Tingkat Pengetahuan Dan Tindakan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Bedah Mulut Rsgmp Usu Tentang Informed Consent Untuk Pencabutan Gigi Posterior Mandibula
LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Nik Ahmad Syakir bin Nik Kamaluddin Tempat/ Tanggal Lahir : Kuala Lumpur, Malaysia / 10 Juni 1992 Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jalan D.I Panjaitan, No. 28, Medan Baru, Medan Orangtua
Ayah : Nik Kamaluddin bin Nik Sulaiman Ibu : Nik Munirah binti Nik Sulaiman Riwayat Pendidikan
1. 1997-1999 : Child Enrichment Centre (CEC), Kuala Lumpur 2. 1999-2003 : Sekolah Sri Bestari, Kuala Lumpur
3. 2003-2005 : Sekolah Kebangsaan Taman Tun Dr. Ismail 1 4. 2005-2009 : Sekolah Menengah Kebangsaan TTDI
(2)
LAMPIRAN 2
ANGGARAN PENELITIAN
1. Biaya pengumpulan literatur Rp 80.000
2. Biaya pembuatan proposal Rp 70.000
3. Biaya print dan fotocopy Rp 150.000 4. Biaya penjilidan dan penggandaan Rp 150.000
5. Biaya seminar Rp 300.000
6. Biaya sewa proyektor seminar Rp 150.000 + Rp 900.000
(3)
LAMPIRAN 3
JADWAL KEGIATAN
Kegiatan
Bulan
Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Janua 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Persiapan dan
pembuatan proposal
X X X X
Seminar proposal X
Perbaikan proposal X X
Penelitian X X X X
Pengolahan data X X X X
Pembuatan laporan
hasil penelitian X X X X X X X X X X
Seminar hasil X
(4)
LAMPIRAN 4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
DEPARTEMEN BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL
Nomor : Tanggal :
PENGETAHUAN DAN TINDAKAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK BEDAH MULUT RSGMP USU TENTANG INFORMED CONSENT
UNTUK PENCABUTAN GIGI POSTERIOR MANDIBULA Nama :
NIM :
PETUNJUK PENGISIAN
1. Pengisian kuesioner dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan klinik yang sedang berada di Klinik Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU 2. Jawablah setiap pertanyaan yang tersedia dengan melingkari jawaban yang
dianggap benar
3. Semua pertanyaan harus dijawab
4. Setiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban
(5)
LINGKARI JAWABAN PADA PILIHAN JAWABAN YANG TERSEDIA A. Pengetahuan
1) Menurut Anda, apa itu informed consent ? a. Informed consent adalah suatu persetujuan lisan mengenai tindakan
yang akan dilakukannya oleh dokter terhadap pasiennya.
b. Informed consent adalah suatu persetujuan bertulis mengenai tindakan yang akan dilakukannya oleh dokter terhadap pasiennya.
c. Informed consent adalah suatu persetujuan lisan dan bertulis mengenai tindakan yang akan dilakukannya oleh dokter terhadap pasiennya. d. Tidak tahu
2) Menurut Anda, apakah informed consent perlu digunakan dalam kedokteran gigi ?
a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu
3) Menurut Anda, apakah jenis informed consent yang digunakan dalam kedokteran gigi ?
a. Verbal consent ( secara lisan ) b. Written consent ( secara tertulis ) c. Kedua-duanya
d. Tidak tahu
4) Menurut Anda, tindakan medis apa yang perlu menggunakan informed consent dalam kedokteran gigi ?
a. Perawatan endodonti b. Perawatan prosthodontik c. Perawatan orthodonti d. Perawatan pembedahan e. Semuanya
(6)
f. Tidak tahu
5) Menurut Anda, kapan waktu yang sesuai diberikan informed consent?
a. Sebelum tindakan medis b. Sesudah tindakan medis c. Tidak tahu
6) Menurut Anda, apakah informasi yang perlu diberikan dalam informed
consent ? a. Diagnosa
b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan c. Alternatif tindakan medis yang dilakukan d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi e. Semua di atas benar
f. Tidak tahu
7) Menurut Anda, apakah informed consent perlu digunakan pada pasien yang akan dianestesi dengan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer ? a. Ya
b. Tidak c. Tidak tahu
8) Jika Ya, kapan waktu yang sesuai diberikan informed consent pada pasien yang akan dianestesi dengan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer ? a. Sebelum menganestesi
b. Sesudah menganestesi
9) Menurut Anda, apakah komplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang dianestesi dengan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer ? a. Sakit selama dan setelah penyuntikan
b. Trismus c. Parestesi
(7)
d. Efek toksik e. Hematoma
f. Jarum suntik patah g. Semua di atas benar h. Tidak tahu
B. Tindakan
10) Apakah anda melakukan informed consent sebelum melakukan tindakan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer ?
a. Ya b. Tidak
c. Kedua - duanya
11)Jika Ya, jenis informed consent apa yang anda gunakan ? a. Verbal consent ( secara lisan )
b. Written consent ( secara tertulis )
12)Jika verbal consent, informasi apa yang anda berikan pada pasien ? a) Diagnosa
b) Tujuan tindakan medis yang dilakukan c) Alternatif tindakan medis yang dilakukan d) Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi e) Semua di atas benar
f) Tidak tahu
13)Jika written consent, informasi apa yang anda berikan pada pasien ? a) Diagnosa
b) Tujuan tindakan medis yang dilakukan c) Alternatif tindakan medis yang dilakukan d) Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi e) Semua di atas benar
(8)
DAFTAR PUSTAKA
1. Avramova N. Patients Informed Consent in Dental Practice in Bulgaria. OHDM. 2011 6; 10(2).
2. Mirza AM. Importance of informed consent in dentistry. International Dental Journal of Students Research. 2012 6-9; 1(2).
