Faktor Penghambat dalam Manajemen Waktu

27 Ketiga tipe manusia tersebut sama halnya dengan tipe manusia yang sama sekali tidak terorganisir. Sama dengan siswa yang tidak pernah mengatakan apa yang hendak dikerjakannya, yang tidak pernah membuat perencanaan ke depan dan hanya mengikuti arus dalam belajar tanpa memaknai apa yang dipelajarinya, misalnya siswa berangkat ke sekolah tanpa tujuan yang jelas dan tidak memikirkan apa yang hendak dikerjakannya di sekolah nanti. Terlalu berlebihan untuk menggunakan waktu sehingga tidak memperdulikan sekitarnya.

4. Faktor Penghambat dalam Manajemen Waktu

Douglass dalam Timpe, 2002: 327 mengatakan salah satu faktor yang menghambat dalam manajemen waktu adalah penundaan. Penundaan adalah penyebab rencana menjadi kabur, mimpi tidak terpenuhi dan lebih banyak waktu terbuang percuma. Penundaan merupakan batu sandungan terbesar bagi hampir semua orang yang hendak memperbaiki penggunaan waktunya. Bagi banyak orang menunda-nunda sudah merupakan kebiasaan buruk. Mengerjakan tugas yang berprioritas rendah daripada berprioritas tinggi merupakan salah satu penundaan. Begitu pula ketika siswa lebih mementingkan untuk menonton televisi atau bermain sedangkan seharusnya mengerjakan pekerjaan rumah. Menurut Sternberg dan Grigorenko 2007: 173 menjelaskan bahwa penundaan yaitu menyingkirkan sesuatu yang siswa tahu seharusnya dilakukan sekarang. Siswa cenderung melakukan hal-hal kecil dan sepele yang dapat menghabiskan waktu yang dimilikinya dan kemudian 28 menangguhkan tugas-tugas yang penting yang berpengaruh besar pada nilai akademik. Sebagian siswa melakukan dengan baik tugas kelas harian, tetapiketika tiba waktunya belajar menghadapi ujian, mereka menundanya. Menurut Haynes 2010: 53 bahwa penundaan disebabkan oleh tugas yang membosankan, sulit, tidak menyenangkan atau memerlukan kerja keras tetapi pada akhirnya memerlukan penyelesaian. Hal ini ditegaskan oleh Spillane 2003: 99 yang menambahkan sumber kecenderungan menunda pekerjaan dapat berupa: a. Ketakutan akan kegagalan karena sasaran tidak realistis; b. Ketakutan akan keberhasilan yang memberi konsekuensi pemberian tanggung jawab tambahan; c. Ungkapan penolakan atau pemberontakan; d. Kurangnya kecakapan dalam memecahkan masalah; e. Sikap perfesionistik menuntut kesempurnaan. Ada dua unsur penting agar dapat mengatasi penudaan yakni, Kebiasaan dan Inersia kelambanan. a. Kebiasaan Penundaan akan menumbuhkan penundaan lagi. Untuk mengatasinya perlu mengubah beberapa kebiasaan, misalnya dengan membuat daftar hal yang cenderung ditunda untuk segera dikerjakan. b. Kelambanan Penundaan dapat ditaklukan dengan cara mengatasi kelambanan, maka tindakan akan menjadi lebih mudah setelah gerakan dimulai, yang sulit adalah untuk memulainya. Siswa akan merasa malas untuk memulai mengerjakan tugas atau untuk belajar. Siswa lebih cenderung untuk menunda-nundanya, sehingga untuk mengatasinya dengan 29 menghilangkan rasa malas dan meningkatkan motivasi untuk memulai mengerjakan tugas atau belajar. Douglass dalam Timpe, 2002: 328-335 menerangkan penyebab penundaan dan cara mengatasinya diantaranya adalah sebagai berikut: a. Hal yang tidak menyenangkan Penundaan yang paling besar bagi kebanyakan orang adalah karena tugas yang tidak menyenangkan. Di satu sisi menunda adalah usaha untuk menghindari tugas tidak menyenangkan, namun disisi lain menunda tugas sebenarnya akan menambah hal yang tidak menyenangkan karena pekerjaan itu masih tetap harus dilaksanakan dan akan semakin bertambah banyak jika terus ditunda-tunda. Beberapa orang berpendapat bahwa cara terbaik adalah dengan menangani tugas yang tidak menyenangkan dulu. Siswa hendaknya belajar untuk menghadapi tugas yang tidak menyenangkan dan menanganinya secara langsung. Haynes 2010: 53 menjelaskan bahwa untuk mengatasi penundaan dengan membuat sistem penghargaan. Salah satu cara agar dapat memulai dan berjalan terus adalah dengan menjanjikan imbalan atau reward pada diri sendiri apabila tugas sudah selesai. b. Tugas yang sulit Seringkali penundaan dikarenakan tugas yang sulit, sehingga tidak tahu bagaimana memulainya dan membingungkan. Pada dasarnya tugas yang sulit disebabkan karena kurangnya pemahaman dan ketidaktahuan 30 terhadap tugas tersebut. Ketidaktahuan seringkali mengurangi minat atau motivasi untuk bisa menyelesaikan tugas tersebut. Lebih banyak yang diketahui mengenai tugas, maka lebih banyak yang ingin diketahui dan lebih bersemangat untuk mengerjakan tugas. Menurut Marion E. Haynes 2010: 53 untuk mengatasinya dengan menyelesaikan tugas yang tidak disukai pada awal hari sehingga tugas yang sulit atau tidak disukai dapat segera tersingkirkan. c. Keraguan Salah satu penyebab keraguan adalah keinginan untuk melakukan sesuatu dengan benar. Keinginan untuk sempurna merupakan penyebab bagi keraguan. Keraguan dapat juga ditelusuri kembali ketakutan yang terpendam bahwa sesuatu akan berjalan keliru atau salah, sebagai contoh siswa yang mempunyai keraguan bahwa semua hasil pekerjaan rumahnya salah. Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penundaan hambatan terbesar bagi hampir semua orang yang hendak memperbaiki penggunaan waktunya dan sudah merupakan kebiasaan buruk. Salah satu bentuk penundaan adalah mengerjakan tugas yang berprioritas rendah daripada berprioritas tinggi. Dua unsur dalam penundaan adalah kebiasaan dan kelambanan. Hal-hal yang mempengaruhi penundaan adalah hal yang tidak menyenangkan, tugas yang sulit dan keraguan. 31

