Pengaruh Kandungan Air Bahan Baku Sir 10 Terhadap Mutu Produk Resiprena 35 Di PT.Industri Karet Nusantara Sei Bamban-Serdang Bedagai

(1)

PENGARUH KANDUNGAN AIR BAHAN BAKU SIR 10

TERHADAP MUTU PRODUK RESIPRENA 35 DI PT INDUSTRI

KARET NUSANTARA PABRIK RESIPRENA

SEIBAMBAN-SERDANG BEDAGAI

KARYA ILMIAH

AULIA RAHMAN SINAGA 072409023

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

PENGARUH KANDUNGAN AIR BAHAN BAKU SIR 10

TERHADAP MUTU PRODUK RESIPRENA 35 DI PT INDUSTRI

KARET NUSANTARA PABRIK RESIPRENA

SEIBAMBAN-SERDANG BEDAGAI

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

AULIA RAHMAN SINAGA 072409023

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH KANDUNGAN AIR BAHAN

BAKU SIR 10 TERHADAP MUTU PRODUK

RESIPRENA 35 DI PT.INDUSTRI KARET

NUSANTARA SEI BAMBAN-SERDANG

BEDAGAI

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : AULIA RAHMAN SINAGA

Nomor Induk : 0724O9023

Program Studi : D 3 KIMIA INDUSTRI Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di

Medan, juni 2010

Diketahui/ Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Dosen Pembimbing

Ketua,

Dr. Rumondang Bulan Nst, MS Drs. Abdi Negara Sitompul


(4)

PERNYATAAN

PENGARUH KANDUNGAN AIR BAHAN BAKU SIR 10

TERHADAP MUTU PRODUK RESIPRENA 35 DI PT INDUSTRI

KARET NUSANTARA PABRIK RESIPRENA

SEIBAMBAN-SERDANG BEDAGAI

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri,kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, juni 2010

AULIA RAHMAN SINAGA 072409023


(5)

PENGHARGAAN

Bismillahirrohmanirrohim

Segala puji dan syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan ridhonya serta karunianya sehingga penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan penyusunan karya ilmiah dengan judul : PENGARUH KANDUNGAN AIR BAHAN BAKU SIR 10 TERHADAP MUTU PRODUK DI PT. IINDUSTRI KARET NUSANTARA PABRIK RESIPRENA SEI BAMBAN-SERDANG BEDAGAI dapat berjalan dengan baik, lancar dan diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam juga Penulis haturkan kepada ruh Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri teladan yang baik bagi umat manusia.

Dalam penyusunan Karya Ilmiah ini,penulis banyak menerima bantuan dan motivasi dari berbagai pihak untuk mengatasi kesulitan dan kendala yang timbul. Untuk itu Penulis dengan hati yang tulus dan ikhlas ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang yang telah rela dan ikhlas membantu Penulis selama dalam proses penyusunan karya ilmiah ini yaitu kepada :

1. Orang tua saya, ayahanda Gading Sinaga dan ibunda Rahma Inun Siregar yang saya sayangi dan cintai, yang selama ini tak henti-hentinya memberikan dorongan dan doa bagi Penulis serta bantuan berupa moril dan materiil. Dan juga kepada abanganda M.Ali Nafia Sinaga dan adik-adik saya, Qurois Sihab Sinaga dan Paisal Hamdani Sinaga yang rela memberikan bantuan fisik maupun moril serta motivasi kepada penulis.

2. Bapak Drs. Abdi Negara Sitompul, selaku Dosen Pembimbing yang memberikan bimbingan dan arahan kepaada penulis.

3. Bapak Drs. Suprianto M.MA selaku Manager PT. Industri Karet Nusantara - Pabrik Resiprena.

4. Bapak Zulpan Abdi Simorangkir, Ahmad K. Wardhana, selaku Pembimbing di PT. Industri Karet Nusantara – Pabrik Resiprena.

5. Bapak Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nasution, M.Sc, selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. 7. Bapak Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phill, selaku Ketua Program Studi D-3

Kimia Industri Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh Staf dan Pegawai Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan surat-surat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL).

9. Seluruh Staf dan Karyawan PT. Industri Karet Nusantara - Pabrik Resiprena, yang telah membantu dan mengarahkan Penulis selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

10. Seluruh sataf dan dosen fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.


(6)

11. Seluruh keluarga dan sanak family yang membantu penulis baik moril maupun materil.

12. Buat teman-teman PKL, Sigit,Richad dan Ozy, yang telah berjuang bersama-sama sewaktu PKL.

13. Rekan-rekan Mahasiswa Kimia Industri khususnya angkatan 2007, yang telah memberi dukungan dan bantuan kepada Penulis selama perkuliahan sampai laporan ini selesai, baik langsung maupun tidak langsung

14. Keluarga besar Ikatan Alumni Daarul Muhsinin.

15. Rekan-rekan saya di organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang rela dan ikhlas membantu penulis.

16. Sahabat-sahabat saya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

17. Seluruh pihak yang terkait dalam membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

Penulis memanjatkan doa kehadirat Allah SWT, semoga amal kebaikan mereka diberikan balasan yang setimpa, Amin yaa robbal’alamin.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.

Akhir kata, Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dan berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan Penulis.