3. Dube-Baril C. The personalized consent form: an optional, but useful tool ! J Can Dent Assoc. 2004 2; 70(2).
4. Tahir S. Perception of consent among dental professionals. Journal of Medical Ethics and History of Medicine. 2009 11; 20(2).
5. Rai B. Informed consent for local anesthesia. Internet J Law Health Care Ethics. 2007 4; 2.
6. Anonymous. American Dental Association. Principles of ethics and code of professional conduct.2004. http://www.ada.org/prof/prac/law/code/index.asp ( 3 Juli 2013 )
7. Selinger CP. British Journal of Medical Practitioners. The right to consent: is it absolute ?. 2009. http://www.bjmp.org/content/right-consent-it-absolute ( 5 Juli 2013 )
8. Wardhani RK.Tinjauan yuridis persetujuan tindakan medis (Informed consent) di RSUP. Dr. Kariadi Semarang. Tesis.Semarang: Program Studi Magister Kenotarian UNDIP, 2009: 22-2
9. Hanafiah MJ, Amir A, Etika kedokteran & hukum kesehatan. Jakarta: ECG, 1999: 254-25.
10.Julica MP. Informed consent sebagai dasar bertindak dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan. http://mawarputrijulica.wordpress.com/ 2011/03/07/informedconsentsebagaidasartindakdokterdalammemberikan -pelayanan-kesehatan/ (5 Juli 2013)
11.Guwandi, Informed Consent. Jakarta : FK UI, 2004: 25-4.
12.Watterson DG, Informed consent and informed refusal in dentistry.
http://www.rdhmag.com/articles/print/volume-32/issue-9/features/informed-consent-and-informed-refusal.html ( 5 Juli 2013 )
13.Seldin LW. Informed consent The patient’s rights. http://www.dentistrytoday. com/practice-management-articles/risk-management/1897 ( 5 Juli 2013 )
(9)
14.Anonymous. American Medical Association: Informed consent. http://www.ama-
assn.org//ama/pub/physician-resources/legal-topics/patient-physician-relationship-topics/informed-consent.page ( 5 Juli 2013 )
15.Anonymous. Guideline on informed consent. American Academy of Pediatric Dentistry. 2009 1; 34(6)
16.Anonymous. Undang – undang No. 29 tahun 2004. http://www. hukumonline.com/pusatdata/download/lt4c4ecaa87bc0e/parent/19808 ( 5 Juli 2013 )
17.Preetinder Singh. An emphasis on the wide usage and important role of local anesthesia in dentistry: A strategic review. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ pmc/articles/PMC3353686/ ( 7 Juli 2013 )
18.Anonymous. Definisi: Anestesi local. http://kamuskesehatan.com/arti/ anestesi-lokal/ ( 7 Juli 2013 )
19.Howe, Geoffrey L. Anestesi local. Jakarta: EGC, 1995: 92-137
20.Samodro R dkk. Mekanisme kerja obat anestesi lokal. Jurnal Anestesiologi Indonesia. 2011 ; 3(1)
21.Malamed, SF. Hand book of local anaesthesia. 6th ed. Mosby. ST. Louis, Missouri. 2013: 225- 8
22.Balaji SM. Textbook of oral and maxillofacial surgery. Elsevier. New Delhi, India. 2007: 176-4
23.Kaiin HA.Anestesi blok mandibula. http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/ uploads/2009/05/anestesi_blok_mandibula.pdf ( 7 Juli 2013 )
24.Meechan JG. How to overcome failed local anaesthesia. British Dental Journal. 1999 1; 186(1)
25.Thangavelu K, Sabitha S, Kannan R, Saravanan K. Inferior alveolar nerve block using internal oblique ridge as landmark. 2012 3; 3(1)
26.Sakkinen J, Huppunen M, Suuronen R. Complications following local anaesthesia. 2005; 115(48)
27.Haas DA. An update on local anesthetics in Dentistry. J Can Dent Assoc. 2002 9; 68(9)
28.Chrcanovic BR et al. Complication of local dental anesthesia- a broken needle in the pterygomandibular space. Braz J Oral Sci. 2009 7; 8(3)
(10)
29.Torreira MG, Lopez DR, Garcia AG, Rey JG. Mandibular nerve paresthesia caused by endodontic treatment. Med Oral 2003; 8: 299-3
30.Laskin DM. Oral maxillofacial surgery. Vol 1. New Delhi. CV. Mosby Company. 2000; 647
31.Malamed, SF. Hand book of local anetesia. 4th ed. Mosby. ST. Louis, Missouri. 1997: 246-54
32.Malamed, SF. Hand book of local anaesthesia. 5th ed. Mosby. ST. Louis, Missouri. 2013: 231- 1
33.Howe GL, Whitehead FIH. Anastesi lokal. Trans. Yuwono L Jakarta: Hipokrates, 1992
34.Wakefield J. Guide to Informed Decision-making in Healthcare | Informed Consent 1st ed. CHI. Brisbane Queensland. 2012: 2 – 4
35.Crean SJ, Powis A. Neurological complications of local anaesthetics in dentistry. Dent Update 1999 10; 344(5)
36.Boynes SG et al. Evaluating complications of local anesthesia administration and reversal with phentolamine mesylate in a portable pediatric dental clinic. General Dentistry 2013 8; 70(5)
37.Anonymous. Consent to treatment. Australian Dental Association Inc. 2012 11; 2(1) .
(11)
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei untuk mengetahui pengetahuan dan tindakan mahasiswa kepaniteraan klinik di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU mengenai informed consent anestesi lokal blok mandibula metode Fischer bulan September 2013.
3.2Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU pada bulan Juli hingga September 2013.
3.3Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa kepaniteraan.
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa kepaniteraan klinik di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU (purposive sampling).
