PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL PADA MATA PELAJARAN SEJARAH SISWA KELAS X DI SMA AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2013/2014

(1)

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL PADA MATA PELAJARAN

SEJARAH SISWA KELAS X DI SMA AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2013/2014

Indah Hakim P.S. 1013033038

ABSTRAK

Efektivitas proses pembelajaran terletak dipundak guru, tanpa kemampuan dan keterampilan guru dalam menggunakan strategi pembelajaran maka kegiatan pengajaran tidak dapat berlangsung dengan baik dan sulit untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Banyaknya siswa di SMA Al-Azhar 3 yang memiliki suku berbeda dan kebudayaan yang berbeda juga terkadang sering menimbulkan perbedaan pendapat dan berprasangka buruk terhadap siswa lain yang memiliki suku yang berbeda. Pembelajaran berbasis multikultural merupakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan siswa agar memiliki mental atau karakteristik terbiasa hidup ditengah-tengah perbedaan yang sangat kompleks, baik perbedaan budaya, ras dan etnik.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan pembelajaran berbasis multikultural pada Mata Pelajaran Sejarah siswa kelas X di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014?”.Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan strategi pembelajaran berbasis multikultural pada Mata Pelajaran Sejarah siswa kelas X di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data,observasi, dokumentasi, dan kepustakaan.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Penerapan strategi pembelajaran berbasis multikultural pada Mata Pelajaran Sejarah terdiri dari lima tahapan yaitu : study eksplorasi diri dan lingkungan, presentasi hasil eksplorasi, peer group analysis, expert opinion dan refleksi. Hasil belajar siswa ranah afektif pada eksperimen pertama rata-ratanya 56, rata-rata eksperimen kedua adalah 59 dan rata-rata eksperimen ketiga adalah 64 dengan persentase sebesar 71% menjadi 79% dan 86% sehingga ada peningkatan sebesar 15% dengan kategori rendah.


(2)

(3)

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL PADA MATA PELAJARAN

SEJARAH SISWA KELAS X DI SMA AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2013/2014

(Skripsi)

Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS

Oleh: Indah Hakim P.S.

1013033038

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(4)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pengesahan Judul

2. Surat Izin Penelitian Pendahuluan 3. Surat Izin Penelitian

4. Surat Balasan Penelitian 5. RPP

6. Silabus

7. Uji Reliabilitas 8. Uji Validitas

9. Kisi-kisi Angket Instrumen Penelitian 10.Angket Penelitian

11.Rekapitulasi Skor Siswa Pada Eksperimen Pertama 12.Rekapitulasi Skor Siswa Pada Eksperimen Kedua 13.Rekapitulasi Skor Siswa Pada Eksperimen Ketiga 14.Gambar Siswa


(5)

(6)

x

MOTO

“Orang

-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja

karena mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi

karena mereka lebih suka bekerja. Mereka tidak menyia-nyiakan

waktu untuk menunggu inspirasi”

(Ernest Newman)


(7)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT, dengan keikhlasan hati dan

mengharap ridho-Nya kupersembahkan skripsi ini kepada :

Kedua orang tuaku tercinta Bapak H. Surono Adi Wibowo, S.E

dan Ibu Hj. Dian Ambarwat

i yang selalu memberikan do’a,

semangat dan harapan demi tercapainya cita-citaku.

Para pendidik yang senantiasa selalu memberikan saran,

masukan dan ilmu yang bermanfaat kepadaku.


(8)

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 13 September 1992, anak kedua dari tiga bersaudara buah cinta kasih dari pasangan Bapak H. Surono Adi Wibowo, S.E dengan Ibu Hj. Dian Ambarwati. Penulis mengawali pendidikan formal di Taman Kanak-Kanak (TK) PTPN VII Bandar Lampung pada tahun 1998.

Selanjutnya Pendidikan formal yang ditempuh adalah Sekolah Dasar (SD) Al-Azhar 3 Bandar Lampung selesai pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 25 Bandar Lampung yang selesai pada tahun 2007, Sekolah Menengah Atas (SMA) YP UNILA Bandar Lampung selesai pada tahun 2010.

Tahun 2010, penulis tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa Penulis juga merupakan salah satu mahasiswa penerima Beasiswa PPA. Penulis mengikuti Organisasi HIMAPIS dan FOKMA. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Pasar Krui Kabupaten Pesisir Barat dan melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat.


(10)

xi

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-

Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Multikulturak Pada Mata Pelajaran Sejarah Siswa Kelas X Di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014” penulis selesaikan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si, Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.S, Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum, Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. H. Buchori Asyik, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;


(11)

6. Bapak Drs. H. Maskun, M.H, Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan sebagai pembahas terimakasih atas dukungan, masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini;

7. Bapak Drs. H. Iskandar Syah, M.H, sebagai pembimbing Akademik dan Pembimbing I terimakasih atas segala saran, dukungan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini;

8. Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd, M.Hum, sebagai pembimbing II terimakasih atas segala masukan, dukungan, motivasi dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

9. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Drs. H. Iskandar Syah, M.H, Drs. Ali Imron, M.Hum, Drs. H. Maskun, M.H, Drs. Wakidi, M.Hum, Drs. H. Tontowi Amsia, M.Si, Drs. Hendri Susanto, S.S, Drs. Syaiful M., M.Si, Dr. Risma Sinaga, M. Basri, S.Pd. M.Pd, Yustina Sri Ekwandari, S.Pd, M.Hum, dan Suparman Arif, S.Pd. M.Pd;

10.Bapak dan Ibu staff tata usaha dan karyawan Universitas Lampung;

11.Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dikti) yang telah memberikan bantuan beasiswa PPA sampai penulis menyelesaikan studi;

12.Kedua orang tuaku, Bapak H. Surono Adi Wibowo, S.E dan Ibu Hj. Dian Ambarwati yang senantiasa menyayangi, mencintai, dan mendoakan untuk keberhasilanku, terimakasih telah memberi motivasi dan menjadi penyemangat dalam hidupku;


(12)

xiii

13.Kakak dan adikku Sacharina Resti S.S, Amd. Kep dan M. Rinaldi P.S serta keluarga besarku yang selalu menyayangi, mendoakan, memberi motivasi dan menjadi penyemangat dalam hidupku.

14.Teman dekatku Edi Makmur yang selalu memberikan dukungan, saran dan motivasi selama ini;

15.Sahabat- sahabat terbaikku “Keluarga Cemara” Edi Makmur, Dany Lapeba, Selly Anggraini, Dwi Oktavia, Meggi Tri Handini, Rovha Muliawan, Ari Aulia, Lensy Rachmedita, Ayendra Wahyuni, dan teman-teman seperjuanganku angkatan 2010 Ganjil dan Genap terimakasih untuk kekeluargaan dan kebersamaan selama ini;

16.Bapak Drs. H. Ma’arifuddin Mz., M. Pd.I, sebagai kepala sekolah SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian dan memberi motivasi serta dukungan agar skripsi ini cepat selesai.

17.Ibu Nur Indah Lestari S. Pd, sebagai guru pamong yang telah membantu peneliti dalam melakukan penelitian di kelas dan telah memberikan dukungan dan motivasi.

18.Bapak Ian, sebagai staf TU SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang telah membantu menyelesaikan administrasi selama peneliti melakukan penelitian dan memberikan dukungannya.

19.Siswa-siswi SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung khususnya kelas X3 yang telah membantu peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas dan kelas X4 yang telah membantu peneliti dalam melakukan penelitian di kelas. 20.Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi.


