BAB II BERBAGAI ASPEK YANG MENJADI PERTIMBANGAN BANK DALAM
PEMBERIAN KREDIT KEPADA PERSEROAN TERBATAS
Dalam pemberian kredit ada berbagai aspek yang menjadi pertimbangan bank dalam pemberian kredit kepada perseroan terbatas. Bank dalam hal ini sebagai pemberi
kredit kepada debiturnasabahnya akan menganalisis mengenai berbagai aspek dari pemohon kredit tersebut. Setelah melakukan analisa aspek-aspek tersebut, bank akan
menyetujui atau menolak permohonan kredit. Jika bank menyetujuinya, maka calon debitur akan memperoleh offering letter atau surat persetujuan prinsip bersyarat dari bank
yang bersangkutan. Perjanjian dan pemufakatan kredit, biasanya dituangkan dalam surat perjanjian kredit yang dilakukan antara pemberi dan penerima kredit.
59
Oleh karena itu dalam proses pemberian kredit harus disertai dengan analisa secara
mendalam mengenai calon nasabah. Seorang analisis kredit dan pejabat yang bertugas di unit kerja perkreditan harus
mampu memahami seluk beluk aspek-aspek yang menjadi pertimbangan bank dalam pemberian kredit, karena hal ini yang menentukan disetujui atau tidaknya kredit yang
dimohonkan calon debitur. Dalam hal ini setidak-tidaknya ada beberapa aspek yang menjadi pertimbangan dan perhatian bank terhadap debitur badan hukum yang berbentuk
perseroan terbatas dalam mengajukan permohonan kredit pada bank, diantaranya : aspek legalitas perusahaaan, aspek manajemen dan organisasi, aspek risiko, aspek jamian dan
aspek dokumentasi.
60
A. Aspek Legalitas Perusahaan
59
Suryaputra N. Awangga, Cara Efektif Menyusun Dan Mengajukan Profosal Kredit, Yogyakarta : Zenith Publisher, 2009 halaman 70.
60
Hasil wawancara dengan Bapak Alex, Relationship Offiser Approver Comercial Banking , Bank Danamon Indonesia, Wilayah VI di Medan, Senin, tanggal 12 April 2010
Universitas Sumatera Utara
Setiap pemberian kredit akan menimbulkan hak dan kewajiban antara pihak yang bersepakat. Maka aspek hukum menjadi salah satu aspek yang sangat penting dalam
perkreditan. Bank dan nasabah harus mengetahui dan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang disepakati bersama serta masing-masing pihak tidak mengabaikan ketentuan dan
peraturan yang berlaku.
61
Salah satu yang merupakan bagian dari aspek hukum tersebut dalam pemberian kredit adalah aspek legalitas perusahaan. Aspek ini penting karena apabila pemahaman
aspek ini keliru maka dapat mengakibatkan perjanjian kredit yang dibuat menjadi batal demi hukum atau dapat dibatalkan akibatnya merugikan bank sebagai pemberi kredit.
Sebagaimana dikemukan di atas bahwa setiap pemberian kredit, akan timbul hak dan kewajiban. Bank hanya dapat mempertimbangkan pemberian kredit bila pemohon
tersebut merupakan subjek hukum karena subjek hukum merupakan pendukung hak dan kewajiban artinya dapat menerima hak dan kewajiban. Subjek hukum dapat berbentuk
manusia secara pribadi maupun badan-badan hukum. Manusia sebagai pribadiorang mampu dan cakap untuk melakukan suatu tindakan
hukum oleh undang-undang KUH Perdata ditentukan antara lain : a. Telah dewasa, yaitu mencapai 21 tahun atau telah menikah;
b. Telah ditaruh di bawah perwalian; c. Tidak ditaruh di bawah pengampuan curatele.
61
H.Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Credit Management Handbook, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, halaman 59.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, tidak semua manusia pribadiorang dapat dikatakan subjek hukum yang cakap. Oleh karena itu, bank hanya akan mempertimbangkan permohonan kredit dari
orangmanusia pribadi yang cakap seperti yang tercantum di atas karena merekalah yang dapat bertindak sendiri dalam melaksanakan hak-haknya.