3.4Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional
A. Pengetahuan informed consent
Merupakan pengetahuan mengenai definisi
informed consent, kegunaan informed consent dalam kedokteran gigi, jenis-jenis
informed consent yang digunakan, tindakan medis apa yang memerlukan informed consent, waktu yang sesuai untuk memberikan informed consent, komplikasi yang dapat terjadi jika informed consent
(12)
1. Definisi informed consent.
2. Informed consent perlu digunakan dalam bidang kedokteran gigi.
3. Jenis informed consent
yang digunakan dalam kedokteran gigi.
4. Tindakan medis yang perlu menggunakan informed consent.dalam kedokteran gigi.
5. Waktu yang sesuai diberikan informed consent.
6. Informasi yang perlu diberikan dalam informed consent.
7. Informed consent perlu pada pasien yang akan
tidak dilakukan.
Suatu persetujuan lisan dan bertulis mengenai tindakan yang akan dilakukannya oleh dokter terhadap pasiennya.
Informed consent perlu digunakan dalam bidang kedokteran gigi.
Verbal consent dan written consent.
Perawatan endodonti, perawatana prosthodontik, perawatan orthodonti dan perawatan pembedahan.
Sebelum tindakan medis.
Diagnosa, tujuan tindakan medis yang dilakukan, tindakan medis alternative yang dilakukan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi.
Informed consent perlu digunakan pada pasien yang akan dianestesi dengan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer. Sebelum tindakan medis.
(13)
dianestesi
8. Waktu yang sesuai diberikan informed consent
pada pasien yang akan dianestesi dengan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer.
9. Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang dianestesi dengan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer.
B. Tindakan
1. Anda melakukan
informed consent sebelum melakukan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer.
2. Jika Ya, jenis informed consent apa yang digunakan?
3. Jika verbal consent,
informasi apa yang anda sampaikan pada pasien.
4. Jika written consent,
Sakit selama dan setelah penyuntikan, trismus, parestesi, efek toksik, hematoma dan jarum suntik patah.
Melakukan informed consent sebelum melakukan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer.
Verbal consent atau written consent.
Diagnosa, tujuan tindakan medis yang dilakukan, tindakan medis alternative yang dilakukan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi.
Diagnosa, tujuan tindakan medis yang dilakukan, tindakan medis alternative yang dilakukan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi.
(14)
informasi apa yang anda sampaikan pada pasien ?
5. Kapan anda melakukan
inform consent ?
Informed consent Lisan dan tertulis suatu persetujuan mengenai akan dilakukannya tindakan kedokteran oleh dokter terhadap pasiennya.
3.5Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan cara penyebaran kuesioner, dimana kuesioner diberikan secara langsung kepada responden dan diisi langsung oleh responden.
3.6Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan melalui kuesioner yang diberikan kepada responden akan dikelompokkan sesuai dengan langkah-langkah berikut:
1. Editing, yaitu melakukan pemeriksaan kelengkapan data yang dikumpulkan. Bila terjadi kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan data akan diperbaiki sebelum peneliti meninggalkan lokasi penelitiannya dan melakukan pendataan ulang.
2. Coding, yaitu proses untuk memberi kode pada jawaban-jawaban responden, pengkodean ini berguna untuk memudahkan pengolahan data, sehingga harus tetap terlebih dahulu diteliti oleh peneliti.
3. Tabulating, yaitu proses untuk menghitung setiap variabel berdasarkan kategori yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan tujuan penelitian.
3.7Aspek Pengukuran
Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik di bagian Bedah Mulut RSGMP USU mengenai informed consent anestesi lokal blok mandibula metode Fischer diukur melalui 13 pertanyaan. Pertanyaan dengan jawaban benar, nilainya 1; jika jawabannya salah, maka nilainya 0. Sehingga nilai tertinggi dari 13 pertanyaan yang
(15)
diberikan adalah 13. Selanjutnya nilai tersebut dikategorikan atas pengetahuan baik, cukup dan kurang. Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoadmojo, kategori baik apabila nilai jawaban responden 76% - 100% dari nilai tertinggi, kategori cukup apabila nilai jawaban responden 41 – 75% dari nilai tertinggi, dan kategori kurang jika nilai jawaban responden <40% dari nilai tertinggi.
3.8 Analisis Data
Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan melihat persentase data yang telah dikumpul dan disajikan dalam bentuk table distribusi. Analisa data dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian sesuai dengan teori yang ada.
(16)
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian di klinik Bedah Mulut RSGMP USU pada tanggal 28 September 2013, diperoleh data dari 49 responden yaitu mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut yang mengisi kuesioner secara langsung mengenai pengetahuan dan tindakan informed consent untuk pencabutan gigi posterior mandibula.
4.1 Distribusi Definisi Informed Consent
Dari 49 responden yang mengisi kuesioner didapatkan data tentang pengetahuan definisi informed consent seperti terlampir pada tabel berikut.
Tabel 1. Distribusi pengetahuan definisi informed consent di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU
Definisi informed consent
Jumlah Persentase
Persetujuan lisan 2 4 %
Persetujuan tertulis 7 14 %
Kedua – duanya 40 82 %
Total 49 100%
4.2 Distribusi Pengetahuan Tentang Pentingnya Menggunakan Informed
Consent Dalam Kedokteran Gigi
Distribusi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut tentang perlunya informed consent digunakan dalam kedokteran gigi di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU adalah sebesar 96% yang menjawab perlu menggunakan informed consent dan 4% menjawab tidak perlu menggunakan informed consent.
