d. Kategori data partisipan 1
Langkah selanjutnya setelah memberi makna pada jawaban partisipan, penulis mulai membuat kategorisasi.
Proses kategorisasi menghasilkan beberapa kategori yakni: 1.
Pengaturan keuangan dalam rumah tangga 2.
Komunikasi dengan suami 3.
Pembagian tugas suami dan istri dalam rumah tangga 4.
Hubungan Rani dengan keluarga, baik keluarga kandung maupun keluarga pasangan
5. Hubungan Rani dengan teman
6. Pemenuhan kebutuhan seksual
7. Perencanaan kelahiran anak
8. Konflik rumah tangga
9. Penyelesaian konflik yang terjadi
10. Kehidupan beragama
11. Timbul penyesalan menikah muda saat melihat teman
sebaya belum menikah
e. Kesimpulan partisipan 1
Rani merupakan anak pertama dari pernikahan ibu dan ayah kandungnya. Sejak orang tuanya bercerai, Rani diasuh
oleh nenek yang merupakan ibu dari ibu kandungnya. Setelah apa-apa ya
terta wa
P1W4 82
dalam melakukan hubungan seksual tidak berpengaruh
terhadap kehidupan rumah tangga Rani.
yo sing lanang P1W4 89 ya kerjane tani, biasa, pada
bae kaya nang Pangandaran P1W4 91-92
Selama tidak bekerja di Pangandaran, suami Rani
tetap bekerja sebagai tani di Pemalang.
menyelesaikan bangku sekolah dasar, Rani tidak melanjutkan pendidikannya karena ketiadaan biaya. Akhirnya, ibu Rani
pun menyarankan untuk mencari pekerjaan daripada menganggur di rumah. Bermodalkan ijazah SD Rani
berangkat ke Jakarta untuk bekerja. Dengan alasan tidak betah bekerja di Jakarta, Rani memutuskan berhenti bekerja dan
pulang ke Pemalang. Sesampainya di Pemalang, Rani pun kembali menganggur hingga akhirnya bertemu Hasan,
suaminya saat ini. Perkenalan Rani dan Hasan terjadi ketika mereka
sedang jalan-jalan di sekitar desa. Hasan yang tertarik pada Rani mulai berusaha mencari nomor telepon Rani melalui
teman-temannya. Komunikasi mulai terjalin ketika Hasan sudah menemukan nomor telepon Rani dari seorang teman.
Seiring berjalannya waktu, Hasan dan Rani akhirnya memutuskan bertemu langsung. Setelah merasa saling cocok,
Hasan dan Rani memutuskan untuk menjalin hubungan yang lebih serius. Setelah berpacaran selama kurang lebih enam
bulan, Rani dan Hasan mengutarakan keinginan mereka unutk menikah kepada orang tua masing-masing. Izin menikah Rani
peroleh dari ibunya dengan alasan daripada anaknya menganggur di rumah maka lebih baik dinikahkan saja.
Setelah resmi menikah, suami pernah meminta Rani untuk tinggal bersama keluarga suami. Jika tinggal bersama
mertua, suami tidak akan kembali bekerja di Pangandaran karena di sekitar rumah keluarga suaminya tersedia lapangan
pekerjaan bagi suami. Rani pun menolak ajakan tersebut dan
lebih memilih tetap tinggal bersama nenek di rumah yang sudah ditempatinya sejak masih kecil. Merasa hidup
menumpang di rumah mertua membuat Rani merasa tidak nyaman dalam melakukan aktivitasnya. Keengganan Rani
tinggal bersama mertua tidak membuat hubungannya dengan keluarga suami bermasalah. Setiap satu minggu sekali Rani
akan mengunjungi rumah mertuanya yang berjarak kurang lebih dua kilometer. Saat diajak menginap satu atau dua hari
di rumah mertuanya pun Rani tidak akan menolak, asal tidak tinggal menetap disana. Keluarga suami yang merupakan
tetangga dekat rumah ibu kandungnya membuat Rani merasa tidak kesulitan dalam melakukan penyesuaian diri. Hal ini
membuat Rani merasa bersyukur karena Rani sudah mengenal dekat keluarga suaminya jauh sebelum mereka menikah.