(13)

Semoga amal ibadah dan ketulusan hati kalian semua mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Februari 2015 Penulis,


(14)

iii DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK...iii HALAMAN JUDUL...iv HALAMAN PERSETUJUAN...v HALAMAN PENGESAHAN...vi SURAT PERNYATAAN...vii

HALAMAN RIWAYAT HIDUP...viii

HALAMAN PERSEMBAHAN...ix

HALAMAN MOTTO...x

SANWACANA...xi

DAFTAR ISI...xv

DAFTAR LAMPIRAN...xvii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...7

C. Tujuan Penelitian...7

1. Tujuan Penelitian………7

2. Kegunaan Penelitian...7

3. Ruang Lingkup Penelitian...8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Pustaka...9

A.1. Konsep Penerapan...9

A.2. Konsep Strategi Pembelajaran...10

A.3. Konsep Strategi Pembelajaran Berbasis Multikultural...13

A.4. Konsep Mata pelajaran Sejarah...17

A.5. Peneltian Relevan...18

B. Kerangka Pikir...19

C.Paradigma...20

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian...21

B. Populasi dan Sampel...22

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...24

D. Teknik Pengumpulan Data...26

E. Instrumen Penelitian...26

F. Langkah-Langkah Penelitian...27

G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen...28


(15)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL...33

1.1 Hasil...33

A. Sejarah SMA Al-Azhar Bandar Lampung...33

B. Visi, Misi Tujuan SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung...35

C. Keadaan Tenaga Pendidik SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung...37

D. Keadaan Tenaga Kependidikan SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung...40

E. Keadaan Siswa SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung...41

F. Kurikulum SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung...42

G. Proses Penilaian SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung...43

1.2 Deskripsi Data Hasil Penelitian...44

PEMBAHASAN...68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...73

B. Saran ...76 DAFTAR PUSTAKA


(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu usaha dalam proses menuju dewasa. Dalam proses pendidikan terdapat adanya kegiatan belajar mengajar, dimana kegiatan tersebut akan ada perubahan pada pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa setelah melakukan proses pembelajaran.

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekuat dalam kehidupan masyarakat (Oemar Hamalik, 2012:79).

“Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interkasi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran” (Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2006:1).

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran guru dan siswa saling berinteraksi dan guru merencanakan kegiatan belajar


(17)

mengajar dan memanfaatkan segala sesuatunya dalam pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, seorang guru berusaha untuk mengembangkan variasi mengajar. Ditambahkan pula bahwa keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu aspek dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa (Syaiful Bahri dan Aswan Zain,2006:160).

Dalam pengembangan variasi mengajar tentu saja tidak sembarangan, tetapi ada tujuan yang hendak dicapai, yaitu meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses belajar mengajar, memberikan motivasi, membentuk sikap positif terhadap guru, sekolah dan sesama teman, dan mendorong siswa untuk belajar. Dalam pembelajaran, bila seorang guru dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan variasi, maka akan membosankan siswa, perhatian siswa berkurang, mengantuk, dan akibatnya tujuan belajar tidak tercapai.

Penggunaan variasi mengajar terutama ditujukan terhadap perhatian siswa, motivasi dan belajar siswa. Tujuan mengadakan variasi mengajar adalah: (Syaiful Basri dan Aswan Zain, 2006:161).

1. Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses belajar mengajar

2. Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi 3. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah

4. Memberi kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual 5. Mendorong anak didik untuk belajar


(18)

3

Dalam proses belajar mengajar masalah kegiatan siswa merupakan yang menjadi fokus utama. Apapun kegiatan yang guru lakukan tidak lain adalah untuk suatu upaya bagaimana lingkungan yang tercipta itu menyenangkan hati semua siswa dan dapat menggairahkan belajar siswa. Artinya tidak ada guru yang ingin agar siswa tidak senang dan tidak bergairah dalam belajar, maka akan mengganggu kelancaran kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran merupakan pengembangan dari pengertian bahwa dalam KBM, peserta didik yang menjadi fokus perhatian (learner-centered). Pengajar hanyalah

salah satu faktor eksternal pembelajaran” (Dewi Salma, 2009:4).

Kemampuan guru mengajar ditentukan oleh strategi dalam proses belajar mengajar, dengan kata lain seorang guru harus memiliki kemampuan menggunakan dan mengembangkan model-model pembelajaran, sehingga secara variatif dapat menciptakan cara mengajar yang efektif dan efisien. Ketika kelas dianggap sebagai tempat siswa belajar, maka kegiatan belajar di kelas harus dikelola secara baik oleh guru. Dengan demikian efektivitas proses pembelajaran terletak dipundak guru, tanpa kemampuan dan keterampilan guru dalam menggunakan strategi pembelajaran maka kegiatan pengajaran tidak dapat berlangsung dengan baik dan sulit untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Strategi merupakan perencanaan, langkah, dan rangkaian kegiatan untuk dapat mencapai suatu tujuan, maka dalam pembelajaran guru harus membuat suatu rencana, langkah-langkah dalam mencapai tujuan tersebut (Maritis Yamin, 2013:1). Pembelajaran juga dapat dipandang sebagai suatu proses yang


(19)

merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Proses pembelajaran terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor intern terdiri dari faktor jasmaniah yaitu faktor kesehatan dan cact tubuh, faktor psikologis yaitu inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif kematangan dan kesiapan, dan faktor kelelahan. Faktor ekstern terdiri dari faktor keluarga yaitu cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan, faktor sekolah terdiri dari metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat sekolah, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah, dan faktor masyarakat yaitu kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat(Slameto, 2010:54).

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Mata Pelajaran Sejarah kelas X SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung dalam kegiatan belajar mengajar guru sudah melakukan variasi mengajar seperti variasi media, metode dan interaksi dengan siswa namun dalam pelaksanaannya masih kurang dalam hal ini dilihat dari hasil belajar siswa. Guru pun menggunakan metode ceramah, diskusi dan penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar. Guru juga menerapkan strategi pembelajaran namun masih di rasa kurang dalam pembelajaran. Siswa pun merasa


(20)

5

jenuh sehingga mereka tidak terlalu suka dengan pelajaran sejarah karena dalam pikiran mereka pelajaran sejarah itu membosankan dan mengantuk apabila guru hanya menerapkan metode ceramah di kelas. Siswa-siswa disini pun memiliki berbagai suku yang berbeda yang membuat guru terkadang susah memahami karakteristik siswa tersebut, namun selama ini proses pembelajaran tetap berjalan cukup baik tanpa mengetahui karakteristik siswa dan budayanya. Nilai mata pelajaran sejarah untuk kelas X di nilai cukup karena ada beberapa siswa yang nilainya masih di bawah KKM. Banyaknya perkembangan dari luar akan membuat siswa terpengaruh dan terjerumus ke hal-hal yang tidak baik, itu merupakan pengawasan guru yang paling ketat sebagai peran orang tua di sekolah (Nur Indah, S. Pd 5 Desember 2013).

Siswa yang memiliki suku berbeda dan kebudayaan yang berbeda juga terkadang sering menimbulkan perbedaan pendapat dan berprasangka buruk terhadap siswa lain yang memiliki suku yang berbeda. Dampak negatif yang sering ditemukan adalah siswa-siswa tidak ingin berteman dengan temannya yang berbeda suku sehingga dapat mengucilkan siswa lainnya, siswa-siswa sering berkelahi dengan siswa yang berbeda suku baik dalam sekolah maupun sekolah lain dan mendiskriminasi antar sesama siswa.

