PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN ULAR TANGGA TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Way K

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA

PEMBELAJARAN ULAR TANGGA TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN

(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Way Krui Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh FEBRI

Hasil observasi dan wawancara dengan guru biologi yang mengajar di kelas VII SMP Negeri 1Way Krui, diketahui bahwa rata-rata hasil belajar biologi siswa di bawah kriteria ketuntasan minimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran TGT dengan media ular tanggadapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa dalam materi pokok organisasi kehidupan.

Desain penelitian ini adalah pretes-postes tak ekuivalen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Way Krui Tahun Pelajaran 2013/2014. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII.A dan VII.B yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Data penelitian ini berupa data

kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretes dan postes, serta N-gain yang dianalisis dengan uji-t dan uji-u. Data kualitatif berupa data aktivitas belajar siswa dan angket tanggapan siswa terhadap model TGT


(2)

Febri

dengan media ular tangga dianalisis secara deskriptif menggunakan indeks aktivitas siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelas

eksperimen adalah 66,14 lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu 59,77. Selain itu, rata-rata persentase aktivitas belajar siswa berkriteria tinggi, dengan persentase peningkatan aktivitas siswa pada aspek mendengarkan

pendapat 93,94 , mengajukan pertanyaan 58,33, bertukar informasi 75,76, bekerja sama dalam kelompok 75,76, dan membuat kesimpulan 87,12. Pada peningkatan rata-rata indikator C1 untuk kelas eksperimen adalah 40,15, kelas kontrol 16,67. Peningkatan rata-rata indikator C2 untuk kelas eksperimen adalah 28,56, kelas kontrol 22,22. Peningkatan rata-rata indikator C3 untuk kelas eksperimen adalah 43,94, kelas kontrol 31,82. Hasil angket diketahui bahwa penerapan model pembelajaran TGT dengan media ular tangga pun mendapat tanggapan yang positif dari siswa. Sehingga disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model TGT dengan media ular tangga berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa.


(3)

(4)

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA

PEMBELAJARAN ULAR TANGGA TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN

(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Way Krui Tahun Pelajaran 2013/2014)

(Skripsi)

Oleh FEBRI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 9

2. Desain pretes-postes kelompok tak ekuivalen ... 25

3. Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran TGT ... 43

4. Contoh jawaban siswa indikator aspek kognitif tingkat C1 (LKS kelas eksperimen pertemuan ke-1). ... 49

5. Contoh jawaban siswa indikator aspek kognitif tingkat C2 (LKS kelas eksperimen pertemuan ke-1) ... 50

6. Contoh jawaban siswa indikator aspek kognitif tingkat C1 (LKS kelas eksperimen pertemuan ke-2) ... 50

7. Contoh jawaban siswa indikator aspek kognitif tingkat C2 (LKS kelas eksperimen pertemuan ke-2) ... 51

8. Siswa mengerjakan soal pretes... 125

9. Mengorganisasikan siswa untuk mengerjakan LKS ... 126

10.Mengorganisasikan siswa untuk mengerjakan LKS.. ... 126

11.Menjawab pertanyaan dari LKS... 127

12.Mengorganisasikan siswa untuk bermain Ular Tangga. ... 127

13.Mengawali pembelajaran.. ... 128

14.Mengorganisasikan siswa untuk berdiskusi mengerjakan LKS ... 128

15.Siswa berdiskusi mengerjakan LKS ... 129


(6)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

F. Kerangka Pikir ... 7

G. Hipotesis ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif ... 10

B. Model Pembelajaran Teams Games Tournamen ... 12

C. Media Ular Tangga ... 16

D. Hasil Belajar Siswa ... 20

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

B. Populasi dan Sampel ... 24

C. Desain Penelitian ... 24

D. Prosedur penelitian ... 25

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data ... 30

F. Teknik Analisis Data ... 32

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39


(7)

v V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 52

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

LAMPIRAN 1. Silabus ... 57

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 59

3. Lembar Kerja Kelompok Kelas Eksperimen ... 67

4. Lembar Kerja Kelompok Kelas Kontrol ... 79

5. Kisi-Kisi Soal Pretes dan Postes ... 91

6. Soal Pretes dan Postes ... 95

7. Kunci Jawaban ... 98

8. Data-Data Hasil Penelitian ... 102

9. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 109


(8)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Skor per jawaban angket ... 31

2. Data angket tanggapan siswa ... 32

3. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap model TGT dengan media ular tangga ... 32

4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 36

5. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa... 38

6. Data Aktivitas Belajar Siswa ... 39

7. Hasil Analisis Statistik Nilai Pretes, Postes Dan N-Gain Siswa ... 40

8. Hasil analisis rata-rata N-gain setiap indikator C1, C2, dan C3 ... 42

9. Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 102

10.Aktivitas Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 103

11.Nilai Pretes, Postest, dan N-Gain Kelas Eksperimen ... 104

12.Nilai Pretes, Postest, dan N-Gain Kelas Kontrol ... 105

13.Skor Perindikator Pretes Dan Postes Kelas Eksperimen ... 106

14.Skor Perindikator Pretes Dan Postes Kelas Kontrol ... 107

15.Hasil Angket Tanggapan Siswa ... 108

16.Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen Dan Kontrol ... 109

17.Hasil uji Mann-Whitney U pretes kelas eksperimen dan kontrol ... 110

18.Hasil Uji Normalitas Postest Kelas Eksperimen Dan Kontrol ... 111


(9)

vii

20.Hasil Uji Normalitas Gain Kelas Eksperimen Dan Kontrol ... 113

21.Hasil Uji Homogenitas Gain Kelas Eksperimen Dan Kontrol ... 114

22.Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata ... 116

23.Hasil Uji Normalitas N-Gain C1 Kelas Eksperimen Dan Kontrol ... 117

24.Hasil Uji Mann-Whitney U N-Gain C1 Kelas Eksperimen Dan Kontrol ... 118

25.Hasil Uji Normalitas N-Gain C2 Kelas Eksperimen Dan Kontrol ... 119

26.Hasil Uji Homogenitas N-Gain C2 Kelas Eksperimen Dan Kontrol ... 120

27.Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata ... 122

28.Hasil Uji Normalitas N-Gain C3 Kelas Eksperimen Dan Kontrol ... 123

29.Hasil Uji Mann-Whitney U N-Gain C3 Kelas Eksperimen Dan Kontrol ... 124


(10)

(11)

(12)

MOTO

“Karena s

esungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu

telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan)

yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap

( Q.S Alam Nasyrah :4-8).

“Orang yang berilmu dan mengamalkannya akan didoakan dan dimintakan ampun

oleh seluruh makhluk yang ada di langit dan bumi”

(Al Hadist).

“ Niat baik dan cita mulia tidak menghalalkan segala cara”


(13)

(14)

i

Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang

PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya

sehingga karya ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam selalu dicurahkan

kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Teriring doa , rasa syukur dan segala kerendahan hati

Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya ini

untuk orang-orang tercinta sepanjang hidupku:

Yang tercinta ibu Erwani dan bapakku Yurja (alm), yang telah mendidik dan

membesarkanku dengan segala doa terbaik, memberikan limpahan cinta dan kasih sayang

yang tak terbatas, selalu menguatkanku, mengingatkanku ketika alpa, dan senantiasa

mendukung segala langkahku menuju kebahagian dunia dan akhirat.