Medan, Juni 2010 Penulis


(7)

ABSTRAK

Mutu dari resiperene 35 sangat bergantung terhadap mutu bahan baku karet SIR 10 . Salah satu parameter yang digunakan dalam menentukan kualitas mutu karet SIR 10 itu adalah penentuan kadar moisture content yang sedikit banyaknya akan mempengaruhi mutu produk yaitu resiprene baik dari viskositas maupun warnanya.. Analisa ini sangat efektif dilakukan karena akan memberikan gambaran bagaimana sebetulnya produk yang dihasilkan. Dari data percobaan yang dilakukan bahwa didapat pengaruh moisture content bahan baku SIR 10 terhadap mutu resiprene 35 untuk viskositasnya yaitu dari 0,51% - 0,63% itu viskositasnya naik, pada 0,65% viskositasnya turun, pada 0,72% viskositasnya naik lagi, dan dari 0,72% - 0,97% viskositasnya turun. Sedangkan untuk mutu warna resiprene yang menggunakan alat lovibond untuk menganalisa warnanya maka didapat warnanya semua hampir pada range 11 kuning kecoklatan yang cerah, kecuali pada 0,54% di situ didapat diantara 11 dan 12 kuning kecoklatan agak gelap.


(8)

EFFECT OF MOISTURE CONTENT RAW MATERIAL QUALITY PRODUCTS TO SIR 10 RESIPRENE 35

ABSTRACT

Quality of resiperene 35 highly dependent on the quality of rubber raw materials SIR 10. One of the parameters used in determining the quality of SIR 10 quality rubber that is the determination of moisture content is more or less content will affect quality of the product is good resiprene viscosity and colors.

This analysis is very effective because it will give you an idea of how the product is actually produced. From the experimental data obtained by the influence of moisture content of raw materials for the quality of SIR 10 resiprene ie viscosities from 35 to 0.51% - 0.63%, its viscosity was increased, the viscosity decreased 0.65%, the viscosity increased by 0.72% again, and from 0.72% - 0.97%, its viscosity falls. While for quality color lovibond resiprene using tools to analyze the color, the color got all nearly in the range of 11 bright brownish yellow, except at 0.54% there is obtained between 11 and 12 rather dark brownish yellow.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ... ii

Pernyataan ...iii

Kata Pengantar ... iv

Abstrak... vi

Abstract ... vii

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB 1 PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Permasalahan ...4

1.3. Tujuan ...4

1.4.M anfaat ...4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...5

2.1. Sejarah Karet ...5

2.2.Sifat Karet Alam ... 9

2.3. Resiprena 35………..10

2.4. Bahan Baku SIR 10/SIR 20………...11

2.5. Kandungan Air……….. 13

2.5.1. Pengukuran …...………. 14

2.6. Kendali mutu……… .15

2.7. Viskositas………...17

2.8. Warna……….19

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN ... 20

3.1.Alat………... 20

3.2.Bahan ... 22

3.3.Prosedur ... 22

3.3.1.Penentuan kandungan air……….22

3.3.2.Penentuan viskositas resiprena 35………...23

3.3.3.penentuan warna pada resiprena 35……….…24

BAB 4HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1 Hasil………... 25

4.2 Perhitungan ... 26

4.3 Pembahasan ... 27

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

5.1 Kesimpulan ... 29

5.2 Saran.... ... 30

DAFTAR PUSTAKA………...31


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel.2.1. Spesifikasi produk resiprena………..10 Table 4.1. Data analisis pengaruh kandungan air terhadap mutu produk…………...25 Tabel 4.2. Data analisis pengaruh kandungan air terhadap mutu produk viskostas


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 :Standard Indonesian Rubber (SIR)………..33 Lampiran 2 : Bagan Proses Pembuatan Karet Remah... 34 Lampiran 3 : Grafik Pengaruh Kandungan Air Bahan Baku SIR 10 terhadap Mutu Viskositas Produk...35 Lampiran 4 : Grafik Pengaruh Kandungan Air Bahan Baku SIR 10 terhadap Mutu Warna Produk………...35 Lampiran 4 : Gambar Alat Viskosimeter Ford 4 Cup ...36


(12)

ABSTRAK

Mutu dari resiperene 35 sangat bergantung terhadap mutu bahan baku karet SIR 10 . Salah satu parameter yang digunakan dalam menentukan kualitas mutu karet SIR 10 itu adalah penentuan kadar moisture content yang sedikit banyaknya akan mempengaruhi mutu produk yaitu resiprene baik dari viskositas maupun warnanya.. Analisa ini sangat efektif dilakukan karena akan memberikan gambaran bagaimana sebetulnya produk yang dihasilkan. Dari data percobaan yang dilakukan bahwa didapat pengaruh moisture content bahan baku SIR 10 terhadap mutu resiprene 35 untuk viskositasnya yaitu dari 0,51% - 0,63% itu viskositasnya naik, pada 0,65% viskositasnya turun, pada 0,72% viskositasnya naik lagi, dan dari 0,72% - 0,97% viskositasnya turun. Sedangkan untuk mutu warna resiprene yang menggunakan alat lovibond untuk menganalisa warnanya maka didapat warnanya semua hampir pada range 11 kuning kecoklatan yang cerah, kecuali pada 0,54% di situ didapat diantara 11 dan 12 kuning kecoklatan agak gelap.


(13)

EFFECT OF MOISTURE CONTENT RAW MATERIAL QUALITY PRODUCTS TO SIR 10 RESIPRENE 35

ABSTRACT

Quality of resiperene 35 highly dependent on the quality of rubber raw materials SIR 10. One of the parameters used in determining the quality of SIR 10 quality rubber that is the determination of moisture content is more or less content will affect quality of the product is good resiprene viscosity and colors.