Meski dekat dengan keluarga suami, Rani dan hasan sepakat tidak akan melibatkan keluarga ketika ada masalah
dalam rumah tangga mereka. Tidak ada campur tangan keluarga dalam masalah rumah tangga menyebabkan
hubungan Rani maupun Hasan dengan mertua tetap berjalan harmonis, begitu pula dengan hubungan kedua keluarga. Saat
masalah tidak kunjung selesai, Rani hanya akan meminta saran kepada bibi iparnya mengenai penyelesaian masalah
yang baik. Dengan bercerita kepada orang terdekatnya, Rani berharap agar masalah cepat selesai dan tidak membebaninya.
Rani tidak ingin menceritakan masalahnya pada ibu kandungnya karena tidak ingin ibu merasa terbebani dengan
permasalahan rumah tangga Rani hingga merasa bersalah sudah mengizinkan Rani menikah muda.
Hasan yang sudah menjadi suami memutuskan tidak mengizinkan Rani bekerja dengan alasan agar fokus mengurus
rumah serta anaknya kelak. Ketika Rani merasa bosan berada di rumah, Rani akan meminta izin bekerja kepada suaminya.
Jika lokasi tempat Rani bekerja berada tidak jauh dari rumah dan masih berada di sekitar desa tempat tinggal mereka, suami
akan memberi Rani izin bekerja di luar rumah. pekerjaan yang biasa Rani kerjakan adalah sebagai buruh pengupas kulit
melinjo atau tani di sawah tetangganya. Satu tahun menikah, Rani akhirnya dikarunia seorang
putra. Sejak awal menikah, Rani dan suami memang sudah merencanakan segera memiliki anak. Setelah anak berusia
sekitar satu bulan, Rani dan suami sepakat menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan. Rani memilih
menggunakan alat kontrasepsi berupa suntik setiap tiga bulan sekali. Rani lebih memilih suntik setiap tiga bulan sekali
karena lebih murah dan tidak menghambat aktivitas sehari- harinya.
Kehadiran anak membuat Rani memiliki kesibukan baru yakni mengurus putranya. Sementara suami kembali
bekerja di Pangandaran, sekarang sebagian besar waktu Rani dihabiskan untuk mengurus anak dan neneknya yang jatuh
sakit. Rani pun menyadari jika larangan bekerja dari suami adalah untuk kebaikan putra mereka yang masih kecil dan
membutuhkan perhatian orang tuanya. Selain itu, kondisi
kesehatan nenek yang tidak stabil juga menjadi pertimbangan Rani tidak bekerja di luar rumah.
Rani yang sudah diasuh neneknya sejak usia sembilan tahun, tepat ketika kedua orang tuanya bercerai, membuat
Rani sangat dekat dengan neneknya. Ketika neneknya sering sakit, Rani selalu berusaha mengobati neneknya dengan
membawa ke rumah sakit. Namun, keterbatasan biaya serta usia nenek yang sudah tua membuat Rani memutuskan
merawat sendiri neneknya di rumah. Rani mengaku ikhlas melakukan semua pekerjaan
rumah tangga karena Rani sadar bahwa tugas utama seorang istri adalah mengurus anak dan rumah. Saat suami pulang ke
rumah, Rani tidak memaksa suami agar membantunya menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Rani berusaha
membagi waktu sebaik mungkin antara mengurus anak dan rumah. Suami yang terkadang mau terlibat dalam pekerjaan
rumah atau mengasuh anak cukup membuat Rani merasa lebih ringan dalam melakukan tugasnya.