(17)
Tabel 2. Distribusi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut tentang pentingnya menggunakan informed consent digunakan dalam kedokteran gigi
Perlu informed consent digunakan dalam bidang kedokteran gigi
Jumlah Persentase
Ya 47 96 %
Tidak 2 4 %
Total 49 100%
4.3 Distribusi Pengetahuan Tentang Jenis Informed Consent yang Digunakan Dalam Kedokteran Gigi
Distribusi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut tentang jenis informed consent yang digunakan dalam kedokteran gigi adalah sebanyak 10% menjawab verbal consent, 10% writen consent, dan 80% menjawab kedua - duanya. Tabel 3. Distribusi pendapat mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut tentang
jenis informed consent yang digunakan dalam kedokteran gigi Jenis informed consent
yang digunakan dalam kedokteran gigi
Jumlah Persentase
Verbal consent 5 10 %
Written consent 5 10 %
Kedua – duanya 39 80 %
Total 49 100%
4.4 Distribusi Pengetahuan Tentang Tindakan Medis yang Perlu Menggunakan Informed Consent Dalam Kedokteran Gigi
Distribusi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut tentang tindakan medis yang perlu menggunakan informed consent dalam kedokteran gigi adalah sebesar 6% menjawab perawatan pembedahan, 92% menjawab semua perawatan, dan 2% menjawab tidak tahu.
(18)
Tabel 4. Distribusi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut tentang jenis informed consent yang digunakan dalam kedokteran gigi Pengetahuan tentang
jenis informed consent yang digunakan dalam
kedokteran gigi
Jumlah Persentase
Perawatan endodontik 0 0 %
Perawatan prostodontik 0 0 %
Perawatan ortodontik 0 0 %
Perawatan pembedahan 3 6 %
Semua perawatan 45 92 %
Tidak tahu 1 2 %
Total 49 100%
4.5 Distribusi Waktu yang Sesuai Dilakukan Informed Consent
Distribusi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut tentang waktu yang sesuai dilakukan informed consent adalah sebanyak 100% menjawab sebelum tindakan medis.
Tabel 5. Distribusi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut tentang waktu yang sesuai dilakukan informed consent
Waktu yang sesuai diberikan informed
consent
Jumlah Persentase
Sebelum tindakan medis 49 100 %
Selepas tindakan medis 0 0 %
Tidak tahu 0 0 %
Total 49 100%
4.6 Distribusi Pengetahuan Informasi yang Perlu Diberikan Dalam Informed
Consent
Distribusi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut tentang informasi yang perlu diberikan dalam informed consent adalah sebesar 6% menjawab untuk tujuan tindakan medis yang akan dilakukan, 6% menjawab untuk resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, 86% menjawab untuk semua tindakan meliputi
(19)
diagnosa, tujuan tindakan, tindakan alternatif, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan 2% menjawab tidak tahu.
Tabel 6. Distribusi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut tentang informasi yang perlu diberikan dalam informed consent
Informasi yang perlu diberikan dalam informed consent
Jumlah Persentase
Tujuan tindakan medis 3 6 %
Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
3 6 %
Semua di atas 45 86 %
Tidak tahu 1 2 %
Total 49 100%
4.7 Distribusi Pengetahuan Penggunaan Informed Consent Pada Anestesi Lokal Blok Mandibula Metode Fischer
Dari hasil penelitian yang didapat sebanyak 80% berpendapat bahwa informed consent perlu digunakan pada anestesi lokal blok mandibula metode Fischer, 10% berpendapat tidak perlu digunakan dan 10% menjawab tidak tahu. Tabel 7. Distribus i pendapat mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut tentang
penggunaan informed consent pada anestesi lokal blok mandibula metode Fischer
Penggunaan informed consent pada anestesi lokal blok mandibula
metode Fischer
Jumlah Persentase
Perlu 39 80 %
Tidak perlu 5 10 %
Tidak tahu 5 10 %
(20)
4.8 Distribusi Waktu yang Sesuai Untuk Dilakukan Informed Consent Pada Pasien yang Akan Dilakukan Anestesi Lokal Blok Mandibula Metode Fischer
Distribusi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut tentang waktu yang sesuai untuk melakukan informed consent pada pasien yang akan dilakukan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer adalah sebanyak 100% responden menjawab informed consent dilakukan sebelum melakukan anestesi.
Tabel 8. Distribusi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut tentang waktu yang sesuai melakukan informed consent pada pasien yang akan dilakukan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer
Waktu yang sesuai diberikan informed consent pada pasien yang akan dianestesi dengan anestesi lokal blok mandibula metode
Fischer
Jumlah Persentase
Sebelum menganestesi 39 100 %
Setelah menganestesi 0 0 %
Total 39 100%
4.9 Distribusi Pengetahuan Komplikasi yang Dapat Terjadi Pada Pasien yang Dilakukan Anestesi Lokal Blok Mandibula Metode Fischer
Distribusi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut tentang komplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang dilakukan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer adalah sebanyak 8% berpendapat sakit selama dan setelah penyuntikan, 6% berpendapat trismus, 16% berpendapat parestesi, 2% berpendapat efek toksik, 64% berpendapat semua ( sakit selama dan setelah penyuntikan, trismus, parestesi, efek toksik, hematoma, jarum suntik patah ) dan 4% tidak tahu.
(21)
Tabel 9. Distribusi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut tentang komplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang dilakukan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer gigi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien
Jumlah Persentase
Sakit selama dan setelah penyuntikan
4 8 %
Trismus 3 6 %
Parestesi 8 16 %
Efek toksik 1 2 %
Hematoma 0 0 %
Jarum suntik patah 0 0 %
Semua di atas 31 64 %
Tidak tahu 2 4 %
Total 49 100%
4.10 Distribusi Mahasiswa Kepaniteraan Klinik di Bedah Mulut yang
Melakukan Tindakan Informed Consent Sebelum Tindakan Anestesi Lokal Blok Mandibula Metode Fischer
Distribusi tindakan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut yang melakukan informed consent sebelum melakukan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer adalah sebesar 86% melakukan dan 14% responden tidak melakukan.