This analysis is very effective because it will give you an idea of how the product is actually produced. From the experimental data obtained by the influence of moisture content of raw materials for the quality of SIR 10 resiprene ie viscosities from 35 to 0.51% - 0.63%, its viscosity was increased, the viscosity decreased 0.65%, the viscosity increased by 0.72% again, and from 0.72% - 0.97%, its viscosity falls. While for quality color lovibond resiprene using tools to analyze the color, the color got all nearly in the range of 11 bright brownish yellow, except at 0.54% there is obtained between 11 and 12 rather dark brownish yellow.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Budidaya tanaman karet (Hevea brasiliensis) yang disebut juga dengan pohon rambong adalah bagian dari sub sektor perkebunan yang merupakan salah satu budi daya yang starategis mengingat mudahnya tanaman tersebut tumbuh subur di negara kita ini dan merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting,baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi indonesia.Di Indonesia karet merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyak menunjang perekonomian Negara yaitu sebagai bahan yang diekspor dan menjadi sumber devisa Negara.

Perusahaan yang menggunakan bahan baku dari karet yang diolah sampai menjadi barang setengah jadi semakin banyak membutuhkan karet sebagai sumber bahan mentahnya. Karena semakin banyaknya industri-industri yang memerlukannya untuk pengolahan barang-barang jadi yang sangat banyak berguna bagi kehidupan manusia sehari-hari maupun dalam usaha industri itu juga seperti mesin-mesin penggerak. Untuk itu banyak orang-orang mengusahakan menanam karet sebagai sumber biaya penghidupan mereka.


(15)

Salah satu perusahaan yang menggunakan bahan baku dari karet alam yaitu PT.Industri Karet Nusantara pabrik resiprena yang mengolah karet tersebut menjadi resiprene dari bahan baku karet remah SIR 10.

Pada prinsipnya pengolahan bahan baku karet remah adalah menggiling dan meremahkan karet. Penggilingan karet adalah salah satu rangkaian proses pengolahan kare remah dan merupakan tahapan yang sangat penting untuk menghasilkan karet remah yang sesuai dengan spesifikasi mutu Standard Indonesian Rubber (SIR).

Keseragaman hasil produksi serta mutu yang baik merupakan sasaran utama yang harus dicapai pada setiap pengolahan bahan baku crumb rubber menjadi resiprena. Sebab penilaian mutunya berdasarkan dari sifatnya, misalnya viskositas, warna, densitas, bilangan asam dan titik leburnya, yang mesti dijaga untuk mencapai mutu yang memenuhi standar internasional. Sehingga memperkuat daya saing di pasar dengan peningkatkan mutu tersebut,baik mutu produksi, mutu kemasan, dan mutu pelayanan. Hal ini ditujukan untuk lebih menghasilkan daya tarik konsumen terhadap produk yang dihasilkan.

Apabila mutu hasil produk benar-benar menunjukkan kelasnya sesuai dengan keinginan konsumen, maka satu dari syarat untuk bersaing telah dipenuhi. Di samping itu, harga jualnya akan lebih tinggi dibanding dengan yang tidak bermutu. Produk yang sudah dijamin harus dipertahankan bahkan ditingkatkan melalui berbagai penelitian lagi. Semuanya itu bertujuan untuk mempertahankan pembeli agar jangan sampai produk lain.


(16)

Dari uraian di atas jelas terlihat bahwa mutu dari produk itu perlu dijaga agar tetap baik. Dalam proses pengolahan karet remah menjadi resiprena, pasti banyak faktor yang mempengaruhi mutu dari produk resiprene yang dihasilkan. Salah satu faktor yang mempengaruhi pasti berhubungan dengan bahan bakunya. karena bahan baku tersebut merupakan bahan dasar untuk pembutan produk tersebut,misalnya kandungan airnya.

Hal inilah yang membuat penulis berminat untuk mengamati dan membahasnya. Hasil pembahasan ini diwujudkan dalam bentuk karya ilmiah dengan judul : “PENGARUH KANDUNGAN AIR BAHAN BAKU SIR 10 TERHADAP MUTU PRODUKS RESIPRENA 35 DI PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA PABRIK RESIPRENE SEI BAMBAN – SERDANG BEDAGAI”.

1.2. Permasalahan

Peningkatan mutu produk pada proses pengolahan resiprene 35, dipengaruhi salah satunya oleh bahan baku yaitu kadar dari kandungan air pada bahan baku SIR 10 untuk mendapatkan mutu produk yang baik.


(17)

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh moisture content bahan baku SIR 10 terhadap mutu produk baik terhadap viskositas maupun terhadap warnanya.

1.4. Manfaat

Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut :

a. Untuk memberi wawasan dan mengembangkan wawasan tersebut bagi penulis b. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan tempat penulis melakukan Praktek Lapangan Kerja.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah karet

Pada tahun 1493 Michele de Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke benua Amerika yang dahulu dikenal sebagai “Benua Baru”. Dalam perjalanan ini ditemukan sejenis pohon yang mengandung getah. Pohon-pohon itu hidup secara liar di hutan-hutan pedalaman Amerika yang lebat. Orang-orang Amerika asli mengambil getah dari tanaman tersebut dengan cara menebangnya. Getah yang didapat kemudian dijadikan bola yang dapat dipantul-pantulkan. Bola ini disukai penduduk asli sebagai alat permainan. Penduduk Indian Amerika juga membuat alas kaki dan tempat air dari getah tersebut.

Delapan belas tahun kemudian para pendatang dari Eropa mempublikasikan penemuan Michele de Cuneo. Saat publikasi bersamaan dengan diperkenalkannya permainan bola yang dipantulkan yang merupakan permainan tradisional bangsa Indian Aztec. Permainan ini selanjutnya berkembang menjadi permainan tenis seperti yang dikenal sekarang.


