Aspek Risiko BERBAGAI ASPEK YANG MENJADI PERTIMBANGAN BANK DALAM

perusahaan tersebut telah berjalan minimal 2 dua tahun. Berhubungan dengan kelayakan usaha ini bank juga melakukan track checking, yaitu mengenai pengecekan hubungan antara perusahaan calon debitur dengan kolega ataupun rekan binisnya. Misalnya dengan buyer dan suppliernya dapat dimintakan informasi dan data mengenai rata-rata jumlah transaksi, bagaimana cara pembayarannya, ketepatan waktu order delivery dan sebagainya. Sehingga dengan informasi dan data ini bank sebagai pemberi kredit dapat mengetahui sumber dana serta kemampuan debitur dalam mengembalikan dan melunasi pinjamannya kepada bank termasuk juga prospek kegiatan usaha debitur serta resiko- resiko bisnis yang mungkin timbul. 75

C. Aspek Risiko

Dalam pemberian kredit agar kredit atau pembiayaan tidak menjadi macet, maka dalam memberikan kredit dan pembiayaan, haruslah cukup kehati-hatian dari pihak kreditur dengan menganalisis dan mempertimbangkan semua faktor yag relevan. Untuk itu perlu pengawasan terhadap suatu pemberian kredit. 76 Pengertian prinsip kehati-hatian sendiri adalah prinsip pengendalian resiko melalui penerapan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku secara konsisten. Bank Indonesia megeluarkan ketentuan mengenai pemberian kredit yang sehat berdasarkan Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijaksanaan Perkreditan Bank bagi Bank Umum PPKPB yang diatur dalam Surat keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 75 Hasil wawancara dengan Alex, Relationship Offiser, Bank Danamon Indonesia Cabang Medan- Diponegoro, di Medan, Senin, tanggal 12 April 2010. 76 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2005 halaman 113. Universitas Sumatera Utara 27162KEPDI dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 277UPPB tanggal 31 Maret 1995. Bank Indonesia mengeluarkan ketentuan tersebut agar bank-bank menyalurkan kreditnya secara sehat yang diatur dalam Penyusunan Pedoman kebijaksanaan Perkreditan Bank sendiri merupakan pedoman yang mempunyai cakupan luas mulai dari proses pengajuan kredit sampai dengantata cara penyelesaian kredit. Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijaksanan Perkreditan Bank sekurang-kurangnya mengatur mengenai prinsip kehati-hatian dalam perkreditan, organsisasi dan manajemen perkreditan, kebijaksanaan persetujuan kredit, dokumentasi dan administrasi kredit, pengawasan kredit dan penyelesaian kredit bermasalah. 77 Sehubungan hal tersebut diatas maka yang menjadi faktor pertama yang perlu diperhatian dalam pemberian kredit kepada perseroan terbatas adalah karakter dari manajemen ,yaitu orang-orang yang mengelola bisnis. Karakter ini berhubungan dengan kejujuran , moral, dan kesedian manajemen bekerja sama dengan bank. Bank selalu ingin agar kredit yang diberikannya dapat dikembalikan sesuai perjanjian. Oleh karena itu bank hanya akan memberikan kredit kepada debitur yang memiliki itidak baik dan memiliki komitmen yang tinggi untuk memenuhi kewajibannya sesuai perjanjian. Bank tidak akan dan tidak boleh memberikan kredit kepada debitur yang memiliki itikad tidak baik. Menilai karakter memang sulit, malah dapat dikatakan paling sulit. Walaupun demikian, penilaian ini harus tetap dilakukan. 77 H.R. Daeng Naja, Op.cit halaman 326 Universitas Sumatera Utara Untuk menilai karakter debitur Account Officer bank dapat mengumpulkan informasi dari berbagai sumber sebagai berikut : 78 a. Sesama Account Officer, baik dari bank yang sama maupun dari bank yang berbeda. Bila pengecekan dilakukan ke bank lain, ini disebut bank checking. b. Nasabah Bank yang memiliki bidang usaha yang sama dengan calon debitur. c. Supplier atau mitra bisnis dari calon debitur. Dari para mitra bisnis ini kita dapat mengetahui berbagai hal yang berhubungan dengan debitur, misalnya kebiasaan membayar tepat waktu atau suka terlambat, ketepatan pengiriman barang dan lain lain. Pengecekan informasi ke mitra dagang ini sering disebut trade checking. Oleh karena itu untuk mengurangi dan menghindari risiko-risiko yang mungkin timbul terjadi dikemudian hari, maka setiap kredit yang diberikan-bagi aparat perkreditan bank-haruslah berpedoman pada tiga hal