membuat suami juga merasa jengkel. Di sisi lain, kehadiran anak juga dirasakan Rani semakin membuat Hasan semakin
perhatian dan sayang pada Rani serta putra mereka. Seiring berjalannya waktu, rasa menyesal menikah
muda pun perlahan memudar berganti dengan rasa puas terhadap pernikahannya. Kepuasan timbul disaat Rani merasa
tujuannya menikah sudah tercapai yaitu ada orang yang selalu memperhatikan serta menafkahinya. Rani juga mulai
merencanakan masa depan untuk anaknya. Saat anak berusia lima tahun, Rani berencana memasukkan anaknya ke taman
kanak-kanak. Selepas dari taman kanak-kanak, Rani berencana menyekolahkan anaknya ke sekolah dasar. Hingga
saat ini Rani tidak ingin terlalu berharap mampu menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi melihat
kondisi ekonomi rumah tangganya sekarang. Rani hanya ingin melakukan yang terbaik untuk masa depan anaknya.
f. Triangulasi partisipan 1
Nama : Hasan nama samaran
Tempat, tanggal lahir : Pemalang, 28 Oktober 1987
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : buruh
Status pernikahan : menikah
Usia saat menikah : 22 tahun
Tahun menikah : 2009
Usia pernikahan : 4 tahun
Selisih usia dengan istri : 8 tahun Jumlah anak
: 1 orang
Tinggal di : rumah sendiri
Alamat : Guci, Gunung Jaya
Anak ke : 1 dari 2 bersaudara
Agama : Islam
Suku : Jawa
Triangulasi dengan suami partisipan dilakukan tiga kali yakni pada tanggal 30 Agustus dan 23 November 2013.
Triangulasi terakhir dilakukan pada tanggal 1 Februari 2014. Sebelumnya penulis sudah menghubungi langsung Hasan
guna menanyakan kesediannya untuk diwawancara mengenai kehidupan pernikahan. Ketika persetujuan wawancara sudah
penulis terima, penulis berjanji akan mengabari kembali kapan akan dilakukan wawancara. Pertemuan pertama untuk
triangulasi dilakukan sore hari tanggal 30 Agustus 2013 di rumah partisipan.
Saat penulis datang, Hasan berada di belakang rumah sedang mengurus hewan peliharaannya. Wawancara dimulai
setelah penulis memberitahu Hasan bahwa identitas Hasan akan disamarkan dalam laporan penelitian dan selama proses
wawancara, penulis akan menggunakan
handphone
sebagai alat perekam. Hasan pun tidak keberatan dengan penggunaan
alat perekam. Hasan pertama kali melihat partisipan saat Hasan
sedang pergi ke rumah temannya di Gunung Jaya. Dari temannya, Hasan akhirnya mengetahui nama dan nomor
telpon partisipan. Setelah berpacaran beberapa bulan, Hasan dan partisipan akhirnya memutuskan untuk menikah.
Keinginan Hasan untuk menikah adalah untuk memiliki rumah tangga sendiri bersama istri dan anaknya.
Sebelum hingga setelah menikah, Hasan bekerja di Pangandaran sebagai pencari buah dan menjualnya di toko
buah. Selama bekerja di Pangandaran, tidak ada jadwal tertentu pulang ke Pemalang. Terkadang Hasan pulang ke
Pemalang setiap satu bulan sekali atau dua bulan sekali. Di Pangandaran, Hasan berusaha mengirim uang keperluan
sehari-hari satu bulan sekali, tergantung pendapatan yang diperoleh. Keadaan ekonomi diakui Hasan sering menjadi
sumber masalah dalam rumah tangganya. Pekerjaan Hasan sebagai pencari buah membuat penghasilan Hasan tidak
menentu karena tergantung musim. Untuk mengatasi masalah tersebut, Hasan mencari pekerjaan sambilan dengan bertani.
Dalam rumah tangganya, Hasan merupakan tulang punggung keluarga karena Hasan tidak mengizinkan istri bekerja.
Menurutnya, bila sudah menikah, mencari nafkah merupakan kewajiban suami bukan istri.
Selama berpisah dengan istri, Hasan mengaku tidak mengalami kendala dalam hal komunikasi. Komunikasi biasa
dilakukan dengan menggunakan
handphone
. Hasan dan istri biasa saling mengabari aktivitas masing-masing sehingga
sama-sama tahu apa yang sedang dilakukan pasangan bila sedang tidak bersama. Meski tidak dapat sering bertemu, istri
selalu mencoba membantu suami bila sedang mengalami masalah. Istri akan berusaha untuk membantu Hasan mencari
jalan keluar. Selain tidak mengalami kendala mengenai
komunikasi, Hasan juga tidak merasa memiliki kendala dalam kehidupan seksualnya. Bila ingin melakukan hubungan
seksual, Hasan memilih untuk segera pulang ke Pemalang. Meski demikian, Hasan mengaku bahwa tidak ada jadwal
khusus untuk melakukan hubungan seksual. Sejak awal menikah, Hasan sudah merencanakan
untuk segera memiliki anak. Setelah menikah dan memiliki anak, Hasan mengaku semakin bahagia dan sayang dengan
keluarganya. Kehadiran anak juga membuat rumah tangga Hasan menjadi semakin ramai. Hasan memiliki keinginan
untuk memiliki banyak anak karena menurutnya, banyak anak akan mendatangkan banyak rejeki. Namun, melihat ekonomi
keluarga bergantung pada pekerjaannya yang serabutan, Hasan dan partisipan memutuskan untuk menggunakan alat
kontrasepsi. Pemasangan alat kontrasepsi mulai dilakukan setelah kelahiran anak pertama sedangkan untuk kelahiran
anak kedua, Hasan mengaku belum berencana untuk memiliki anak kedua.