Tabel 10. Distribusi tindakan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut tentang melakukan informed consent sebelum melakukan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer
Melakukan informed consent sebelum melakukan tindakan
anestesi lokal blok mandibula metode Fischer
Jumlah Persentase
Ya 42 86 %
Tidak 7 14 %
(22)
4.11 Distribusi Jenis Informed Consent yang Digunakan
Distribusi tindakan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut tentang jenis informed consent yang digunakanadalah sebanyak 100% responden melakukan verbal consent ( secara lisan ).
Tabel 11. Distribusi tindakan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut tentang jenis informed consent yang digunakan
Jenis informed consent yang digunakan
Jumlah Persentase
Verbal consent 40 100 %
Written consent 0 0 %
Total 40 100%
4.12 Distribusi Informasi yang Diberikan Pada Pasien Dalam Verbal Consent
Distribusi tindakan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut tentang informasi yang diberikan pada pasien dalam verbal consent adalah sebanyak 2,5% menjawab diagnosa, 17,5% menjawab tujuan tindakan medis, 2,5% responden menjawab tindakan alternatif, 5% menjawab resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan 72,5% responden menjawab untuk semua (diagnosa, tujuan tindakan medis, tindakan alternatif, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi).
Tabel 12. Distribusi tindakan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut tentang informasi yang diberikan pada pasien dalam verbal consent
Informasi yang diberikan pada pasien dalam verbal consent
Jumlah Persentase
Diagnosa 1 2,5 %
Tujuan dan tindakan medis 7 17,5 %
Tindakan alternatif 1 2,5 %
Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
2 5 %
Semua 29 72,5 %
(23)
4.13 Persentase Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tentang Informed Consent Untuk Pencabutan Gigi Posterior Mandibula
Persentase tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut RSGMP FKG USU tentang informed consent untuk pencabutan gigi posterior mandibula yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebesar 85,71% mempunyai tingkat pengetahuan yang baik manakala 14,29% mempunyai tingkat pengetahuan sedang.
Tabel 13. Persentase tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan Klinik Bedah Mulut RSGMP USU tentang informed consent untuk pencabutan gigi posterior mandibula
Tingkat pengetahuan Jumlah Persentase
Baik 42 85,71 %
Cukup 7 14,29 %
Buruk 0 0 %
Total 49 100%
4.14 Persentase Tingkat Tindakan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tentang Informed Consent Untuk Pencabutan Posterior
Persentase tingkat tindakan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut RSGMP FKG USU tentang informed consent untuk pencabutan gigi posterior mandibula yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebesar 82% menggunakan
informed consent manakala 18% tidak menggunakan.
Tabel 13. Persentase tingkat tindakan mahasiswa kepaniteraan Klinik Bedah Mulut RSGMP USU tentang informed consent untuk pencabutan gigi posterior mandibula
Tingkat tindakan Jumlah Persentase
Baik 40 82 %
Cukup 0 0 %
Buruk 9 18 %
(24)
BAB 5 PEMBAHASAN
Hasil penelitian di klinik Bedah Mulut RSGMP USU pada tanggal 28 September 2013 diperoleh 49 responden yang menjawab kuisioner tentang pengetahuan dan tindakan tentang informed consent untuk pencabutan gigi posterior mandibula. Dari 49 responden tersebut, sebanyak 4% berpendapat bahwa informed consent adalah suatu persetujuan lisan mengenai tindakan yang akan dilakukannya oleh dokter terhadap pasiennya, 14% berpendapat bahwa informed consent merupakan suatu persetujuan tertulis mengenai tindakan yang akan dilakukan oleh dokter terhadap pasiennya dan sebanyak 82% berpendapat informed consent adalah suatu persetujuan lisan dan tertulis mengenai tindakan yang akan dilakukannya oleh dokter terhadap pasiennya(Tabel 1). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa umumnya responden mengetahui definisi yang benar mengenai informed consent kedokteran gigi yaitu suatu persetujuan mengenai tindakan kedokteran oleh dokter terhadap pasiennya bisa dalam bentuk lisan maupun tertulis.1,2,7,8
Hasil penelitian Nadia Avramova dkk di Sofia, Bulgaria (2011) menyatakan 97,5% dokter gigi menganggap perlu dilakukan informed consent. 2,5% menganggap tidak perlu melakukan informed consent pada pasien.1 Hasil ini tidak jauh beda dari persentase yang didapat oleh peneliti yaitu sebanyak 96% menganggap informed consent perlu dilakukan dan 4% menganggap tidak perlu dilakukan.(Tabel 2)
Menurut Dr. Annie Mehnaz Mirza (2012) , terdapat dua jenis informed consent yang digunakan dalam kedokteran gigi yaitu verbal consent dan written consent.2 Verbal consent yang bermaksud suatu persetujuan lisan antara dokter dan pasiennya manakala written consent bermaksud suatu persetujuan tertulis antara dokter dan pasiennya. Pada hasil penelitian ini, didapatkan sebesar 10% menganggap bahwa jenis informed consent yang digunakan dalam kedokteran gigi adalah verbal consent, 10% written consent dan 80% kedua-duanya.(Tabel 3)
Penelitian Nadia Avramova dkk di Sofia, Bulgaria (2011) mendapatkan hasil mengenai pendapat perlunya informed consent pada perawatan medis yaitu sebesar 87,5% menganggap semua perawatan perlu menggunakan informed consent. Dalam
(25)