(19)

Pada tahun 1601 karet ditulis tersendiri dalam sebuah buku oleh Antonio Herrera.Kemudian, Tim Perancis dari Academic Rovale de Sciences melakukan ekspedisi pertama ke daerah Amerika Selatan yang diketahui memiliki banyak karet liar. Tim yang terdiri dari Charles Martie de la Condomine, Pierre Bouguer, dan Luis Goden ini melakukan penelitiannya pada tahun 1735. Ekspedisi pertama kemudian diikuti ekspedisi berikutnya menuju ke Artic Circle. Kedua ekspedisi tersebut bertujuan untuk mengetahui mengapa karet dapat berbentuk bulat sebab pengenalan karet pertama kali memang dalam bentuk bola. Untuk itu, tim tersebut harus menelusuri daerah asalnya sehingga dapat mengetahui hal yang sesungguhnya tentang karet.

Walaupun sudah dilakukan dua kali ekspedisi, tetapi hanya ekspedisi Peru yang banyak memberi tambahan pengetahuan mengenai karet. Mereka berhasil menjumpai tanaman karet yang bisa diambil getahnya tanpa harus menebang pohonnya terlebih dahulu seperti yang biasa dilakukan sebelumnya. Cara baru yang ditemukan adalah dengan melukai kulit batang tanaman. Hasil ekspedisi peru dituangkan dalam bentuk buku oleh Freshnau pada tahun 1749 dengan menyebut nama hevea dan dilengkapi gambar tanaman tersebut.

Sifat kimia dan fisika karet pun semakin dipahami,sehingga penggunaannya semakin massal dan mulai masuk ke industrial. Furcroy pada tahun 1791 menemukan cara mengangkut lateks, kemudian duet Cought dan Joule pada tahun 1803-1853 menemukan sifat ketahanan terhadap panas. Hancock pada tahun 1819 menemukan sifat kekenyalan karet dan Faraday menemukan sifat tidak meneruskan arus listrik pada benda ini.


(20)

Tidak hanya sifat fisika dan kimianya, botani tanaman ini pun semakin dipahami. Tahun 1825 terbitlah buku pertama tentang tanaman karet yang untuk pertama kalinya pula disebutkan nama ilmiahnya, yaitu Hevea brasiliensis karena tanaman tersebut berasal dari Brasil, tepatnya di wilayah Amazon.

Sejak tahun 1839 karet menjadi primadona perkebunan negara-negara tropis. Pada sekitar tahun itu pula Charles Goodyear menemukan vulkanisasi karet dengan cara mencampurkannya dengan belerang dan memanaskan pada suhu 120-1300 C. Alexander Parkes juga mengembangkan cara vulkanisasi ini. Penemuan tentang vulkanisasi memberi inspirasi Dunlop pada tahun 1888 untuk membuat ban mobil yang selanjutnya dikembangkan oleh Goldrich.

Eduard Michelin adalah yang menemukan cara membuat ban angin, yaitu ban berongga yang di dalamnya berisi angin, pengisian angin dilakukan dengan cara dipompa, sehingga mobil lebih nyaman dikendarai. Thomas Hancokc pada tahun 1875 mendirikan pabrik yang khusus bergerak dalam bidang pengolahan karet yang merupakan pabrik pertama dalam bidang itu.

Pada tahun 1860 dimulailah pengembangan karet di daratan Asia. Pada tahun tersebut Markham diutus oleh The Royal Botanic Garden, London, pergi ke Amerika selatan

untuk mengumpulkan biji-biji karet yang akan dikembangkan di Asia. Selain Markham, lembaga tersebut juga mengutus HA Wickham untuk mengumpulkan biji-

biji karet dari Brasil.


(21)

Biji-biji karet yang dikumpulkan oleh kedua orang tersebut selanjutnya disemaikan di India dan Sri Lanka. Dalam perkembangannya, biji-biji karet juga disemaikan di Malaysia, Singapura dan Indonesia yang ketika itu masih bernama Hindia Belanda. Setelah biji-biji tersebut tumbuh besar dan berproduksi, dimulailah pembukaan kebun-kebun karet secara besar-besaran di Asia.

Perusahan yang merupakan perintis pembukaan perkebunan karet secara besar-besaran di Asia adalah The North Borneo Trading Company pada tahun 1898. Perusahan inilah yang menyediakan dan mendistribusikan biji-biji karet ke beberapa negara di Asia Tenggara.

Tahun 1864 untuk pertama kalinya tanaman karet diperkenalkan di Indonesia yang pada waktu itu masih menjadi jajahan belanda. Mula-mula karet ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman koleksi. Dari tanaman koleksi karet selanjutnya dikembangkan ke beberapa daerah sebagai tanaman perkebunan komersial.

Sejarah karet di Indonesia pernah mencapai puncaknya pada periode sebelum Perang Dunia II hingga tahun 1956. Pada masa itu Indonesia menjadi negara penghasil karet alam terbesar di dunia. Komoditi ini pernah begitu diandalkan sebagai penopang perekonomian negara.


(22)

2.2 Sifat karet alam

Sesuai dengan namanya, karet alam berasal dari alam,yakni terbuat dari getah tanaman karet, baik spesies Ficus elatica maupun hevea brasiliensis. Sifat-sifat atau kelebihan karet alam sebagai berikut :

1. Daya elastisnya atau daya lentingnya sempurna. 2. Sangat plastis, sehingga mudah diolah.

3. Tidak mudah panas. 4. Tidak mudah retak.

Kelemahan karet alam terletak pada keterbatasannya dalam memenuhi kebutuhan pasar. Saat pasar membutuhkan pasokan tinggi, para produsen karet alam tidak bisa mengenjot produksinya dalam waktu singkat, sehingga harganya cenderung tinggi.