Kakak-kakakku (Rafikri (alm), Doni Setiawan, Yudi Saputra) dan adik-adikku (Pediyansah,

Edwar, Putri Yulyani) yang selalu memberikan kekuatan, motivasi, senantiasa

menyayangiku dan membantuku ketika banyak kesulitan yang aku hadapi.

Sahabat dan teman-teman seperjuangan

Para Pendidik dan Dosen tercinta

Almamater tercinta Universitas Lampung.


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gunung Kemala, Lampung Barat pada 29

September 1992, yang merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara pasangan Bapak Ali Yurja (alm) dan Ibu Erwani.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah SD Negeri 1 Gunung Kemala (1998-2004), SMP Negeri 3 Pesisir Tengah (2004-2007), Madrasah Aliyah Negeri Krui (2007-2010). Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB).

Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Belalau dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Pekon Kejadian Kecamatan Belalau Kabupaten Lampung Barat (Tahun 2013), dan penelitian pendidikan di SMP Negeri 1 Way Krui untuk meraih gelar sarjana pendidikan/S.Pd.


(16)

ii

SANWACANA

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN ULAR TANGGA TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Way Krui Tahun Pelajaran 2013/2014)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;

4. Drs. Darlen Sikumbang M. Biomed., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;


(17)

iii

5. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;

6. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai; 7. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan dan

motivasi yang sangat berharga;

8. Yusirman, S.Pd., selaku Kepala SMP Negri 1 Way Krui dan Ansyori Ibrahim, S. Pd selaku guru mitra, yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian serta motivasi yang sangat berharga;

9. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas VIIA dan VIIB SMP Negeri 1 Way Krui atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung;

10.Sahabat-sahabatku I Putu Arie Permana, Taufik Ardi Yanto, Rinu Bakti Dewantara, M. Akbar, Rizki, Linda Asrina, Gesca Sonarita, serta semua sahabat di Pendidikan Biologi 2010 atas motivasi, doa dan bantuannya, semangat kebersamaan dan kekeluargaan yang terjalin hingga saat ini. 11.Rekan-rekan Formandibula (Forum Mahasiswa Pendidikan Biologi), kakak

dan adik tingkat Pendidikan Biologi FKIP UNILA atas persahabatan yang kalian berikan;

12.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih, semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Februari 2015 Penulis


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pembelajaran di sekolah saat ini sangat menekankan pada konsep teoritis yang pada kenyataannya tidak cukup memenuhi kebutuhan siswa dalam

kehidupan sehari-hari karena tidak sesuai dengan tuntunan lingkungan sebenarnya. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menekankan pada

pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (Trianto, 2009: 153). Salah satu obyek IPA di alam sekitar yang berupa makhluk hidup merupakan daya tarik tersendiri yang dapat menarik perhatian dan minat siswa untuk

mempelajarinya serta memberikan pengetahuan tentang lingkungan sekitar yang berhubungan langsung dalam kehidupan siswa sehari-hari sehingga perlu pema-haman yang mendalam (Rohani, 2004: 35). Kesalahan klasik yang selalu muncul dalam memahami mata pembelajaran ini adalah dianggapnya biologi sebagai materi yang harus dihafalkan, sehingga bagi sebagian siswa menganggap biologi sebagai pelajaran yang membosankan (BSNP, 2006: iv).

Banyak usaha yang dapat dilakukan oleh seorang guru agar siswa dapat menerima materi pelajaran dengan mudah dan cepat. Diantaranya adalah dengan


(19)

2

menghadirkan media pembelajaran yang tepat sebagai pelengkap proses belajar mengajar sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara optimal serta menggunakan model yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan

karakteristik materi pelajaran yang akan diajarkan. Dengan menggunakan model dan media pembelajaran secara tepat dan sesuai dengan konsep-konsep materi yang diajarkan maka pemahaman siswa terhadap konsep tersebut akan tertanam dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Suyitno (2000: 37) bahwa untuk menunjang kelancaran pembelajaran disamping pemilihan model yang tepat juga perlu digunakan suatu media pembelajaran yang sangat berperan dalam

membimbing siswa dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi dan diskusi dengan guru IPA yang mengajar di kelas VII SMP Negeri 1Way Krui, diketahui bahwa materi organisasi kehidupan sulit dipahami dan diterima oleh siswa, materi ini cukup luas dalam pembelajarannya mulai dari sel, jaringan, organ, sistem organ dan organisme. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru SMP Negeri 1Way Krui masih menggunakan metode ceramah dan diskusi, padahal materi tersebut masih baru dan verbal bagi siswa bila hanya dilakukan pembelajaran dengan metode ceramah serta dimungkinkan akan cepat lupa. Kurangnya antusias siswa dalam pembelajaran serta kurangnya pemanfaatan informasi belajar dari kehidupan sehari-hari siswa, dan diketahui pula nilai rata-rata siswa pada materi organisasi kehidupan di bawah standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah di tetapkan oleh sekolah, KKM yang ditetapkan SMP Negeri 1Way Krui yaitu 65.


(20)

3

Pembelajaran dengan ceramah terbukti dapat memengaruhi turunnya minat dan hasil belajar siswa di SMP Negeri 1Way Krui pada materi pokok organisasi kehidupan. Solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan menerapkan media dan model pembelajaran yang menyenangkan. Salah satu model pembelajaran yaitu Teams Games Tournamen (TGT) dengan media ular tangga dapat dipakai untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini telah dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan Hanifiyah (2013 : 6) bahwa model pembelajaran koperatif tipe teams games tournament yang dibantu media ular tangga dapat meningkatkan proses pembelajaran konsep klasifikasi makhluk hidup di kelas VII.

Melihat kenyataan tersebut, dirasa sangat perlu adanya media pembelajaran yang dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap konsep materi Organisasi Kehidupan. Media pembelajaran sangat perlu dihadirkan dalam proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pembelajaran terutama pada pembelajaran ilmu alam. Pengajaran ilmu alam sangat diperlukan adanya media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar, karena pengajaran hanya dengan kata-kata tidak dapat mengembangkan sifat teliti, kritis dan sifat menyelidiki pada diri siswa (Slameto, 2010: 29).

Untuk meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pelajaran, diperlukan inovasi dari model-model pembelajaran yang sudah ada agar proses pembelajaran lebih menyenangkan. Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang diduga dapat menciptakan nuansa kegembiraan adalah model pembelajaran kooperatif


(21)

4

tipe Teams Games Tournament (TGT). TGT adalah pembelajaran kooperatif yang melibatkan peserta didik bekerja dalam kelompok, di dalamnya terdapat diskusi kelompok dan diakhiri suatu game atau turnamen. Dalam TGT, peserta didik dibagi menjadi beberapa tim belajar yang terdiri atas empat sampai enam orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan dan jenis kelaminnya. Agar nuansa kegembiraan lebih terasa, pada sesi turnamen digunakan permainan ular tangga sebagai media kompetisi. Peserta didik diajak untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan pengetahuan. Dengan model dan media ini diharapkan peserta didik akan lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran serta mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah penggunaan model pembelajaran TGT dengan media pembelajaran ular tangga berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi pokok organisasi kehidupan ?

