66
pelaksanaan saja namun setelah program ini terlaksana, program ini dapat terus dipantau agar untuk melaksanakan program selanjutnya Public Relation
dapat mengetahui apa saja yang perlu diperbaiki.
c. Evaluasi Process
Evaluasi proses digunakan untuk mendeteksi atau memprediksi rancangan prosedur atau rancangan implementasi selama tahap
implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Pada dasarnya
evaluasi proses untuk mengetahui sampai sejauh mana rencana telah diterapkan dan komponen apa
yang perlu diperbaiki. Untuk
menggambarkan evaluasi process, peneliti akan menguraikan proses awal gagasan program ini hingga tahap pelaksanaan program dapat
berlangsung. Dalam sebuah perencanaan program diperlukan strategi agar
program yang di buat dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Perusahaan yang bergerak di bidang jasa seperti hotel perlu menerapkan
strategi dalam mengemas program-programnya agar terlihat menarik dan mengena di hati mayarakat. Dalam perencanaan program Corporate Social
Responsibility yang dilaksanakan oleh Public Relation akan dilihat strategi yang di gunakan dalam menjalankan kegiatan Corporate Social
Responsibility. Dari hasil wawancara peneliti dengan Kartika Oktavia Pravitasari, selaku Public Relation Manager, Lorin Solo Hotel,
mengatakan : “Untuk program ini kita mempunyai gagasan bahwa bagaimana
kalau kita punya program CSR kan biasanya dipublikasikan di koran, kalau dikoran kan cuma dibaca orang dan orang bisa lupa
tapi kalau orang melihat sendiri proses bagaimana kita menemukan subyek, bagaimana kehidupan subyek itu sehari-hari mungkin akan
lebih menggugah masyarakat untuk ikut membantu meringankan beban masyarakat yang kurang mampu, sehingga bantuan dapat
berkesinambungan, jadi bukan hanya kita yang membantu tapi masyarakat juga ikut membantu, kalau kita tayangkan di televisi
kan orang jadi lihat lalu ingin membantu, mungkin bantuan yang diterima justru akan semakin banyak. Kita juga terinspirasi dari
67
acara- acara di televisi kan banyak yang seperti itu”wawancara, 30
Juli 2013. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa program ini
merupakan agenda yang dimiliki Public Relation dalam menjalankan aktifitas tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat. Strategi
yang diterapkan untuk mengemas program ini adalah dengan adanya kerjasama dengan media televisi sebagai media publikasi, pelaksanaan
program dilakukan satu bulan dua kali dengan subyek yang berbeda-beda. Tujuan penerapan strategi ini agar program yang disampaikan oleh
perusahaan dapat menyentuh hati masyarakat yang melihat tayangan “Dari Anda Lorin Berbagi”. Strategi pengemasan program merupakan hal yang
penting karena Public Relation dapat melihat kelebihan, kelemhan, peluang dan ancaman dari program tersebut.
Dalam menjalankan programnya, Public Relation terlebih dahulu melakukan survei kepada khalayak sasaran, hal ini di tujukan agar bantuan
yang diberikan oleh perusahaan dapat tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan subyek tersebut. Hal ini sesuai dengan keterangan yang
diberikan oleh Kartika Oktavia Pravitasari selaku Public Relation, Lorin Solo Hotel :
“Ketika kita bantu penderita Hydrocephaulus sebenarnya kita menindaklanjuti surat yang dikirimkan orang tuanya kesini, jadi orang
tuanya mengirim surat ke sini Lorin untuk minta bantuan, setelah kita survei ternyata memang membutuhkan bantuan, disurat itu ditulis, dia
butuh susu,butuh makanan, butuh biaya untuk pengobatan, dua minggu setelah kami terima surat dari orang tua penderita Hydrocephalus,
kemudian kita survei, kita lihat kondisi anak tersebut dan orang tuanya, persiapannya tiga hari untuk mempersiapkan dana dan membeli
kebutuhan-
kebutuhan untuk bantuan, setelah itu kita jadwalkan kesana” Wawancara 30 Juli 2013.
Dilihat dari rentang waktu antara surat permohonan bantuan dengan waktu pelaksanaan program, program ini bukan merupakan agenda
yang sengaja di buat oleh Public Relation, program ini belum terencana sebelumnya, namun dalam pelaksanaan, Public Relation cukup bijak
68
dalam mempersiapkan program ini sehingga sumber daya yang tersedia dapat di gunakan secara efektif.