Ketika berada di rumah, Hasan menyediakan waktu khusus untuk istri dan anaknya. Terkadang mereka pergi
jalan-jalan bersama untuk
refreshing
. Selama berada di Pemalang, tidak banyak pekerjaan yang dilakukan Hasan. Bila
sedang tidak ada yang membutuhkan jasa sopir carteran, Hasan memilih menghabiskan waktu luangnya dengan pergi
memancing, mengurus burung peliharaan atau mengasuh anak di rumah. Kebiasaan Hasan memancing hingga lupa waktu
sering membuat sang istri marah. Bila istrinya sudah marah
karena masalah tersebut, Hasan berusaha untuk mengurangi kegiatannya memancing.
Dalam mengungkapkan rasa sayangnya pada istri, Hasan mengaku tidak mengalami kendala. Rasa sayang biasa
ditunjukkan Hasan
dengan mencium
kening istri,
mengajaknya jalan-jalan bersama hingga memasakkan nasi goreng untuk sang istri. Ketika sedang ada masalah dalam
rumah tangganya, Hasan pun memilih untuk tidak meminta bantuan orang lain karena menurutnya, masalah rumah tangga
harus diselesaikan mereka berdua. Untuk hubungan pertemanan, Hasan dan istrinya
sudah saling mengenal teman masing-masing. Hasan tidak melarang istrinya untuk pergi bersama teman-temannya dan
tidak masalah bila istri pergi bersama temannya. Berbeda dengan dirinya, istri akan marah saat mengetahui Hasan pergi
bersama teman perempuannya. Agar kemarahan istri segera mereda, Hasan berusaha membujuknya dan mengajak istrinya
pergi makan bakso bersama. Setelah resmi menikah, saat berada di Pangandaran, Hasan jarang pergi bersama teman
karena harus bekerja. Bila sedang berada di rumah, Hasan masih sering main bersama temannya, bahkan terkadang
temannya main ke rumah Hasan. Dalam rumah tangga Hasan, terdapat pembagian tugas
antara dirinya dan istri. Istri bertugas untuk memasak dan mencuci sedangkan suami bertugas untuk membersihkan
rumah. Adanya pembagian tugas mungkin merupakan sebagai upaya menjaga kelanggengan pernikahannya. Cara lain yang
Hasan terapkan agar pernikahannya langgeng adalah dengan menumbuhkan sikap saling percaya terhadap pasangan serta
menjaga komunikasi. Ketika Hasan ingin mengajak istrinya tinggal
bersama keluarganya,
Hasan mengungkapkan
keinginannya serta mempertimbangkan keinginan istri juga. Keinginan Hasan untuk pindah ke rumah keluarganya karena
disana ada pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh Hasan tanpa perlu kembali ke Pangandaran.
Menjaga komunikasi dengan baik juga Hasan terapkan dalam hubungannya dengan keluarga pasangan. Selama
menikah, Hasan mengaku tidak pernah memiliki masalah dengan keluarga istrinya. Sekali waktu Hasan akan pergi
mengunjungi rumah mertuanya. Berusaha untuk selalu berpartisipasi dalam acara keluarga pasangan merupakan cara
Hasan untuk menyesuaikan diri dengan keluarga pasangan. Secara keseluruhan, Hasan merasa puas dengan
pernikahannya karena tujuannya menikah sudah tercapai yakni memiliki anak dan istri. Kepuasan juga dirasakan Hasan
dalam pembagian tugas rumah tangga serta kehidupan seksualnya. Setelah menikah pun, Hasan dan istrinya menjadi
semakin rajin beribadah. Triangulasi ketiga dilakukan pada tanggal 1 Februari
2014. Sebelum bertemu dengan Hasan, penulis mengabari terlebih dahulu tentang maksud dan tujuan pertemuan. Hasil
wawancara mengungkapkan bahwa Hasan merasa bahwa istrinya sudah merasa puas dengan kehidupan pernikahannya.
Menurut Hasan, komunikasi dan rasa sayang yang
ditunjukkan dengan adanya rasa saling pengertian membuat istrinya merasa puas dengan pernikahan yang dijalaninya.
g.