Badan-badan perkumpulan-perkumpulan tertentu di dalam hukum dapat memiliki hak-hak dan kewajiban seperti manusia. Badan-badan perkumpulan-
perkumpulan tersebut untuk mejadi badan hukum, terlebih dahulu harus memiliki persyaratan yang telah ditentukan oleh undang-undang atau peraturan yang berlaku.
Perseroan Terbatas untuk dapat dikatakan berbadan hukum, dapat dilihat dari anggaran dasarakta pendiriannya apakah telah memenuhi persyaratan sebagai badan hukum sesuai
dengan undang-undang yang berlaku, yaitu Undang-Undang nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pihak dalam organ perseroan yang secara sah bertindak
mewakili badan hukum perseroan dimaksud dapat dilihat dalam anggaran dasarakta pendirian tersebut. Jadi hal ini penting diketahui dan dipahami mengenai subjek hukum
dalam hubungannya dengan pemberian kredit adalah perusahaan terbatas, maka perlu diteliti perseroan tersebut apakah telah berbadan hukum atau tidak dan apakah pemohon
berwenang mengajukan permohonan kredit sesuai akta anggaran dasar perseroan dan ketentuan undang-undang perseroan terbatas.
Universitas Sumatera Utara
A.1. Pendirian Perseroan Terbatas
Pendirian Perseroan Terbatas dalam pasal 7 ayat 1 Undang-Undang nomor 40 tahun 2007 menyebutkan bahwa perseroan didirikan oleh dua orang atau lebih dengan
akta notaris yang dibuat dengan bahasa Indonesia. Dalam rumusan tersebut dapat dikemukakan lebih lanjut bahwa :
1. Pendirian suatu perseroan pada dasarnya adalah hubungan kontraktuil antara dua
orangbadan hukum atau lebih. Ketentuan ini menegaskan prinsip yang berlaku berdasarkan undang-undang ini bahwa pada dasarnya sebagai badan hukum,
perseroan dibentuk berdasarkan perjanjian, dan karena itu mempunyai lebih dari satu orang pemegang saham.
2. Pendirian suatu perseroan haruslah dengan akta notaris, dengan kata lain tiada
berdiri suatu perseroan tanpa akta notaris. Bahkan, hal ini berlaku juga atas segala perubahan anggaran dasar perseroan, haruslah dengan akta notaris.
Artinya segala perubahan anggaran dasar perseroan juga haruslah dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia.
Selanjutnya mengenai syarat sahnya pendirian perseroan terbatas menurut pasal 7 ayat 4, Perseroan harus memperoleh status badan hukum. Pasal tersebut berbunyi :
“Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan”.
Bertitik tolak dari ketentuan ini, agar suatu perseroan terbatas sah berdiri sebagai badan hukum, haruslah mendapat pengesahan dari Menteri. Pengesahan diterbitkan dalam
bentuk keputusan Menteri yang disebut Keputusan Pengesahan Badan Hukum Perseroan.
Universitas Sumatera Utara
A.1. a. Perseroan Terbatas yang belum Memperoleh Keputusan Pengesahan Status Badan Hukum dari Menteri
Seperti yang dijelaskan sebelumnya dalam pasal 7 ayat 1 yang menyebutkan perseroan didirikan oleh 2 dua orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam
bahasa Indonesia. Selanjutnya akta pendirian yang berupa anggaran dasar perseroan tersebut dimohonkan kepada Menteri untuk memperoleh keputusan Pengesahan Badan
Hukum Mengenai batas waktu penyampaian pengajuan permohonan untuk memperoleh
pengesahan badan hukum perseroan ini dilakukan, undang-undang telah mengaturnya sebagaimana yang berbunyi dalam pasal 10 ayat 1 yaitu :
“ Pemohonan untuk memperoleh Keputusan Menteri sebagaimana dimaksud
Dalam Pasal 9 ayat 1, harus diajukan kepada Menteri paling lambat 60 enam puluh hari terhitung sejak tanggal akta pendirian ditandatangani,
dilengkapi dengan dokumen pendukung”.
Perbuatan hukum tersebut diatas dalam praktek hal ini dapat saja terjadi dimana perseroan belum berbadan hukum tetapi hendak mengajukan kredit pada bank.
Mengenai hal ini dapat kita kategorikan dalam 2 dua hal, yaitu : 1.