2. Apakah penggunaan model pembelajaran TGT dengan media pembelajaran ular tangga berpengaruh signifikan terhadap peningkatan hasil belajar biologi materi pokok organisasi kehidupan ?


(22)

5

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh penggunaan model pembelajaran TGT dengan media pembelajaran ular tanggaterhadap aktivitas belajar siswa pada materi pokok organisasi kehidupan.

2. Pengaruh penggunaan model pembelajaran TGT dengan media pembelajaran ular tanggaterhadap peningkatan hasil belajar biologi materi pokok organisasi kehidupan.

D. Manfaat Penelitian

Setelah diadakannya penelitian ini, maka hasilnya dapat digunakan untuk: 1. Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman mengajar sebagai calon guru dalam menggunakan model pembelajaran TGT dengan media pembelajaran ular tangga.

2. Bagi guru

Memberikan wawasan bagi guru untuk menggunakan model pembelajaran

TGT dengan media pembelajaran ular tangga sebagai alternatif untuk diterapkan dalam pembelajaran biologi untuk mengoptimalkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa.

3. Bagi siswa

a. Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dalam mempelajari materi pokok organisasi kehidupan.


(23)

6

b. Mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran dan dapat mengurangi kejenuhan siswa dalam belajar di kelas.

4. Bagi Sekolah

Sebagai masukan dalam usaha meningkatkan mutu proses dan hasil belajar dalam mata pelajaran biologi.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari kesalahan penafsiran pada permasalahan yang dibahas, maka dikemukakan beberapa batasan, yaitu :

1. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 1 Way Krui Kabupaten Pesisir Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.

2. Materi pokok yang diteliti adalah organisasi kehidupan, dengan K.D 6.3 “Mendeskripsikan keragaman pada sistem organisasi kehidupan mulai dari tingkat sel sampai organisme”.

3. Hasil belajar yang diukur adalah hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil tes awal dan tes akhir.

4. Aktivitas belajar siswa semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran yang diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa.

5. Model Pembelajaran yang digunakan model kooperatif tipe TGT dengan media ular tangga, media ular tangga di gunakan pada sesi Games dan

Tournament ada pun langkah-langkahnya sebagai berikut: (1) pembentukan kelompok yang terdiri dari 4 kelompok serta terdiri dari 5-6 orang anggota kelompok; (2) membagikan LKS ke siswa serta menugaskan siswa untuk


(24)

7

berdiskusi membahas soal-soal pada LKS yang nantinya digunakan dalam permainan ular tangga; (3) menentukan kelompok pertama yang bermain ular tangga kemudian memulai permainan; (4) kelompok pertama yang bermain berhak menjawab soal nomor satu pada LKS jika jawaban benar berhak mengocok dadu dan bermain ular tangga, jika jawaban salah maka permainan dilempar ke kelompok selanjutnya; (5) setiap kali permainan dilakukan setiap kelompok hanya berhak menjawab satu soal meskipun jawaban yang dilontarkan benar, kemudian kelompok tersebut menunggu giliran bermain kembali; (6) permainan berhenti setelah semua pertanyan pada LKS telah terjawab; (7) menghitung poin akhir yang di peroleh dari 90% jawaban LKS dan 10 % dari poin akhir ular tangga kemudian mengakumulasikannya; (8) guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan poin tertinggi (dimodifikasi dari Hamdani, 201: 92)

F. Kerangka Pemikiran

Upaya perbaikan mutu pendidikan menuntut pendidik untuk mengembangkan pola belajar yang menekankan agar siswa merasa mengalami dan melakukan sesuatu dalam mengkonstruksi pengetahuan yang dimilikinya sehingga

pembelajaran tidak cenderung bersifat verbalistik. Pembelajaran IPA khususnya biologi masih dianggap sebagian besar siswa sebagai pelajaran yang cukup sulit dipahami, termasuk materi pokok organisasi kehidupan. Hal ini dapat terjadi karena kurang tepatnya penggunaan model pembelajaran di kelas. Guru masih


(25)

8

sering menggunakan metode pembelajaran yang bersifat teacher centered, hal ini menyebabkan siswa lebih banyak mengandalkan informasi yang berasal dari guru sehingga mengakibatkan aktivitas siswa cenderung pasif. Hal tersebut membuat guru dituntut untuk mengembangkan pola belajar yang membuat siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran serta menekankan agar siswa merasa mengalami langsung proses pembelajaran. Dengan pola belajar yang demikian diharapkan aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk mewujudkan pembelajaran yang bermakna yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif adalah model TGT dengan media ular tangga. Model pembelajaran kooperatif TGT yang melibatkan peserta didik bekerja dalam kelompok, di dalamnya terdapat diskusi kelompok dan diakhiri suatu game atau turnamen. Dalam TGT peserta didik dibagi menjadi beberapa tim belajar yang terdiri atas empat sampai enam orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan dan jenis kelaminnya. Agar nuansa kegembiraan lebih terasa, pada sesi turnamen digunakan permainan ular tangga sebagai media kompetisi. Dengan melakukan kegiatan tersebut dalam proses belajarnya berarti siswa telah melakukan aktivitas yang dapat menunjang hasil belajarnya.

Proses pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT dan media ular tangga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena siswa dituntut melibatkan diri secara aktif baik dengan anggota kelompoknya maupun dengan seluruh siswa yang ada di kelas tersebut.


(26)

9

Adapun variabel bebas (X) dari penelitian ini adalah penggunaan model

pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dengan media pembelajaran ular tangga, sedangkan variabel terikatnya (Y) adalah hasil belajar siswa. Hubungan antara variabel tersebut digambarkan dalam diagram berikut ini :

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

Keterangan: X = penggunaan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dengan media pembelajaran ular tangga, Y= hasil belajar siswa.

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah;

H0 : Penggunaan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dengan

media pembelajaran ular tangga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan hasil belajar biologi materi pokok organisasi kehidupan.

H1 : Penggunaan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dengan

media pembelajaran ular tangga berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan hasil belajar biologi materi pokok organisasi kehidupan.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran koperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Dalam pembelajaran kooperatif diterapkan strategi pembelajaran dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pembelajaran Dzaqi (2009: 5). Dalam pembelajaran ini, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Menurut Hartono (2013: 101) pembelajaran kooperatif (cooperative learning)

adalah bentuk pengajaran yang membagi siswa dalam beberapa kelompok yang bekerja sama antara satu siswa dengan yang lainnya untuk memecahkan masalah.

Karakteristik strategi pembelajaran kooperatif menurut Suyanti (2010: 99) yaitu: a. Pembelajaran secara tim


(28)

11

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat siswa belajar. Semua anggota tim (anggota kelompok) harus saling

membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. b. Didasarkan pada manajemen kooperatif

Manajemen pembelajaran kooperatif secara umum mempunyai empat fungsi pokok yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, dan kontrol.

c. Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif.

d. Keterampilan bekerjasama

Kemampuan untuk bekerja sama dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambar dalam keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain.

Dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar bersama dalam kelompok kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri atas 4 (empat) atau 6 (enam) orang siswa, dengan kemampuan heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri atas campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat


(29)

12

untuk melatih siswa menerima perbedaan cara bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya (Hartono, 2013: 100).