Member check
Penulis melakukan
member check
pada partisipan 1 tanggal 30 Agustus 2013. Penulis menyerahkan transkrip
beserta rekaman pembicaraan untuk di koreksi kembali oleh partisipan. Koreksi di berikan pada dua transkrip wawancara
yang sudah dilakukan. Jumlah koreksi yang diberikan ada sekitar lima hingga enam kata. Koreksi diberikan pada kata
yang dirasa tidak sesuai dengan yang diucapkan oleh partisipan. Setelah dirasa cocok oleh partisipan, partisipan
mengembalikan lembar
transkrip dan
bersedia menandatangani surat pernyataan persetujuan tentang laporan
verbatim.
Member check
kedua penulis lakukan pada tanggal 18 November 2013.
Member check
kembali dilakukan di rumah bibi partisipan. Seperti pada
member check
sebelumnya, penulis menyerahkan transkrip wawancara beserta rekaman
wawancara. Pada
member check
kali ini, partisipan setuju
dengan hasil transkrip wawancara yang sudah penulis buat. 2.
Partisipan penelitian 2 a.
Gambaran umum
Nama : Devi nama samaran
Tempat, tanggal lahir : Pemalang, 8 Oktober 1993
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Status pernikahan : Menikah
Usia saat menikah : 15 tahun
Tahun menikah : 2008
Usia pernikahan : 5 tahun
Selisih usia dengan suami : 10 tahun Jumlah anak
: 1 orang Tinggal di
: rumah sendiri Agama
: Islam Suku
: Jawa Alamat
: Jurang Jero, Kuta Anak ke
: 1 dari 2 bersaudara
Partisipan merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Saat ini, adik partisipan masih duduk di bangku
SD kelas 2. Devi lahir dan besar di Pemalang dengan kedua orang tua yang juga merupakan warga asli Pemalang.
Ayahnya bekerja sebagai buruh di Jakarta sedangkan ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga. Menurut cerita Devi, sejak
ibunya mengandung Devi, ayah sudah bekerja di Jakarta dan jarang pulang. Meski jarang pulang, setiap beberapa bulan
sekali, ayahnya mengirim uang untuk kebutuhan sehari-hari. Ketika Devi lahir, ayahnya masih bekerja di Jakarta dan baru
bertemu Devi ketika sudah berusia dua setengah bulan. Keadaan ekonomi orang tua yang pas-pasan membuat
Devi tidak mampu melanjutkan sekolah. Tamat SD, Devi memutuskan untuk bekerja di Jakarta. Bersama teman, Devi
berangkat ke Jakarta dan bekerja sebagai pengasuh anak di sebuah keluarga. Saat di Jakarta, Devi berkenalan dan
menjalin hubungan serius dengan seorang pria asal Karawang,
Jawa Barat. Hubungan Devi dengan pacarnya tidak direstui oleh keluarga Devi karena daerah asal keluarga pacar yang
jauh dari rumah Devi. Meski merasa kecewa, Devi tetap mengakhiri hubungannya dengan pacar karena tidak ingin
dianggap sebagai anak durhaka. Devi bertahan kerja di Jakarta selama satu tahun
sebagai pengasuh anak. Setelah berhenti bekerja, Devi kembali ke Pemalang dan menganggur di rumah. Selama
tidak bekerja, kegiatan Devi di rumah hanya bermain-main. Perkenalan Devi dengan Karso nama samaran, suami saat
ini, terjadi setelah Devi pulang dari Jakarta. Devi mengenal Karso
dari temannya
yang diminta
Karso untuk
mengenalkannya. Pada awal pertemuan, Devi merasa tidak tertarik pada Karso. Setelah lama mengenal, Devi pun
akhirnya jatuh hati pada sosok Karso yang penyabar dan penyayang. Tiga bulan menjalin kedekatan dengan Devi,
Karso merasa mantap untuk meminangnya sebagai istri. Orang tua Devi yang sudah mengenal keluarga Karso
menyetujui lamaran tersebut. Devi menikah secara resmi pada tahun 2009 di usianya
yang ke 16 tahun. Saat menikah, selisih usia Devi dengan karso adalah 10 tahun. Di tahun sebelumnya, Devi sudah
terlebih dahulu menikah siri. Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, Karso bekerja sebagai tukang ojek di pasar.
Selain bekerja di pasar, Karso juga bekerja sebagai buruh bangunan maupun membuka usaha kredit barang maupun
kredit uang. Tak jarang pula, Karso dan Devi bertani di sawah.
Selama satu tahun pertama pernikahan, pasangan ini masih tinggal bersama orang tua Devi kemudian di tahun
berikutnya, mereka pindah ke rumah orang tua Karso. Di tahun ketiga pernikahannya, Devi pindah ke rumah mereka
sendiri yang letaknya berdekatan dengan rumah orang tua serta sanak keluarga Karso.
Setelah satu tahun menikah, Devi dan Karso dikarunia seorang putri yang saat ini berusia sekitar empat tahun.
Tinggal dekat bersama keluarga pasangan tidak jarang membuat Devi berselisih paham dengan keluarga Karso.
Perselisihan tersebut terkadang membuat Devi sakit hati sehingga sulit baginya untuk melupakan masalah tersebut.
b. Laporan observasi