Hingga sekarang usia anak menginjak tiga tahun, Rani belum berencana melepas alat kontrasepsinya karena ingin
membantu suami bekerja setelah usia anak pertamanya cukup besar untuk ditinggal bekerja. Rani tetap berharap agar dapat
bekerja untuk membantu suami mencukupi kebutuhan sehari- hari. Suami Rani merupakan seorang buruh yang bekerja di
Pangandaran dan pulang setiap satu atau tiga bulan sekali. Sumber penghasilan yang hanya berasal dari suami membuat
Rani harus pandai dalam mengatur keuangan rumah
tangganya. Bila sedang ada pendapatan berlebih atau ada sisa uang untuk membeli keperluan sehari-hari, Rani akan
menyimpannya sebagai tabungan. Keperluan sehari-hari biasa Rani beli di pasar sedangkan jajan anak biasanya
menggunakan uang untuk membeli rokok suami ketika berada di rumah.
Hal ini Rani lakukan selain untuk menghemat pengeluaran juga agar kebiasan merokok suami dapat
berkurang. Rani menyadari bahwa sulit untuk menghilangkan kebiasan merokok suami sudah dilakukan sejak mereka masih
pacaran. Kebiasan tersebut sering membuat Rani merasa jengkel pada suaminya. jika suami merokok didekatnya, Rani
tidak segan menegur atau bahkan menyuruh suami menyingkir dulu. Mengetahui Rani sering marah bila suami
merokok, Hasan memilih untuk merokok di tempat yang letaknya jauh dari Rani berada.
Rani dan Hasan yang sejak awal menikah sudah tinggal terpisah menjadikan komunikasi sebagai faktor
penting dalam menjaga kelanggengan rumah tangga. Rani yang tetap berada di Pemalang sedangkan Hasan tinggal dan
bekerja di Pangandaran sering melakukan komunikasi melalui
handphone
dengan bertukar pesan SMS atau telpon. Dengan demikian, Rani dan Hasan tetap dapat saling mengabarkan
keadaan masing-masing setiap saat. Di awal pernikahan, komunikasi lebih sering dilakukan saat Rani dan Hasan belum
dikaruniai anak.
Komunikasi dengan
menggunakan
handphone
hampir dilakukan setiap waktu. Rani dan Hasan
biasa saling menceritakan aktivitas masing-masing serta mengenalkan teman pada pasangan. Setelah kehadiran anak,
komunikasi mulai jarang dilakukan karena Rani sibuk mengurus anak hingga jarang menggunakan
handphone
. Saat anak menginjak usia balita, Rani tetap jarang menggunakan
handphone
bila sedang bersama anaknya. Selama Hasan berada
di Pangandaran,
Rani selalu
mengabarkan perkembangan anak kepada suami.
Selama ditinggal suami bekerja di Pangandaran, Rani juga berusaha selalu menjaga nama baik suami saat
bersosialisasi di masyarakat. Rani mulai membatasi diri dengan tidak bepergian jauh bersama lawan jenis yang bukan
saudaranya. Hal ini Rani lakukan untuk menghindari prasangka di masyarakat. Setelah menikah, Rani juga mulai
jarang pergi bersama teman-teman wanitanya. Dengan teman- temannya, Rani biasa pergi ke pasar bersama untuk berbelanja
kemudian segera pulang. Selain pergi bersama ke pasar, Rani pun terkadang ikut pengajian bersama mereka. Mengenai
ibadah, setelah menikah Rani merasa bahwa dirinya lebih rajin beribadah terutama sholat wajib.
Resmi menikah tidak membuat Rani dan Hasan bebas mengekspresikan rasa sayang pada pasangan di depan umum.
Saat pergi bersama, Rani dan Hasan sudah tidak pernah bergandengan tangan lagi seperti saat masih pacaran. Sikap
ini dilakukan Rani agar tidak menjadi bahan omongan serta mendapat teguran dari tetangga. Teguran biasa ditunjukkan
dengan ucapan seperti “
lho kae uwong koh ndadakan
gandeng-gandengan kaya lanange dijaluk
”. Ketika berada di rumah, rasa sayang Rani pada suami ditunjukkan dalam
bentuk pelukan maupun ciuman. Semua itu Rani lakukan untuk menjaga kelanggengan rumah tangganya.
