BAB III KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS
DALAM MELAKUKAN PERJANJIAN KREDIT PADA BANK
Perseroan Terbatas mempunyai kedudukan yang mandiri, maksudnya adalah kedudukan perseroan terbatas dalam hukum dipandang berdiri sendiri otonom terlepas
dari orang perorangan yang berada dalam perseroan terbatas tersebut. Disatu pihak perseroan terbatas merupakan wadah yang menghimpun orang-orang yang mengadakan
kerjasama dalam perseroan terbatas, namun di lain pihak segala perbuatan yang dilakukan dalam rangka kerjasama dalam perseroan terbatas itu oleh hukum dipandang semata-mata
sebagai perbuatan badan itu sendiri. Karena itu, konsekuensinya, keuntungan yang diperoleh, dipandang sebagai hak dan harta kekayaan badan itu sendiri. Demikan pula
sebaliknya, bila terjadi sesuatu hutang atau kerugian dianggap menjadi beban perseroan terbatas sendiri yang dibayarkan dari harta kekayanan perseroan terbatas semata-mata.
Manusia orang perorangan yang ada, dianggap lepas eksistensinya dari perseroan terbatas itu.
89
Akta pendirian perseroan terbatas merupakan syarat mutlak untuk ada pendirian perseroan terbatas selain sebagai alat bukti yang kuat, baik berupa kekuatan alat bukti
lahiriah, formil maupun materiil.
89
Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, cetakan ketiga, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2001, halaman 9.
Universitas Sumatera Utara
Akta pedirian berfungsi ke dalam “aturan main” diantara para pemegang saham dengan organ-organ perseroan terbatas, keluar anggaran dasar perseroan terbatas merupakan
identitas dan menentukan pengaturan menentukan pertanggungjawaban terhadap pihak ketiga.
90
Perseroan Terbatas suatu bentuk perkumpulan dagang yang berbadan hukum, yang berarti sebagai subyek hukum pendukung hak dan kewajiban, memiliki kewenangan
berhak untuk melakukan perbuatan hukum sendiri, memiliki harta kekayaan sendiri yang terpisah dengan harta kekayaan pemegang saham. Status Perseroan Terbatas sebagai
badan hukum tidak melekat pada sendirinya tetapi diberikan oleh hukum positif yaitu diberikan oleh negara melalui undang-undang yang dibuatnya.
Oleh karena itu dalam perseroan terbatas dalam melakukan perbuatan hukum tertentu, seperti dalam melakukan perjanjian kredit pada bank perlu diketahui terlebih
dahulu bagiamana kewenangan dalam melakukan perbuatan hukum tersebut, baik yang diatur UUPT maupun ketentuan yang terdapat dalam anggaran dasar perseroan.
Dalam pelaksanaan perjanjian kredit yang merupakan perjanjian pokok dalam setiap transaksi kredit, maka terdapat juga dokumentasi legalitas yakni yang merupakan
dokumen pengaman yang biasanya non notarial, dibuat dengan tujuan agar terjaminnya keabsahan dari perjanjian kredit dan pelaksanaannya nanti. Jadi sejauh mungkin
dipastikan bahwa tidak ada hukum atau ketentuan dalam anggaran dasar debitur yang terlanggar. Hal ini diantaranya dapat disebutkan sebagai berikut :
90
Herlien Budiono, Op.cit, dalam Kumpulan Tulisan Hukm Perdata di Bidang Kenotariatan, halaman 46.
Universitas Sumatera Utara
a. Persetujuan Dewan Komisaris, terhadap tindakan perseroan yang menurut anggaran dasarnya memerlukan persetujuan dengan akta Notaris;
b. Risalah RUPS terhadap tindakan perseroan yang oleh anggaran dasarnya disyaratkan RUPS;
c. Persetujuan suamiisteri, terhadap tindakan-tindakan yang melibatkan harta suami- isteri;
d. Surat-surat kuasa untuk mengesahkan otoritas seseorangbadan hukum.
A. Mekanisme kewenangan bertindak Perseroan Terbatas Dalam Melakukan Perjanjian Kredit pada Bank
Akta pendirian perseroan terbatas memuat anggaran dasar perseroan terbatas. Anggaran dasar adalah bagian dari akta pendirian yang pada mulanya berisi aturan main
yang mengatur hubungan internal antara para pendiri pemegang saham setelah pengesahan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Direksi dan anggotanya, Dewan
Komisaris dan para anggotanya; namun demikian dengan diumumkannya Anggaran dasar tersebut dalam Berita Negara, maka Anggaran Dasar tersebut berlaku ibarat undang-
undang. Jadi Anggaran dasar adalah aturan main yang mengikat setiap orang yang berhubungan hukum dengan perseroan tersebut.