Untuk menanamkan karakteristik budaya yang dimiliki oleh siswa, guru perlu menerapkan strategi pembelajaran yang bisa meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan mengatasi guru dalam pembelajaran dengan siswa yang sukunya berbeda. Strategi pembelajaran yang tepat diterapkan oleh guru adalah pembelajaran berbasis multikutural.


(21)

“Menurut Liliweri, pembelajaran multikultural merupakan strategi pendidikan yang memanfaatkan keberagaman latar belakang kebudayaan dari peserta didik sebagai salah satu kekuatan untuk membentuk sikap multikultural. Strategi ini sangat bermanfaat, sekurang-kurangnya bagi sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat membentuk pemahaman bersama atas konsep kebudayaan, perbedaan budaya, keseimbangan, dan demokrasi dalam arti yang luas (dalam Ngalimun, 2013:115)”.

“Kebudayaan akan mempengaruhi cepat lambatnya pencapaian tahap-tahap perkembangan moral dan juga mempengaruhi batas tahap-tahap perkembangan yang dicapai. Dengan kata lain, bahwa individu yang mempunyai latar budaya tertentu dapat berbeda perkembangan moralnya dengan individu lain yang berasal dari kebudayaan lain atau perkembangan moral dipengaruhi oleh faktor kebudayaan (Asri Budingsih, 2004:8)”.

Pembelajaran berbasis multikultural berusaha memberdayakan siswa untuk mengembangkan rasa hormat kepada orang yang berbeda budaya, memberi kesempatan untuk kerja sama dengan orang atau kelompok orang yang berbeda etnis atau rasnya secara langsung.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis melihat betapa pentingnya kompetensi guru dalam melaksanakan strategi pembelajaran, oleh karena itu

penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Penerapan Startegi Pembelajaran Berbasis Multikultural Pada Mata Pelajaran Sejarah Siswa Kelas X Di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014”.


(22)

7

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan strategi pembelajaran berbasis multikultural pada Mata Pelajaran Sejarah siswa kelas X di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014?”

C. Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

Mengetahui penerapan strategi pembelajaran berbasis multikultural pada Mata Pelajaran Sejarah siswa kelas X di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada peneliti maupun pada pihak-pihak yang membutuhkan. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah yakni:

Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang strategi pembelajaran termasuk strategi pembelajaran berbasis multikultural


(23)

terutama pengaruh penerapannya di kelas dalam pembelajaran sejarah kelas X4 di SMA Al-Azhar.

Kegunaan Praktis

1. Bagi peneliti, sebagai pengembangan disiplin ilmu, berupa penyajian informasi ilmiah untuk penelitian berikutnya. Dapat memberikan pengalaman yang berharga kepada penulis untuk mengetahui penerapan strategi pembelajaran berbasis multikultural pada Mata Pelajaran Sejarah siswa kelas X di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung.

2. Bagi guru, memberikan masukan atau informasi kepada guru tentang strategi pembelajaran yang dapat diterapkan di dalam kelas untuk meningkatkan pemahaman, aktivitas, dan hasil belajar siswa.

3. Bagi siswa, dapat meningkatkan penguasaan materi, peran dan tanggung jawab siswa dalam proses belajar di kelas pada mata pelajaran sejarah.

3. Ruang Lingkup Penelitian

Objek Penelitian : Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Multikultural

Subjek Penelitian : Siswa Kelas X Sejarah SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung

Tempat Penelitian : SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung Waktu Penelitian : Tahun Ajaran 2013/2014


(24)

9

REFERENSI

Hamalik, Oemar. 2012. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Halaman 79.

Basri, Syaiful., Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Halaman 1.

Ibid., halaman 160. Ibid., halaman 161.

Prawiradilaga, Dewi Salma. 2009. Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Halaman 4.

Yamin, Marintis. 2013. Model, Metode, Strategi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. Halaman 1.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta. Halaman 54.

Ngalimun.2013. Strategi Dan Model Pembelajaran. Yogyakarta : Awaja Pressindo. Halaman 115.

Budiningsih, Asri. 2004. Pembelajaran Moral Berpijak Pada Karakteristik Siswa Dan Budayanya. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Halaman 8.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

A.1 Konsep Penerapan

Penerapan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci.

(http://el-kawaqi.blogspot.com/2012/12/pengertian-implementasi-menurut-para.html). Konsep Penerapan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian penerapan adalah perbuatan menerapkan. Menurut beberapa ahli berpendapat bahwa, penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya (http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/politico/article/view/2581).

Dengan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan adalah pengaplikasian dari sebuah rencana yang telah disusun dan matang secara terperinci.


(26)

10

A.2 Konsep Strategi Pembelajaran

Strategi secara umum mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar acuan dalam melakukan tindakan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Kalau dikaitkan dengan pembelajaran atau belajar mengajar, maka strategi bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan antara guru dan murid dalam suatu kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan (Ngalimun, 2013:1).

Pendapat lain menyatakan bahwa strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi juga bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru, anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut: (Syaiful Basri dan Aswan Zain, 2006:5)

1. Mengidentifikasi serta menetapkan spedifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan. 2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan

pandangan hidup masyrakat.

3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.

4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpanbalik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.

Menurut Kemp, strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien (dalam Ngalimun, 2013:5). Selanjutnya menurut


(27)

Kozna, secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu (dalam Hamzah B. Uno, 2012:1).

k d

Dick dan Carey menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang atau / digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Lebih lanjut menurut mereka strategi pembelajaran bukan hanya terbatas prosedur atau tahapan kegiatan belajar biasa saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik (dalam Hamzah B. Uno, 2012:1). Menurut Gerlach dan Ely menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaraan dimaksud meliputi; sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik (dalam Ngalimun, 2013:5).

Gropper mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Ia menegaskan bahwa setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya harus dapat dipraktikkan (dalam Hamzah B. Uno, 2012:1).


(28)

12

“Pendapat lain mengatakan bahwa strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut didasari dengan pertimbangan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajran tertentu (Hamzah B. Uno, 2012:3).

Komponen strategi pembelajaran diantaranya: (Ngalimun, 2013:13) 1. Guru

2. Peserta didik 3. Tujuan

4. Bahan pelajaran 5. Kegiatan pembelajaran 6. Metode

7. Alat

8. Sumber pembelajaran 9. Evaluasi

10. Situasi atau Lingkungan

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kompetensi guru dalam strategi pembelajaran sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajarnya. Seorang guru seharusnya mampu untuk mengembangkan strategi-strategi pembelajaran secara variatif dan menerapkannya dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan minat,motivasi, dan hasil siswa dalam belajar

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu cara yang akan dipilih oleh seorang guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan materi pembelajaran dengan menggunakan metode, model dan media pembelajaran sehingga mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan di akhir kegiatan pembelajaran.


(29)

A.3 Konsep Strategi Pembelajaran Berbasis Multikultural

Multikultural menunjuk pada fakta keragaman, sementara multikulturalisme menunjuk pada sikap normatif atas fakta keberagaman itu. Dalam konteks masyarakat yang memiliki keanekaragaman yang rawan dengan konflik dan disintegrasi bangsa, konsep multikultural dipandang sebagai alternatif yang tepat untuk menghadapi kerumitan baru yang terjadi, untuk tetap memelihara kesatuan dan integrasi nasional di masa kini dan masa yang akan datang (Mulyana, 94:2008).

