39 memperoleh informasi dari responden. Wawancara tidak hanya dapat
dilakukan secara langsung antar muka, tetapi dapat melalui media digital seperti telepon.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
interviewer yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara interviewee yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu Lexy J.
Moleong, 2009:186. Pewawancara dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, sedangkan terwawancara adalah sejumlah informan terpilih
diantaranya guru, orangtua, dan masyarakat sekitar lingkungan tempat tinggal. Pada lingkungan sekitar tempat tinggal, dipilih tetangga atau
warga yang rumahnya berdekatan dengan tempat tinggal anak. Mereka dipilih karena dipandang memiliki pemahaman mengenai keseharian
anak, yaitu mengenai kehidupan anak di sekiar tempat tinggalnya termasuk perilaku menyimpang anak serta memiliki andil dalam
menjalankan peran sosialnya. Metode wawancara dalam penelitian ini dengan cara in depth
interview wawancara mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan peneliti mewawancarai masing-masing informan tanpa menggunakan
teks pertanyaan atau kisi-kisi pertanyaan. Kisi-kisi pertanyaan hanya sebagai acuan saja, namun peneliti mengembangkan pertanyaan dengan
mengikuti alur pembicaraan.
40 3.
Metode dokumentasi Dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari
record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik Lexy J. Moleong, 2009:216. Dokumentasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah foto, serta rekaman menggunakan tape recorder. Tape recorder digunakan untuk memudahkan peneliti dalam
pengambilan data lapangan untuk kemudian dapat diputar kembali dan dicatat dengan memilah data-data yang serupa serta berdarkan teori.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah Suharsimi Arikunto, 2006: 160. Dalam penelitian ini
digunakan lembar observasi yang mendiskripsikan apa saja perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak ketika berada di sekolah. Langkah-
langkah yang ditempuh dalam menyusun instrumen berawal dari mendefinisikan variabel penelitian, selanjutnya menjabarkan variabel ke
dalam sub variabel. Selain menggunakan lembar observasi penelitian ini juga menggunakan panduan wawancara dan dokumentasi untuk mengetahui
penyimpangan perilaku siswa serta mengetahui peran agen sosial sebagai kontrol perilaku menyimpang.
41 Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Observasi Kriteria Perilaku Conduct Disorder
Berdasarkan DSM-IV-TR Wenar Kerig, 2005:300.
No Variabel
Sub Variabel Indikator
1. Gangguan
Perilaku Menyimpang
a. Agresi
pada orang-orang dan
binatang 1
Menggertak, mengancam
mengintimidasi 2
Memulai perkelahian 3
Melukai dengan senjata, menyakiti 4
Kejam terhadap orang lain 5
Kejam terhadap binatang 6
Mengambil hak orang lain secara langsung
7 Memaksa orang lain untuk melakukan
aktivitas seksual b.
Merusak properti
1 Membakar yang bertujuan untuk
merusak 2
Sengaja merusak milik oranglain c.
Berbohong dan mencuri
1 Membongkar
masuk rumah,
bangunan, atau mobil. 2
Mencuri barang bernilai besar 3
Berbohong untuk memperoleh barang atau menghindari kewajiban
d. Penggaran
hukum serius 1
Keluar malam walau dilarang, dimulai sebelum usia 13 tahun
2 Lari dari rumah atau menginap diluar
rumah tanpa ijin orang tua paling sedikit 2 kali
3 Sering membolos, dimulai sebelum
usia 13 tahun
Kriteria penegakan minimal 3 hal di atas yang terjadi dalam 12 bulan.
42 Observasi juga dilakukan kepada agen sosialisasi. Observasi
dilakukan untuk mencari data mengenai peran agen sosialisasi dalam memberikan kontrol terhadap perilaku menyimpang pada anak tunalaras tipe
conduct disorder. Tabel II. Kisi-kisi Pedoman Observasi Peran Agen Sosialisasi sebagai
Kontrol terhadap Perilaku Menyimpang pada Anak Tunalaras Tipe Conduct Disorder.
No Variabel
Sub Variabel Indikator
1. Peran
agen sosialisasi
a. Preventif
1 Menegur
2 Mengancam
3 Menasehati
b. Represif
1 Sapaan
2 Senyuman
c. Persuasif
1 Membujuk
2 Mengarahkan
3 Menghimbau
d. Koersif
Menghukum atau memberi sanksi
Data mengenai perilaku conduct disorder juga diperoleh melalui wawancara. Selain mengetahui perilaku conduct disorder, wawancara juga
mengungkap mengenai peran agen sosialisasi dalam memberikan kontrol terhadap perilaku menyimpang pada anak tunalaras tipe conduct disorder.