Calon pendiri mendirikan setelah Undang-Undang nomor 40 Tahun 2007, tanggal 16 Agustus 2007 dan belum memperoleh keputusan pengesahan badan
hukum dari Menteri. 2.
Calon pendiri yang telah mendirikan perseroan berbadan hukum berdasarkan Undang-Undang nomor 1 Tahun 1995 dan melakukan penyesuaian anggaran
dasarnya dengan Undang-Undang nomor 40 Tahun Menteri.
Universitas Sumatera Utara
Mengenai hal ini jelas diatur dalam pasal 13 ayat 1 menyebutkan : “
Perbuatan hukum
yang dilakukan
calon pendiri
untuk kepentingan
perseroan yang belum didirikan, mengikat perseroan setelah menjadi badan hukum apabila RUPS pertama perseroan secara tegas menyatakan menerima atau
mengambil alih semua hak dan kewajiban yang timbul dari perbuatan hukum yang dilakukan oleh calon pendiri atau kuasanya”.
Dan ayat 2 nya menyebutkan : “
RUPS pertama
sebagaimana dimaksud
pada ayat
1 harus
diselenggarakan dalam jangka waktu paling lambat 60 enam puluh hari setelah perseroan memperoleh status badan hukum”.
Apabila terjadi hal yang demikian maka dalam melakukan perbuatan hukum atas nama perseroan yang belum memperoleh status badan hukum, hanya boleh dilakukan oleh
semua anggota Direksi bersama-sama semua pendiri serta semua anggota Dewan Komisaris perseroan dan mereka semua bertanggung jawab secara tanggung renteng atas
perbuatan hukum tersebut. Demikian dijelaskan dalam pasal 14 ayat 1 Undang-Undang tersebut.
Perbuatan hukum atas nama perseroan adalah perbuatan hukum, baik yang menyebutkan perseroan sebagai pihak dalam perbuatan hukum maupun menyebutkan
perseroan sebagai pihak yang berkepentingan dalam perbuatan hukum.
62
Yang dimaksud dengan tanggung jawab pendiri yang bersangkutan dan tidak mengikat perseroan adalah tanggung jawab pendiri yang melakukan perbuatan tersebut
62
Jamin Ginting, Hukum Perseroan Terbatas UU No.40 Tahun 2007 Jakarta : Citra Aditya Bakti, 2007, halaman 35.
Universitas Sumatera Utara
secara pribadi dan perseroan tidak bertanggung jawab atas perbuatan hukum yang dilakukan pendiri tersebut.
Dalam hal perbuatan hukum sebagaimana dimaksud dilakukan oleh pendiri atas nama perseroan yang belum memperoleh status badan hukum, perbuatan hukum tersebut
menjadi tanggung jawab pendiri yang bersangkutan, dan tidak mengikat perseroan pasal 14 ayat 2.
Ketentuan ini dimaksudkan untuk menegaskan bahwa anggota Direksi tidak dapat melakukan perbuatan hukum atas nama perseroan yang belum memperoleh status badan
hukum, tanpa persetujuan semua pendiri, anggota Direksi lainnya dan anggota Dewan Komisaris.
Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud karena hukum menjadi tanggung jawab perseroan setelah perseroan menjadi badan hukum pasal 14 ayat 3.
Sedangkan perbuatan hukum oleh pendiri atas nama perseroan yang belum memperoleh status badan hukum hanya mengikat dan menjadi tanggung jawab perseroan
setelah perbuatan hukum tersebut disetujui oleh semua pemegang saham dalam RUPS yang dihadiri oleh semua pemegang saham perseroan pasal 14 ayat 4.
Dalam praktek perbankan pihak Bank dalam perjanjian kredit yang dilakukan terhadap perseroan yang belum memperoleh pengesahan status badan hukum dari
Menteri, selain mengikut sertakan semua pendiri dan seluruh anggota Direksi dan seluruh anggota Dewan Komisaris, berikut dengan pasangan suami atau isterinya masing-masing,
bahkan juga memintakan personal guarantee dari semua anggota tersebut. Personal Guarantee tersebut dilakukan dengan akta otentik yang dibuat dihadapan Notaris.
Universitas Sumatera Utara
Perseroan Terbatas setelah pendirian telah memiliki harta sendiri, yang merupakan harta bersama yang terikat.