Menurut Sleemezter dan Grant pembelajaran multikultural adalah kebijakan dalam praktik pendidikan dalam mengakui, menerima dan menegaskan perbedaan dan persamaan manusia yang dikaitkan dengan gender, ras, dan kelas (dalam Ngalimun, 2013:115).

Dalam konteks yang luas, pembelajaran berbasis multikultural mencoba membantu menyatukan bangsa secara demokratis dengan menekankan pada perspektif pluralitas masyarakat di berbagai bangsa, etnis, dan kelompok budaya yang berbeda. Hal ini didukung oleh pendapat Ngalimun yang mengatakan:

“Pembelajaran berbasis multikultural didasarkan pada gagasan filosofis tentang kebebasan, keadilan, kesederajataan dan perlindungan terhadap hak-hak manusia. Hakekat pendidikan multikultural mempersiapkan seluruh siswa untuk bekerja secara aktif menuju kesamaan struktur dalam organisasi dan lembaga sekolah. Pembelajaran berbasis multikultural berusaha memberdayakan siswa untuk mengembangkan rasa hormat kepada orang yang berbeda budaya, memberi kesempatan untuk bekerja bersama dengan orang atau kelompok orang yang berbeda etnis atau


(30)

14

Menurut Banks tujuan pembelajaran dengan berbasis multikultural dapat diidentifikasi (dalam Ngalimun, 2013:117):

1. Untuk memfungsikan peranan sekolah dalam memandang keberadaan siswa yang beraneka ragam

2. Untuk membantu siswa dalam membangun perlakuan yang positif terhadap perbedaan kultural, ras, etnik, kelompok keagamaan

3. Memberikan ketahanan siswa dengan cara mengajar mereka dalam mengambil keputusan dan keterampilan sosialnya

4. Untuk membantu peserta didik dalam membangun ketergantungan lintas budaya dan memberi gambaran positif kepada mereka mengenai perbedaan kelompok

Di samping itu, pembelajaran berbasis multikultural menurut Dickerson dan Banks dibangun atas dasar konsep pendidikan untuk kebebasan yang bertujuan untuk: (dalam Ngalimun, 2013:117)

1. Membantu siswa atau mahasiswa mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk berpartisipasi di dalam demokrasi dan kebebasan masyrakat 2. Memajukan kebebasan, kecakapan, keterampilan terhadap lintas batas-batas etnik dan budaya untuk berpartisipasi dalam beberapa kelompok dan budaya orang lain.

Tujuan pembelajaran dengan berbasis multikultural dapat diidentifikasi:

(1) untuk memfungsikan peranan sekolah dalam memandang keberadaan siswa yang beraneka ragam;

(2) untuk membantu siswa dalam membangun perlakuan yang positif terhadap perbedaan kultural, ras, etnik, kelompok keagamaan;

(3) memberikan ketahanan siswa dengan cara mengajar mereka dalam mengambil keputusan dan keterampilan sosialnya;


(31)

(4) untuk membantu peserta didik dalam membangun ketergantungan lintas budaya dan memberi gambaran positif kepada mereka mengenai perbedaan kelompok.

(http://sumsel.kemenag.go.id/file/dokumen/menggagaspendidikanmultikultural.pd f)

Menurut Ngalimun, strategi pembelajaran berbasis multikultural memiliki keutamaan-keutamaan sebagai berikut:

1. Memberikan terobosan baru pembelajaran yang mampu meningkatkan empati dan mengurangi prasangka siswa atau mahasiswa sehingga tercipta manusia (warga negara) antarbudaya yang mampu menyelesaikan konflik dengan tanpa kekerasan

2. Menerapkan pendekatan dan strategi pembelajaran yang potensial dalam mengedepankan proses interaksi sosial dan memiliki kandungan afeksi yang kuat

3. Pembelajaran multikultural membantu guru dalam mengelola proses pembelajaran menjadi lebih efisien dan efektif, terutama meningkatkan hasil belajar dan memberikan kemampuan peserta didik dalam membangun kolaboratif dan memiliki komitmen nilai yang tinggi dalam kehidupan masyarakat yang serba majemuk

4. Memberikan kontribusi bagi bangsa Indonesia dalam penyelesaian dan

mengelola konflik yang bernuansa SARA yang timbul di masyarakat dengan cara meningkatkan empati dan mengurangi prasangka.

Menurut Banks (1996), kelebihan dari strategi pembelajaran berbasis multikultural, subyek belajar dapat mencapai kesuksesan dalam mengurangi prasangka dan diskriminasi. Pelajar mampu mengembangkan keterampilannya dalam memutuskan suatu secara bijak. Mereka menjadi individu yang mampu mengatur dirinya sendiri dan merefleksi kehidupan untuk bertindak secara aktif.


(32)

16

Beberapa keuntungan strategi pembelajaran multicultural adalah: Pertama, kita tidak lagi terbatas dengan pandangan yang menyamakan

pendidikan (education) dengan persekolahan (schooling) dengan program-program sekolah formal. Pandangan yang lebih luas mengenai

pendidikan sebagai transmisi kebudaayan akan membebaskan pendidikan dari asumsi mereka bahwa tanggungjawab primer mengembangkan kompetensi kebudayaan dikalangan anak didik semata-mata berada ditangan mereka, melainkan tanggungjawab semua pihak karena program-program sekolah seharusnya terkait dengan pembelajaran informal dan luar sekolah.

Kedua, kita tidak lagi terbatas pada pandangan yang menyamakan kebudayaan dengan kelompok etnik. Artinya, kita tidak perlu mengasosiasikan kebudayaan sematamata dengan kelompok-kelompok etnik. Secara tradisional, para pendidik mengasosiasikan kebudayaan hanya dengan kelompok-kelompok sosial yang relatif self sufficient. Oleh karena individu-individu atau peserta didk memiliki berbagai tingkat kompetensi dalam berbagai dialek atau bahasa, dan berbagai pemahaman mengenai situasi-situasi dimana setiap pemahaman tersebut sesuai, maka individu-individu memilki berbagai tingkat kompetensi dalam sejumlah kebudayaan.

Ketiga, karena pengembangan kompetensi dalam suatu kebudayaan baru

biasanya membutuhkan interaksi intensif dengan orang-orang yang sudah memiliki kompetensi.

Keempat, strategi pemnelajaran multikultural meningkatkan kompetensi dalam beberapa kebudayaan. Kebudayaan mana yang akan di adopsi seseorang pada suatu waktu ditentukan oleh situasinya.

Kelima, kemungkinan bahwa pendidikan (baik di sekolah maupun di luar

sekolah) meningkatkan kesadaran mengenai kompetensi dalam beberapa kebudayaan akan menjauhkan kita dar konsep dwi-budaya (bicultural) atau dikotomi antara pribumi dan non-pribumi. Karena dikotomi semacam ini bersifat membatasi kebebasan individu untuk sepenuhnya mengekspresikan diversitas (perbedaan) kebudayan.

Menurut Ngalimun, kelemahan pada strategi pembelajaran berbasis multikultural ini adalah tidak dapat dipakai oleh semua mata pelajaran di sekolah, hanya pelajaran tertentu saja seperti Sejarah, PPKN dan agama.

Tabel 2.1 : Langkah-langkah strategi pembelajaran multikutural adalah sebagai berikut:

No Tahap Kegiatan Deskripsi Kegiatan 1. Studi eksplorasi diri dan

lingkungan sosial budaya siswa yang potensial dengan substansi multikultural.