91
Pada prinsipnya dalam anggaran dasar ada hal-hal yang berlaku secara umum untuk semua perseroan terbatas, tapi ada juga ketentuan yang diatur secara khusus dan
berbeda untuk masing-masing perseroan terbatas. Hal-hal yang berlaku umum antara lain meliputi penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS, tata cara pengangkatan,
penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan Dewan Komisaris, tata cara penggunaan laba dan pembagian deviden.
91
Gunawan Widjaja, Op.cit, dalam 150 Tanya Jawab Tentng Perseroan Terbatas, halaman 6.
Universitas Sumatera Utara
Hal-hal yang diatur secara khusus tersebut antara lain nama dan tempat kedudukan perseroan, maksud dan tujuan perseroan serta kegiatan usaha perseroan, jangka waktu
berdirinya perseroan, besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, modal disetor, jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk setiap
klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal setiap saham, nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris.
Dengan demikian berarti dalam setiap anggaran dasar selalu ada bagian yang sama dan bagian yang tidak sama antara yang satu dengan yang lainnya
A.1. Kewenangan yang diberikan kepada Direksi.
Pengurusan dalam perseroan terbatas dilakukan oleh orang perorangan yang ditugaskan oleh perseroan terbatas dalam organ yang dinamakan Direksi dibawah
pengawasan Dewan Komisaris. Direksi menurut pasal 1 butir 5 UUPT adalah organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan
untuk kepentingan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
Direksi adalah organ yang mengurus dan mewakili perseroan, sedangkan orang yang menjabat sebagai anggota Direksi adalah Direktur.
Ini berarti pengurusan mengenai kegiatan usaha perseroan terbatas, harus dilaksanakan sesuai dengan :
a. Kepentingan perseroan; b. Maksud dan tujuan perseroan terbatas;
c. Ketentuan mengenai larangan dan batasan yang diberikan dalam :
Universitas Sumatera Utara
i. Undang-Undang, khususnya UUPT, ii. Anggaran Dasar perseroan tersebut.
Dalam pasal 92 ayat 1 UUPT menyebutkan Direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
Oleh karena itu Direksi suatu perseroan terbatas dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai organ perseroan terbatas yang bertanggung jawab dalam
pengurusan sehari-hari perseroan oleh UUPT dilengkapi dengan kewenangan otoritas karena tanpa adanya kewenangan tersebut, pelaksanaan tugas dan kewajibannya jelas
tidak akan berjalan efektif. Kewenangan mewakili perseroan terbatas tersebut diberikan kepada Direksi
perseroan. Kewenangan Direksi yang diatur dalam UUPT adalah kewenangan mewakili perseroan terbatas baik di dalam maupun di luar pengadilan sebagaimana ditegaskan
dalam pasal 98 ayat 1 UUPT yang dikutip sebagai berikut : ”
Direksi mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan”. Kewenangan mewakili perseroan terbatas ini tidak dimiliki oleh organ perseroan terbatas
lainnya dan untuk menjalankan kewenangan tersebut, Direksi tidak memerlukan suatu surat kuasa atau dokumen pendelegasian dari organ perseroan terbatas lainnya dan pihak
ketiga yang berhubungan dengan perseroan terbatas tidak berhak untuk mensyaratkan surat kuasa apabila anggaran dasar perseroan terbatas dengan siapa mereka berhubungan
jelas menunjukkan nama anggota Direksi. Direksi yang mewakili perseroan tersebut bertindak beradasarkan kuasa menurut hukum wettelijke vertegenwoordig atau legal
mandatory yang artinya UUPT sendiri yang telah menetapkan sseorang Direksi menurut hukum bertindak mewakili orang atau badan hukum perseroan terbatas tanpa
memerlukan surat kuasa.
92
92
Op.cit M.Yahya Harahap, dalam Cornelus Simanjuntak dan Natalie Mulia, halaman 52.