Terhadap perbuatan hukum atas nama perseroan terbatas yang belum memperoleh status badan hukum tersebut, yang dilakukan oleh semua anggota Direksi bersama-sama semua
anggota Dewan Komisaris Perseroan, maka perbuatan hukum tersebut mengikat harta kekayaan perseroan terbatas dan mereka semua yang menandatangani atau melakukan
perbuatan hukum tersebut. Dengan demikian perikatan yang lahir dari perbuatan hukum yang dilakukan oleh semua
anggota Direksi bersama-sama semua pendiri serta semua anggota Dewan Komisaris Perseroan untuk perseroan terbatas dalam pendirian merupakan perikatan tanggung-
menanggung atau tanggung renteng antara pendiri, Direksi dan Dewan Komisaris perseroan terhadap pihak ketiga.
Dengan makna tanggung renteng ini tidaklah berarti pihak ketiga dapat langsung mengambil pelunasannya dari para pendiri, anggota Direksi atau anggota Dewan
Komisaris perseroan terbatas dalam pendirian. Pelunasan kewajiban pihak ketiga harus dipenuhi terlebih dahulu dari harta kekayaan perseroan terbatas meskipun perseroan
terbatas belum berbadan hukum. Jika harta kekayaan perseroan terbatas tidak mencukupi barulah dapat dituntut pemenuhannya dari para pendiri, anggota Direksi dan atau
Komisaris.
63
A.1. b. Perseroan Terbatas yang telah Memperoleh Keputusan Pengesahan Status Badan Hukum dari Menteri
Seperti yang ditegaskan dalam pasal 1 UUPT bahwa perseroan terbatas adalah badan hukum. Untuk memperoleh status badan hukum tersebut maka akta pendirian dari
perseroan terbatas harus mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Dan Hak Asasi
63
Gunawan Wijaya, Op.cit, dalam 150 Tanya Jawab Tentang Perseroan Terbatas, halaman 14.
Universitas Sumatera Utara
Manusia pasal 1 ayat 6 juncto pasal 1 ayat 7. Maksud dari pengesahan, dimana dengan demikian Pemerintah dapat mencegah berdirinya perseroan terbatas yang tujuannya
melanggar hukum, bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum, dan yang mengandung hal-hal yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
64
Dalam pasal 7 ayat 4 Undang-Undang nomor 40 Tahun 2007 telah jelas disebutkan bahwa Perseroan Terbatas memperoleh status badan hukum pada tanggal
diterbitkannya keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan. Akta pendirian yang berupa anggaran dasar yang telah memperoleh
Keputusan status badan hukum dari Menteri, boleh juga dikatakan merupakan perjanjian yang berisi ketentuan tertulis mengenai kekuasaan dan hak-hak yang dapat dilakukan
pengurus perseroan. Anggaran Dasar merupakan dokumen yang berisi aturan internal dan pengurusan perseroan. Dia berisi aturan pokok mengenai penerbitan saham, perolehan
saham, modal, RUPS general meeting, hak suara voting right, Direksi dan Dewan Komisaris yang meliputi pengangkatan dan kekuasannya.
65
Perseroan Terbatas setelah mendapat pengesahan adalah perseroan terbatas yang telah berbadan hukum.
Dalam konteks ini, pendiri, anggota Direksi Dan Komisaris tidak lagi bertanggung jawab terhadap perikatan perseroan. Pendiri sebagai pemegang saham hanya bertanggung jawab
sebatas modal yang dijanjikan untuk dimasukkan, kecuali melakukan pelanggaran terhadap Anggaran Dasar Perseroan. Anggota Direksi Dan Komisaris tidak lagi
64
C.S.T. Kansil dan Cristine S.T.Kansil, Seluk Beluk Perseroan Terbatas Menurut Undang- Undang No.40 Tahun 2007, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2007 halaman 7
65
Charlesworth and Morse, dalam M.Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, halaman 192
Universitas Sumatera Utara
bertanggung jawab secara pribadi, kecuali dalam hal terjadinya pelanggaran yang diatur dalam Undang Undang Perseroan Terbatas dan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas.
Pasal 3 UUPT menyebutkan : Ayat 1 Pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi
atas perikatan
yang dibuat
atas nama
Perseroan dan
tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki.