Menugaskan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi lokal, yang meliputi diri sendiri dan lingungan sosial-budayabernuansa multikultural (daerah asal).


(33)

2. Presentasi hasil eksplorasi Siswa mempresentasikan hasil eksplorasi secara individual. Dalam tahap ini, hanya beberapa siswa yang dipilih.

3. Peer group analysis Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, kemudian siswa dalam kelompok kecil ditugaskan untuk menganalisis dan memberi komentar terhadap persentasi diskusi.

4. Expert opinion Guru memberikan komentar mengenai hasil persentasi dari beberapa komentar siswa.

5. Refleksi Guru bersama siswa melakukan refleksi tampilan siswa dalam persentasi dan memberikan semangat dan nilai-nilai yang dapat digunakan sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Sumber : ( Ngalimun,2013: 120)

Berdasarkan penjelasan di atas, pembelajaran berbasis multikultural merupakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan agar memiliki mental atau karakteristik terbiasa hidup ditengah-tengah perbedaan yang sangat kompleks, baik perbedaan budaya, ras dan etnik.

A.4 Konsep Mata Pelajaran Sejarah

Menurut Henry Pirenne berpendapat bahwa sejarah adalah studi tentang perkembangan manusia atau kehidupan masyarakat manusia atau sejarah adalah kisah tentang perbuatan dan hasil usaha manusia yang hidup dalam masyarakat (dalam Maskun, 2010:19).

Pada tingkat SMA yang sudah bernalar, sejarah harus diberikan secara kritis. Mereka diharapkan sudah mampu berpikir mengapa sesuatu terjadi, apa


(34)

18

sebenarnya yang terjadi, dan ke mana arah kejadian-kejadian itu (Kuntowijoyo, 1995:4).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran sejarah adalah studi yang diajarkan kepada siswa yang berhubungan dengan peristiwa atau kejadian yang dialami oleh manusia, dimana peristiwa tersebut terjadi pada masa lampau dan dapat dijadikan sebagai pedoman untuk kehidupan masa kini serta masa yang akan datang.

A.5 Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain:

1. Judul skripsi adalah “PENDEKATAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI SMA

KELAS XI”. Peneliti adalah Akbar Wahyu Riyadi dari Universitas Negeri Semarang tahun 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan penggunaan pendekatan pendidikan multikultural pada pelajaran Sosiologi SMA kelas XI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik Pendekatan Pendidikan multikultural yang dilakukan oleh guru sosiologi SMA menekankan pada tiga bentuk: optimalisasi peran rasionalitas bagi siswa, praktek dan pembiasaan perbedaan pendapat. Pendekatan ini tepat dilakukan dalam kegiatan pembelajaran pada materi kelompok sosial dalam masyarakat multikultural.

2. Judul skripsi adalah “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis


(35)

Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang tahun 2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan pembelajaran berbasis multikultural pada pelajaran Agama Islam di SMA Negeri 1 Malang. Hasil penelitian yaitu ada beberapa karakteristik yang ditekankan dalam pembelajaran berbasis multikultural pada pelajaran Agama Islam diantaranya belajar ditengah perbedaan, saling percaya, saling memahami dan saling menghargai.

B. Kerangka Pikir

Dalam pembelajaran diperlukan metode ataupun strategi pembelajaran, aspek-aspek yang dituju dan hal-hal yang menyangkut tercapainya kesuksesan suatu pembelajaran. Ada banyak sekali jenis strategi pembelajaran yang bisa digunakan diantaranya adalah strategi pembelajaran berbasis multikultural.

Strategi pembelajaran berbasis multikultural merupakan strategi pembelajaran dimana siswa aktif dalam menemukan masalah dan berusaha memecahkan masalah yang ditemukannya, baik secara individu maupun kelompok. Dalam penerapan strategi pembelajaran berbasis multikultural tidak terlepas dari diskusi karena dalam penerapan strategi pembelajaran berbasis multikultural diharapkan terjadi diskusi yang menarik dalam proses pembelajaran.

Pelaksanaan strategi pembelajaran berbasis multikulural akan dapat berhasil apabila ada kerjasama antara siswa yang dituntut untuk selalu aktif dan guru sebagai fasilitator yang memberi kemudahan dalam belajar.


(36)

20

C. Paradigma

Gambar 2.1

Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Multikultural dalam penerapan mata pelajaran sejarah

Keterangan

: Garis Kegiatan

Penerapan Pembelajaran Berbasis Multikultural pada Mata Pelajaran Sejarah

Tahap pelaksanaan Strategi Pembelajaran Berbasis Multikultural :

1. Studi eksplorasi diri dan lingkungan sosial budaya siswa yang potensial dengan substansi multikultural.

2. Presentasi hasil eksplorasi

Mempresentasikan hasil studi eksplorasi diri secara mandiri 3. Peer group analysis

Guru membagi kelompok kecil untuk berdiskusi

4. Expert opinion

Berdiskusi secara bergantian dan guru memberi komentar

5. Refleksi

Guru memberikan refleksi bersama siswa dalam persentasi dan memberikan semangat dan nilai-nilai yang dapat mempererat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia


(37)

REFERENSI

http://el-kawaqi.blogspot.com/2012/12/pengertian-implementasi-menurut-para.html ( Rabu, 14 Januari 2015, pukul 20:06 )

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/politico/article/view/2581 (Rabu, 14 Januari 2015, pukul 20:15)

Ngalimun.2013. Strategi Dan Model Pembelajaran. Yogyakarta : Awaja Pressindo. Halaman 1.

Basri, Syaiful., Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Halaman 5.

Ngalimun,op.cit.,halaman 5.

Uno, Hamzah B. 2012. Model Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. Halaman 1. Ibid.,halaman 1.

Ngalimun,loc.cit.,halaman 5. Hamzah,loc.cit.,halaman 1. Ibid.,halaman 3.

Ngalimun,op.cit.,halaman 13. Ibid.,halaman 115.

Ibid.,halaman 116. Ibid.,halaman 117. Ibid.,halaman 117.

Konsep Pembelajaran Multikultural.

http://sumsel.kemenag.go.id/file/dokumen/menggagaspendidikanmultikultural.pdf (Minggu, 8 Desember 2013 waktu 10.15 WIB)

Ngalimun,op.cit.,halaman 120.

Maskun. 2010. Manusia Dan Sejarah. Bandar Lampung : Universitas Lampung. Halaman 19.

Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang Budaya. Halaman 4.


(38)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, rasional, empiris, dan sistematis (Sugiyono, 2011:3). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah suatu metode yang digunakan untuk menemukan pengetahuan terhadap subjek penelitian pada suatu saat tertentu (Mukhtar, 2013:10). Metode deskriptif kualitatif berusaha mendeskripsikan seluruh gejala atau keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Mukhtar, 2013:11). Metode deskriptif kualitatif adalah sebuah penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkap sebuah fakta mepiris secara obyektif ilimiah dengan berlandaskan pada logika keilmuan, prosedur dan didukung oleh metodologi dan teoretis yang kuat sesuai disiplin keilmuan yang ditekuni (Mukhtar, 2013:29).