Menurut Hamdani (2011: 30) pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Setiap anggota memiliki peran.

b. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa.

c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas cara belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya.

d. Guru membantu menggambarkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok.

e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang memiliki latar belakang dan kondisi yang berbeda untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama sehingga mereka belajar untuk menghargai satu sama lain meskipun mereka berbeda ras, budaya, kelas sosial maupun

kemampuan (Nurhadi, 2004: 60).

B. Model Pembelajaran Team Games Tournamen (TGT)

Pembelajaran kooperatif model TGT merupakan salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, dan mengandung unsur permainnan dan reinforcement (Slavin, 2008: 178).


(30)

13

Aktivitas belajar dengan model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persayingan sehat, dan keterlibatan belajar (Hamdani, 2011: 92).

Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)

menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, dimana para peserta didik berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota lain yang bekerja. Menurut Hamdani (2011: 93) terdapat lima komponen dalam plaksanaan pembelajaran kooperatif model TGT, yaitu: 1. Penyajian kelas (Class Presentation)

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung yang dipimpin oleh guru. Pada saat penyajian kelas ini peserta didik harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu peserta didik bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat games karena skor games akan menentukan skor kelompok.

2. Kelompok (Teams)

Kelompok biasanya terdiri dari 5 sampai 7 orang peserta didik yang

anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat games.


(31)

14

Games terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat peserta didik dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan games terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Peserta didik memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Peserta didik yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya

dikumpulkan untuk menentukan tim mana yang mendapat skor tertinggi dan akan diberi penghargaan sebagai pemenang dari games.

4. Turnamen (Tournaments)

Tournaments adalah sebuah struktur di mana games berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Bagi tim yang telah menyelesaikan soal-soal game terdahulu, diminta untuk mempresentasikan hasilnya dengan diwakili oleh masing-masing anggota regunya yang menjawab. Kompetisi yang seimbang ini, memungkinkan para peserta didik dari semua tingkatan kinerja

sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka jika mereka melakukan yang terbaik.

5. Penghargaan kelompok (teams recognize)

Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Nuryannsyah (2010: 38) kelompok mendapat julukan “super


(32)

15

team” jika rata-rata sekor mencapai 45 atau lebih, “great team” apa bila rata

-rata mencapai 40-45, dan “good team” apa bila rata-ratanya 30-40.

Menurut Trianto (2009: 84) kelebihan dari pembelajaran TGT antara lain: meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas, mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu, dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam, proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa, mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain, motivasi belajar lebih tinggi, hasil belajar lebih baik meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sedangkan kelemahan TGT adalah: 1. Bagi guru, sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan

heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok. Waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh. 2. Bagi siswa, masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan

sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.


(33)

16

C. Media Ular Tangga

Menurut Sadiman (2008: 6) media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau

pengantar. Sedangkan Gagne (dalam Sadiman, 2008: 6) berpendapat bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat

merangsangnya untuk belajar. Menurut Briggs (dalam Sadiman, 2008: 6) media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Dapat disimpulkan dari pengertian beberapa ahli mengenai definisi media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga dapat merangsang perhatian, minat pikiran, dan perasaan pembelajar (siswa) dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Rossi dan Breidle (dalam Sanjaya, 2009: 204) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, Koran, majalah dan sebagainya. Menurut rossi, alat-alat semacam radio dan televisi kalau digunakan dan diprogramkan untuk pendidikan, maka merupakan media

pembelajaran. Dalam pembelajaran biologi, guru dituntut untuk memberikan keberartian sebuah pembelajaran. Untuk itu, peranan media pembelajaran harus diperhatikan. Menurut Solihatin (dalam Permatasari, 2011: 12), secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah untuk memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.


(34)

17

Pendapat yang dikemukakan Sadiman (2008: 17), penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk: a) Menimbulkan kegairahan belajar. b)

Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan

lingkungan dan kenyataan. c) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

Banyaknya media yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran salah satunya dengan menggunakan media ular tangga. Media ular tangga ini pun sudah banyak diterapkan dalam pembelajaran, salah satunya adalah (Hanifiyah, 2013: 6)

berkesimpulan dalam penelitiannya model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament yang dibantu media ular tangga cocok diterapkan pada proses pembelajaran konsep Klasifikasi Makhluk Hidup di kelas VII B MTs Al-Mashbah Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya.

Suhermin (2009: 1) mengemukakan, ular tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh dua orang atau lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak digambar sejumlah "tangga" atau "ular" yang menghubungkannya dengan kotak lain. Permainan ini diciptakan pada tahun 1870. UNESCO (1988: 27) dalam serial dokumennya melansir “Snakes and Ladders is a popular game for children in many countries of the world. It is easy to make from basic materials and can be adapted to suit many learning

situations”. Ular Tangga adalah permainan yang populer untuk anak-anak di banyak negara di dunia. Sangat mudah untuk membuatnya dari bahan dasar dan


(35)

18

dapat disesuaikan dengan banyak situasi belajar. Menurut (Sugiarto, 2013) permainan ular tangga merupakan salah satu permainanan tradisional yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Permainan ini, selain menarik perhatian peserta didik agar kegiatan pembelajaran terasa lebih menarik, juga membantu dalam mengembangkan keterampilan proses.

Pada permainan ular tangga, medan permainan adalah sebuah papan atau karton bergambar kotak-kotak biasanya berukuran 10x10 kotak. Tiap kotak diberi nomor urut mulai dari nomor 1 dari sudut kiri bawah sampai nomor 10 di sudut kanan. Menurut Janah (2009) menyatakan bahwa tidak ada bentuk standar dari papan ular tangga. Setiap orang dapat menciptakan sendiri papan mereka dengan jumlah kotak, ular dan tangga yang berlainan. Permainan sederhana namun

mengasyikkan ini tersebar di seluruh dunia dan umumnya memiliki ciri yang sama dengan nama yang umumnya merupakan terjemahan dari kata ular dan tangga dalam bahasa masing-masing. Ada beberapa aturan dalam penggunaan media permainan ular tangga menurut pendapat Rahman (2010) diantaranya adalah:

a. Semua pemain memulai permainan dari petak nomor 1 dan berakhir pada petak nomor 100.

b. Terdapat beberapa jumlah ular dan tangga yang terletak pada petak tertentu pada papan permainan.

c. Terdapat 1 buah dadu dan beberapa bidak. Jumlah bidak yang digunakan sesuai dengan jumlah pemain. Biasanya bidak menggunakan warna yang


(36)

19

berbeda untuk setiap pemain, tidak ada aturan tertentu untuk jenis bidak yang harus digunakan.

d. Panjang ular dan tangga bermacam-macam, ular dapat memindahkan bidak pemain mundur beberapa petak, sedangkan tangga dapat memindahkan bidak pemain maju beberapa petak.

e. Sebagian dari ular dan tangga adalah pendek, dan hanya sedikit tangga yang panjang. Pada beberapa papan bermain terdapat ular pada petak nomor 99 yang akan memindahkan bidak pemain jauh ke bawah.

f. Untuk menentukan siapa yang mendapat giliran pertama, biasanya dilakukan pelemparan dadu oleh setiap pemain, yang mendapat nilai tertinggi ialah yang mendapat giliran pertama.

g. Semua pemain memulai dari petak nomor 1.

h. Pada saat gilirannya, pemain melempar dadu dan dapat memajukan bidaknya beberapa petak sesuai dengan angka hasil lemparan dadu.

i. Boleh terdapat lebih dari 1 bidak pada suatu petak.

j. Jika bidak pemain berakhir pada petak yang mengandung kaki tangga, maka bidak tersebut berhak maju sampai pada petak yang ditunjuk oleh puncak dari tangga tersebut.

k. Jika bidak pemain berakhir pada petak yang mengandung ekor ular, maka bidak tersebut harus turun sampai pada petak yang ditunjuk oleh kepala dari ular tersebut.


