61
Berdasarkan analisa peneliti terhadap program ini, yang menjadi faktor ancaman adalah dengan semakin meningkatnya persaingan di dunia
perhotelan, maka tidak menutup kemungkinan bahwa perusahaan lain juga akan menggunakan media televisi, atau akan membuat program-program
yang serupa untuk menaikan citra perusahaan. Program Corporate Social Responsibility memang banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
lain, apabila dalam pelaksanaannya Public Relation Manager tidak melakukan perbaikan, maka tidak menutup kemungkinan program ini
dapat tertinggal dengan program perusahaan lain.
b. Evaluasi Input
Tahap kedua dari model CIPP adalah evaluasi input, atau evaluasi masukan.
Dalam evaluasi input ini yang akan dievaluasi adalah sumber daya yang mendukung program ini yaitu sumber daya manusia, sumber
daya material serta sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mendukung program.
Dalam program bantuan bagi penderita Hydrocephalus, sumber daya
manusia dalam hal ini yaitu Public Relation Manager Lorin Solo Hotel sebagai pelaksana kegiatan, sumber daya material yaitu dana dan sarana
prasarana yaitu kebutuhan bayi selain itu media dalam hal ini media televisi juga menjadi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam
program bantuan bagi penderita Hydrocephalus. 1.
Sumber daya Manusia Dalam
pelaksanaan program
bantuan bagi
penderita Hydrocephalus, dirancang dan dilaksanakan langsung oleh Divisi
Public Relation, dalam hal ini yang bertanggung jawab melaksanakan adalah Public Relation Manager. Hal ini sesuai dengan keterangan
yang disampaikan oleh Kartika Oktavia Pravitasari selaku Public Relation Manager Lorin Solo Hotel :
”Divisi Public Relation terdiri dari tiga anggota Public Relation Manager, Design Grafis dan e-commers namun untuk pelaksanaan
62
program CSR ditangani oleh saya sendiri selaku Public Relation Manager”30 Juli 2013.
Berdasarkan analisa peneliti, dalam keseluruhan pelaksanaan program Corporate Social Responsibility Lorin Solo Hotel dirancang
dan dilaksanakan sendiri oleh Public Relation Manager. Dalam sebuah program diperlukan adanya kerjasama antar tim agar program itu dapat
terlaksana dengan baik, namun dalam program ini Public Relation Manager membuat rancangan program hingga pelaksanaannya
dilakukan sendiri tanpa bantuan dari divisi lain. Secara keseluruhan program ini telah berjalan dengan baik, bahkan mendapat respon
positif dari masyarakat. Namun kurangnya sumber daya manusia yang terdapat dalam divisi Public Relation membuat hasil akhir dari
program ini kurang efektif, hal ini dapat dilihat dari tidak adanya pemantauan mengenai seberapa besar respon khalayak terhadap
program ini.
2. Sumber Daya Material
Selain Sumber Daya Manusia, yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program bantuan bagi penderita Hydrocephalus adalah sumber daya
material atau dana. Dana menjadi Input yang sangat penting bagi berlangsungnya program ini,karena dana tersebut di gunakan untuk
membeli kebutuhan yang diperlukan oleh khalayak sasaran. Dana dalam kegiatan Corporate Social Responsibility berasal dari
pendapatan penjualan kamar, Hal ini senada dengan keterangan yang diberikan oleh Public Relation manager Lorin Solo Hotel , Kartika
Oktavia Pravitasari. “Sumber dana untuk kegiatan CSR didapat dari menyisihkan
pendapatan penjualan kamar pertahun untuk kegiatan CSR disisihkan sebesar 200 juta pertahun”wawancara, 27 Agustus
2013.
63
Dari dana tersebut yang digunakan untuk program Bantuan bagi penderita Hydrocephaulus sebesar 2juta Rupiah, hal ini sesuai dengan
keterangan Public Relation Manager Lorin SoloHotel Kartika Oktavia Pravitasari:
“Dana untuk kegiatan bantuan bagi penderita Hydrocephaulus sebesar 2juta Rupiah, dana tersebut kami alokasikan untuk
pembelian susu bayi sebesar 1juta Rupiah dan, uang tunai sebesar
1 juta rupiah”wawancara, 27 Agustus 2013. Dengan dana 2 juta rupiah tersebut dapat membantu meringankan
beban ekonomi keluarga penderita Hydrocephaulus untuk biaya kontrol dan kebutuhan sehari-hari, hal ini sesuai dengan pernyataan
Public Relation Manager Lorin Solo Hotel Kartika Oktavia Pravitasari:
“Dana sebesar 2 juta Rupiah tersebut sudah sedikit membantu keluarga penderita Hydrocephaulus bisa untuk 2-3 kali kontrol dan
sisanya untuk kebutuhan sehari- hari anak tersebut”wawancara, 27
Agustus 2013. Untuk pengelolaan sumber daya material dikelola langsung oleh
Public Relation Manager Lorin Solo Hotel , dan bantuan sepenuhnya berasal dari pemasukan perusahaan, tidak ada kerjasama dengan
donatur, hal ini senada dengan keterangan Public Relation Manager Lorin Solo Hotel, Kartika Oktavia Pravitasari, pada tanggal 27 Agustus
2013 : “Pengelolaan dana kegiatan CSR merupakan tanggung jawab PR
dan seluruh dana yang digunakan merupakan pemasukan dari perusahaan tidak ada kerjasama dengan donatur”wawancara, 27
Agustus 2013.