(39)

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:117). Populasi adalah keseluruhan orang yang menjadi sasaran penelitian. Dari keseluruhan populasi ini yang tentunya sangat banyak dan luas, maka dibatasi atau diambil sebagian saja dari populasi tersebut, yang dikenal dengan populasi target (Mukhtar, 2013:93). Jadi populasi bukan hanya diartikan sebagai orang saja, tetapi bisa juga objek dan benda-benda alam yang lain.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung pada tahun ajaran 2013/2014, seperti tampak pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1

Anggota Populasi kelas X SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung tahun ajaran 2013/2014

No. Kelas Jumlah Siswa Jumlah Laki-laki Perempuan

1. X 1 20 22 42

2. X 2 20 22 42

3. X 3 18 22 40

4. X 4 18 24 42

5. X 5 18 24 42

6. X 6 19 23 42

7. X 7 18 22 40

8. X 8 18 22 40

Jumlah 149 181 330


(40)

23

Dari tabel di atas, diketahui yang menjadi populasi adalah siswa kelas X SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung tahun ajaran 2013/2014 yang terdistribusi dalam 8 kelas (X 1-X 8) dengan jumlah siswa sebanyak 330 orang siswa. Populasi dalam penelitian ini yang terdiri dari 149 orang siswa laki-laki dan 181 orang siswa perempuan.

2. Sampel

Pengertian sampel adalah bagian kecil dari populasi yang dianggap dapat mewakili populasi secara keseluruhan (Mukhtar,2013:93). Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2011:118). Karena populasi dalam penelitian ini masih sangat luas, dan peneliti memiliki keterbatasan waktu, tenaga, maupun biaya, maka peneliti menggunakan sampel dalam penelitian ini yang diambil dari populasi.

Tabel 3.2

Anggota Sampel Penelitian Kelas X 4 No. Kelas Jumlah Siswa Jumlah

Laki-laki Perempuan

1. X 4 19 23 42

Jumlah 19 23 42

Sumber : SMA Al-Azhar 3 Bandar lampung

Dari tabel di atas, sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas X 4 yang mendapat perlakuan dengan diajarkan menggunakan strategi pembelajaran berbasis multikultural.

3. Teknik Pemilihan Sampel

Untuk menentukam sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Teknik pemilihan sampel yang


(41)

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Purposive Sampling. Teknik

Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,2011:3000). Oleh karena itu maka asumsi peneliti adalah penetapan sampel berdasarkan kemampuan siswa yang sama dalam mengetahui obyek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah siswa kelas X 4 sebagai objek penelitian.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Hatch dan Farhady menyatakan bahwa variabel merupakan atribut seseorang, atau

objek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek lain (dalam Sugiyono,2011:60). Kerlinger menyatakan bahwa variabel adalah konstrak (constructs) atau sifat yang akan dipelajari (dalam Sugiyono, 2011:61). Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:61).

Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat, sebagai berikut :

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran berbasis multikultural. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada materi pelajaran sejarah yang telah ditentukan. Strategi pembelajaran ini akan diujicobakan kepada siswa kelas X SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung.


(42)

25

Sampel dalam penelitian ini terdiri dari satu kelas, yaitu kelas X 4. Pada kelas X 4 akan diberikan perlakuan dengan diajarkan menggunakan strategi pembelajaran berbasis multikultural.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel adalah suatu cara untuk menggambarkan dan mendiskripsikan variabel sedemikian rupa sehingga variabel tersebut bersifat spesifik dan terukur. Tujuannya agar peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah di definisikan konsepnya, maka peneliti harus memasukkan proses atau operasionalnya alat ukur yang akan digunakan untuk kuantifikasi gejala atau variabel yang ditelitinya. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pembelajaran berbasis multikultural merupakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan siswa agar memiliki mental atau karakteristik terbiasa hidup di tengah-tengah perbedaan yang sangat kompleks, baik perbedaan budaya, ras dan etnik.

Hakekat pendidikan multikultural mempersiapkan seluruh siswa untuk bekerja secara aktif menuju kesamaan struktur dalam organisasi dan lembaga sekolah. Pembelajaran berbasis multikultural berusaha memberdayakan sisa untuk mengembangkan rasa hormat kepada orang yang berbeda budaya, memberi kesempatan untuk bekerja bersama dengan orang atau kelompok orang yang berbeda etnis atau rasnya secara langsung.


(43)

Hasil belajar secara normatif merupakan hasil penelitian terhadap kegiatan pembelajaran sebagai tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam memahami pembelajaran yang dinyatakan dengan nilai berupa huruf atau angka. Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai perubahan prilaku yang diperoleh siswa tersebut setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Terjadi perubahan perilaku tersebut dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan siswa sebagai hasil belajar dan proses interaksi dengan lingkungnnya yang diwujudkan dalam pencapaian hasil belajar.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono,2011:148). Jumlah instrumen penelitian tergantung pada jumlah varibel penelitian yang ditetapkan dalam penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen untuk mengukur pengelolaan pembelajaran yaitu pengamatan aktivitas kegiatan belajar mengajar, yaitu angket dan observasi. Angket terdiri dari 15 butir pernyataan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Observasi

Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, yaitu suatu proses pengamatan dan ingatan (dalam Sugiyono


(44)

27

2011:203). Untuk mendapatkan data yang relevan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan teknik observasi langsung. Teknik observasi langsung adalah sebuah teknik penelitian yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung kepada objek-objek dalam penelitian. Observasi ini dilakukan selama penulis melakukan penelitian SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung.

b. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2012:199).

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu teknik untuk mendapatkan data dengan cara mencatat data yang sudah ada. Dokumentasi dilakukan dengan cara pengambilan data yang sudah ada, seperti data siswa kelas X SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung.

d. Kepustakaan

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang berhubungan dengan penulisan dalam penelitian ini, seperti teori-teori yang sesuai dengan materi yang dibutuhkan, konsep-konsep dalam penelitian, serta data-data yang diambil dari berbagai referensi.

F. Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi awal untuk melihat kondisi lapangan atau tempat penelitian seperti banyak kelas, jumlah siswa, dan cara guru mengajar.


(45)

3. Menyusun dan menetapkan materi pelajaran yang akan digunakan dalam penelitian.

4. Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 5. Menentukan kelompok berdasarkan hasil pengamatan kelas.

6. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas seperti Studi eksplorasi diri dan lingkungan sosial budaya siswa yang potensial dengan substansi multikultural, Presentasi hasil eksplorasi, Peer group analysis, Expert opinion dan Refleksi

7. Menganalisis data. 8. Membuat kesimpulan.

G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas

Validitas adalah suatu konsep yang berkiatan dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur (Sumarna Surapranata, 2009:50). Validitas menurut Sugiyono (2011:172) validitas menunjukkan kepada sejauh mana suatu alat mampu mengukur suatu yang seharusnya diukur. Instrumen yang valid berarti instrument dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrument yang valid harus mempunyai validitas internal dan validitas eksternal.

Berkenaan dengan hal tersebut, untuk menguji seberapa valid instrumen penelitian yang akan digunakan, peneliti menganalisisnya dengan teknik statistik meng-gunakan rumus korelasi Product Moment yakni sebagai berikut :


(46)

29

Keterangan:

= koefisien korelasi antara variable X dan Variabel Y dua variable yang dikorelasikan

X = skor item Y = skor total

N = jumlah siswa/orang

∑X = item nomor yang benar ∑Y = jumlah Y

∑XY = jumlah Y dari item yang benar

Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05 maka koefisien korelasi tersebut signifikan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Masrun dalam Sugiyono (2011: 188) bahwa item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3. Jadi, kalau korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.


