Pengaruh Dukungan Tokoh Agama terhadap Perilaku Ibu Balita dalam Imunisasi Campak

5.2. Pengaruh Dukungan Tokoh Agama terhadap Perilaku Ibu Balita dalam Imunisasi Campak

Hasil uji multivariat dengan uji logistik berganda diketahui bahwa dari variabel dukungan tokoh agama yaitu dukungan instrumental p-value 0,011, dan dukungan informasional p-value 0,034, kedua variabel mempunyai nilai p-value 0,05, sehingga varibel tersebut secara signifikan mempunyai pengaruh terhadap perilaku ibu balita dalam imunisasi campak. Variabel dukungan emosional mempunyai nilai p-value 0,056 yang berarti variabel tersebut tidak mempunyai pengaruh terhadap perilaku ibu balita dalam imunisasi campak. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa dukungan tokoh agama memberikan pengaruh terhadap perilaku ibu balita dalam imunisasi campak di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Hal ini dibuktikan pada hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa komponen dukungan instrumental dan dukungan informasional memberikan pengaruh terhadap perilaku ibu balita dalam imunisasi campak. Hasil ini sesuai dengan teori Green 2005 bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya faktor penguat reinforcing factor, meliputi sikap dan perilaku tokoh agama toga. Untuk berperilaku sehat, masyarakat perlu diberi contoh acuan dari para tokoh agama. Perilaku contoh ini bisa berupa dukungan sosial. Dukungan sosial merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa Universitas Sumatera Utara individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga merupakan anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama. Sumber dukungan ini salah satunya anggota dalam kelompok masyarakat tokoh agama. Menurut Sheridan Rod Macher 1992 Sarafino 1998 serta Taylor 1999, dukungan sosial terbagi dalam bentuk dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan emosional, dukungan pada harga diri, dan dukungandari kelompok sosial. Lieberman 1992 mengemukakan dukungan sosial dapat menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang dapat menimbulkan stres, bila kejadian itu muncul interaksi dengan orang lain dapat memodifikasi atau mengubah persepsi individu pada kejadian tersebut, mengubah hubungan antara respon individu pada kejadian yang dapat menimbulkan stres, memengaruhi strategi untuk mengatasi stres, sehingga terjadilah perubahan perilaku seperti yang diharapkan dari dukungan tadi. Peneliti berpendapat bahwa tokoh agama telah memberikan kenyamanan fisik dan psikologis pada ibu balita sehingga ibu balita merasa diperhatikan dihargai oleh orang lain. Ia juga merupakan anggota dari suatu kelompok masyarakat, sehingga terjadilah perubahan perilaku ibu balita dengan mengimunisasikan campak pada balitanya. Dukungan emosional tidak memberikan pengaruh dalam penelitian ini. Dalam hal ini dukungan emosional adalah adanya interaksi antara tokoh agama terhadap ibu balita dalam mengimunisasi balitanya dalam bentuk empati dan kepedulian. Universitas Sumatera Utara Menurut Sheridan Rod Macher 1992 Sarafino 1998 serta Taylor 1999 dukungan emosional membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial, sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik. Berdasarkan pengertian ini dapat diasumsikan bahwa dukungan emosional yang dilakukan oleh tokoh agama belum dapat memberikan empati dan kepedulian kepada ibu balita. Apabila dikaitkan dengan ciri masyarakat perkotaan sekarang ini, bahwa tidak cukup dengan memberikan perhatian dan kepedulian untuk membuat masyarakat merubah perilakunya. Diperlukan rangsangan yang nyata misalnya dalam bentuk materi yang bisa menarik perhatian masyarakat. Contohnya seperti pemberian makanan tambahan yang mendorong ibu balita untuk membawa balitanya ke Posyandu untuk diimunisasi. Selain itu untuk menumbuhkan rasa kepedulian tokoh agama terhadap imunisasi campak, diperlukan sosialisasi tentang imunisasi campak dan penyakit campak kepada tokoh agama. Supaya tokoh agama lebih mengetahui secara mendalam tentang imunisasi campak dan dapat meneruskannya kepada ibu balita. Dengan harapan kepedulian tokoh agama terhadap imunisasi campak dapat merubah perilaku ibu balita dalam imunisasi campak. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa ada peran tokoh agama dalam pemberian bantuan makanan tambahan di posyandu di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar. Tapi tidak semua posyandu yang mendapat bantuan makanan tambahan ini, sehingga peran dari tokoh agama dalam memberikan bantuan makanan tambahan di Posyandu masih dirasakan kurang, hal ini perlu ditingkatkan. Diperlukan kerjasama dengan tokoh-tokoh agama yang ada diwilayah kerja Puskesmas Universitas Sumatera Utara Simalingkar. Kerjasama ini bisa berupa kesepakatan antara Posyandu dan tokoh agama dalam hal pemberian bantuan makanan tambahan di Posyandu. Dengan adanya kesepakatan ini pemberian makanan tambahan di Posyandu bisa merata dan berkesinambungan, yang bisa menjadi motivasi ibu balita untuk membawa anaknya ke Posyandu untuk di imunisasi khususnya imunisasi campak.

5.3. Keterbatasan Penelitian