pokok, yaitu aman, terarah, dan menghasilkan. Aman dalam arti legal risk, yaitu bahwa setiap kredit yang diberikan telah terbebas dari segala kekurangan, baik mengenai kewenangan subjek hukum, objek hukum, maupun mengenai jaminan dan yang menyangkut dengan pihak-pihak lainnya. Dengan demikian apabila di kemudian hari terjadi kredit bermasalah, bank telah mempunyai alat bukti yang sempurna dan kuat untuk menjalankan suatu tindakan hukum jika dianggap perlu. Terarah dalam arti bahwa setiap kredit yang diberikan harus sesuai dengan peruntukannya, baik dari segi siapa penerima kreditnya maupun dari segi kegunaannya, terutama jika dihubungkan dengan kebijaksanaan pemerintah dalam rangka memajukan suatu sektor usaha. Menghasilkan dalam arti bahwa setiap pelepasan kredit akan memberikan keuntungan, baik bagi bank maupun bagi penerima kreditnyadebiturnya serta meningkatkan kesejahteraantaraf hidup orang banyak. 79 78 Jopie Jusuf, Analisa Kredit Untuk Account Officer, Cetakan kesepuluh Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010, halaman 235. Universitas Sumatera Utara Salah satu unsur yang selalu melekat dalam setiap bisnis adalah risiko. Risiko atas suatu hal adalah bersifat merugikan, dan sebagi unsur musibah atau malapetaka, resiko datangnya tidak pasti serta tidak dapat diduga, dan dapat terjadi dengan tiba-tiba. Atas pertimbangan itu, pelaku bisnis berusaha untuk dapat menghilangkan atau paling tidak mengurangi risiko yang mungkin timbul dalam setiap bisnisnya. Salah satu cara yang sering ditempuh adalah dengan risk transfer mengalihkan risiko tersebut kepada pihak lain, yang memang dimungkinkan, baik dari segi yuridis maupun dari segi bisnis, yang tak lain adalah asuransi. Demikian juga dalam perbankan, untuk lebih memberi pengamanan atau perlindungan bagi bank dan debitur, biasanya debitur dan agunan diasuransikan sehingga terhindar dari risiko kerugian yang bisa timbul karena adanya kematian asuransi jiwa kredit dan kebakaran asuransi atas agunan. 80 D. Aspek Jaminan Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam permohonan kredit pada bank adalah aspek jaminan atau dalam kredit disebut juga collateral. Collateral adalah barang-barang yang diserahkan nasabah sebagai agunan terhadap kredit yang diterimanya. Collateral tersebut harus dinilai oleh bank untuk mengetahui sejauh 79 H.R. Daeng Naja, Op.cit, halaman 332 80 H.R. Daeng Naja, Pengantar Hukum Bisnis Indonesia, Jakarta: Penerbit Pustaka Yustisia, 2009 halaman 114. Universitas Sumatera Utara mana resiko kewajiban financial nasabah kepada bank. Penilaian terhadap jaminan ini meliputi jenis, lokasi , bukti pemilikan, dan status hukumnya. 81 Pada hakikatnya bentuk jaminan collateral tidak hanya berbentuk kebendaaan, baik berupa jaminan kebendaan barang bergerak dan jaminan kebendaan barang tak bergerak, tetapi juga jaminan collateral yang tidak berwujud seperti jaminan pribadi personal guaranteeborgtocht dan jaminan perusahaan corporate guarantee. Penilaian terhadap jaminan atau collateral ini dapat ditinjau dari 2 dua segi sebagai berikut: a. Segi ekonomis, yaitu nilai ekonomis dari barang-barang yang akan diagunkan. b. Segi yuridis, yaitu apakah jaminan tersebut memenuhi syarat-syarat yuridis untuk dipakai sebagai jaminan. Risiko pemberian kredit dapat dikurangi sebagian atau seluruhnya dengan meminta jaminan collateral yang baik kepada debitur. Untuk kepentingan bank, dalam hal menjamin pengembalian kredit yang diberikan, maka jaminan atau agunan yang diserahkan oleh debiturnya, haruslah dilakukan pengikatan atau pembebanan hak tanggungan. Mengenai pengikatan jaminan atau lembaga jaminan ini, oleh Bank Indonesia dalam Surat Edarannya SE-BI Nomor : 4248UPPKPK tanggal 16 Maret 1972, menyebutkan bahwa untuk benda-benda tidak bergerak dipakai lembaga fiducia dan atau gadai, dan untuk benda benda tak bergerak dipakai lembaga jaminan hipotik dan atau credietverband sekarang hak tanggungan. 81 H.Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Op.cit halaman 292 Universitas Sumatera Utara Kemudian dalam SE-BI Nomor : 236UKU tanggal 23 Februari 1991, disebutkan bahwa pengikatan jaminanagunan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

D. 1. Jaminan Kebendaan