(47)

2. Uji Reliabilitas

Relibilitas berkaitan dengan sejauh mana tes yang diberikan ajeg drai wkatu ke waktu. Artinya, reliabilitas berkiatan dengan keajegan suatu tes. Suatu tes

dikatakan ajeg “apabila” dari waktu ke waktu menghasilkan skor yang sama atau

relatif sama (Sumarna Surapranata, 2009:49). Reliabilitas diartikan dengan keajegan bilamana tes tersebut diujikan berkali-kali hasilnya relatif sama, artinya setelah hasil pertama dengan tes berikutnya dikorelasikan terdapat hasil korelasi yang signifikan (M. Chabib Thoha, 1991:118). Reliabilitas suatu skor adalah hal yang sangat penting dalam menentukan apakah tes telah menyajikan pengukuran yang baik. Hal yang paling penting dalam reliabilitas skor adalah adanya pengambilan keputusan tentang peserta tes. Instrumen yang terpercaya adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama pula. Pengujian reliabel pada penelitian ini dengan menggunkan teknik Alpha Cronbach dan menggunakan rumus yaitu :

[ ] [ ∑ ]

untuk menginterprestasikan besarnya nilai korelasi,adalah: a. Antara 0,80 – 1,00 : Sangat kuat

b. Antara 0,60 – 0,799 : kuat c. Antara 0,40 – 0,599 : Sedang d. Antara 0,20 – 0,399 : Rendah e. Antara 0,00 – 0,199 : Sangat rendah

Dengan kriteria pengujian rhitung > rtabel, dengan taraf signifikansi 0,05 maka alat

ukur tersebut reliabel. Begitu pula sebaliknya, jika rhitung < rtabel maka alat ukur


(48)

31

H. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif. Dalam penelian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh (Sugiyono, 2011:333). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan dibuat tabulasi data berdasarkan hasil kuesioner nilai afektif siswa kelas X4 di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung. Rumus yang digunakan adalah :

% = X 100

Keterangan :

n = Nilai yang diperoleh N = Jumlah seluruh nilai (H. Muhammad Ali, 1992:186)

Berikut adalah indikator yang menunjukkan persentasi hubungan yang ditunjukkannya:

Tabel 3.3 : Indikator persentase

No Persentase Kriteria

1. 0,00-4,99% Tidak ada atau sangat rendah

2. 5-19,99% Rendah atau negative

3. 20-44,99% Sedang


(49)

5. 80-100% Sempurna atau sangat positif Sumber :(H. Muhammad Ali, 1992:190)

Cara menafsirkan persentase adalah dengan melihat deviasi persentase (%d), yang diperoleh dengan rumus:

%d = %akhir - %awal


(50)

33

REFERENSI

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta. Halaman 3.

Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta : GP Press Group. Halaman 10.

Ibid.,halaman 11. Ibid.,halaman 29.

Sugiyono, op.cit.,halaman 117. Mukhtar,op.cit.,halaman 93. Ibid.,halaman 93.

Sugiyono,op.cit.,halaman 118. Ibid.,halaman 300..

Ibid.,halaman 60. Ibid.,halaman 61. Ibid.,halaman 148. Ibid.,halaman 203. Ibid.,halaman 199

Sugiyono,op.cit.,halaman 172.

Thoha, Chabib. 1991. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta : CV. Rajawali. Halaman 118

Sugiyono,op.cit.,halaman 333.

Ali, Mohammad. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung : Angkasa Bandung. Halaman 186.

Ibid.,halaman 190 Ibid.,halaman 189


(51)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, penerapan strategi pembelajaran berbasis multikultural mata pelajaran sejarah kelas X 4 SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014 dapat disimpulkan bahwa:

Penerapan strategi pembelajaran berbasis multikultural pada Mata Pelajaran Sejarah terdiri dari lima tahapan yaitu :

a. Study eksplorasi diri dan lingkungan yaitu siswa ditugaskan untuk membuat rangkuman tentang kebudayaan dari masing-masing suku yang mereka ketahui dan masih dilaksanakan di daerahnya tersebut.

b. Presentasi hasil eksplorasi merupakan tahap kedua dalam menerapkan strategi pembelajaran berbasis multikultural. Presentasi hasil eksplorasi bertujuan untuk mengembangkan budaya masing-masing untuk diceritakan kepada orang lain sehingga orang lain pun mengetahui budaya dari daerah lain. Pada kegiatan pembelajaran ini, siswa melakukan presentasi dari hasil studi eksplorasi diri dan lingkungan secara invidu, sebanyak dua orang untuk mempresentasikan hasil eksplorasinya.

c. Peer group analysis. Pada tahap ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil menjadi dua kelompok. Setelah dibuat kelompok kecil,


(52)

74

guru menugaskan siswa untuk merangkum materi Peradaban Lembah Sungai Nil dan menjelaskan budaya dari suku setiap kelompok masing-masing. Siswa diberi waktu selama 15 menit untuk mengerjakannya. d. Expert opinion. Siswa mempresentasikan hasil diskusi bersama

kelompoknya dan guru memberikan komentar mengenai hasil presenstasi dari beberapa komentar siswa. Pada kegiatan expert opinion, ketika kelompok penyaji sedang berdiskusi maka kelompok lain harus diam dan mendengarkan serta tanya jawab setelah expert opinion. Penerapan expert opinion bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa mengenai kebudayaan dari masing-masing suku yang terkadang mereka lupa tentang kebudayaan dari daerah asal mereka. Pada penerapan expert opinion, guru bertugas untuk memberikan komentar mengenai hasil persentasi siswa. e. Refleksi merupakan tahap kelima pada penerapan strategi pembelajaran

berbasis multikultural, tahap ini bertujuan untuk meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia. Kegiatan refleksi ini guru bersama siswa melakukan refleksi tampilan siswa dalam persentasi seperti bahwa siswa dapat melihat secara nyata keunikan dan keragaman budaya Indonesia dan kebanggaan mereka sebagai generasi muda Indonesia mengalami peningkatan. Guru pun memberikan semangat kepada siswa untuk melihat secara langsung keragaman budaya yang ada dan membuat mereka menjadi bagian dari budaya tersebut sehingga kecintaan terhadap budaya Indonesia dapat tumbuh dalam diri generasi muda.

Hasil dari penerapan strategi pembelajaran berbasis multikultural pada eksperimen pertama adalah siswa belum kondusif sebelum belajar dan saat


(53)

berdiskusi, saling menghargai, saling bekerja sama dalam diskusi, dan sedikit tumbuh rasa cinta kepada tanah air Indonesia. Hasil dari penerapan strategi pembelajaran berbasis multikultural pada eksperimen kedua adalah rasa ingin tahu siswa yang lebih mengenai kebudayaan dari suku lain, saling menghormati dan menghargai ketika siswa melakukan expert opinion, siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan rasa cinta terhadap tanah air Indonesia lebih meningkat. Hasil dari penerapan strategi pembelajaran berbasis multikultural pada eksperimen ketiga adalah rasa ingin tahu siswa yang lebih mengenai kebudayaan dari suku lain, saling menghormati dan menghargai ketika siswa melakukan expert opinion, siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, rasa cinta terhadap tanah air Indonesia lebih meningkat dan siswa juga lebih kondusif dalam pembelajaran.