penelitian tersebut, sebesar 12,5% menganggap informed consent perlu digunakan pada perawatan bedah karena pada perawatan bedah melibatkan penggunaan anestesi lokal yang dapat mengakibatkan kepada beberapa komplikasi.1 Pada hasil penelitian ini, sebanyak 6% menganggap bahwa informed consent perlu digunakan pada perawatan pembedahan, 92% pada semua perawatan dan 2% tidak tahu.(Tabel 4)
Suatu penulisan oleh Queensland Health menyatakan bahwa waktu yang sesuai untuk melakukan informed consent adalah pada sebelum melakukan tindakan medis.34 Pendapat ini sesuai hasil yang didapat oleh peneliti yaitu sebanyak 100% menganggap informed consent diberikan sebelum tindakan medis dilakukan.(Tabel 5)
Menurut hasil penelitian Shaila Tahir et al. di Lahore, Pakistan pada tahu 2009, penjelasan tujuan tindakan medis yang dilakukan menjadi informasi yang perlu diberikan dalam informed consent karena informasi tentang tindakan yang akan dilakukan dapat menenangkan pasien dari sudut psikologi. Pada hasil penelitian ini, terdapat beberapa pandangan tentang informasi yang perlu diberikan dalam informed consent. Sebanyak 6% menganggap bahwa tujuan tindakan medis yang dilakukan, 6% risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, 86% informasi yang mencakup diagnosa, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan medis dan risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi.(Tabel 6) Hasil penelitian ini sama seperti penelitian Shaila Tahir et al. dimana persentase yang menganggap risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi sebagai informasi yang perlu diberikan dalam informed consent.4
Menurut UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, Pasal 45, ayat (3) informasi yang perlu diberikan pada pasien sebelum tindakan medis harus meliputi diagnosa, tujuan tindakan medis yang dilakukan, alternatif tindakan lain, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosa terhadap tindakan yang dilakukan.2,4,11,14,15,16
Pada hasil penelitian ini, didapat sebesar 80% menganggap informed consent perlu digunakan pada pasien yang akan dilakukan anestesi lokal blok mandibula, 10% menganggap tidak perlu dan 10% tidak tahu.(Tabel 7) Penelitian oleh Nadia Avramova dkk di Sofia, Bulgaria (2011), didapatkan hasil bahwa perawatan yang melibatkan anestesi lokal diwajibkan untuk menggunakan informed consent karena dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi.1
(26)
Pada hasil penelitian ini, didapatkan hasil tentang komplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang dilakukan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer. Sebanyak 8% menjawab sakit selama dan setelah penyuntikan, 6% trismus, 16% parestesi, 2% efek toksik, 64% semua yang mencakup sakit selama dan setelah penyuntikan, trismus, parestesi, efek toksik, hematoma dan jarum suntik patah dan 2% tidak tahu.(Tabel 9) Sebuah artikel oleh St-John Crean dan Alison Powis (1999) menjelaskan bahwa parestesi merupakan komplikasi neurologis yang paling sering terjadi pada pasien yang disuntik dengan anestesi lokal.35 Hasil penelitian Mishra S. et al. (2012) di India mengatakan bahwa trismus merupakan komplikasi yang paling sering terjadi setelah penyuntikan anestesi lokal.21,22,31 Hasil penelitian oleh Sean G. Boynes et. al (2013), didapatkan hasil sebanyak 8,5% kasus sakit selama penyuntikan terjadi setelah penyuntikan anestesi lokal.36 Pada penelitian ini didapatkan hasil sebesar 8%.
Hasil penelitian Nadia Avramova dkk di Sofia, Bulgaria (2011) mendapatkan sebanyak 87,5% melakukan informed consent sebelum melakukan tindakan anestesi lokal blok mandibula.1 Hasil penelitian ini mendapatkan sebesar 86% dari mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut di RSGMP USU melakukan informed consent sebelum melakukan tindakan anestesi lokal blok mandibula dan 14% tidak melakukannya (Tabel 10).
Pada hasil penelitian ini, jenis informed consent yang digunakan oleh semua mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut di RSGMP USU adalah verbal consent. (Tabel 11) Sebuah artikel oleh Australian Dental Association Inc. menjelaskan dalam semua tindakan medis yang akan dilakukan oleh dokter ke pasiennya harus menggunakan informed consent. Terdapat dua jenis informed consent yaitu verbal consent dan written consent. Seorang dokter sekurang – kurangnya menggunakan verbal consent dalam suatu pemeriksaan atau tindakan medis.37
(27)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6. 1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut RSGMP FKG USU tentang informed consent untuk pencabutan gigi posterior mandibula adalah sebanyak 85,71% tergolong dalam tingkat pengetahuan yang baik manakala 14,29% tingkat pengetahuan sedang.
2.Tingkat tindakan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut RSGMP FKG USU tentang informed consent untuk pencabutan gigi posterior mandibula adalah sebanyak 82% tergolong dalam tingkat tindakan yang baik manakala 18% tingkat tindakan yang buruk .
6.2 Saran
1.Mahasiswa kepaniteraan klinik harus lebih memahami kepentingan penggunaan informed consent dalam bidang kedokteran gigi.
2.Mahasiswa kepaniteraan klinik harus memberikan jenis informed consent yang sesuai dengan perawatan yang akan dilakukan.
3.Sebagaimana temuan dalam penelitian ini, segala hal yang bersifat keterbatasan penelitian agar dapat diperbaiki dalam penelitian selanjutnya.
4.Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut, baik yang terkait dengan informed consent dan pencabutan gigi posterior mandibula.