Universitas Sumatera Utara
Kewenangan Direksi untuk mewakili peseroan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah tidak terbatas dan tidak bersyarat, kecuali ditentukan lain dalam undang-
undang ini, anggaran dasar, atau keputusan dalam RUPS. Selanjutnya kewenangan yang dimiliki Direksi ini masih dibatasi dalam hal
sebagaimana yang diatur dalam pasal 99 Undang-Undang tersebut, yang menyebutkan : 1 Anggota Direksi tidak berwenang mewakili perseroan apabila :
a. Terjadinya perkara di pengadilan antara perseroan dengan anggota Direksi yang
bersangkutan atau b.
Anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan.
2 Dalam hal terdapat keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 yang berhak mewakili perseroan adalah :
a. Anggota Direksi lainnya yang tidak mempunyai benturan kepentingan dengan
perseroan; b.
Dewan Komisaris dalam hal seluruh anggota Direksi mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan; atau
c. Pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal seluruh anggota Direksi atau
Dewan Komisaris mempunyai benturan kepentingan dalam perseroan.
Jadi Direksi hanya berhak dan berwenang untuk bertindak atas nama dan untuk kepentingan perseroan dalam batas-batas yang diijinkan oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan anggaran dasar perseroan. Setiap tindakan yang dilakakun oleh Direksi di luar kewenangan yang diberikan tersebut tidak mengikat perseroan,
kecuali dalam hal diatur lain oleh Undang-Undang. Ini berarti Direksi memiliki limitasi dalam bertindak atas nama dan untuk kepentingan perseroan.
Universitas Sumatera Utara
A.2. Kewenangan yang diberikan kepada Direksi dengan Persetujuan Komisaris
Dalam anggaran dasar umumnya ditegaskan bahwa Direksi mewakili perseroan di dalam dan diluar Pengadilan tentang segala hal dan dalam segala kejadian dan kerenanya
berhak untuk menandatangani dokumen yang dibuat atas nama perseroan, menjalankan segala hak dan kekuasaan baik yang bersifat pengurusan maupun yang bersifat pemilikan.
Kewenangan Direksi tersebut seringkali diberikan pembatasan-pembatasan mengenai tindakan-tindakan antara lain sebagai berikut:
a. Meminjam atau meminjamkan uang tidak termasuk menyimpan uang di bank
atas nama perseroan; b.
Membeli, menjual, membebani atau dengan jalan lain mendapatkan atau melepaskan hak atas barang-barang yang tidak bergerak atas nama perseroan.
c. Mengikat perseroan sebagai penanggung, dan atau menggadaikan barang-barang
bergerak kepunyaan perseroan. Dalam hal ada pembatasan kewenangan, maka untuk tindakan-tindakan yang
dibatasi tersebut di atas biasanya Direksi harus mendapat pesetujuan terlebih dahalu dari RUPS atau Direksi lainnya atau Dewan Komisaris dan atau akta yang berkenaan turut
ditandatangani oleh anggota direksi lain atau seorang Komisaris atau Dewan Komisaris sesuai anggaran dasarnya.
Selanjutnya dalam konteks persetujuan komisaris sebagaimana tersebut diatas, apabila Dewan Komisaris terdiri atas lebih dari 1 satu orang maka maka merupakan
kologialmajelis dan setiap anggota Dewan Komisaris tidak dapat bertindak sendiri-
Universitas Sumatera Utara
sendiri, melainkan berdasrkan keputusan Dewan Komisaris. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 108 ayat 4.
Dalam hal di anggaran dasar perseroan terbatas diatur bahwa persetujuan komisaris dapat diberikan oleh salah seorang Komisaris saja atau kombinasi 2 diantara 4
komisaris, maka bank tetap wajib mengacu pada ketentuan UUPT, yaitu oleh Dewan Komisaris seluruh anggota Dewan Komisaris.
Disamping fungsi pengawasan dan pemberian nasihat yang melekat pada organ perseroan yang bernama Dewan Komisaris, kepada Dewan Komisaris juga dapat
diberikan wewenang lain yaitu wewenang untuk memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu. Wewenang tersebut sangat
jelas diatur dalam pasal 117 ayat 1. UUPT berbunyi sebagai berikut:
” Dalam anggaran dasar dapat ditetapkan pemberian wewenang kepada Dewan
komisaris untuk memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu”.