(37)

20

l. Pemenang dari permainan ini adalah pemain yang pertama kali berhasil mencapai petak 100.

Menurut (Sugiarto, 2013) Permainan ini dapat dimainkan untuk semua mata pelajaran dan semua jenjang kelas, karena didalamnya hanya berisi berbagai bentuk pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa melalui permainan tersebut sesuai dengan jenjang kelas dan mata pelajaran tertentu. Seluruh pertanyaan-pertanyaan tersebut telah dibukukan menjadi satu sekaligus dengan petunjuk permainannya.

Permainan ular tangga juga memiliki banyak manfaat dalam hal pendidikan. Berikut ini pendapat peneliti manfaat yang bisa diperoleh siswa dari permainan ular tangga : a) Melatih siswa belajar matematika sederhana (penjumlahan dan pengurangan), b) Siswa dapat menambah kosa kata baru melalui gambar dalam papan ular tangga tersebut (berlatih mendeskripsikan gambar), c) Melatih siswa belajar membaca, d) Melatih siswa belajar memahami kalimat permintaan atau perintah, e) Siswa bermain peran ketika melakukan perintah atau permintaan sesuai dengan pertanyaan yang tertulis dalam tiap kotak ular tangga tersebut (Ariesta, 2011: 43).

D. Hasil Belajar

Menurut Hamalik (2004: 30) menyatakan bahwa hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkalah laku pada diri siswa, yang dapat di amati dan di ukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan


(38)

21

tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, missal dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya. Menurut Rusyan (dalam Herlina, 2007: 24) Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah ia melakukan kegiatan belajar mengajar tertentu atau setelah ia menerima

pengajaran dari seorang guru pada suatu saat.

Menurut (Dahar, 1996: 134) mengemukakan lima macam hasil belajar, tiga di antaranya bersifat kognifif, satu bersifat afektif, dan satu lagi bersifat

psikomotorik.

Menurut Bloom (dalam Dahar, 1996: 136 ) yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Perinciannya adalah sebagai berikut :

1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, penerapan, analitis, sintesis dan penilaian.

2. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai,

organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau komplesk nilai.

3. Ranah psikomotorik meliputi ketrampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular, (menghubungkan, mengamati).


(39)

22

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah tersebut, biasanya ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai bahan pengajaran. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah melakukan aktivitas pembelajaran, yang diwujudkan dengan tiga aspek kemampuan yaitu berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua golongan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor intern ini terbagi atas tiga faktor

(Slameto, 2010: 53) yaitu :

1. Faktor jasmaniah yang berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya, bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.

2. Faktor pisikologis, ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor pisikologis yang meliputi inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan.

3. Faktor kelelahan, terbagi atas dua yaitu, kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. Faktor ekstern pun dapat dikelompokan menjadi tiga faktor (Slameto, 2010: 54) yaitu:


(40)

23

1. Faktor keluarga, faktor ini siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa, cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadan ekonomi keluarga.

2. Faktor sekolah, yang berpengaruh mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

3. Faktor masyarakat, masyarakat merupakan faktor eksteren yang juga

berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat.


(41)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2014 di SMP Negeri 1Way Krui, Kabupaten Pesisir Barat.

B. Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII smester genap SMP Negeri 1 Way Krui, Kabupaten Pesisir Barat tahun pelajaran 2013/2014.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Sampel tersebut adalah siswa-siswi kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan siswa-siswi kelas VII B sebagai kelas kontrol.

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes tak ekuivalen (Riyanto, 2001: 43). Kelas kontrol maupun kelas eksperimen menggunakan kelas yang ada dan satu level dengan kondisi yang homogen. Kelas eksperimen diberi perlakuan menggunakan model TGT dengan media ular tangga,kelas kontrol menggunakan metode diskusi. Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:


(42)

25

Kelompok pretes perlakuan postes I O1 X O2

II O1 C O2

Gambar 2. Desain pretes-postes tak ekuivalen.

Keterangan: I = Kelas eksperimen; II = Kelas kontrol; O1 = Pretest; .O2 = Postes; X = Perlakuan model TGT dengan media ular tangga;C = perlakuan dengan metode diskusi.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut :

a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan (observasi) ke sekolah. b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk

mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen. d. Mengambil data yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatan

kelompok.

e. Membuat prangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk setiap pertemuan.


(43)

26

2. Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan pembelajaran pada penelitian ini dilaksanakan dengan menerapkan model TGT dengan media ular tangga untuk kelas eksperimen dan

menerapkan metode diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Pertemuan pertama membahas submateri pokok sel dan jaringan. Pertemuan kedua membahas submateri pokok organ, sistem organ dan organisme, dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

a. Kelas eksperimen 1) Pendahuluan

a) Guru memberikan pretes mengenai sel, jaringan, organ, sistem organ dan organisme.

b) Guru menyatakan tujuan pembelajaran.

c) Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara: Pertemuan I: guru memberikan penegasan bahwa tubuh kita memiliki satuan struktural dan fungsional terkecil yang sangat berperan penting yakni sel.

Pertemuan II: pertemuan kali ini kita akan membahas tentang materi organisasi kehidupan yakni organisasi kehidupan tingkat organ dan sistem organ.

d) Guru memberikan apersepsi yaitu: (pertemuan I);Disusun dari apa sajakah tubuh makhluk hidup?Jaringan apa sajakah yang


(44)

27

menyusun mata? (pertemuan II); Adaberapakah sistem organ dalam tubuh manusia?

Apakah yang dimaksud dengan organisme?Apayang terjadi bila satu organ dalam sistem organ mengalami gangguan?

2) Kegiatan inti

a) Persentasi guru, guru menjelaskan materi yang akan dipelajari. b) Pembentukan kelompok oleh guru yang terdiri dari 4 kelompok

serta terdiri dari 5-6 orang anggota kelompok.

c) Membagikan LKS kesiswa serta menugaskan siswa untuk berdiskusi membahas soal-soal pada LKS yang nantinya akan digunakan dalam permainan ular tangga.

d) Menentukan kelompok pertama yang bermain ular tangga kemudian memulai permainan.

e) Kelompok pertama yang bermain berhak menjawab soal nomor satu pada LKS jika jawaban benar berhak mengocok dadu dan bermain ular tangga, jika jawaban salah maka permainan dilempar ke kelompok selanjutnya.

f) Setiap kelompok berkompetisi untuk memperoleh nilai tertinggi dalam permainan ular tangga.

g) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan sekor tertinggi.