(28)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Informed consent
2.1.1 Definisi Informed consent
Informed consent adalah suatu persetujuan mengenai akan dilakukannya tindakan kedokteran oleh dokter terhadap pasiennya. Persetujuan ini bisa dalam bentuk lisan maupun tertulis. Pada dasarnya Informed consent merupakan suatu proses komunikasi antara dokter dan pasien mengenai kesepakatan tindakan medis yang akan dilakukan dokter terhadap pasien.1,2,7,8
Penandatanganan formulir Informed consent secara tertulis merupakan bukti tertulis atas apa yang telah disepakati sebelumnya. Tujuan penjelasan yang lengkap adalah agar pasien menentukan sendiri keputusannya sesuai dengan pilihan pasien sendiri (informed decision).1,2,4,6,8 Karena itu, pasien juga berhak untuk menolak tindakan medis yang dianjurkan.2 Pasien juga berhak untuk meminta pendapat dokter lain (second opinion), dan dokter yang merawatnya.8,12
2.1.2 Formulir Informed consent
Formulir Informed consent ini juga merupakan suatu tanda bukti yang akan disimpan di dalam arsip rekam medis pasien yang bisa dijadikan sebagai alat bukti bahwa telah terjadi persetujuan medis antara dokter dengan pasien. Pembuktian tentang adanya persetujuan tindakan medis dapat dilakukan pasien dengan mengajukan arsip rekam medis atau dengan persetujuan tindakan medis (informed consent) yang diberikan oleh pasien.5,7,13
Bentuk persetujuan tindakan medis pada umumnya telah disusun sedemikian rupa sehingga pihak dokter dan Rumah Sakit dapat mengisi lembar informed consent
yang disediakan setelah menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien. Sebelum ditandatangani, sebaiknya surat tersebut dibaca sendiri atau dibacakan oleh yang hadir terlebih dahulu. Pasien sebaiknya diberikan waktu yang cukup untuk menandatangani persetujuan tindakan medis.5,6,8,9,13
(29)
Oleh karena itu, dengan ditandatanganinya Informed consent secara tertulis tersebut, maka dapat diartikan bahwa pemberi tanda tangan bertanggung jawab dalam menyerahkan sebagian tanggung jawab pasien atas dirinya sendiri kepada dokter yang bersangkutan, beserta resiko yang mungkin akan dihadapinya. Untuk itu, tindakan medis yang ditentukan oleh dokter harus dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan standar profesinya. 11
2.1.3 Informasi Informed consent
Dalam Permenkes No.585/MENKES/PER/IX/1989 menyatakan bahwa dokter harus menyampaikan informasi atau penjelasan kepada pasien/keluarga diminta atau tidak diminta oleh pasien. Informasi harus diberikan sebelum dilakukannya suatu tindakan operasi atau yang bersifat invasif, baik berupa prosedur diagnostik maupun terapeutik.2,9
Menurut Guwandi (2004), informasi yang harus diberikan sebelum dilakukan tindakan operasi oleh dokter kepada pasien atau keluarga mencakup:
a) Penjelasan lengkap mengenai prosedur yang akan dilakukan dalam tindakan medis
b) Gambaran manfaat tindakan medis yang akan dilakukan
c) Penjelasan tentang resiko yang dapat terjadi pada tindakan medis tersebut d) Tindakan medis lain apa yang dapat dilakukan
e) Akibatnya jika tindakan medis tersebut tidak dilakukan 2,4,11,14,15
Informasi yang harus diberikan oleh dokter dengan lengkap kepada pasien menurut UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, Pasal 45, ayat (3) sekurang-kurangnya mencakup:
a) Diagnosis dan tata cara tindakan medis; b) Tujuan tindakan medis yang dilakukan; c) Alternatif tindakan lain dan risikonya; d) Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi;
e) Prognosis (kemungkinan hasil perawatan) terhadap tindakan yang dilakukan. 16
(30)
2.1.4 Bentuk Informed consent
Informed consent terdiri dari dua bentuk yaitu implied consent dan expressed consent.
1. Implied Consent (dianggap diberikan)
Umumnya implied consent diberikan dalam keadaan normal, artinya dokter dapat mengerti persetujuan tindakan medis tersebut dari isyarat yang diberikan atau dilakukan pasien. Demikian pula pada kasus emergency dimana dokter memerlukan tindakan medis segera sementara pasien dalam keadaan tidak bisa memberikan persetujuan dan keluarganya tidak ada ditempat, maka dapat dilakukan tindakan medis terbaik menurut dokter.
2. Expressed Consent (dinyatakan)
Informed consent ini merupakan pernyataan secara lisan maupun tertulis. Dalam tindakan medis yang bersifat invasif dan memiliki resiko, dokter sebaiknya mendapatkan persetujuan secara tertulis, atau yang secara umum dikenal di rumah sakit sebagai surat izin operasi. 2,4,11 Expressed consent meliput i :
a. Verbal consent adalah persetujuan secara lisan yaitu pasien setuju menggunakan kata – kata dan tidak melibatkan fomulir informed consent. Biasanya digunakan terhadap tindakan medis yang tidak invasif dan tidak memiliki resiko besar maka persetujuan dari pasien dapat disampaikan secara lisan kepada dokter.
b. Written consent adalah persetujuan secara tertulis yaitu pasien atau orang lain yang berhak menandatangani sebuah fomulir informed consent
(Gambar 1). Biasanya digunakan untuk tindakan medis dengan risiko tinggi seperti pembedahan atau tindakan invasif.2,4
Walaupun persetujuan lisan itu diperbolehkan untuk tindakan medis, dokter harus membiasakan diri untuk menulis/mencatat persetujuan lisan pasien itu pada rekam medis/rekam kesehatan, karena semua tindakan yang dilakukan oleh dokter yang tercatat dalam rekam medis merupakan persetujuan pasien secara lisan.2
(31)
SURAT PERSETUJUAN / PENOLAKAN MEDIS KHUSUS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : (L/P)
Umur/Tgl Lahir : Alamat :
Telp :
Menyatakan dengan sesungguhnya dari saya sendiri/*sebagai orangtua/*suami/*istri/*anak/*wali dari :
Nama : (L/P)
Umur/Tgl Lahir :
Dengan ini menyatakan SETUJU / MENOLAK untuk dilakukan Tindakan Medis berupa………. Dari penjelasan yang diberikan, telah saya mengerti segala hal yang berhubungan dengan penyakit tersebut, serta tindakan medis yang akan dilakukan dan kemungkinan pasca tindakan yang dapat terjadi sesuai penjelasan yang diberikan.
