b. Instansi atau lembaga pemerintahswasta, karena tugasnya menghasilkan data antara lain
berupa izin tenaga kerja asingizin penempatan tenaga kerja asing, surat izin tempat usaha, surat izin usaha perdagangan, izin mendirikan bangunan, akte pendirian,
pengesahan badan hukum, sertifikat tanah dan lain-lain. c.
Dari pihak ketiga, antara lain temuan-temuan pada waktu pemeriksaan berupa bukti pemungutanpemotongan pajak, faktur pajak, invoice, voucher dan surat menyurat
lainnya. d.
Mass Media, baik berupa media cetak, media elektronik, brosur-brosur, televisi, radio dan lain-lain.
e. Manca negara khususnya negara partner tax treaty
3.4.5 Pengolah data unit organisasi Direktorat Jenderal Pajak yang ditugaskan untuk melakukan
proses pengolahan data sehingga siap untuk disajikan, disalurkan dan dimanfaatkan.
3.5 Dasar Hukum Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak
Adapun yang menjadi dasar hukum pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak ini adalah sebagai berikut :
a. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-06PJ.92001 Tentang Pelaksanaan Ekstensifikasai
Wajib Pajak dan Intensifikasi Wajib Pajak, b.
Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-04PJ.72001 Tentang Pemeriksaan Sederhana Lapangan dalam Rangka Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak,
c. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-07PJ2005 tentang Kebijakan Pemeriksaan
Tujuan Lain, d.
Peraturan Menteri Keuangan No. 132PMK.012006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak,
Universitas Sumatera Utara
e. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-04PJ.042007 tentang Rencana Pemeriksaan
Nasional dan Kebijakan Umum Pemeriksaan Tahun 2007 f.
UU No. 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan perihal kewajiban mendaftarkan diri dan memperoleh NPWP.
3.6 Unit Organisasi Pelaksana Ekstensifikasi Wajib Pajak
Adapun unit organisasi yang melaksanakan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak adalah sebagai berikut :
a. Seksi Pengolahan Data dan Informasi PDI pada Kantor Pelayanan Pajak KPP serta
kantor penyuluhan pajak yang di luar kota kedudukan KPP, b.
Dalam hal ekstensifikasi wajib pajak dan intensifikasi pajak dimaksudkan untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, kepala KPP dapat menunjuk petugas pada seksi
PPh, seksi PPN dan Pajak Langsung Lainnya, serta seksi lainnya yang ada pada KPP untuk diperbantukan kepada seksi PDI dan Kantor Penyuluhan Pajak.
c. Khusus untuk pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak dalam tahun 2001, dilakukan oleh
tim dan satuan tugas yang dikoordinir oleh kepala seksi PDI dengan pengarahan dan pengawasan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
3.7 Ruang Lingkup Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak
Ruang lingkup pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak meliputi : a.
Pemberian NPWP dan atau Pengukuhan sebagai PKP, termasuk pemberian NPWP secara jabatan terhadap wajib pajak PPh orang pribadi yang berstatus sebagai karyawan
perusahaan, orang pribadi yang bertempat tinggal di wilayah atau lokasi pemukiman atau perumahan, dan orang pribadi lainnya termasuk orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, yang menerima atau memperoleh penghasilan melebihi batas Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP.
Universitas Sumatera Utara
NPWP adalah nomor pokok yang diberikan kepada WP sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang digunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas WP dalam melaksanakan
hak dan kewajiban perpajakannya. Yang dimaksud pemberian NPWP atau pengukuhan PKP secara jabatan adalah pemberian
NPWP atau Pengukuhan sebagai PKP tehadap WP atau PKP yang telah memenuhi syarat untuk memperoleh NPWP atau dikukuhkan sebagai PKP tetapi mereka tidakbelum mendaftarkan diri
unruk diberikan NPWP danatau NP PKP. Sesuai dengan KEP-338P.J2001 yang dimaksud dengan wajib pajak orang pribadi yang
berstatus karyawan adalah karyawan tetap yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan yang jumlahnya diatas PTKP.
b. Pemberian NPWP di lokasi usaha, termasuk pengukuhan sebagai PKP, terhadap orang
pribadi pengusaha tertentu yang mempunyai lokasi usaha di sentra perdagangan atau perbelanjaan atau pertokoan atau perkantoran atau mal atau plaza atau kawasan industri
atau sentra ekonomi lainnya. Dalam rangka tertib administrasi, Pasal 3 A KEP 161PJ2001 menegaskan bahwa setiap
pengusaha OP yang melakukan penyerahan BKP atau JKP wajib memiliki NPWP dan wajib mempunyai nomor Pengukuhan sebagai PKP.
Tempat pengukuhan atau pelaporan sebagai PKP adalah di KPP yang wilayah kerjanya melipiti tempat tinggal atau tempat kedudukan danatau tempat kegiatan usaha.
Waktu melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak harus dilakukan selambat-lambatnya satu bulan setelah saat usaha mulai dijalankan dan kepadanya
akan diberikan nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, saat itulah yang bersangkutan menjadi PKP yang terdaftar, yaitu pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang telah dicatat
dalam administrasi dan tata usaha perpajakan DJP.
Universitas Sumatera Utara
Setiap pengusaha yang melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP diwajibkan mengisi formulir, yang harus diisi dan ditanda tangani sendiri, boleh menunujukkan kuasanya,
tetapi harus didukung dengan surat kuasa khusus. c.
Pemberian NPWP dan atau pengukuhan sebagai PKP terhadap Wajib Pajak badan yang berdasarkan data yang dimiliki atau diperoleh ternyata belum terdaftar sebagai wajib
pajak dan atau PKP baik di domisili atau lokasi. Wajib pajak badan wajib mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP ke KPP yang
wilayahnya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan usaha paling lama 1 satu bulan setelah usaha mulai dijalankan.
3.8 Pemeriksaan Pajak