2.3. Resiprene 35

Resiprene 35 adalah siklisasi karet alam yang larut dalam pelarut tidak berbau, terutama dalam hidrokarbon alifatik dan campuran aromatic dan alifatik, cocok untuk pelindung dan pemeliharaan dan untuk laut pelapis cat, untuk menyikat gigi, rol dan aplikasi spray.


(23)

Tabel.2.1. Spesifikasi produk resiprena.

Sifat Range Unit Metode analitik

Titik leleh 125-145 ° C -

Viscositas 18-24 detik Din 53.211

Warna 11-13 Lovibond -

Bilngan asam Maks.5 Mg KOH / g -

Densitas 0,88-0,98 g / ml -

Tampilan Jelas - -

Bidang aplikasi :

Sebagai lapisan pelindung Sebagai pelapis cat

Sebagai lapisan beton

Prinsip Karakteristik : a. Cepat kering b. Tahan air

c. Tahan bahan kimia (alkali dan asam) Kompatibilitas :

a. Cocok dengan bahan baku lainnya

b. Memiliki sifat mengikat pigmen yang baik


(24)

2.4. Bahan baku SIR 10/SIR 20

SIR 10 dan SIR 20 adalah produk yang berasal dari koagulum lapangan hasil dari penggumpalan lateks Hevea brasiliensis, yang diolah dengan teknik mekanis dan dikeringkan dengan alat pengering teknis serta mutu memenuhi spesifikasi teknis dan konsisten.

Bahan baku untuk SIR 10 ialah cup lump (lum mangkok), diperoleh dari tetesan akhir latek setelah penyadapan dan tertinggal untuk dikumpulkan pada hari berikutnya. Cup lump terjadi karena peristiwa autokoagulasi (menggumpal karena peristiwa alamiah). Untuk memperoleh SIR 10 ini bahan pembantu obat-obatan yang dilapangan tidak ada, sebab cup lump menggumpal secara alamiah.

Tiap jenis karet remah mempunyai standar tertentu. Klasifikasi kualitas dlaksanakan menurut cara-cara baru dengan penggolongan berdasarkan cirri-ciri teknis. Yang menjadi dasar dalam spesifikasi teknis adalah kadar beberapa zat dan unsur tertentu yang terdapat dalam karet, yang berpengaruh terhadap sifat-sifat akhir produk yang dibuat dari karet.

Unsur-unsur dalam penetapan kualitas secara spesifikasi teknis adalah 1. Kadar kotoran (Dirt content)

Kadar kotoran menjadi dasar pokok kriterium terpenting dalam spesipikasi teknis, karena kadar kotoran sangat besar pengaruhnya terhadap ketahanan retak dan kelenturan barang-barang dari karet.


(25)

Penentuan kadar abu dimaksudkan untuk melindungi konsumen terhadap penambahan bahan-bahan pengisi ke dalam karet pada waktu pengolahan.

3. Kadar menguap (volatile content)

Penentuan kadar zat menguap ini dimaksudan untuk menjamin bahwa karet yang disajikan cukup kering.

Selain penentuan ketiga bahan tersebut, masih dianalisis juga kadar tembaga, mangan dan nitrogen. Pada akhirnya hasil spesifikasi teknis disimpulkan dalam suatu standard yaitu Standard Indonesian Rubber (SIR).

2.5. Kandungan air

Kandungan air adalah jumla (kelembaban tanah), atau

Volumetrik kadar air, θ, matematis didefinisikan sebagai:

dengan Vw adalah volume air dan VT adalah volume total Kadar air juga mungkin

didasarkan pada massa atau berat, sehingga kadar air gravimetri didefinisikan sebagai:


(26)

2.5.1. pengukuran

1. Metode langsung

Kadar air dapat diukur secara langsung menggunakan pengeringan volumetrik, θ, dihitung dengan menggunakan:

θ =

b k V . m w b m ρ dimana

m b dan m k adalah

ρ w adalah

V b adalah

2.Metode Laboratorium

Metode lain yang menentukan kadar air sampel termasuk kimia gas inert), atau setela juga sering digunakan.

Dari Buku Tahuna dengan kandungan air total dapat dihitung dengan rumus:

dimana p adalah sebagian kecil dari kandungan air total evaporable sampel, W adalah massa dari sampel asli, dan D adalah massa sampel kering.


(27)

2.6. Kendali mutu

Kendali mutu jepang merupakan suatu revolusi pemikiran dalam bidang manajemen. Ia merupakan suatu pendekatan yang mengambarkan suatu cara berpikir baru tentang manajemen.

Standar Industri Jepang (JIS) mendefenisikan kendali mutu sebagai berikut : “Suatu system tentang metode produksi yang secara ekonomis memproduksi barang-barang atau jasa-jasa yang bermutu yang memenuhi kebutuhan konsumen. Kendali mutu modern memanfaatkan metode statistic dan sering disebut kendali mutu statistical”. Melaksanakan kendali mutu berarti :

1. Menggunakan pengawasan mutu sebagai dasar.

2. Melaksanakan pengendalian biaya, harga, dan laba secara terintegrasi.

3. Pengendalian jumlah (jumlah produksi, penjualan, dan persediaan) dan tanggal pengiriman.

Jika semua divisi dan semua pegawai perusahaan berpartisipasi dalam pengendalian mutu terpadu, mereka harus melaksanakan kendali mutu dalam pengertian yang luas, yang mencakup pengendalian biaya dan pengendalian jumlah. Jika tidak, kendali mutu, bahkan dalam pengertian sempitnya, tidak dapa dilaksanakan. Itulah sebabnya mengapa pengendalian mutu terpadu juga disebut kendali mutu integrasi,kendali partisipasi penuh dan pengendalian mutu manajemen.