Tahap berikutnya dalam pelaksanaan program, setelah Public Relation melakukan survei ke lokasi khalayak, tahap berikutnya adalah
dengan melakukan pemberian bantuan kepada penderita Hydrocephalus pada tanggal 26 Maret 2013. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartika
Oktavia Pravitasari, selaku Public Relation Manager, Lorin Solo Hotel : “Saat pelaksanaan kita Backup beberapa, kita beri susu, makanan
dan uang tunai, sesuai dengan kebutuhan anak tersebut, tanggal 26 maret kita lakukan pemberian bantuan dengan diliput oleh TATV”
wawancara, 30 Juli 2013
Selama kegiatan ini berlangsung, program bantuan bagi penderita Hydrocephaus sudah berjalan sesuai dengan rancangan kegiatan yang
telah dipersiapkan sebelumnya oleh Public Relation Manager. Dalam pelaksanaan program, Public Relation Manager juga tidak menemukan
kendala baik itu dari sumber daya manusia maupun sumber daya material. “Sejauh ini sih kita tidak menemui kendala, baik itu sumber dana
maupun teknis, proses pelaksanaan program juga sesuai dengan rencana.” Public Relation Manager, Kartika Oktavia Pravitasari,
wawancara 30 Juli 2013. Dalam program ini, perencanaan merupakan hal yang penting,
mulai dari siapa yang melaksanakan program, apa yang akan dilaksanakan hingga bagaimana program itu dilaksanakan. Sejauh ini program bantuan
bagi penderita Hydrocephalus telah berjalan sesuai dengan rencana, meskipun hanya diperlukan waktu kurang lebih dua minggu untuk
mempersiapkan pelaksanaan program. Suksesnya acara ini tidak lepas dari peran Public Relation yang mempersiapkan programnya dengan matang,
selain itu sumber daya material dan sarana dan prasarana yang tersedia juga mendukung terselenggaranya program ini dengan baik.
Respon khalayak terhadap program yang di buat oleh Public Relation merupakan tolak ukur keberhasilan program-programnya.
Bantuan yang diberikan oleh pihak Lorin Solo Hotel hanya dilakukan satu
69
kali. Menurut keterangan Public Relation Manager, respon paling besar terdapat pada program Hydrocephalus namun seberapa besar respon
khalayak, Public Relation tidak memantau. Hal ini dinyatakan oleh Public Relation Manager, Lorin Solo Hotel :
“Dari program-program CSR yang jelas mendapat respon program itu Bantuan bagi penderita Hydrocephalus kalau jumlah orang yang
memberikan bantuan kita tidak memantau, hanya memberi info saja mengenai alamat orang tua penderita Hydrocephalus, karena Lorin
membantu juga Insidental dengan harapan agar orang lain terketuk
hatinya” wawancara, 20 September 2013. Tidak adanya Contol yang di lakukan oleh Public Relation
terhadap program yang dijalankannya karena Lorin Solo Hotel merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa bukan di bidang Sosial, sehingga
Public Relation merasa tidak perlu membuat data mengenai respon masyarakat yang ingin ikut memeberikan bantuan. Hal ini di ungkapkan
oleh Public Relation Manager, Lorin Solo Hotel, Kartika Oktavia Pravitasari :
”Lorin kan bukan badan sosial, Cuma membantu insidental jadi masalah berapa yang ikut menyumbang kita tidak memantau, karna
bantuan diserahkan langsung kepada subyek. Kita juga tidak membuat data orang-orang yang merespon program ini, repot juga kalau harus di
buat data”wawancara 20 September 2013. Dari keterangan yang diberikan Public Relation Manager, Lorin Solo
Hotel , peneliti menganalisa bahwa program ini secara keseluruhan telah berjalan sesuai dengan rencana, hanya saja pada akhir program, Public
Relation tidak melakukan pemantauan terhadap respon khalayak. Public Relation hanya sebatas mengetahui bahwa dari ke-18 program yang telah
dijalankannya dari periode April 2012 hingga April 2013, program yang mendapat respon adalah program bantuan bagi penderita Hydrocephalus.
Hasil akhir dari program ini tidak terpantau oleh Public Relation. Hal ini dapat disebabkan banyaknya program-program Public Relation yang harus
dijalankan oleh Public Relation Manager, sehingga tidak memungkinkan untuk memantau masing-masing program.
70
Untuk kedepannya, diharapkan setiap program dapat dipantau hasil akhirnya, tidak hanya sebatas menjalankan saja, namun respon dari
masyarakat harus tetap dipantau agar Public Relation dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengauhi keberhasilan atau tidak
berhasilnya sebuah program. Sumber daya manusia juga menjadi hal yang penting dalam mendukung berlangsungnya program, jika memungkinkan
kedepannya dapat di bentuk sebuah tim untuk membantu Public Relation Manager menjalankan program-program Corporate Social Responsibility.
d. Evaluasi Product