5. Pelatihan Manajemen Waktu

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA PERHATIAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR AL ISLAM SISWA KELAS X JURUSAN AKUNTANSI SMK MUHAMMADIYAH 2 PLAYEN GUNUNGKIDUL

0 3 101

KORELASI ANTARA PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AKHLAK DAN PERILAKU SISWA KELAS X DI SMK MUHAMMADIYAH 2 PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL

0 3 154

KORELASI ANTARA PRESTASI BELAJAR STUDI AKIDAH AKHLAK DENGAN KEBERAGAMAN SISWA KELAS X DI SMK MUHAMMADIYAH 1 PLAYEN GUNUNGKIDUL

0 2 84

PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING (BK) DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA KELAS X DI SMK MUHAMMADIYAH 1 PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL

0 3 85

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS X Hubungan Antara Kedisiplinan Siswa Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas X Di SMA Batik 1 Surakarta.

0 1 15

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS X Hubungan Antara Kedisiplinan Siswa Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas X Di SMA Batik 1 Surakarta.

0 2 15

PENINGKATAN KEDISIPLINAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI Peningkatan Kedisiplinan Belajar Matematika Melalui Strategi Auditory Intellectually Repetition (AIR) (PTK Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMK Muhammadiyah Kartasura Tahun Ajaran 2011/2012).

0 0 15

PENINGKATAN KEDISIPLINAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI Peningkatan Kedisiplinan Belajar Matematika Melalui Strategi Auditory Intellectually Repetition (AIR) (PTK Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMK Muhammadiyah Kartasura Tahun Ajaran 2011/2012).

0 0 16

PENGARUH MOTIVASI DAN KEDISIPLINAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR KEARSIPAN SISWA KELAS X KOMPETENSI KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK MUHAMMADIYAH 1 WATES.

0 9 190

PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR DAN KARAKTER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI KOMPETENSI KEAHLIAN TKJ DI SMK MUHAMMADIYAH 1 PLAYEN.

0 0 2