Secara keseluruhan dalam menerapkan strategi pembelajaran berbasis multikultural pada Mata Pelajaran Sejarah menekankan pada rasa ingin tahu siswa terhadap budaya masing-masing, saling bekerjsama, saling menghargai dan tidak berprasangka buruk terhadap siswa lain yang memiliki suku yang berbeda sehingga siswa mempunyai rasa cinta terhadap budaya yang mereka miliki dan budaya orang lain dan diharapkan dapat melestarikan kebudayaan Indonesia. Hasil belajar siswa ranah afektif pada eksperimen pertama ratanya 56, rata-rata eksperimen kedua adalah 59 dan rata-rata-rata-rata eksperimen ketiga adalah 64 dengan persentase sebesar 71% menjadi 79% dan 86% sehingga ada peningkatan sebesar 15% dengan kategori rendah.


(54)

76

2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapan masukan sebagai berikut:

1. Untuk menerapkan strategi pembelajaran dalam mengupayakan pelestarian kebudayaan bisa menggunakan strategi pembelajaran berbasis multikultural.

2. Siswa diharapkan dapat menerapkan sikap toleransi, saling menghormati, santun tidak hanya di lingkungan seklah akan tetapi di luar sekolah.

3. Guru diharapkan lebih kreatif dalam mengembangkan strategi pembelajaran berbasis multikultural.

4. Guru diharapkan lebih memotivasi siswa untuk meningkatkan rasa nasionalisme siswa.


(1)

5. 80-100% Sempurna atau sangat positif Sumber :(H. Muhammad Ali, 1992:190)

Cara menafsirkan persentase adalah dengan melihat deviasi persentase (%d), yang diperoleh dengan rumus:

%d = %akhir - %awal


(2)

33

REFERENSI

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta. Halaman 3.

Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta : GP Press Group. Halaman 10.

Ibid.,halaman 11. Ibid.,halaman 29.

Sugiyono, op.cit.,halaman 117. Mukhtar,op.cit.,halaman 93. Ibid.,halaman 93.

Sugiyono,op.cit.,halaman 118. Ibid.,halaman 300..

Ibid.,halaman 60. Ibid.,halaman 61. Ibid.,halaman 148. Ibid.,halaman 203. Ibid.,halaman 199

Sugiyono,op.cit.,halaman 172.

Thoha, Chabib. 1991. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta : CV. Rajawali. Halaman 118

Sugiyono,op.cit.,halaman 333.

Ali, Mohammad. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung : Angkasa Bandung. Halaman 186.

Ibid.,halaman 190 Ibid.,halaman 189


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, penerapan strategi pembelajaran berbasis multikultural mata pelajaran sejarah kelas X 4 SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014 dapat disimpulkan bahwa:

Penerapan strategi pembelajaran berbasis multikultural pada Mata Pelajaran Sejarah terdiri dari lima tahapan yaitu :

a. Study eksplorasi diri dan lingkungan yaitu siswa ditugaskan untuk membuat rangkuman tentang kebudayaan dari masing-masing suku yang mereka ketahui dan masih dilaksanakan di daerahnya tersebut.

b. Presentasi hasil eksplorasi merupakan tahap kedua dalam menerapkan strategi pembelajaran berbasis multikultural. Presentasi hasil eksplorasi bertujuan untuk mengembangkan budaya masing-masing untuk diceritakan kepada orang lain sehingga orang lain pun mengetahui budaya dari daerah lain. Pada kegiatan pembelajaran ini, siswa melakukan presentasi dari hasil studi eksplorasi diri dan lingkungan secara invidu, sebanyak dua orang untuk mempresentasikan hasil eksplorasinya.

c. Peer group analysis. Pada tahap ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil menjadi dua kelompok. Setelah dibuat kelompok kecil,


(4)

74

guru menugaskan siswa untuk merangkum materi Peradaban Lembah Sungai Nil dan menjelaskan budaya dari suku setiap kelompok masing-masing. Siswa diberi waktu selama 15 menit untuk mengerjakannya. d. Expert opinion. Siswa mempresentasikan hasil diskusi bersama

kelompoknya dan guru memberikan komentar mengenai hasil presenstasi dari beberapa komentar siswa. Pada kegiatan expert opinion, ketika kelompok penyaji sedang berdiskusi maka kelompok lain harus diam dan mendengarkan serta tanya jawab setelah expert opinion. Penerapan expert opinion bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa mengenai kebudayaan dari masing-masing suku yang terkadang mereka lupa tentang kebudayaan dari daerah asal mereka. Pada penerapan expert opinion, guru bertugas untuk memberikan komentar mengenai hasil persentasi siswa. e. Refleksi merupakan tahap kelima pada penerapan strategi pembelajaran

berbasis multikultural, tahap ini bertujuan untuk meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia. Kegiatan refleksi ini guru bersama siswa melakukan refleksi tampilan siswa dalam persentasi seperti bahwa siswa dapat melihat secara nyata keunikan dan keragaman budaya Indonesia dan kebanggaan mereka sebagai generasi muda Indonesia mengalami peningkatan. Guru pun memberikan semangat kepada siswa untuk melihat secara langsung keragaman budaya yang ada dan membuat mereka menjadi bagian dari budaya tersebut sehingga kecintaan terhadap budaya Indonesia dapat tumbuh dalam diri generasi muda.

Hasil dari penerapan strategi pembelajaran berbasis multikultural pada eksperimen pertama adalah siswa belum kondusif sebelum belajar dan saat


(5)

berdiskusi, saling menghargai, saling bekerja sama dalam diskusi, dan sedikit tumbuh rasa cinta kepada tanah air Indonesia. Hasil dari penerapan strategi pembelajaran berbasis multikultural pada eksperimen kedua adalah rasa ingin tahu siswa yang lebih mengenai kebudayaan dari suku lain, saling menghormati dan menghargai ketika siswa melakukan expert opinion, siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan rasa cinta terhadap tanah air Indonesia lebih meningkat. Hasil dari penerapan strategi pembelajaran berbasis multikultural pada eksperimen ketiga adalah rasa ingin tahu siswa yang lebih mengenai kebudayaan dari suku lain, saling menghormati dan menghargai ketika siswa melakukan expert opinion, siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, rasa cinta terhadap tanah air Indonesia lebih meningkat dan siswa juga lebih kondusif dalam pembelajaran.

Secara keseluruhan dalam menerapkan strategi pembelajaran berbasis multikultural pada Mata Pelajaran Sejarah menekankan pada rasa ingin tahu siswa terhadap budaya masing-masing, saling bekerjsama, saling menghargai dan tidak berprasangka buruk terhadap siswa lain yang memiliki suku yang berbeda sehingga siswa mempunyai rasa cinta terhadap budaya yang mereka miliki dan budaya orang lain dan diharapkan dapat melestarikan kebudayaan Indonesia. Hasil belajar siswa ranah afektif pada eksperimen pertama ratanya 56, rata-rata eksperimen kedua adalah 59 dan rata-rata-rata-rata eksperimen ketiga adalah 64 dengan persentase sebesar 71% menjadi 79% dan 86% sehingga ada peningkatan sebesar 15% dengan kategori rendah.


(6)

76

2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapan masukan sebagai berikut:

1. Untuk menerapkan strategi pembelajaran dalam mengupayakan pelestarian kebudayaan bisa menggunakan strategi pembelajaran berbasis multikultural.

2. Siswa diharapkan dapat menerapkan sikap toleransi, saling menghormati, santun tidak hanya di lingkungan seklah akan tetapi di luar sekolah.

3. Guru diharapkan lebih kreatif dalam mengembangkan strategi pembelajaran berbasis multikultural.

4. Guru diharapkan lebih memotivasi siswa untuk meningkatkan rasa nasionalisme siswa.