Ketentuan dalam ayat ini mempertegas ciri perseroan bahwa pemegang saham hanya bertanggung jawab sebesar setoran atas seluruh saham yang dimilikinya dan tidak
meliputi kekayaan pribadinya. Ayat 2 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak berlaku apabila :
a. Persyaratan
Perseroan sebagai
badan hukum
belum atau
tidak terpenuhi;
b. Pemegang sham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung
dengan itikad
buruk memamfaatkan
Perseroan untuk
kepentingan pribadi; c.
Pemegang saham
yang bersangkutan
terlibat dalam
perbuatan melawan hukum yang dilakukan Perseroan; atau
d. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan Perseroan, yang
mengakibatkan kekayaan Perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang perseroan.
Dalam hal-hal tertentu tidak tertutup kemungkinan hapusnya tanggungjawab terbatas tersebut apabila terbukti terjadi hal-hal yang disebutkan dalam ayat ini.
Tanggung jawab pemegang saham sebesar setoran atas seluruh saham yang dimilikinya kemungkinan hapus apabila terbukti, antara lain terjadi pencampuran harta
kekayaan pribadi pemegang saham dan harta kekayaan perseroan sehingga perseroan
Universitas Sumatera Utara
didirikan semata-mata sebagai alat digunakan oleh pemegang saham untuk memenuhi tujuan pribadinya sebagai mana dimaksud dalam huruf b dan d.
A.1. c. Pendaftaran dan Pengumuman Perseroan Terbatas yang telah Memperoleh Keputusan Pengesahan Status Badan Hukum
Berbeda dengan Undang-Undang nomor 1 Tahun 1995, tentang Perseroan Terbatas ditentukan bahwa Direksi, perseroan wajib mendaftarkan dalam daftar
perusahaan. Namun dalam UUPT Nomor 40 Tahun 2007 ketentuan tersebut diubah bahwa Menteri yang berkewajiban menyelenggarakan daftar perseroan dan terbuka untuk umum
Pasal 29 ayat 1 dan 5. Daftar perseroan yang memuat data perseroan dimasukkan dalam daftar perseroan pada
tanggal yang bersamaan dengan tanggal : a.
Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan, persetujuan atas perubahan anggaran dasar yang memerlukan persetujuan;
b. Penerimaan pemberitahuan, perubahan anggaran dasar yang tidak memerlukan
persetujuan; atau c.
Penerimaan pemberitahuan
perubahan data
perseroan yang
bukan merupakanperubahan anggaran dasar.
Ketentuan daftar perseroan ini juga berhubungan dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan dan Peraturan Pemerintah nomor 24
Tahun 1998 dan aturan pelaksanaan yang diatur dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Republik
Indonesia nomor
12MPPKep11998 tentang
Penyelenggaraan Wajib Daftar Perusahaan. Wajib Daftar Perusahaan dalam peraturan
Universitas Sumatera Utara
tersebut diadakan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Perusahaan tersebut mensyaratkan setiap perusahan wajib mendaftarkan perusahaan tersebut yang terdiri atas :
a. Akta pendirian sesuai dengan pengesahan Menteri Kehakiman sekarang Menteri
Hukum Dan Hak Asasi Manusia. b.
Akta perubahan anggaran dasar beserta surat persetujuan Menteri Kehakiman. c.
Akta perubahan anggaran dasar beserta laporan kepada Menteri Kehakiman. Adapun tujuan dari pendaftaran perusahaan ini mencatat bahan-bahan keterangan
yang dibuat secara benar dari suatu perusahaan dan merupakan sumber informasi resmi untuk semua pihak yang berkepentingan mengenai identitas perusahaan yang tercantum di
dalam daftar perusahaan dalam rangka menjamin kepastian berusaha. Oleh karena itu, setiap perusahaan, termasuk perusahaan asing yang berkedudukan dan menjalankan
usahanya di wilayah Negara Republik Indonesia dan telah memiliki izin, wajib didaftarkan dalam daftar perusahaan.
