Kemudian dalam SE-BI Nomor : 236UKU tanggal 23 Februari 1991, disebutkan bahwa pengikatan jaminanagunan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
D. 1. Jaminan Kebendaan
Salah satu penggolongan atas benda menurut sistem hukum perdata Indonesia yang penting adalah penggolongan mengenai benda bergerak dan benda tak bergerak.
Dengan adanya pembedaan benda bergerak dan benda tak bergerak tersebut maka terjadi pembedaan dalam hal pembebanan jaminan.
Pembedaan benda-benda tersebut sesuai ketentuan undang-undang mempunyai bentuk pengikatan jaminan yang berbeda-beda sehingga seorang analis kredit bank harus
mengetahui macam-macam atau jenis benda dan bentuk pengikatan atas benda itu. Dalam praktek jaminan kebendaan diadakan suatu pemisahan bagian dari
kekayaan seseorang si pemberi jaminan, yaitu melepaskan sebagian kekuasaan atas sebagian kekayaan tersebut dan semuannya itu diperuntukkan guna memenuhi kewajiban
si debitur, bila diperlukan. Kekayaan tersebut dapat berupa kekayan debitur itu sendiri, ataupun kekayaan
pihak ketiga. Dengan demikian menurut R.Soebekti, maka pemberian jaminan kebendaan kepada si kreditur, memberikan suatu keistimewaan baginya terhadap kreditur lainnya.
82
82
R.Soebakti, Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, Cetakan Ketiga, Bandung : Alumni, 1996, halaman 29.
Universitas Sumatera Utara
D.1.a. Jaminan Kebendaan Barang Bergerak
Mengenai pengaturan pembebanan terhadap bank jaminan kebendaan barang bergerak atas hutang debitur diantaranya yang lazim kita kenal dengan penyerahan
jaminan dengan Fidusia. “
Fiducia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam
penguasaan pemilik benda”.
Pengaturan hal ini dapat kita lihat dalam Undang-Undang nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fiducia.
Dalam Pasal 1 butir 2, disebutkan Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak, baik yang berwujud maupun
yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang nomor 4
Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia sebagi agunan bagi perlunasan hutang tertentu yang memberikan kedudukan yang
diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya. Oleh karena itu obyek fiducia tetap dikuasai oleh pemberi fidusia, sedangkan penyerahan
yang berlangsung adalah penyerahan pemilikan atas obyek fidusia dari pemberi fidusia kepada penerima fidusia.
Sedangkan yang mejadi obyek dari fiducia adalah barang bergerak bertubuh atau tidak bertubuh. Dan lazimnya dalam praktek perbankan yang sering dilakukan oleh bank
berupa kendaraan-kendaraan, mesin-mesin, alat-alat berat, persedian barang dagangan inventory, dan lain sebagainya.
Untuk obyek fidusia berupa kendaraan-kendaraan, mesin-mesin dan alat-alat berat, pemberi fidusia berhak memakai obyek fidusia tetapi tidak berhak atau dilarang menjual,
Universitas Sumatera Utara
menyewakan atau mengalihkan haknya. Dan untuk obyek berupa persediaan barang dagangan inventory, pemberi fidusia dalam kapasitas sebagai kuasa dari penerima
fidusia berhak menukar atau menjual atau mengalihkan obyek fidusia kepada pihak lain, dan bila hal tersebut berlangsung maka pemberi fidusia wajib menyediakan pengganti dari
obyek fidusia yang digunakanditukardijual dengan obyek fidusia lainnya sesuai perjanjian yang jumlah serta nilainya minimal sama dan terikat juga sebagai jaminan
seperti inventory yang diagunkan tersebut. Proses pembebanan fidusia dilakukan dengan cara dibuat dengan akta Notaris
dalam bahasa Indonesia dan merupakan akta Jaminan Fidusia. Hal ini diatur dalam pasal 5 ayat 1. Dan selanjutnya Benda yang dibebani dengan Jaminan Fidusia wajib didaftarkan
Kantor Pendaftaran Fidusia, yaitu Kantor Wilayah Hukum dan Hak Asasi Manusia dan dari pendaftaran itu akan diberikan sertifikat fidusia kepada penerima fidusiakreditur.
Jadi jaminan fidusia memberikan hak preferent, dimana kreditur sebagai penerima fidusia memiliki hak yang didahulukan preferent terhadap kreditur lainnya, artinya jika debitur
cidera janji atau lalai membayar hutangnya maka Kreditur penerima fidusia mempunyai hak untuk menjual atau mengeksekusi benda jaminan fidusia dan Kreditur mendapat hak
didahulukan untuk mendapat pelunasan hutang dari hasil eksekusi benda jaminan fidusia tersebut.
Disamping penyerahan jaminan dengan fidusia, terdapat juga penyerahan jaminan dengan Gadai.
Dalam Kitab Undang Undang Hukum Perdata, pasal 1150 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Gadai adalah :
Universitas Sumatera Utara
“ Suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan
yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara diduhulukan dari orang-orang berpiutang lainnya; dengan
kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.”
Dan yang menjadi obyek gadai adalah barang bergerak bertubuh dan tidak bertubuh,
diantaranya saham, deposito, emas dan lain sebagainya. Proses pembebanan jaminan dengan gadai adalah :
a. Penandatanganan perjanjian pemberian dan penerimaan gadai. b. Penyerahan obyek gadai dari pemberi gadai kepada penerima gadai.