Langkah-langkah ini sangat penting dalam pelaksanaan kendali mutu : 1. Pahami karekteristik mutu sebenarnya.


(28)

2. Tentukan metode pengukuran dan pengujian karakteristik mutu sebenarnya. Tugas ini begitu sulit sehingga pada akhirnya, kelima indera manusia mungkin digunakan dalam membuat penentuan.

3. Temukan karakteristik mutu pengganti, dan miliki pemahaman yang benar tentang hubungan antara karakteristik mutu sebenarnya dengan karakteristik mutu pengganti.

2.7. Viskositas

Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau fluida. Kekentalan merupakan dengan hambatan untuk mengalir. Beberapa cairan ada yang dapat mengalir cepat, sedangkan lainnya air, alcohol, dan bensin mempunyai viskositas kecil. Sedangkan cairan yang mengalir lambat seperti gliserin, minyak castor, dan madu mempunyai viskositas besar. Jadi viskositas tidak lain menentukan kecepatan mengalirnya suatu cairan.

Viskositas (kekentalan) cairan akan menimbulkan gesekan antara bagian-bagian atau lapisan-lapisan yang bergerak satu terhadap yang lain. Hambatan atau gesekan yang terjadi ditimbulkan oleh gaya kohesi dalam zat cair. Sedangkan viskositas gas ditimbulkan oleh peristiwa tumbuka n yang tejadi antara molekul-molekul gas.

Banyaknya cairan yang mengalir persatuan waktu melalui penampang melintang berbentuk slinder berjari-jari r, yang panjangnya l, selain ditentukan oleh beda tekanan


(29)

viskositas cairan dan luas penampang pipa. Hubungan tersebut dirumuskan oleh poiseuille yang dikenal hukum poiseuille sebagai :

Q =

l 8 ) ( r 4 η

π ∆Ρ atau

t V = l 8 ) ( r 4 η

π ∆Ρ

Dengan Q adalah kecepatan aliran volume (volume cairan V yang melewati pipa persatuan waktu t dinyatakan dalam satuan SI m3/s.

Error! Bookmark not defined.

Persamaan diatas memperlihatkan bahwa Q berbanding terbalik dengan viskositas cairan. Makin besar viskositas, hambatan aliran juga semakin besar sehingga Q menjadi rendah. Kecepatan aliran volume juga sebanding dengan gradient tekanan

∆P/l dan pangkat empat jari-jari pipa. Ini berarti bahwa jika r diperkecilsehingga

menjadi setengahnya, maka akan dibutuhkan 16 kali lebih besar tekanan untuk memompa cairan lewat pipa pada kecepatan aliran volume semula.

Apabila benda padat bergerak dengan kecepatan tertentu dalam medium fluida kental, maka benda tersebut akan mengalami hambatan yang diaibatkan oleh gaya gesekan fluida. Gaya gesek tersebut sebanding dengan kecepatan relatif gerak benda terhadap medium dan viskositasnya.

Besarnya gaya gesekan fluida telah dirumuskan sebagai :

F = z A

η atau F = ηv z A

= k η ν

Dengan k adalah koefisen yang besarnya bergantung bentuk geometrikbenda. Dari hasil percobaan, untuk benda berbentuk bola dengan jari-jari r dip eroleh k = 6 π r.


(30)

2.8. Warna

Selain sebagai faktor yang ikut menentukan mutu, warna juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan. Baik tidak cara pencampuran atau cara pengolahan dapat ditandai dengan adanya warna yang seragam dan merata.

Warna suatu bahan dapat diukur dengan menggunakan alat kolorimeter, spektrometer, atau alat-alat lain yang dirancang khusus untuk mengukur warna. Tetapi alat-alat tersebut biasanya terbatas penggunaannya pada bahan cair yang tembus cahaya seperti sari buah, bir atau warna hasil ekstraksi. Untuk bahan baku cairan atau padatan, warna bahan dapat diukur dengan membandingkan terhadap warna standar yang dinyatakan dalam angka-angka.


(31)

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat

1. Neraca analitik 2. Kaleng

3. Hot plate 4. Pengaduk 5. Pipet tetes 6. Glas beaker

7. Thermometer 100oC dan 250oC 8. Viskosimeter FORD 4 CUP 9. Alu dan Lumpang

10. Blender

11. Lovibond Orbeco Hellig 12. Disket warna 10 - 18 13. Kuvet

14. Gelas ukur 100 ml 15. Erlenmeyer


(32)

16. Buret 50 ml 17. Statif dan Klem 18. Cawan Petri 19. Desikator 20. Oven

21. Tabung Kapiler 22. Stopwatch 23. Kertas 24. Ayakan 25. Gunting

26. Panci aluminium

3.2. Bahan

1. Toluena

2. Potongan-potongan resiprena 35 3. Karet alam SIR 10

3.3. Prosedur

3.3.1. Penentuan Kandungan Air


(33)

2. Karet alam SIR 10 ditimbang sebanyak 5 gram 3. Kemudian diletakkan di atas cawan petri

4. Dimasukkan ke dalam oven dan dipanaskan selama 3 jam pada suhu 1050 C 5. Kemudian Didinginkan di dalam desikator sampai suhu kamar

6. Ditimbang dan hasilnya dicatat.

3.3.2. Penentuan Viskositas Resiprena 35

1. Resiprena ditumbuk sampai halus 2. Berat wadah kosong ditimbang.

3. Resiprena 35 ditimbang sebanyak 52,5 gram dengan neraca analitik 4. Resiprena 35 dimasukkan ke dalam wadah.

5. Toluena ditimbang sebanyak 97,5 gram.

6. Toluena Ditambahkan ke dalam wadah yang sudah berisi resiprena 35. 7. Wadah yang berisi toluena dan resiprena 35 ditutup dengan menggunkan

kertas yang sudah dilubangi.

