk tersebut,misalnya kandungan airnya. Hal inilah yang membuat penulis berminat untuk mengamati dan membahasnya. Hasil pembahasan ini diwujudkan dalam bentuk karya ilmiah dengan judul : “PENGARUH KANDUNGAN AIR BAHAN BAKU SIR 10 TERHADAP MUTU PRODUKS RESIPRENA 35 DI PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA PABRIK RESIPRENE SEI BAMBAN – SERDANG BEDAGAI”.

1.2. Permasalahan

Peningkatan mutu produk pada proses pengolahan resiprene 35, dipengaruhi salah satunya oleh bahan baku yaitu kadar dari kandungan air pada bahan baku SIR 10 untuk mendapatkan mutu produk yang baik. Universitas Sumatera Utara

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh moisture content bahan baku SIR 10 terhadap mutu produk baik terhadap viskositas maupun terhadap warnanya.

1.4. Manfaat

Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut : a. Untuk memberi wawasan dan mengembangkan wawasan tersebut bagi penulis b. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan tempat penulis melakukan Praktek Lapangan Kerja. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah karet

Pada tahun 1493 Michele de Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke benua Amerika yang dahulu dikenal sebagai “Benua Baru”. Dalam perjalanan ini ditemukan sejenis pohon yang mengandung getah. Pohon-pohon itu hidup secara liar di hutan-hutan pedalaman Amerika yang lebat. Orang-orang Amerika asli mengambil getah dari tanaman tersebut dengan cara menebangnya. Getah yang didapat kemudian dijadikan bola yang dapat dipantul-pantulkan. Bola ini disukai penduduk asli sebagai alat permainan. Penduduk Indian Amerika juga membuat alas kaki dan tempat air dari getah tersebut. Delapan belas tahun kemudian para pendatang dari Eropa mempublikasikan penemuan Michele de Cuneo. Saat publikasi bersamaan dengan diperkenalkannya permainan bola yang dipantulkan yang merupakan permainan tradisional bangsa Indian Aztec. Permainan ini selanjutnya berkembang menjadi permainan tenis seperti yang dikenal sekarang. Universitas Sumatera Utara Pada tahun 1601 karet ditulis tersendiri dalam sebuah buku oleh Antonio Herrera.Kemudian, Tim Perancis dari Academic Rovale de Sciences melakukan ekspedisi pertama ke daerah Amerika Selatan yang diketahui memiliki banyak karet liar. Tim yang terdiri dari Charles Martie de la Condomine, Pierre Bouguer, dan Luis Goden ini melakukan penelitiannya pada tahun 1735. Ekspedisi pertama kemudian diikuti ekspedisi berikutnya menuju ke Artic Circle. Kedua ekspedisi tersebut bertujuan untuk mengetahui mengapa karet dapat berbentuk bulat sebab pengenalan karet pertama kali memang dalam bentuk bola. Untuk itu, tim tersebut harus menelusuri daerah asalnya sehingga dapat mengetahui hal yang sesungguhnya tentang karet. Walaupun sudah dilakukan dua kali ekspedisi, tetapi hanya ekspedisi Peru yang banyak memberi tambahan pengetahuan mengenai karet. Mereka berhasil menjumpai tanaman karet yang bisa diambil getahnya tanpa harus menebang pohonnya terlebih dahulu seperti yang biasa dilakukan sebelumnya. Cara baru yang ditemukan adalah dengan melukai kulit batang tanaman. Hasil ekspedisi peru dituangkan dalam bentuk buku oleh Freshnau pada tahun 1749 dengan menyebut nama hevea dan dilengkapi gambar tanaman tersebut. Sifat kimia dan fisika karet pun semakin dipahami,sehingga penggunaannya semakin massal dan mulai masuk ke industrial. Furcroy pada tahun 1791 menemukan cara mengangkut lateks, kemudian duet Cought dan Joule pada tahun 1803-1853 menemukan sifat ketahanan terhadap panas. Hancock pada tahun 1819 menemukan sifat kekenyalan karet dan Faraday menemukan sifat tidak meneruskan arus listrik pada benda ini. Universitas Sumatera Utara Tidak hanya sifat fisika dan kimianya, botani tanaman ini pun semakin dipahami. Tahun 1825 terbitlah buku pertama tentang tanaman karet yang untuk pertama kalinya pula disebutkan nama ilmiahnya, yaitu Hevea brasiliensis karena tanaman tersebut berasal dari Brasil, tepatnya di wilayah Amazon. Sejak tahun 1839 karet menjadi primadona perkebunan negara-negara tropis. Pada sekitar tahun itu pula Charles Goodyear menemukan vulkanisasi karet dengan cara mencampurkannya dengan belerang dan memanaskan pada suhu 120-130 C. Alexander Parkes juga mengembangkan cara vulkanisasi ini. Penemuan tentang vulkanisasi memberi inspirasi Dunlop pada tahun 1888 untuk membuat ban mobil yang selanjutnya dikembangkan oleh Goldrich. Eduard Michelin adalah yang menemukan cara membuat ban angin, yaitu ban berongga yang di dalamnya berisi angin, pengisian angin dilakukan dengan cara dipompa, sehingga mobil lebih nyaman dikendarai. Thomas Hancokc pada tahun 1875 mendirikan pabrik yang khusus bergerak dalam bidang pengolahan karet yang merupakan pabrik pertama dalam bidang itu. Pada tahun 1860 dimulailah pengembangan karet di daratan Asia. Pada tahun tersebut Markham diutus oleh The Royal Botanic Garden, London, pergi ke Amerika selatan untuk mengumpulkan biji-biji karet yang akan dikembangkan di Asia. Selain Markham, lembaga tersebut juga mengutus HA Wickham untuk mengumpulkan biji- biji karet dari Brasil. Universitas Sumatera Utara Biji-biji karet yang dikumpulkan oleh kedua orang tersebut selanjutnya disemaikan di India dan Sri Lanka. Dalam perkembangannya, biji-biji karet juga disemaikan di Malaysia, Singapura dan Indonesia yang ketika itu masih bernama Hindia Belanda. Setelah biji-biji tersebut tumbuh besar dan berproduksi, dimulailah pembukaan kebun- kebun karet secara besar-besaran di Asia. Perusahan yang merupakan perintis pembukaan perkebunan karet secara besar- besaran di Asia adalah The North Borneo Trading Company pada tahun 1898. Perusahan inilah yang menyediakan dan mendistribusikan biji-biji karet ke beberapa negara di Asia Tenggara. Tahun 1864 untuk pertama kalinya tanaman karet diperkenalkan di Indonesia yang pada waktu itu masih menjadi jajahan belanda. Mula-mula karet ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman koleksi. Dari tanaman koleksi karet selanjutnya dikembangkan ke beberapa daerah sebagai tanaman perkebunan komersial. Sejarah karet di Indonesia pernah mencapai puncaknya pada periode sebelum Perang Dunia II hingga tahun 1956. Pada masa itu Indonesia menjadi negara penghasil karet alam terbesar di dunia. Komoditi ini pernah begitu diandalkan sebagai penopang perekonomian negara. Universitas Sumatera Utara

2.2 Sifat karet alam