Jadi dalam gadai terjadi penyerahan kekuasaan atas barang yang dijadikan obyek gadai dari pemberi gadai kepada penerima gadai. Dana pembebanan jaminan gadai hapus
bila obyek gadai berpindah kepada pemberi gadai. Jaminan gadai memberikan hak preferent, dimana kreditur sebagai penerima gadai
mempunyai hak yang didahulukan Hak Preferent terhadap kreditur lainnya artinya bila debitur dinilai cidera janji atau lalai maka Kreditur penerima gadai mempunyai hak untuk
menjual jaminan gadai tersebut dan hasil penjualan digunakan terutama untuk melunasi hutangnya. Apabila terdapat kreditur lain yang juga memiliki tagihan kepada debitur
tersebut, kreditur belakangan ini tidak akan mendapat pelunasan sebelum kreditur yang pertama mendapat pelunasan.
Dalam praktek perbankan terhadap debitur Perseroan Terbatas terhadap jaminan ini biasanya merupakan jaminan tambahan saja yaitu berupa mesin-mesin, inventory
Universitas Sumatera Utara
barang produksi, tagihan kepada pihak ketiga kepunyaan perseroan maupun deposito milik perseroan atau pemegang saham.
83
D.1.b. Jaminan Kebendaan tidak Barang Bergerak
Pembebanan jaminan atas kebendaan barang tidak bergerak atas pemberian kredit pada debitur dalam praktek perbankan umumnya dilakukan dengan Hak Tanggungan,
khususnya pemberian jaminan hak atas tanah danatau bangunan yang terdapat diatasnya. Hal ini pengaturannya terdapat dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan. Dalam pasal 1 ayat 1 dijelaskan, “Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan
atas tanah berikut atau tidak berikut benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan suatu utang tertentu yang memberikan kedudukan yang
diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur kreditur lainnya”. Sedangkan dalam pasal 4 ayat 1 dan 2 disebutkan yang mejadi obyek Hak
Tanggungan adalah : Hak Atas Tanah, Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah Negara.
Proses pemberian Hak Tanggungan dilakukan dengan Akta Pemberian Hak Tanggungan oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah PPATdan selanjutnya pemberian Hak
Tanggungan tersebut wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan KabupatenKotamadya di wilayah obyek tanah yang dibebankan hak tanggungan itu berada. Kemudian dari
pendaftaran tersebut oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Kotamadya tersebut akan timbullah sertifikat hak atas tanah yang telah dibebani Hak Tanggungan dan sertifikat Hak
Tanggungan.
83
Hasil wawancara dengan Alex, Relationship Offiser, Bank Danamon Indonesia Cabang Medan- Diponegoro di Medan, Senin, tanggal 12 April 2010.
Universitas Sumatera Utara
Hak Tanggungan memberikan hak preferent kepada kreditur pemegang Hak Tanngungan dan Hak Tanggungan mengikuti obyeknya dalam tangan siapapun obyek itu
berada droit de suite. Hak Tanggungan mempunyai kekuatan eksekutorial, dimana kreditur sebagai
pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk mengeksekusi benda jaminan jika debitur cidera janji. Dasar hukum untuk mengajukan eksekusi adalah pasal 6 Undang-
Undang Hak Tanggungan dan penjelasan yang menegaskan: “
Apabila debitur cidera janji, pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta
mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut“. Hak untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri merupakan salah satu
perwujudan dari kedudukan diutamakan yang dipunyai oleh pemegang Hak Tanggungan atau pemegang Hak Tanggungan pertama dalam hal terdapat lebih dari satu pemegang
Hak Tanggungan. Dalam pasal 14 ayat 1, 2 dan 3 Undang-Undang Hak Tanggungan nomor 4
Tahun 1996 intinya menegaskan: sertifikat Hak Tanggungan memuat irah-irah dengan kata-kata “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa“.
Mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum dan berlaku sebagai pengganti grosse acte hypotheek
sepanjang mengenai hak atas tanah. Dengan sifat ini, jika debitur cidera janji maka kreditur sebagai pemegang Hak
Tanggungan dapat melakukan penjualan benda jaminan secara langsung dengan bantuan
Universitas Sumatera Utara
Kantor Lelang Negara sekarang kantor Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara tanpa perlu persetujuan pemilik benda jaminan dan tidak perlu meminta fiat eksekusi dari
Pengadilan. Hanya pemegang Hak Tanggungan pertama yang mempunyai hak Parate Eksekusi bila terdapat lebih dari satu pemegang Hak Tanggungan. Penjualan benda
jaminan yang dilakukan langsung oleh kreditur dengan bantuan Kantor Lelang Negara tanpa persetujuan pemilik benda jaminan dan tidak perlu meminta fiat Pengadilan disebut
Parate Eksekusi. Sifat Hak Tanggungan yang memberikan hak Preferent dan memberikan kemudaan dan pasti dalam pelaksanaan eksekusi adalah sifat-sifat yang kuat dari Hak
Tanggungan sebagai lembaga jaminan yang sukai di lingkungan PerbankanKreditur. Jadi jaminan yang diberikan seperti ini adalah merupakan jaminan utama yang
dimintakan oleh bank kepada debitur perseroan terbatas, yaitu berupa tanah dan bangunan, baik itu milik yang terdaftar atas nama perseroan terbatas, anggota direksi, dan anggota
dewan komisaris maupun para pemegang saham.
84
D. 2. Jaminan Perorangan Personal GuaranteeBorgtocht