Adapun anggaran dasar perseroan terbatas yang dibuat secara otentik di hadapan Notaris disebutkan dalam salah satu pasalnya umumnya pasal 12, berbunyi:
Universitas Sumatera Utara
Tugas Dan Wewenang Direksi Pasal 12
1 Direksi berhak mewakili Perseroan di dalam dan di luar Pengadilan tentang segala hal dan dalam segala kejadian, mengikat perseroan dengan pihak lain dan pihak lain
dengan perseroan, serta menjalankan segala tindakan, baik mengenai kepengurusan maupun kepemilikan, akan tetapi dengan pembatasan bahwa untuk:
a. Meminjam atau meminjamkan uang atas nama perseroan tidak termasuk mengambil uang perseroan di bank
b. Mendirikan suatu usaha atau turut serta pada perusahaan lain baik di dalam maupun di luar negeri, harus persetujuan …………….. hal ini dapat Dewan
Komisaris atau RUPS, tergantung anggaran dasar yang mengaturnya. 2 a. Direktur Utama berhak dan berwenang bertindak untuk dan atas nama Direksi
serta mewakili perseroan. b. Dalam hal Direktur Utama tidak hadir atau berhalangan karena sebab apapun juga,
yang tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, maka salah seorang anggota Direksi lainnya berhak dan berwenang bertindak untuk dan atas nama Direksi serta
mewakili perseroan. Dalam pasal 117 ayat 1 tersebut memakai kata “dapat” yang jelas bukan
“ kewajiban”, sedangkan dalam klausula anggaran dasar perseroan pasal 12 disebutkan
“harus persetujuan” yang berarti Direksi mutlak memerlukan persetujuan komisaris atau RUPS, tergantung anggaran dasar yang mengaturnya.
Universitas Sumatera Utara
Melihat hal tersebut diatas, walaupun seperti dijelaskan sebelumnya, UUPT menyatakan bahwa kepengurusan perseroan dilakukan oleh Direksi dan Direksi
bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan, namun
UUPT memberikan kemungkinan kepada para pendiri dan atau pemegang saham perseroan untuk membatasi kewenangan Direksi dalam anggaran dasar perseroan.
Sehubungan dengan perseroan terbatas selaku debitur dalam melakukan perjanjian kredit pada bank maka dilakukan oleh organ perseroan yang berwenang bertindak
mewakili perseroan yang telah disahkan adalah Direksi sesuai dengan kewenangan di berikan UUPT kepadanya, namun dibatasi kewenangannya oleh anggaran dasar perseroan
yaitu harus dengan persetujuan Dewan Komisaris secara kologial. Jadi dengan demikian dalam melakukan perjanjian kredit pada bank, anggaran
pada umumnya memberikan kewenangan tersebut kepada Direksi sendiri, dengan persetujuan Dewan Komisaris tanpa perlu persetujuan dari RUPS, kecuali anggaran dasar
menentukannya demikian.
A.3 Kewenangan yang diberikan kepada Direksi dengan Persetujuan RUPS RUPS
Selain hal tersebut diatas, UUPT juga memberikan pembatasan secara khusus lainnya kepada Direksi yang dalam melakukan perbuatan hukum lainnya yang harus
meminta persetujuan terlebih dahulu dari RUPS, hal ini sebagaimana diatur dalam pasal 102, yang menyebutkan :
Universitas Sumatera Utara
1 Direksi perseroan wajib meminta persetujuan RUPS untuk : a. Mengalihkan kekayaan perseroan; atau
b. Menjadikan jaminan utang kekayaan perseroan; yang merupakan lebih dari 50 lima puluh persen jumlah kekayaan bersih perseroan dalam 1 satu transaksi atau
lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak. 2 Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a adalah transaksi
pengalihan.Kekayaan bersih perseroan yang terjadi dalam jangka waktu 1satu tahun buku atau jangka waktu yang lebih lama sebagaimana diatur dalam anggaran
dasar perseroan.
3 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, tidak berlaku terhadap tindakan Pengalihan atau penjaminan kekayaan perseroan yang dilakukan oleh Direksi
Sebagai pelaksaaan kegiatan usaha perseroan sesuai dengan anggaran dasarnya. 4 Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tanpa persetujuan RUPS, tetap
mengikat perseroan sepanjang pihak lain dalam perbuatan hukum tersebut beritikad baik.
5 Ketentuan kuorum kehadiran danatau ketentuan tentang pengambilan keputusan RUPS sebagaimana dimaksud dalam pasal 89 mutatis mutandis berlaku bagi
keputusan RUPS untuk menyetujui tindakan Direksi sebagaiman dimaksud pada ayat 1.