Tinggal terpisah dengan suami juga berdampak pada kehidupan seksual Rani dan suami. Hubungan seksual hanya
dilakukan ketika suami pulang ke Pemalang yakni setiap satu atau tiga bulan sekali. Sebelum memiliki anak, Rani akan
melayani kebutuhan biologis suaminya, begitu pula dengan suami yang mau melayani kebutuhan biologis Rani.
Perubahan mulai terjadi semenjak kehadiran anak. Saat suami berada di rumah, Rani selalu memastikan tanggal jadwalnya
suntik agar tidak terjadi kehamilan yang tidak direncanakan. Rani pun terkadang enggan melakukan hubungan seksual
meski suami sudah memintanya. Suami tidak memaksa ketika Rani sedang tidak ingin melakukan hubungan seksual. Tidak
terjadwalnya hubungan seksual antara Rani dan Hasan tidak berpengaruh dalam kehidupan rumah tangga mereka. Rani
pun tetap merasa puas dengan kehidupan seksualnya bersama suami.
Selama menikah, Rani pernah ikut bekerja membantu suami di Pangandaran namun hanya sebentar. Selama di
Pangandaran, Rani tinggal bersama suami yang menetap di rumah saudaranya disana. Pengalaman sempat tinggal di
Pangandaran membuat Rani akhirnya mengenal lingkungan tempat tinggal suami, termasuk teman-teman suami selama
berada di Pangandaran. Dalam pergaulan sehari-hari, baik
suami maupun teman-temannya sering menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa utama. Kebiasaan tersebut akhirnya
berpengaruh dalam komunikasi suami dengan Rani. Suami terkadang juga menggunakan bahasa Sunda ketika berbincang
dengan Rani. Akhirnya Rani mulai terbiasa mendengarkan bahasa Sunda dan meminta suami mengajari bahasa Sunda.
Meski sudah mengenal lingkungan tempat tinggal suami di Pangandaran, cemburu tetap dirasakan Rani ketika
suaminya tidak kunjung pulang atau saat suami berada di Pemalang ada wanita yang menghubungi suaminya.
Kecemburuan tersebut diakui Rani karena rasa sayangnya pada suami. Ketika istrinya cemburu, Hasan hanya akan
menjelaskan kepada Rani wanita yang menghubunginya adalah temannya di Pangandaran. Dalam berumah tangga,
Rani memiliki prinsip untuk saling terbuka dan percaya dengan pasangan.
Selama hampir empat tahun menikah, rasa menyesal menikah di usia muda pernah dialami Rani. Keputusan Rani
menikah di usianya yang masih muda tanpa memiliki gambaran kehidupan pernikahan akhirnya membuat Rani
menyesal saat melihat teman sebayanya yang belum menikah. Disaat teman sebayanya masih bebas pergi main dan bekerja,
Rani sudah memiliki kewajiban mengurus keluarga. Memiliki anak di usia yang relatif muda memerlukan kesabaran dalam
pengasuhannya. Rani yang terkadang jengkel atau marah dengan kelakuan anak seringkali melampiaskan rasa
marahnya pada suami. Sikap Rani tersebut seringkali akhirnya
membuat suami juga merasa jengkel. Di sisi lain, kehadiran anak juga dirasakan Rani semakin membuat Hasan semakin
perhatian dan sayang pada Rani serta putra mereka. Seiring berjalannya waktu, rasa menyesal menikah
muda pun perlahan memudar berganti dengan rasa puas terhadap pernikahannya. Kepuasan timbul disaat Rani merasa
tujuannya menikah sudah tercapai yaitu ada orang yang selalu memperhatikan serta menafkahinya. Rani juga mulai
merencanakan masa depan untuk anaknya. Saat anak berusia lima tahun, Rani berencana memasukkan anaknya ke taman
kanak-kanak. Selepas dari taman kanak-kanak, Rani berencana menyekolahkan anaknya ke sekolah dasar. Hingga
saat ini Rani tidak ingin terlalu berharap mampu menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi melihat
kondisi ekonomi rumah tangganya sekarang. Rani hanya ingin melakukan yang terbaik untuk masa depan anaknya.
f. Triangulasi partisipan 1