Dana tidak menjadi hambatan bagi Public Relation dalam menjalankan program ini, sumber daya material yang tersedia memang telah mencukupi
untuk pemberian bantuan, sejauh ini Public Relation Manager tidak menemui kendala dalam mengelola sumber daya material yang ada,
namun menurut analisa peneliti, tidak adanya kerjasama dengan donatur
64
maupun perusahaan lain membuat jumlah bantuan yan diberikan terbatas, hanya sebatas Budget yang disediakan saja.
Adanya kerjasama dengan donatur maupun perusahaan lain dapat memberikan keuntungan bagi pihak Lorin Solo Hotel maupun pihak lain,
selain hubungan dengan donatur menjadi lebih baik, bantuan yang diberikan akan lebih besar. Untuk program berikutnya hal ini seharusnya
dapat dilakukan, agar program Corporate Social Responsibility terus meningkat.
3. Sarana dan Prasarana :
Selain Sumber daya Manusia dan Sumber Daya Material, sarana dan prasarana
juga merupakan
elemen penting
untuk mendukung
berlangsungnya program bantuan bagi penderita Hydrocephalus ini, adapun sarana dan prasarana yang dibutuhkan selain uang tunai adalah
kebutuhan-kebutuhan bayi. Hal ini senada dengan ungkapan Kartika Oktavia Pravitasari, selaku Public Relation Manager Lorin Solo Hotel :
“Sarana prasarana yang dibutukan selain uang tunai, tentu kebutuhan-kebutuhan
bayi seperti
susu dan
makanan bayi”wawancara, 30 Juli 2013.
Selain kebutuhan bayi, yang menjadi sarana dan prasarana dalam program bantuan bagi penderita Hydrocephalus adalah media televisi,
media televisi menjadi sarana bagi Public Relation Manager dalam mengkomunikasikan programnya kepada khalayak. Hal ini sesuai dengan
ungkapan Kartika Oktavia Pravitasari selaku Public Relation Manager Lorin Solo Hotel :
“Selain saya sebagai PR Manager yang menjadi pelaksana, media televisi dalam hal ini TATV juga turut menjadi alat publikasi bagi
program CSR ini” 30 Juli 2013. Tersedianya sarana prasarana yang mendukung kegiatan turut membantu
terlaksananya program ini dengan baik, melalui survei Public Relation Manager dapat mengetahui apa yang menjadi kebutuhan khalayak sasaran,
65
sehingga bantuan yang diberikan dapat tepat sasaran. TATV menjadi media utama yang membantu Public Relation Manager dalam mengkomunikasikan
programnya. Selain televisi, media cetak juga menjadi sarana dalam menyampaikan program-program Public Relation kepada khalayak. Karena
program ini hanya dilakukan satu kali, diharapkan dalam mengkomunikasikan kepada masyarakat hendaknya Public Relation juga memberi info mengenai
apa yang menjadi kebutuhan khalayak sasaran tersebut, sehingga bantuan yang diberikan untuk selanjutnya dapat tepat sasaran.
Berdasarkan keterangan yang di berikan oleh Public Relation Manager menunjukkan bahwa sumber daya atau Input yang dimiliki Lorin Solo Hotel
memiliki sumber daya material yang mencukupi untuk melaksanakan program ini. Dana yang tersedia cukup besar untuk melaksanakan program-program
Corporate Social Responsibility, sehingga dalam mengelola tidak menemui kendala.
Dari segi sumber daya manusia, program ini telah berjalan dengan baik dengan di tangani oleh satu orang saja yakni Public Relation Manager, namun
pada akhir program, respon masyarakat terhadap program-program Corporate Social Responsibility kurang dapat terpantau oleh Public Relation Manager,
hal ini dikarenakan banyaknya program Public Relation yang ditangani oleh Public Relation Manager sehingga tidak memungkinkan untuk memantau
hasil akhir program tersebut, melihat bagaimana respon khalayak dan memantau khalayak-khalayak sasaran yang menerima bantuan.
Sarana dan prasarana yang di gunakan untuk menunjang kegiatan Corporate Social Responsibility sejauh ini tidak menemui kendala karena
telah terencana dan tersedia Berdasarkan pengamatan peneliti baik dari sumber daya material maupun
sumber daya eksternal seperti sarana prasarana, media, maupun dari khalayak sasaran program ini tidak menemui kendala, hanya pada sumber daya internal,
seharusnya program ini dapat dipantau oleh Public Relation, apabila memungkinkan dapat di bentuk tim khusus untuk membantu Public Relation
Manager dalam melaksanakan program ini, sehingga tidak hanya pada saat
66
pelaksanaan saja namun setelah program ini terlaksana, program ini dapat terus dipantau agar untuk melaksanakan program selanjutnya Public Relation
dapat mengetahui apa saja yang perlu diperbaiki.
c. Evaluasi Process