Dari ketentuan pengalihanpengagunan kekayaan perseroan dalam melakukan perbuatan hukum perjanjian kredit pada bank atas debitur perseroan terbatas harus kita
cermati bahwa : a. Direksi wajib meminta persetujuan RUPS dalam mengalihkan atau menjadi agunan
utang, yang merupakan lebih dari 50 lima puluh persen jumlah kekayaan bersih perseroan dalam 1 satu transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain
ataupun tidak. Berkaitan dengan ketentuan tersebut harus pula diperhatikan hal sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
i. Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk mengalihkan atau menjadikan
agunan utang seluruh atau sebagian besar kekayaan yang nilainya diatas 50 dari harta kekayaan perseroan dalam 1 satu tahun buku yang bersangkutan
berdasarkan neraca yang telah diaudit oleh akuntan publik. ii.
Dalam hal kekayaan yang diagunkan bukan merupakan seluruh atau bukan sebagian besar harta kekayaan perseroan dalam 1 satu tahun buku berdasarkan
neraca yang telah diaudit oleh akuntan public, maka wajib dibuat surat pernyataan. b.
Persetujuan RUPS tersebut dapat dibuat secara notaril dengan akta yang dibuat dihadapan Notaris, maupun dibuat secara dibawah tangan
Syarat ketat adanya persetujuan RUPS atas perbuatan hukum tersebut, ternyata dalam pasal ayat 4 diatas dapat dikecualikan, dimana perseroan tetap terikat terhadap
perbuata hukum yang dilakukan Direksi tanpa mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari RUPS. Pengecualian tersebut dapat berjalan apabila pihak lain dalam perbuatan
hukum tersebut beritikad baik. Disamping perbuatan hukum tersebut diatas yang membutuhkan persetujuan
RUPS, juga ada persetujuan RUPS atas pengangkatan dan pemberhentian anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan Terbatas. Kecuali anggota Direksi dan Dewan Komisaris
yang pertama sekali ditetapkan dalam akta pendirian perseroan terbatas tanpa melalui RUPS, tidak ada satu lembaga pun yang berwenang untuk mengangkat dan
memberhentikan anggota Direksi dan Dewan Komisaris selain RUPS. Dalam pasal 94 ayat 1 UUPT tegas menyatakan bahwa anggota Direksi diangkat oleh RUPS, begitu
Universitas Sumatera Utara
juga halnya Pasal 111 UUPT yang menegaskan bahwa anggota Dewan Komisaris diangkat oleh RUPS.
Demikian esensialnya organ perseroan yang bernama RUPS dibuktikan dari penjelasan pasal 94 ayat 1 yang menegaskan bahwa kewenangan mengangkat anggota
Direksi tidak dapat dilimpahkan kepada organ perseroan lainnya atau pihak lain. Jadi pengangkatan anggota Direksi dan Dewan Komisaris mutlak dibawah kontrol penuh
RUPS. Mengenai kewenangan RUPS atas pengangkatan dan pemberhentian anggota
Direksi dan Dewan Komisaris menjadi penting dalam perjanjian kedit, karena akan menjadi permasalahan tersendiri bagi pihak bank kreditur. Bagaimana sekiranya terjadi
penggantian anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris pada saat perjanjian kredit sedang berlangsung atau dengan kata lain perseroan terbatas masih terikat utang kepada
bank. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sebagai subyek hukum, perseroan terbatas adalah artificial person, dimana kapasitas organ Direksi anggota Direksi yang
dinamai Direktur dilakukan orang perorangan. Jadi siapapun anggota Direksi, tanggung jawab tetap pada perseroan karena dia bertindak mewakili perseroan sepanjang anggota
Direksi tersebut menjalankan kegiatan usaha perseroan tersebut sesuai dengan kepentingan perseroan, maksud dan tujuan perseroan dan tidak melanggar larangan dan
batasan UUPT serta anggaran dasar perseroan. Hal ini juga sama halnya bagi anggota Dewan Komisaris jika akan dilakukannya penggantian dalam keadaan tersebut diatas.
Universitas Sumatera Utara
B. Tanggung jawab Direksi Dan Dewan Komisaris serta Pemegang Saham Atas Kredit yang Diberikan Oleh Bank kepada Perseroan Terbatas
Tanggung jawab dari Direksi Dan Dewan Komisaris serta Pemegang saham atas pemberian kredit yang diberikan kepada perseroan terbatas oleh tidak terlepas dari
kewenangan yang diberikan perseroan kepada organ Direksi yang menjalankan pengurusan perseroan dan ketentuan UUPT serta Anggaran dasar yang membatasinya.
