Pengertian Agen Sosialisasi Tinjuan Mengenai Agen Sosialisasi
12 kelompok primer yang selalu beratatap muka diantara
anggotanya, sehingga dapat selalu mengikuti perkembangan anggota-anggotanya. Kedua, orang tua memiliki kondisi yang
tinggi untuk mendidik anak-anaknya, sehingga menimbulkan emosional yang hubungan ini sangat memerlukan proses
sosialisasi. Ketiga, adanya hubungan sosial yang tetap, maka dengan sendirinya orang tua memiliki peranan yang penting
terhadap proses sosialisasi kepada anak. Kasih sayang yang diberikan oleh keluarga akan membuat
seorang anak merasa tenang dan nyaman. Selain itu seorang anak juga akan belajar untuk mengasihi orangtuanya seperti yang ia dapatkan.
Keluarga memiliki peranan penting dalam membentuk kepribadian anak. Anak cenderung akan belajar dan meniru dari kebiasaan
orangtuanya. Jadi, perilaku orangtua akan diadopsi oleh anak- anaknya. Menurut Schaefer 2012:98-99 menyatakan:
Anak-anak memperhatikan orangtua mereka saat mereka mengekspresikan rasa sayang, berurusan dengan keuangan,
bertengkar, mengeluh
soal mertua,
dan seterusnya.
Pembelajaran mereka mengekspresikan sebuah proses informal dari sosialisasi antisipasi di mana mereka mengembangkan
model tentatif mengenai seperti apa pernikahan dan menjadi orangtua.
Sedangkan menurut Damsar 2011:70 menyatakan: Kondisi atau kelas ekonomi keluarga menjadi pedoman dan
pijakan dari cita-cita anak. Selain itu kesadaran posisi anak atau peran anak dalam keluarga akan membantu anak dalam
bersosialisasi
dengan memperhatikan
posisinya dalam
berhubungan dengan orang lain. Dari beberapa definisi di atas maka dapat dikatakan bahwa di
dalam keluarga, seorang anak tidak hanya belajar untuk mengenal siapa anggota keluarganya saja, tetapi juga belajar mengenai siapa
dirinya, bagaimana hubungan kedua orangtuanya, serta bagaimana
13 kondisi keluarganya. Dari situlah seseorang dipersiapkan untuk siap
memasuki kehidupan sosial yang lebih luas. b.
Sekolah Memasuki usia sekolah, seorang anak mulai diajarkan untuk
tidak bergantung kepada orangtuanya dan dituntut untuk dapat mandiri. Di sekolah, seorang anak akan bertemu dengan guru dan
lebih banyak teman. Menurut Elly M Setiadi dan Usman Kolip 2011: 179 menyatakan bahwa:
Dalam lingkungan pendidikan, sosialisasi lebih diarahkan pada penanaman ilmu pengetahuan, teknologi dan moralitas. Di
sinilah seorang peserta didik dikenal dengan nilai dan norma yang bersifat resmi. Di sekolah anak tidak boleh melakukan
perbuatan yang melanggar nilai dan norma sosial positif, atau akan mendapatkan sanksi tertentu jika melanggar.
Sekolah merupakan tempat bagi peserta didik untuk belajar,
bermain, bersosialisasi, dan menimba ilmu pengetahuan. Sekolah mensosialisasikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Sehingga
ia dipandang sebagai tempat yang menjadi transisi dari kehidupan keluarga ke dalam kehidupan masyarakat Damsar, 2011: 74.
Sedangkan menurut Schaefer 2012:99 menyatakan: Fungsionalis menunjukkan bahwa sekolah, sebagai agen
sosialisasi, memenuhi fungsi mengajarkan anak-anak nilai dan kebiasaan dari masyarakat yang lebih luas. Teoritikus konflik
setuju, tetapi menambahkan bahwa sekolah menguatkan aspek memecah belah di masyarakat, khususnya dalam hal kelas
sosial.
Sekolah dapat dikatakan sebagai agen sosialisasi yang memiliki peran dalam mentransmisikan budaya melalui pendidikan