8. Diaduk dengan pengaduk dengan suhu 75 oC selama 30 menit. 9. Larutan didinginkan sampai 30 oC.

10. Toluena ditambahkan agar volume awal dan akhir sama. 11. Lubang bagian bawah Viskosimeter FORD 4 CUP ditutup.

12. Larutan dituangkan kedalam Viskosimeter FORD 4 CUP sampai meluber ke bagian luar.

13. Penutup lubang bagian bawah Viskosimeter dilepas bersamaan dengan dihidupkannya stopwatch.


(34)

14. Kemudian Dihitung waktu yang diperlukan sampai larutan habis dari Viskosimeter FORD 4 CUP.

15. Percobaan diulangi sebanyak 2 kali.

3.2.1. Penentuan Warna Pada Resiprena 35

1. Resiprena 35 dihaluskan.

2. Resiprena 35 diayak sampai halus sebanyak 9 gram.

3. Glas beaker 100 ml ditimbang beratnya beserta dengan pengaduk yang akan digunakan.

4. Toluena ditimbang sebanyak 6 gram.

5. Resiprena 35 dimasukkan sebanyak 9 gram ke dalam beaker glass.

6. Toluena ditambahkan sebanyak 6 gram ke dalam beaker glass 100 ml yang sudah berisi resiprena 35 yang halus.

7. Glas beaker ditututup dengan kertas yang telah dilubangi tengahnya. 8. Kemudian diaduk dengan pengaduk selama 30 menit.

9. Larutan dimasukkan kedalam kuvet.

10. Kuvet yang berisi larutan dimasukkan ke dalam Lovibond Orbecco- Hellig. 11. Alat Lovibond Orbecco – Hellig dihidupkan.

12. Disk Lovibond Orbecco – Hellig diputar sampai warna disk sama dengan warna larutan yang ada di dalam kuvet


(35)

BAB 4

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Data

Dari hasil kerja Kerja Praktek Lapangan diperoleh data sebagai berikut : Table 4.1. Data analisis pengaruh kandungan air terhadap mutu produk No Kandungan Air ( % ) Hasil Analisa Mutu

Viskositas (t) Warna

1 0,51 21 11

2 0,54 21,5 11 – 12

3 0,62 22 11

4 0,63 23 11

5 0,65 21 11

6 0,72 23 11

7 0,82 22,5 11

8 0,83 22 11

9 0,95 21 11


(36)

4.2. Perhitungan

Penentuan haraga viskositas kinetik

η = 3,85 (t – 4,49)

η1 = 3,85 (21 – 4,49) = 63,56 η2 = 3,85 (21,5 – 4,49) = 65,49 η3 = 3,85 (22 – 4,49) = 67,41 η4 = 3,85 (23 – 4,49) = 71,26 η5 = 3,85 (21 – 4,49) = 63,56 η6 = 3,85 (23 – 4,49) = 71,26 η7 = 3,85 (22,5 – 4,49) = 69,34 η8 = 3,85 (22 – 4,49) = 67,41 η9 = 3,85 (21 – 4,49) = 63,56 η10 = 3,85 (20,5 – 4,49) = 61,64

Tabel 4.2. Data analisis pengaruh kandungan air terhadap mutu produk viskostas dalam centi stokes

No Kandungan Air ( % ) Hasil Analisa Mutu

Viskositas (cSt) Warna

1 0,51 63,56 11

2 0,54 65,49 11 – 12

3 0,62 67,41 11

4 0,63 71,26 11


(37)

4.3. Pembahasan

Seyogyanya dalam sebuah perusahaan yang mengolah suatu produk akan selalu memperhatikan hal-hal yang menunjang peningkatan mutu produksinya. Terutama pasti diperhatikan bahan bakunya, karena bahan baku yang berkualitas akan mempengaruhi produk yang berkualitas juga. Karena itu akan mempengaruhi harga jualnya dipasar, apalagi pasar yang akan ditembus adalah pasar internasional. Hal-hal yang kecil bisa menjadi masalah besar sehingga produk kita tidak bisa diterima di pasar internasional teserbut.

Dalam Peningkatan mutu produk Resiprena dilakukanlah suatu pengujian terhadap bahan baku yang digunakan yaitu karet alam SIR 10 dengan menguji kadar kandungan airnya. Didapat bahwa kadar kandungan airnya belum ada yang melebihi kadar maksimum yang ditentukan oleh pabrik tersebut yaitu 5%. Dari hasil yang dianalisis didapat data bahwa ternyata kadar moisture content itu tidak terlalu banyak mempengaruhi mutu produk tersebut. Dari segi warnanya didapat rata-rata dari hasil pengujian dengan lovibond yaitu masih dikisisaran 11 yaitu warna kuning kecoklatan

6 0,72 71,26 11

7 0,82 69,34 11

8 0,83 67,41 11

9 0,95 63,56 11


(38)

yang cerah. Dan begitu juga viskositasnya, karena didapat bahwa nilainya naik turun dengan bertambahnya kadar kandungan air yang telah diuji.

Tetapi ini semua perlu dianalisa karena perusahaan tersebut menjaga kendali mutu produk. Pengendalian yang baik berarti memungkinkan standard mutu untuk terus direvisi untuk mendapatkan dan mewujudkan keinginan dan selera para konsumen dan tidak semata-mata berusaha memenuhi standard nasional dan standar perusahaan.


