Peran Agen Sosialisasi terhadap Anak Conduct Disorder
30 Sekolah juga memiliki sistem berupa tata tertib atau peraturan, tata
tertib ini dapat bersifat mendidik bahkan pula memaksa anak untuk berperilaku selaras dengan aturan yang berlaku. Kepercayaan yang dimiliki
seorang pelajar pada peraturan dan kebijakan sekolah juga dapat menghindarkan anak dari perilaku kenakalan Simons Morton dalam Nissa
Adilla, 2009: 57. Selanjutnya, Sutjihati Somantri 2007:147 menegaskan bahwa:
Tanggung jawab sekolah tidak hanya sekedar membekali anak didik dengan sejumlah ilmu pengetahuan, akan tetapi sekolah juga
bertanggung jawab membina kepribadian anak didik sehingga menjadi seorang individu dewasa yang bertanggung jawab baik terhadap
dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan masyarakat yang lebih luas.
Jika pendidikan disekolah memiliki peran yang besar bagi anak
conduct disorder, maka keluarga sebagai agen sosialisasi primer memiliki peran yang sangat penting dalam mengontrol perilaku menyimpang pada anak
conduct disorder. Frick yang dikutip oleh Keogh 2000 dalam Terry, 2010: 33-34 yang menyatakan :
“Banyak anak dengan gangguan perilaku adalah dari resiko masalah keluarga. Keluarga yang memiliki konflik, orang tua tunggal,
kurangnya keterlibatan dan disiplin orangtua, tingkat pendidikan orangtua yang rendah, dan keterlibatan orangtua dalam kegiatan
kriminal dan penyalah gunaan obat. ”
Keluarga merupakan pendidikan awal yang diterima anak, Keluarga wajib memberikan pengawasan atau monitoring dalam setiap kegiatan anak.
tidak hanya mengontrol kegiatan anak di rumah, tetapi juga bagaimana kegiatan anak di sekolah serta dalam pergaulannya.
31 Suatu penelitian membuktikan bahwa orangtua yang gagal dalam
memantau anak; diantaranya gagal memberikan pengawasan, pengetahuan tentang kegiatan dan keberadaan anak, dan untuk
menegakkan aturan mengenai kemana dan dengan siapa anak boleh pergi berkaitan dengan sikap antisosial pada anak Wenar Kerig.
2005:319. Orangtua yang memberikan pengawasan maksimal pada anak dapat
membatasi perilaku anak, sehingga perilaku, pergaulan, dan kegiatan anak menjadi terkontrol. Anak juga tidak semakin terjerumus kepada pergaulan-
pergaulan negatif yang dapat menguatkan perilaku anak ke arah penyimpangan.
Selain keluarga dan sekolah, hal lain yang menjadi sorotan yaitu masyarakat. Sikap masyarakat dalam menerima kehadiran anak conduct
disorder bermacam-macam, ada yang dapat menerimanya dengan terbuka, ada yang biasa dan cuek, ada pula yang menolak. Pada masyarakat yang
menerima kehadiran anak, mereka akan mengambil peran dan ikut terlibat untuk mengajak dan mengarahkan sikap positif, sedangkan pada mayarakat
yang menolak, mereka lebih cenderung untuk menghakimi.