Pendaftaran ini memiliki pengecualian tidak wajib untuk melakukan pendaftaran, yaitu:
66
a. Perusahaan yang diurus atau dikelola oleh pribadi pemiliknya sendiri, atau hanya dengan memperkerjakan anggota keluarganya sendiri;
b. Perusahaan yang tidak diwajibkan memiliki izin usaha atau surat keterangan yang dipersamakan dengan itu yang ditertibkan oleh instansi yang berwenang, perusahaan
yang benar-benar hanya sekedar untuk memenuhi keperluan nafkah sehari hari pemiliknya dan
66
Ibid, halaman 52
Universitas Sumatera Utara
c. Perusahaan yang tidak merupakan suatu badan hukum atau suatu persekutuan. Dengan demikian, pendaftaran perseroan yang dilakukan oleh dua instansi satu pihak
diadakan oleh Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia dan Menteri Perindustrian dan Perdagangan.
Pengumuman dalam Tambahan Berita Negara, sama halnya dengan pendaftaran perusahaan, maka dengan Undang-Undang nomor 40 Tahun 2007, tidak lagi kewajiban
Direksi melainkan dilakukan oleh Menteri, sebagaimana yang dimaksudkan dalam pasal 30 ayat 1, yaitu :
a. Akta pendirian perseroan berserta keputusan Menteri;
b. Akta perubahan anggaran dasar perseroan beserta keputusan Menteri;
c. Akta perubahan anggaran dasar yang telah diterima pemberitahuannya oleh Menteri
Selanjutnya pengumuman tersebut dilakukan oleh Menteri dalam waktu paling lambat 14 empat belas hari terhitung sejak tanggal diterbitkannya keputusan Menteri
atau sejak diterimanya pemberitahuan pasal 30 ayat 2. Jadi Daftar Perseroan dan Pengumuman dalam Tambahan Berita Negara
diselenggarakan dan dilakukan oleh Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia dengan tujuan agar pihak ketiga yang berhubungan hukum dengan perseroan terbatas mengetahui
dengan pasti hal-hal yang terkait dengan perseroan terbatas tersebut. Pengumuman perseroan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia
dilakukan oleh Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia. Dengan demikian, perihal pengumuman ini bukan merupkan hal yang sangat prinsip bagi
Direksi perseroan perihal pertanggungjawaban secara pribadi karena sahnya suatu perseroan menjadi badan hukum bukan didasarkan dari pengumuman dalam Tambahan
Universitas Sumatera Utara
Berita Negara Republik Indonesia. Jika didasarkan pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, selama pendaftaran dan pengumuman dilakukan, setiap anggota Direksi secara
tanggung renteng bertanggung jawab atas segala perbuatan hukum yang dilakukan perseroan. Pelanggaran atau kelalaian atas pelaksanaan kewajiban untuk mendaftarkan
sesuai peraturan yang berlaku, diancam dengan sanksi pidana atau perdata. Pengumuman dan pendaftaran perseroan yang berdasarkan Undang-Undang Perseroan ini
dilakukan oleh Menteri tidak lagi memiliki keterkaitan langsung dengan tanggung jawab anggota Direksi, tetapi lebih pada pengumuman kepada para pihak lain dan data yang
akan dipergunakan oleh Menteri terkait sehubungan dengan pendataan perseroan di Indonesia, yang ketentuan pendaftaran dan pengumumannya akan diatur dalam suatu
perundang-undangan
67
Oleh karena itu sehubungan dengan aspek yuridis ini, apabila suatu perseroan Terbatas akan melakukan perbuatan hukum dalam memperoleh pemberian kredit dari
Bank maka menurut UUPT harus tetap berpegang pada : a. Apabila suatu Perseroan Terbatas di mana akta pendiriannya belum mendapat
pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia maka akta pendirian tersebut masih berupa hubungan kontraktuil antara para pendiri atau pemegang sahamnya.
Maka, apabila Perseroan Terbatas tersebut menjadi Debitur, semua pendiri atau pemegang sahamnya dan semua pengurus anggota Direksi dan Dewan Komisaris
harus setuju secara tertulis atau ikut menandatangani perjanjian kredit yang dibuat dengan Bank.
67
Ibid , halaman 53
Universitas Sumatera Utara
b. Apabila suatu Perseroan Terbatas telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, serta telah didaftarkan pada Daftar Perusahaan dan diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia maka kewenangan untuk mewakili Perseroan Terbatas dalam perjanjian kredit dapat dilihat pada ketentuan anggaran dasar perseroan tersebut.