(39)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil kerja praktek dan perhitungan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Dari data yang diperoleh bahwa kandungan air bahan baku SIR 10 yang telah diuji ternyata tidak terlalu signifikan untuk mempengaruhi mutu produksi. Karena telihat adanya naik turun dari mutu viskositasnya yaitu dari 0,51% - 0,63% itu viskositasnya naik, pada 0,65% viskositasnya turun, pada 0,72% viskositasnya naik lagi, dan dari 0,72% - 0,97% viskositasnya turun. Sedangkan untuk mutu warnanya itu terlihat bahwa semua hampir sama pada range 11 warna kuning kecoklatan yang cerah kecuali ada 1 yaitu pada 0,54% didapat warnanya pada range antara 11-12 yaitu warna kuning kecoklatan yang lebih gelap sedikit. Tapi ini sangat perlu dianalisis karena perusahaan tersebut ingin tetap menjaga mutu dari produk mereka sehingga sesuai dengan permintaan pasar yang menginginkan Resiprena yang berkualitas tinggi dan tentunya juga untuk standard nasional maupun internasional.


(40)

5.2. Saran

Untuk memperoleh mutu produk Resiprena 35 yang sesuai dengan standard mutu internasional agar bias dieksport, maka bahan baku perlu juga diperhatikan walaupun tidak terlalu berpengaruh bagi mutu produk karena mungkin di dalam bahan baku tersebut banyak mengandung air dan kandungan lainnya yang bisa mempengaruhi mutu produk tersebut.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Dogra,S.K dan Dogra, S. 1984. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta : UI-press. http ://en.wikipedia.org/wiki/water_content. Diakses tanggal 28 April 2010 http://www.ikn.co.id/ProductDataResiprene35.html. Diakses tanggal 2 Mei 2010 Ishikawa, k dan David J. LU .1987. Pengendalian Mutu Terpadu. Bandung: Remadja Karya

Setiawan,Didit Heru dan Drs.Agus Andoko. 2005. Petunjuk Lengkap Budi Daya Karet. Jakarta : PT Agromedia Pustaka.

Setyamidjaja,D. 1993. Seri Budi Daya Karet. Yogyakarta: Kanisius.

Tim Penulis PS. 1992. KARET: Strategi Pemasaran Tahun 2000 Budi Daya dan Pengolahan. Jakarta : PT Penebar Swadaya.

Tim standarisasi pengolahan karet. 1997. Pengolahan SIR 10/ SIR 20. Jakarta: Direktorat Jendral Perkebunan.

Winarno. 1995. Kimia Pangan dan Gizi .Jakarta: Gramedia Pustaka. Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta : Andi.


(42)

(43)

Tabel. Standard Indonesian Rubber (SIR)

SIR 5L SIR 5 SIR 10 SIR 20 SIR 50 Kadar kotoran

maksimum

0,05 % 0,05 % 0,10 % 0,20 % 0,50 %

Kadar abu maksimum 0,50 % 0,50 % 0,75% 1,00 % 1,50 % Kadar zat atsiri

maksimum

1,0 % 1,0 % 1,0 % 1,0 % 1,0 %

PRI minimum 60 60 50 40 30

Plastisitas – Po

minimum

30 30 30 30 30

Limit warna (skala lovibond) maksimum

6 - - - -


(44)

(45)

Grafik pengaruh kandungan air bahan baku SIR 10 terhadap mutu viskositas produk

Kandungan Air

Grafik pengaruh kandungan air bahan baku SIR 10 terhadap mutu warna produk


(46)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Dogra,S.K dan Dogra, S. 1984. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta : UI-press. http ://en.wikipedia.org/wiki/water_content. Diakses tanggal 28 April 2010 http://www.ikn.co.id/ProductDataResiprene35.html. Diakses tanggal 2 Mei 2010 Ishikawa, k dan David J. LU .1987. Pengendalian Mutu Terpadu. Bandung: Remadja Karya

Setiawan,Didit Heru dan Drs.Agus Andoko. 2005. Petunjuk Lengkap Budi Daya

Karet. Jakarta : PT Agromedia Pustaka.

Setyamidjaja,D. 1993. Seri Budi Daya Karet. Yogyakarta: Kanisius.

Tim Penulis PS. 1992. KARET: Strategi Pemasaran Tahun 2000 Budi Daya dan

Pengolahan. Jakarta : PT Penebar Swadaya.

Tim standarisasi pengolahan karet. 1997. Pengolahan SIR 10/ SIR 20. Jakarta: Direktorat Jendral Perkebunan.

Winarno. 1995. Kimia Pangan dan Gizi .Jakarta: Gramedia Pustaka. Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta : Andi.


(2)

(3)

Tabel. Standard Indonesian Rubber (SIR)

SIR 5L SIR 5 SIR 10 SIR 20 SIR 50 Kadar kotoran

maksimum

0,05 % 0,05 % 0,10 % 0,20 % 0,50 %

Kadar abu maksimum 0,50 % 0,50 % 0,75% 1,00 % 1,50 % Kadar zat atsiri

maksimum

1,0 % 1,0 % 1,0 % 1,0 % 1,0 %

PRI minimum 60 60 50 40 30

Plastisitas – Po

minimum

30 30 30 30 30

Limit warna (skala lovibond) maksimum

6 - - - -

Kode warna Hijau Hijau merah kuning


(4)

(5)

Grafik pengaruh kandungan air bahan baku SIR 10 terhadap mutu viskositas produk

Kandungan Air

Grafik pengaruh kandungan air bahan baku SIR 10 terhadap mutu warna produk

Kandungan Air


(6)