(45)

28

3) Penutup

a. Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah dipelajari dengan bimbingan guru.

b. Siswa mengerjakan tes akhir (postes).

c. Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

d. Siswa memperhatikan penyampaian tentang rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

b. Kelas Kontrol

Kelas kontrol adalah kelas yang menggunakan metode diskusi. 1) Pendahuluan

a) Guru memberikan pretes mengenai sel, jaringan, organ, sistem organ dan organisme.

b) Guru menyajikan indikator pembelajaran.

c) Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara: Pertemuan I: guru memberikan penegasan bahwa tubuh kita memiliki satuan struktural dan fungsional terkecil yang sangat berperan penting yakni sel. Pertemuan II: pertemuan kali ini kita akan membahas tentang materi organisasi kehidupan yakni organisasi kehidupan tingkat organ dan sistem organGuru memberikan appersepsi yaitu: (pertemuan I); Disusun dari apa sajakah tubuh makhluk hidup?Jaringan apa sajakah yang


(46)

29

menyusun mata? Ada berapakah sistem organ dalam tubuh manusia? (pertemuan II); Apakah yang dimaksud dengan organisme?Apa yang terjadi satu organ dalam sistem organ mengalami gangguan?

d) Guru menyajikan materi sebagai pengantar. Pertemuan pertama membahas submateri pokok sel dan jaringan. Pertemuan kedua membahas submateri pokok organ dan sistem organ.Pertemuan ketiga membahas submateri pokok organisme.

2) Kegiatan Inti

a) Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok.

b) Guru memberikan LKS dan meminta siswa untuk melakukan diskusi mengerjakan LKS yang diberikan.

c) Masing-masing kelompok mempersentasikan hasil diskusinya dan melakukan tanya jawab.

d) Guru meluruskan jika terjadi kesalahan atau perbedaan pendapat antar kelompok.

3) Penutup

a. Guru membuat kesimpulan mengenai materi yang di ajarkan. b. Guru memberikan tes akhir (postes).

c. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.


(47)

30

E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah : 1. Jenis Data

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu berupa hasil belajar siswa pada materi pokok organisasi kehidupan yang diperoleh dari nilai pretes dan postes.

Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes dengan postes, lalu dianalisis secara statistik.

b. Data Kualitatif

Data kualitatif berupa data aktivitas siswa dan data angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran TGT dengan media ular tangga.

2. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut: a. Pretes dan Postes

Data hasil belajar siswa berupa nilai pretes dan postes. Nilai pretes diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes diambil di akhir pembelajaran pada pertemuan kedua setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal essay.

Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu : S= x 100

Keterangan : S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008 : 112).

R N


(48)

31

b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang

diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Aspek yang diamati yaitu: aktivitas siswa bekerjasama dengan teman, melakukan kegiatan diskusi, mempresentasikan hasil diskusi kelompok.

c. Angket Tanggapan Siswa

Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran dikumpulkan melalui penyebaran angket. Angket tanggapan berisi 8 pernyataan yang terdiri dari 4 pernyataan positif dan 4 pernyataan negatif. Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:

1) Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan ketentuan pada Tabel 1.

Tabel 1. Skor per jawaban angket.

Sifat Pernyataan Skor

1 0

Positif S TS

Negatif TS S

Keterangan:

S = setuju; TS = tidak setuju (dimodifikasi dari Rahayu, 2010:29). 2) Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi

yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.


(49)

32

Tabel 2. Data angket tanggapan siswa. No. Pertanyaan Angket Pilihan Jawaban Nomor Responden

(Siswa) Persentase 1 2 3 dst.

1 S

TS

2 S

TS

dst. S

TS

(dimodifikasi dari Rahayu, 2010: 31).

3) Menafsirkan atau menentukan persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan model TGT dengan media ular tangga sesuai kriteria yang dikemukan Hendro (Hastriani, 2006:43) pada Tabel 3.

Tabel 3. Kriteria persentasetanggapan siswa terhadap model TGT dengan media ular tangga.

Persentase (%) Kriteria 100

76 – 99 51 – 75

50 26 – 49

1 – 25 0 Semuanya Sebagian besar Pada umumnya Setengahnya Hampir setengahnya Sebagian kecil Tidak ada

F. Teknik Analisis Data

Analisis data penelitian sebagai berikut:

a). Data penelitian yang berupa nilai pretes, postes, dan skor N-gain. Untuk mendapatkan skor N-gain menggunakan rumus Meltzer, (dalam Coletta dan Phillips 2005: 1) yaitu:


(50)

33

Skor N-gain = 100 Y Z

Y

X

 

Keterangan : X = nilai postes; Y = nilai pretes; Z = skormaksimal.

Nilai pretes, postes, dan skor-gain pada kelompok kontrol dan eksperimen dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS 18, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program SPSS versi 18.

a.Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal

b. Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung< Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang

lainnya (Pratisto, 2004:5). 2. Kesamaan Dua Varians

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varian dengan menggunakan program SPSS 18.

a. Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama


(51)

34

b. Kriteria Uji

- Jika Fhitung< Ftabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima

- Jika Fhitung> Ftabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak.

3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS versi 18.

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

1) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama

H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama

2) Kriteria Uji

- Jika –t tabel< t hitung< t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel maka Ho ditolak. (Pratisto,

2004:13).

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

1) Hipotesis

H0 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama dengan kelompok


(52)

35

H1 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari

kelompok kontrol.

2) Kriteria Uji :

- Jika –t tabel < t hitung< t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel, maka Ho ditolak(Pratisto, 2004:10).

c. Uji Mann Whitney U

Apabila data yang diperoleh berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka dilakukan Uji U atau Uji Mann-Whitney.

1) Hipotesis

H0= μ1 = μ2 : rata-rata N-gain kedua sampel sama.

H1= μ1 ≠ μ2 : rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama.

2) Kriteria Uji

Jika P-value < 0,05 maka H0 ditolak dan jika P-value≥ 0,05 maka H0

tidak dapat ditolak (Uyanto, 2006: 288).

b) Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa. Langkah–langkah yang dilakukan untuk yaitu:

1. Menghitung persentase aktivitas dengan menggunakan rumus:

% 100

X x

n xi


(53)

36

Tabel 4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Berilah tanda checklist (√) pada setiap item yang sesuai (sumber: dimodifikasi dari Carolina, 2010: 29)

Keterangan: ̅= Persentase aktivitas siswa; ∑xi= Jumlah skor yang diperoleh; n= Jumlah skor maksimum (9) (Sudjana, 2002:69).

Keterangan kriteria penilaian aktivitas siswa:

a. Kemampuan mengemukakan pendapat/ide dalam pelaksanaan Tournament (TGT).

1) Tidak mengemukakan pendapat/ide (diam saja) dan tidak menjawab pertannyaan dalam tournament.

2) Mengemukakan pendapat /ide dan menjawab pertanyaan dalam tournament tetapi tidak sesuai dengan pembahasan pada materi pokok organisasi kehidupan.

3) Mengemukakan pendapat /ide sesuai dan menjawab pertanyaan dalam tournament dengan benar dan sesuai dengan pembahasan pada materi pokok organisasi kehidupan.

No Nama Aspek yang diamati Xi X

A B C D E

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 2 3 dst.. Jumlah (Xi)


(54)

37

b. Kemampuan bertanya .

1) Tidak mengajukan pertanyaan.

2) Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada permasalahan pada materi pokok organisasi kehidupan.

3) Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan permasalahan pada materi pokok organisasi kehidupan. c. Bertukar informasi

1) Tidak berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat dengan anggota kelompok (diam saja).

2) Berkomunikasi secara lisan dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan organisasi kehidupan dalam LKS. 3) Berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat untuk untuk

memecahkan permasalahan pada LKS sesuai dengan materi pokok organisasi kehidupan.

d. Bekerjasama dengan teman dalam menyelsaikan tugas kelompok dan dalam Tournament (TGT).

1)Tidak bekerjasama dengan teman dalam mengerjakan LKS dan pelaksanaan Tournamen (TGT).

2)Bekerjasama dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan pada LKS dan tidak bekerjasama dalam pelaksanaan tournament.


(55)

38

3)Bekerjasama dengan semua anggota kelompok sesuai dengan permasalahan pada LKS dan bekerjasama dalam pelaksanaan tournament.

e. Membuat kesimpulan materi yang sedang dipelajari. 1) Tidak membuat kesimpulan.

2) Membuat kesimpulan tetapi tidak lengkap dan tidak sesuai dengan pembelajaran biologi materi pokok organisasi kehidupan.

3) Membuat kesimpulan lengkap dan sesuai dengan hasil pembelajaran biologi materi pokok organisasi kehidupan.

Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswa sesuai klasifikasi pada tabel 5.

Tabel 5 Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa.

Kategori Indeks Aktivitas Siswa (%) Interprestasi

0,00 – 29,99 Sangat Rendah 30,00 – 54,99 Rendah 55,00 – 74,99 Sedang 75,00 – 89,99 Tinggi 90,00 – 100,00 Sangat Tinggi Sumber: dimodifikasi dari Phillips (2005: 176).


(56)

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Penggunaan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dengan media pembelajaran ular tangga berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan hasil belajar biologi materi pokok organisasi kehidupan 2. Penggunaan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dengan

media pembelajaran ular tangga berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut. 1. Kepada guru, model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

dengan media pembelajaran ular tangga dapat menjadi salah satu pertimbangan untuk digunakan di dalam pembelajaran biologi terutama materi pokok organisasi kehidupan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Kepada peneliti lain, dalam menerapkan model pembelajaran TGT dengan media ular tangga agar memperhatikan alokasi waktu yang tepat, sehingga model pembelajaran dapat diterapkan dengan baik.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Ariesta, F.W. 2011. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalaui Strategi peer lessons dengan Media Ular Tangga. Skripsi Universitas negeri semarang. Semarang.

Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus

SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Carolina, H. S. 2010. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin Pada Materi Pokok Ekosistem Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Skripsi Universitas Lampung. Lampung.

Colleta, V.P dan J.A. Phillips. 2005. Interpreting FCI scores: Normalized gain, preinstruction scores, and scientific reasoning ability. Department of Physics, Loyola Marymount University. California

Dahar, R.W. 1996. Teori-teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Dzaqi, M.F. 2009. Tinjauan Umum tentang Model Pembelajaran Kooperatif.

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/ri-pembelajaran-konstuktivis.html (2 April 2014).

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi aksara. Jakarta. Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. CV Pustaka Setia. Bandung. Hanifiyah, Hani. 2013. Uji coba penerapan medel pembelajaran kooperatif tipe

teams games tournament (TGT) di bantu media ular tangga pada konsep klasifikasi mahluk hidup. Jurnal Universitas siliwangi. Tasik Malaya . Hartono, Rudi. 2013. Ragam Model Mengajar Yang Mudah Diterima Murid. Diva

Pres. Jogjakarta.

Hastriani, A. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.


(58)

54

Herlina. 2007. Pengaruh Pengelolaan Kelas Terhadap Hasil Belajar Biologi. Skripsi Universitas islam negeri syarif hidayatullah. Jakarta.

Janah, arinil. 2009. Laporan ptk ular tangga pkn. Dalam

http://arinil.wordpress.com/2009/10/28/laporan-ptk-ular-tangga-pkn/. (pada hari senen 2 April 2014; 20: 30 WIB).

Margono, S. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Nurhadi. 2004. Pembelajaran Konstektual dan Penerapannya Dalam KBK.

Universitas Negeri Malang. Malang.

Nurynnysa, D.F. 2010. Penerapan model pembelajaran teams games tournament (TGT) Dengan Permainan Destinasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Materi Pokok Pemuaian Pada Peserta Didik Kelas VII A MTS Sabillululum Mayong Jepara Semester Gasal Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi Institut agama islam negeri walisongo. Semarang.

Permatasari, Nindy. 2011. Pengaruh Penggunaan Media Market Dengan Metode Discovery terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Pokok Ekosistem. Skripsi Universitas Lampung. Lampung.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.

Purnamasari, Yuniarti. 2011. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT (teams games tournamen) terhadap Penguasaan Konsep pada Materi Pokok Dunia Tumbuhan kelas x SMA Arjuna Bandar lampung . Skripsi

Universitas Lampung. Lampung.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui

Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada Kelas VII MTs Guppi Natar. Skripsi Universitas Lampung. Lampung.

Rahman Faizal, 2010. Permainan Ular Tangga. Makalah Politeknik Negeri Jakarta. Jakarta

Riyanto, Y. 2001. Metodologi Pendidikan. SIC. Jakarta. Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta.


(59)

55

Sadiman, Arief S.(dkk). 2008. Media Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sanjaya, Wina. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana.

Jakarta.

Schreiber, Brathwaite. (2009 ). Challenges for Game Designer.Course Technology, Boston.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Rineka cipta. Jakarta.

Slavin R.E. 2008. Cooperatif Learning: Teori, Riset dan Praktek. Nusa Media. Bandung.

Sudjana. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Sugiarto, Bambang. 2013. Inovasi Pembelajaran IPS.

http://mgmpipskota.blogspot.com/2013/11/inovasi-pembelajaran-ips.html. (2 April 2014).

Spiegel, murray R., Stephensn Larry J. 2004. Statistik edisi ketiga. Erlangga. Jakarta. Suhermin. 2009. Permainan Ular Tangga Dalam Pembelajaran Tematik Untuk

Meningkatkan Keterampilan Interaksi Sosial Dan Hasil Belajar. jurnal. Universitas negeri malang.

Sumiati. 2011. Pembelajaran Biologi Dengan Metode TGT (teams games tournaments) Menggunakan Permainan Ular Tangga dan Teka-teki Silang Ditinjau dari Memori dan Kreativitas Siswa. Skripsi. Surakarta.

Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta. Suyanti, Retno, dwi. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Graha Ilmu. Yogyakarta. Suyitno, A. 2000. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang:

Pendidikan Matematika FMIPA UNNES.

Trianto. 2009. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Prestasi Pustaka. Jakarta.

UNESCO. (1988). Games and Toys in the Teaching of Science and Technology. Tersedia: http://unesdoc.unesco.org/images/0008/000805/080586e.pdf (pada hari senen 23 mei 2014; 11.52 WIB).


(60)

56

Wijaya, Harja. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Sistem Gerak Pada Manusia. (Skripsi). Universitas Islam Negeri. Jakarta

Yulianti. 2012. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Matematika Tentang Memecahkan Masalah yang Melibatkan Uang Melalui Penggunaan Media Uang. Skripsi Universitas kristen satya wacana. Salatiga.