Tugas dan kewajiban pokok Direksi perseroan terbatas yaitu melakukan pengurusan perseroan sangat terkait dengan kepentingan perseroan dan pelaksanaan
pengurusan perseroan tersebut dengan itikad baik dan secara bertanggung jawab, jadi ada kesinambungan antara pasal 92 ayat 1 dengan 97 ayat 2 UUPT. Dan untuk jelasnya
dapat lihat dibawah ini : Pasal 92 ayat 1 Direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan
perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Pasal 97 ayat 2 Pengurusan yang dimaksud pada ayat 1 wajib dilaksanakan
Setiap anggota direksi dan itikad baik dan penuh dan tanggung jawab.
Tugas dan tanggung jawab melakukan pengurusan sehari-hari perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan tersebut dalam
sistem common law dikenal dengan prinsip fiduciary duty. Dengan prinsip fiduciary duties, ini berarti ada hubungan kepercayaan yang melahirkan kewajiban kepecayaaan
antara direksi dan perseroan. Jadi dengan prinsip ini, seorang Direktur memiliki hubungan kepercayaan dengan
perseroan di mana Direktur tersebut telah mengikatkan diri dengan atau kepada perseroan
Universitas Sumatera Utara
untuk bertindak dengan itikad baik untuk kemamfaatan atau keuntungan perseroan. Segala hak dan kewajiban yang diberikan kepada Direktur harus dijalankan untuk memajukan
kepentingan perseroan. Prinsip ini juga ditegaskan oleh Sutan Remi Sjahdeini
93
, yang mengatakan bahwa kedua unsur “kepentingan dan tujuanusaha perseroan” dan “itikad baik dan penuh
tanggung jawab” sebagai bagian integral dari pengurusan perseroan oleh Direksi harus dipenuhi secara kumulatif dan bukan alternative, artinya harus dipenuhi kedua-duanya.
Pasal 97 ayat 2 tersebut diatas tegas membebankan adanya”itikad baik” dan “
penuh tanggung jawab” kepada masing-masing anggota Direksi. Apabila anggota Direksi terbukti bersalah atau lalai menjalankan tugasnya dengan itikad
baik dan penuh tanggung jawab tersebut yang menyebabkan perseroan menderita kerugian, maka oleh pasal 97 ayat 3, anggota Direksi wajib memikul tanggung jawab
penuh secara pribadi atas kerugian yang diderita perseroan. Demikian esensi pasal 97 ayat 3 yang redaksional lengkapnya berbunyi :
“ Setiap anggota Direksi bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian
Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2”.
Tanggung jawab secara pribadi sebagaimana dimaksud pasal 97 ayat 3 tersebut baru muncul apabila terbukti anggota Direksi bersalah atau lalai dan terdapat unsur kerugian
yang diderita perseroan, dan masalah “kesalahan”, “Kelalaian” dan “kerugian” tersebut merupakan masalah yang masuk dalam domain wilayah badan peradilan.
93
Sutan Remi Sjahdeini, Hukum Kepailitan, Memahami Faillissementsverrodening, juncto Undang-Undang No.4 Tahun 1998 Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 2002, halaman 425.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu, dalam pasal 97 ayat 6 dan 7 dalam Undang-Undang Persroan Terbatas memberikan landasan hukum bagi pemegang saham 110 satu persepuluh
dengan hak suara perseroan atau bagi anggota Direksi baik bersama-sama atau sendiri- sendiri dengan anggota Dewan Komisaris untuk mengajukan gugatan atas nama perseroan
terhadap anggota Direksi yang karena kesalahannya mengakibatkan kerugian bagi perseroan.
Jika bagi anggota Direksi yang ingin lepas dari tanggung jawab renteng tersebut maka ia harus dapat membuktikan sebaliknya pasal 97 ayat 5, bahwa :
a. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau karena kelalainnya;
b. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk
kepentingan dan sesuai dengan maksud tujuan perseroan; c.
Tidak mempunyai benturan kepentingan, baik langsung maupuntidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan Telah
mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.
