BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Pengaruh Komunikasi Petugas Kesehatan terhadap Perilaku Ibu Balita
dalam Imunisasi Campak
Hasil uji Multivariat dengan uji logistik berganda diketahui bahwa dari variabel komunikasi petugas kesehatan yaitu metode p-value 0,025, media p-value
0,025 dan isi pesan p-value 0,037. Ketiga variabel mempunyai nilai p-value 0,05 sehingga variabel tersebut secara signifikan mempunyai pengaruh terhadap perilaku
ibu balita dalam imunisasi campak. Variabel strategi pesan mempunyai nilai p-value 0,507 yang berarti
variabel tersebut tidak mempunyai pengaruh terhadap perilaku ibu balita dalam imunisasi campak.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa secara umum, komunikasi memberikan pengaruh terhadap perilaku ibu balita dalam imunisasi campak di
Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Ini dibuktikan pada hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa komponen metode, media, isi pesan
memberikan pengaruh pada perilaku ibu balita dalam imunisasi campak. Strategi pesan tidak memberikan pengaruh terhadap perilaku ibu balita
dalam imunisasi campak dalam penelitian ini. Dalam hal ini strategi pesan adalah berbagai strategi atau teknik yang dilakukan petugas kesehatan kepada ibu-ibu balita
dalam upaya agar ibu-ibu mau mengimunisasikan campak anaknya. Berdasarkan 56
Universitas Sumatera Utara
penelitian ini dapat diasumsikan bahwa strategi yang dilakukan petugas kesehatan masih belum optimal.
Menurut Effendi 2004 berhasil tidaknya komunikasi ditentukan oleh adanya strategi komunikasi dan fungsi dari strategi komunikasi menyebarkan pesan
komunikasi serta menjembatani adanya kegagalan audiensi dalam memperoleh komunikasi. Effendi 2004 menjelaskan dalam menyusun strategi komunikasi, para
komunikator dalam hal ini petugas kesehatan harus dapat : 1.
Mengenali sasaran komunikasi. 2.
Memahami faktor situasi dan kondisi si penerima pesan. Apabila dikaitkan hasil penelitian Effendi bisa peneliti asumsikan bahwa
petugas kesehatan belum dapat mengenali sasaran komunikasi yaitu ibu balita dan tidak memahami situasi dan kondisi yang dialami ibu balita. Oleh karena itu, agar
dapat memberikan pemahaman yang baik dan benar pada ibu balita untuk petugas kesehatan perlu dibekali berbagai kemampuan untuk memahami psikologi
penyampaian pesan pada ibu balita. Pada penelitian ini juga didapatkan bahwa metode, media dan isi pesan
memberikan pengaruh terhadap perilaku ibu balita dalam imunisasi campak di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Hasil ini sesuai
dengan pendapat dari Notoatmojo 2007 yang menyatakan suatu proses komunikasi dalam promosi kesehatan akan tercapai tujuannya yaitu perubahan perilaku
kesehatan, dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut disamping faktor masukannya sendiri juga faktor metode, media, materi atau isi pesan oleh petugas
Universitas Sumatera Utara
kesehatan yang melakukannya. Agar mencapai suatu hasil yang optimal, maka faktor tersebut harus bekerjasama secara harmonis. Hal ini berarti untuk masukan sasaran
tertentu harus menggunakan cara tertentustrategi tertentu pula. Begitu juga dengan materi, metode,media harus disesuaikan dengan sasaran.
Peneliti berpendapat bahwa petugas kesehatan telah dapat membuat faktor-faktor metode, media, isi pesan tersebut bekerjasama secara harmonis
sehingga mencapai hasil yang optimal. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurnia Yunita 2010 yang menyatakan ada pengaruh
komunikasi petugas kesehatan dalam pelaksanaan program jemput kesehatan warga Studi di Puskesmas Lingkar Barat dan Puskesmas Nusa Indah Bengkulu. Sesuai
dengan penelitian dari Suharto 2007 yang menyatakan ada hubungan komunikasi petugas kesehatan antara PMO dan penderita TB Paru dengan ketaatan minum obat
TB Paru di Puskesmas Giriwoyo Kabupaten Wonogiri. Dari hasil penelitian ini media merupakan variabel paling berpengaruh
terhadap perilaku ibu balita dalam imunisasi campak di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan. Dalam penelitian ini juga diketahui jumlah dari media
masih dirasakan kurang. Kebijakan pemerintah dalam hal penyediaan media ini masih tersentralisasi di pusat, setelah itu didistribusikan ke dinas kota atau kabupaten lalu ke
masyarakat. Diperlukan desentralisasi penyediaan media, di mana dinas kota atau kabupaten diberi wewenang dalam pembuatan dan penyediaan dari media, sehingga
jumlah untuk didistribusikan ke masyarakat dapat tercukupi.
Universitas Sumatera Utara
5.2. Pengaruh Dukungan Tokoh Agama terhadap Perilaku Ibu Balita dalam Imunisasi Campak