(1)

38

3)Bekerjasama dengan semua anggota kelompok sesuai dengan permasalahan pada LKS dan bekerjasama dalam pelaksanaan tournament.

e. Membuat kesimpulan materi yang sedang dipelajari. 1) Tidak membuat kesimpulan.

2) Membuat kesimpulan tetapi tidak lengkap dan tidak sesuai dengan pembelajaran biologi materi pokok organisasi kehidupan.

3) Membuat kesimpulan lengkap dan sesuai dengan hasil pembelajaran biologi materi pokok organisasi kehidupan.

Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswa sesuai klasifikasi pada tabel 5.

Tabel 5 Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa.

Kategori Indeks Aktivitas Siswa (%) Interprestasi

0,00 – 29,99 Sangat Rendah

30,00 – 54,99 Rendah

55,00 – 74,99 Sedang

75,00 – 89,99 Tinggi

90,00 – 100,00 Sangat Tinggi Sumber: dimodifikasi dari Phillips (2005: 176).


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Penggunaan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dengan media pembelajaran ular tangga berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan hasil belajar biologi materi pokok organisasi kehidupan 2. Penggunaan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dengan

media pembelajaran ular tangga berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut. 1. Kepada guru, model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

dengan media pembelajaran ular tangga dapat menjadi salah satu pertimbangan untuk digunakan di dalam pembelajaran biologi terutama materi pokok organisasi kehidupan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Kepada peneliti lain, dalam menerapkan model pembelajaran TGT dengan media ular tangga agar memperhatikan alokasi waktu yang tepat, sehingga model pembelajaran dapat diterapkan dengan baik.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ariesta, F.W. 2011. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalaui Strategi peer lessons dengan Media Ular Tangga. Skripsi Universitas negeri semarang. Semarang.

Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus

SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Carolina, H. S. 2010. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin Pada Materi Pokok Ekosistem Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Skripsi Universitas Lampung. Lampung.

Colleta, V.P dan J.A. Phillips. 2005. Interpreting FCI scores: Normalized gain, preinstruction scores, and scientific reasoning ability. Department of Physics, Loyola Marymount University. California

Dahar, R.W. 1996. Teori-teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Dzaqi, M.F. 2009. Tinjauan Umum tentang Model Pembelajaran Kooperatif. http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/ri-pembelajaran-konstuktivis.html (2 April 2014).

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi aksara. Jakarta. Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. CV Pustaka Setia. Bandung. Hanifiyah, Hani. 2013. Uji coba penerapan medel pembelajaran kooperatif tipe

teams games tournament (TGT) di bantu media ular tangga pada konsep klasifikasi mahluk hidup. Jurnal Universitas siliwangi. Tasik Malaya . Hartono, Rudi. 2013. Ragam Model Mengajar Yang Mudah Diterima Murid. Diva

Pres. Jogjakarta.

Hastriani, A. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.


(4)

54

Herlina. 2007. Pengaruh Pengelolaan Kelas Terhadap Hasil Belajar Biologi. Skripsi Universitas islam negeri syarif hidayatullah. Jakarta.

Janah, arinil. 2009. Laporan ptk ular tangga pkn. Dalam

http://arinil.wordpress.com/2009/10/28/laporan-ptk-ular-tangga-pkn/. (pada hari senen 2 April 2014; 20: 30 WIB).

Margono, S. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Nurhadi. 2004. Pembelajaran Konstektual dan Penerapannya Dalam KBK.

Universitas Negeri Malang. Malang.

Nurynnysa, D.F. 2010. Penerapan model pembelajaran teams games tournament (TGT) Dengan Permainan Destinasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Materi Pokok Pemuaian Pada Peserta Didik Kelas VII A MTS Sabillululum Mayong Jepara Semester Gasal Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi Institut agama islam negeri walisongo. Semarang.

Permatasari, Nindy. 2011. Pengaruh Penggunaan Media Market Dengan Metode Discovery terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Pokok Ekosistem. Skripsi Universitas Lampung. Lampung.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.

Purnamasari, Yuniarti. 2011. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT (teams games tournamen) terhadap Penguasaan Konsep pada Materi Pokok Dunia Tumbuhan kelas x SMA Arjuna Bandar lampung . Skripsi

Universitas Lampung. Lampung.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui

Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada Kelas VII MTs Guppi Natar. Skripsi Universitas Lampung. Lampung.

Rahman Faizal, 2010. Permainan Ular Tangga. Makalah Politeknik Negeri Jakarta. Jakarta

Riyanto, Y. 2001. Metodologi Pendidikan. SIC. Jakarta. Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta.


(5)

55

Sadiman, Arief S.(dkk). 2008. Media Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sanjaya, Wina. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana.

Jakarta.

Schreiber, Brathwaite. (2009 ). Challenges for Game Designer.Course Technology, Boston.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Rineka cipta. Jakarta.

Slavin R.E. 2008. Cooperatif Learning: Teori, Riset dan Praktek. Nusa Media. Bandung.

Sudjana. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Sugiarto, Bambang. 2013. Inovasi Pembelajaran IPS.

http://mgmpipskota.blogspot.com/2013/11/inovasi-pembelajaran-ips.html. (2 April 2014).

Spiegel, murray R., Stephensn Larry J. 2004. Statistik edisi ketiga. Erlangga. Jakarta. Suhermin. 2009. Permainan Ular Tangga Dalam Pembelajaran Tematik Untuk

Meningkatkan Keterampilan Interaksi Sosial Dan Hasil Belajar. jurnal. Universitas negeri malang.

Sumiati. 2011. Pembelajaran Biologi Dengan Metode TGT (teams games tournaments) Menggunakan Permainan Ular Tangga dan Teka-teki Silang Ditinjau dari Memori dan Kreativitas Siswa. Skripsi. Surakarta.

Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta. Suyanti, Retno, dwi. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Graha Ilmu. Yogyakarta. Suyitno, A. 2000. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang:

Pendidikan Matematika FMIPA UNNES.

Trianto. 2009. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Prestasi Pustaka. Jakarta.

UNESCO. (1988). Games and Toys in the Teaching of Science and Technology. Tersedia: http://unesdoc.unesco.org/images/0008/000805/080586e.pdf (pada hari senen 23 mei 2014; 11.52 WIB).


(6)

56

Wijaya, Harja. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Sistem Gerak Pada Manusia. (Skripsi). Universitas Islam Negeri. Jakarta

Yulianti. 2012. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Matematika Tentang Memecahkan Masalah yang Melibatkan Uang Melalui Penggunaan Media Uang. Skripsi Universitas kristen satya wacana. Salatiga.


Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 8 31

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PENGUASAAN MATERI POKOK VIRUS (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Persada Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2

0 12 70

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PENGUASAAN MATERI POKOK VIRUS (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Persada Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2

1 7 72

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN KELAS VII SMPN 8 BANDAR LAMPUNG

1 13 52

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 23 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

2 12 55

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII MTs Nurul Iman Sekincau Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 38 44

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI POKOK EKOSISTEM (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 18 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 3 53

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI POKOK DUNIA TUMBUHAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA PGRI 1 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2

0 4 60

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN ULAR TANGGA TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Way K

2 36 60

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA POSTER MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA MATERI POKOK PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Neg

0 28 68