Sehubungan dengan hal di atas, dapat saja terjadi dimana Direktur dalam menjalankan perusahaan ternyata mengalami kerugian, padahal Direktur tersebut telah
melakukannya dengan jujur dan itikad baik, maka Direktur harus mendapat perlindungan. Untuk melindungi para Direktur yang beritikad baik tersebut dalam sistem common law
dikenal dengan prinsip business judgment law, yang menjamin keadilan bagi para Direktur yang beritikad baik.
Jadi business judgment law merupakan aturan yang memberikan kekebalan atau perlindungan bagi manajemen perseroan dari setiap tanggung jawab yang lahir ebagi
akibat dari transaksi atau kegiatan yang dilakukan olehnya sesuai dengan batas-batas
Universitas Sumatera Utara
kewenangan dan kekuasaan yang diberikan kepadanya, dengan pertimbangan bahwa kegiatan tersebut telah dilakukan dengan memperhatikan standar kehati-hatian dan itikad
baik.
94
Oleh karena itu penting bagi Direktur untuk menjamin telah melakukan hal-hal yang telah sesuai dengan standard dan prosedur yang terdapat dalam perusahaannya
sebelum mengambil sebuah keputusan bisnis. Tindakan tersebut harus sesuai dan konsisten dengan aktivitas due diligence yang dibutuhkan agar terhindar dari pelanggaran-
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan. Hal ini penting agar mereka mempunyai landasan hukum yang kuat dalam bertindak sesuai Undang-Undang Perseroan
terhadap segala kewajiban mereka kepada para pemegang saham jika perusahaannya dinyatakan bersalah karena melanggar Undang-Undang.
95
Untuk itulah, para Direktur haruslah tetap berhati-hati dan kepengurusan dan pengambilan keputusan bisnisnya agar mendapat perlindungan dari UUPT.
Demikian juga halnya Dewan Komisaris yang diberikan hak khusus dalam kedudukannya dalam organ peseroan terbatas, yang berfungsi mengawasi pengurusan
perseroan oleh Direksi, wajib dengan itikad baik, kehati-hatian dan bertanggung jawab. Hal ini secara jelas ditegaskan dalan pasal 114 yang menyebutkan :
1. Dewan Komisaris bertanggung jawab atas pengawasan perseroan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 108 ayat 1.
94
Gunawan Widjaja, dalam 150 Tanya Jawab Tentang Perseroan Terbatas, halaman 66
95
Bismar Nasution, Op.cit, halaman 8
Universitas Sumatera Utara
2. Setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian, dan
bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi sebagaimana di maksud dalam pasal 108 ayat 1 untuk
kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
3. Dalam hal Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian
perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sebagaimana dimkasud pada ayat 2.
4. Dalam hal Dewan Komisaris terdiri atas 2 dua anggota Dewan Komisaris atau
lebih, tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat 3 berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Dewan Komisaris.
5. Anggota Dewan Komisaris tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian
Sebagaimana dimaksud pada ayat 3 apabila dapat membuktikan : a. Telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk
kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan; b. Tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak
langsung atas tindakan pengurusan Direksi yang mengakibatkan kerugian; dan c. Telah memberikan nasihat kepada Direksi untuk mencegah timbul atau
berlanjutnya kerugian tersebut. 6.
Atas nama perseroan , pemegang saham yang mewakili paling sedikit 110 satu persepuluh bagian dari jumlahseluruh sama dengan hak suara dapat menggugat
anggota Dewan Komisaris yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan ke pengadilan negeri.
Pentingnya pelaksanaan pemberian nasihat dengan itikad baik, penuh kehati- hatian dan tanggung jawab oleh masing-masing anggota Dewan Komisaris tesebut, tidak
terlepas dari ancaman hukuman yang akan diterima oleh masing-masing anggota Dewan Komisaris tersebut apabila terbukti mereka bersalah atau lalai dalam menjalankan
tugasnya tersebut. Karena Undang-Undang menegaskan bahwa setiap anggota Dewan Komisaris yang bersalah atau lalai menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat,
maka anggota Dewan Komisaris turut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian yang diderita perseroan.
Universitas Sumatera Utara
Jadi tindakan Direksi yang melampaui kewenangannya merupakan tindakan Direksi yang menyimpang dari ketentuan anggaran dasar perseroan terbatas. Tindakan
hukum tersebut dilakukan Direksi didalam mewakili perseroan terbatas, menyebabkan perbuatan tersebut menjadi diragukan keabsahannya. Misalnya, Direksi yang telah
bertindak tanpa persetujuan Dewan Komisaris untuk melakukan tindakan hukum tertentu sebagaimana telah ditetapkan di dalam anggaran dasar perseroan.