Bahkan, didalam UUPT dimuat ketentuan yang mengatur tata cara yang harus ditempuh untuk mengalihkan kepada perseroan hak atau tanggung jawab yang timbul dari
perbuatan hukum pendiri yang dibuat setelah perseroan didirikan, tetapi belum disahkan menjadi badan hukum, yaitu melalui penerimaan secara tegas oleh perseroan, pengalihan
hak, serta tanggung jawab, dan pengukuhan perbuatan hukum oleh perseroan.
A.2. Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas
Perubahan anggaran dasar dalam perseroan harus ditetapakan oleh RUPS RUPS dengan mencantumkan dengan jelas dalam acaraagenda surat pemanggilan RUPS kepada
para anggota RUPS pasal 19. Jika dalam rencana agenda RUPS tidak mencantumkan perihal perubahan anggaran dasar, anggota dalam RUPS dapat menolak untuk
pembahasan perubahan anggaran dasar tersebut. Perubahan anggaran dasar perseroan yang telah dinyatakan pailit tidak dapat dilakukan,
kecuali dengan persetujuan kurator. Persetujuan kurator sebagaimana dimaksud dilampirkan dalam permohonan persetujuan atau pemberitahuan persetujuan anggaran
dasar kepada Menteri pasal 20. Persetujuan kurator dilaksanakan sebelum pengambilan keputusan perubahan anggaran
dasar. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan adanya penolakan oleh kurator sehingga berakibat keputusan perubahan anggaran dasar menjadi batal.
Universitas Sumatera Utara
A.2. a. Perubahan Anggaran Dasar Perseroan yang harus mendapat persetujuan Menteri
Perubahan anggaran dasar perseroan yang harus mendapat persetujuan Menteri diatur dalam pasal 21 ayat 2. Perubahan anggaran dasar tertentu sebagaimana dimaksud
dalam ayat 1 tersebut meliputi : a. Nama perseroan danatau tempat kedudukan perseroan;
b. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan; c. Jangka waktu berdirinya perseroan;
d. Besarnya modal dasar; e. Pengurangan modal ditempatkan dandisetor; danatau
f. Status perseroan yag tertutup menjadi perseroan terbuka atau sebaliknya.
Hal-hal yang disebut di ataslah yang dikategori perubahan anggaran dasar “tertentu” yang mesti mendapat “keputusan persetujuan” dari Menteri, barulah perubahan itu sah dan
efektif berlaku. Perubahan anggaran dasar ini dimuat atau dinyatakan dalam akta Notaris dalam
bahasa Indonesia. Perubahan yang dimaksud diatas mulai berlaku sejak tanggal terbitnya keputusan Menteri mengenai persetujuan perubahan anggaran dasar.
A.2. b. Perubahan Anggaran Dasar Perseroan yang cukup dengan pemberitahuan Menteri
Dalam pasal 21 ayat 3 disebutkan bahwa perubahan anggaran dasar selain yang dimaksud dalam 21 ayat 2 di atas, cukup diberitahukan kepada Menteri.
Oleh karena itu, tidak disyaratkan harus mendapat Keputusan persetujuan Menteri, cukup “
diberitahukan” kepada Menteri.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, untuk memperoleh keabsahan atas perubahan anggaran dasar dari Menteri ada yang berbentuk “persetujuan” untuk perubahan anggaran dasar tertentu,
dan yang berbentuk “pemberitahuan” untuk pemberitahuan lainnya di luar anggaran dasar tertentu.
Selanjutnya sama halnya dengan perubahan anggaran dasar tertentu, perubahan anggaran dasar yang dimaksud dalam ayat 3 ini pun wajib dimuat dalam akta Notaris dalam
bahasa Indonesia. Dan perubahan anggaran dasar ini mulai berlaku sejak tanggal diterbitkannya surat penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar oleh Menteri.
Dalam aspek legalitas perusahaan ini yang perlu diperhatikan, disamping mengenai status badan hukum perseroan tersebut juga perlu diperhatikan mengenai pajak
NPWP, ijin-ijin dan jaminan yang berhubungan perusahaan perseroan terbatas tersebut.
B. Aspek Manajemen dan Organisasi