Apa akibat atas tindakan tersebut terhadap pihak ketiga? Menurut sistem hukum common law, perbuatan hukum Direksi yang melampaui kewenangannya tersebut
merupakan tindakan hukum yang sah mengikat bagi perseroan terbatas dengan kekecualian tindakan hukum tersebut tidak mengikat perseroan terbatas jika pihak ketiga
mengetahui adanya tindakan Direksi yang melanggar ketentuan anggaran dasar perseroan terbatasnya.
96
Tindakan Direksi yang melampaui kewenangannya termasuk dalam perbuatan melawan hukum harus pula diselesaikan melalui ketentuan umum. Bahwa secara internal
hubungan antara perseroan terbatas dan Direksinya adalah sebagimana yang diatur, baik berdasarkan pada anggaran dasar maupun UUPT. Secara internal, tindakan hukum
tersebut karena telah melanggar batas kewenangan Direksi, maka perseroan dapat meminta pertanggungjawaban Direksi atas kerugian yang diderita perseroan terbatas
akibat dari perbuatan Direksi yang melampui batas wewenangnya tersebut.
96
A.Pohan, Menyibak Tirai Kemandirian Perseroan Terbatas, diss Universitas Airlangga, dalam Op.cit Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata DIbidan Kenotariatan, halaman 258.
Universitas Sumatera Utara
Dalam perseroan terbatas modal yang terbagi atas saham, merupakan modal perusahaan. Pemegang saham hanya menanggung hanya sebesar nilai saham yang
dimasukkan. Hal secara tegas diatur dalam pasal 3 ayat 1 UUPT, yang menyebutkan ”
Pemegang saham perseroan tidak betanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian
perseroan melebih saham yang dimiliki”.
Ketentuan dalam ayat ini mempertegas ciri perseroan bahwa pemegang saham hanya bertanggung jawab sebesar setoran atas seluruh saham yang dimilikinya dan tidak meliputi
harta kekayaan pribadinya.
Selanjutnya dalam ayat 2 dijelaskan bahwa ketentuan sebagaimana pada ayat 1 tidak berlaku apabila :
a. Persyaratan perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi;
b. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan
itikad buruk memamfaatkan perseroan untuk kepentingan pribadi; c.
Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh perseroan; atau
d. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung secara
melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan, yang mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang perseroan.
Dalam hal-hal tertentu tidak tertutup kemungkinan hapusnya tanggung jawab Terbatas tersebut apabila terbukti terjadi hal-hal yang disebutkan dalam ayat ini.
Tanggung jawab pemegang saham sebesar setoran atas seluruh saham yang dimilikinya kemungkinan hapus apabila terbukti, antara lain terjadi percampuran harta kekayaan
pribadi pemegang saham dan harta kekayaan perseroan sehingga perseroan didirikan semata-mata sebagai alat yang digunakan oleh pemegang saham untuk memenuhi tujuan
Universitas Sumatera Utara
pribadinya sebagaimana dimaksud dalam huruf b dan huruf d. Setiap pemegang saham berhak untuk mengajuhkan gugatan terhadap perseroan ke Pengadilan Negeri jika
dirugikan karena tindakan perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi, danatau Dewan Komisaris.
Gugatan yang diajukan pada dasarnya memuat permohonan agar perseroan menghentikan tindakan yang merugikan tersebut dan mengambil langkah tertentu, baik
untuk mengatasi akibat yang sudah timbul maupun untuk mencegah tindakan serupa dikemudian hari pasal 61 UUPT.
Oleh karena itu seorang Direktur harus bertindak hati-hati dalam melakukan tugasnya dalam mengurus dan mengelola perusahaan. Selain itu dalam melakukan
tugasnya seorang Direktur tidak boleh mengambil keuntungan untuk dirinya untuk dirinya sendiri atas perusahaan tersebut. Pelanggaran terhadap hal-hal tersebut di atas
dalam hubungannya dengan fiduciary duty dapat menyebabkan Direktur diminta pertanggung jawaban secara pribadi terhadap perbuatan yang dilakukannya, baik kepada
pemegang saham maupun kepada pihak lainnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT PADA BANK KETIKA ADA