Medan,……….20……
Dokter / Pelaksana, Yang membuat pernyataan,
(………..) (………..)
(32)
2.2 Anestesi Lokal
Anestesi lokal adalah hilangnya semua bentuk sensasi termasuk sakit, sentuhan, persepsi temperatur dan tekanan pada sebagian tubuh.33 Beberapa kalangan medis yang membatasi istilah anestesi lokal hanya untuk pembiusan di bagian kecil tubuh seperti gigi atau area kulit. Mereka menggunakan istilah anestesi regional untuk pembiusan bagian yang lebih besar dari tubuh seperti kaki atau lengan.18
Dalam bidang kedokteran gigi, anestesi lokal merupakan suatu tindakan yang dapat menghilangkan nyeri atau sensasi pada area – area spesifik di dalam rongga mulut untuk waktu yang singkat. Tindakan ini digunakan oleh dokter gigi dalam prosedur pembedahan untuk memastikan kenyamanan dan keamanan pasien selama prosedur.17,18
2.2.1 Jenis Bahan Anestesi Lokal
Secara kimiawi obat anestesi lokal dibagi dalam dua golongan besar, yaitu golongan ester dan golongan amida. Yang termasuk bahan ester adalah prokain, kokain dan tetrakain sedangkan untuk golongan amida adalah lignokain, prilokain dan mervakain.19 Perbedaan kimia bahan ini berdasarkan metabolisme, dimana golongan ester dimetabolisme oleh enzim pseudo-kolinesterase di plasma sedangkan golongan amida melalui degradasi enzimatis di hati.20
2.2.2 Mekanisme Anestesi Lokal
Obat anestesi lokal mencegah transmisi impuls saraf (blokade konduksi) dengan menghambat pengiriman ion natrium melalui pintu ion natrium selektif pada membrane saraf. Pintu natrium sendiri adalah reseptor spesifik molekul obat anestesi lokal. Penyumbatan pada pintu ion yang terbuka dengan molekul obat anestesi lokal berkontribusi sedikit sampai hampir keseluruhan dalam inhibisi permeabilitas natrium.
(33)
Kegagalan permeabilitas pintu ion natrium untuk memperlambat kecepatan depolarisasi seperti ambang batas potensial tidak tercapai sehingga potensial aksi tidak disebarkan. Obat anestesi lokal tidak mengubah potensial istirahat transmembran atau ambang batas potensial.20
2.2.3 Metode Anestesi Lokal pada Mandibula
Anestesi lokal blok mandibula dapat dilakukan melalui beberapa metode seperti metode Gow-Gates, metode Akinosi dan metode Fischer.21,22,23,24 Pada dasarnya tujuan ketiga-tiga metode ini sama yaitu menganestesi setengah mandibula pada sisi yang dianestesi. Perbedaanya adalah pada langkah - langkah metode dan daerah saraf yang teranestesi.23
Inferior alveolar nerve block (IANB) atau juga dikenali sebagai blok mandibula metode Fischer merupakan teknik anestesi lokal yang sering digunakan dan juga merupakan teknik yang paling penting dalam bidang kedokteran gigi.21 Anestesi lokal blok mandibula biasanya dilakukan apabila dokter memerlukan daerah yang teranestesi luas misalnya pada waktu pencabutan gigi posterior mandibula atau pencabutan beberapa gigi pada satu kuadran.21,23
2.2.3.1 Anestesi Lokal Blok Mandibula Metode Fischer
Anestesi blok mandibula metode Fischer merupakan metode yang digunakan oleh mahasiswa kepaniteraan di RSGMP FKG USU. Metode ini melumpuhkan beberapa saraf antara lain :
a) Nervus alveolaris inferior b) Nervus mentalis
c) Nervus lingualis d) Nervus insisivus
Sedangkan daerah yang teranestesi dari metode Fischer adalah : a) Gigi geligi mandibula setengah kuadran
(34)
c) Mukoperiosteum bukal dan membran mukosa didepan foramen mentalis d) Dasar mulut
e) Dua pertiga anterior lidah
f) Jaringan lunak dan periosteum bagian lingual mandibula
Gambar 2: Daerah yang teranestesi pada metode Fischer 21 2.2.3.2 Komplikasi Anestesi Blok Mandibula Metode Fischer
Komplikasi anestesi lokal blok mandibula dapat terjadi karena beberapa faktor tertentu. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah karena kesalahan teknik penyuntikan yang digunakan dan kurang menguasai anatomi rahang.24,25 Antara komplikasi yang dapat terjadi antara lain :
a. Sakit selama dan setelah penyuntikan
Dokter gigi berkewajiban untuk memastikan bahwa metode anestesi yang digunakannya benar-benar tidak menimbulkan rasa sakit dan metode tersebut dapat digunakan senyaman mungkin. Tajamnya jarum dan teknik penyuntikan merupakan faktor penting dalam melakukan penyuntikan.21,22,24,25,31
b. Trismus
Pada hasil penelitian Mishra S. et al. (2012) India, trimus merupakan komplikasi yang paling sering terjadi setelah anestesi lokal blok mandibula. Trismus merupakan salah satu komplikasi yang biasa terjadi pada pasien, dimana pasien merasa sulit untuk membuka mulutnya setelah pemberian anestesi blok mandibula.
(35)
Trismus biasanya disebabkan oleh trauma tusukan jarum pada serabut otot pterigoideus medial.21,22,31
c. Parestesi
Parestesi didefinisikan sebagai suatu fenomena sensorik berupa kebas, rasa terbakar dari kulit tanpa adanya stimulus yang jelas. Parestesi dapat disebabkan oleh trauma, tumor, penyakit jaringan kolagen, infeksi dan penyakit-penyakit idiopatik. 21,22,27,29,31
d. Efek toksik
Efek toksik terjadi apabila jumlah anestetikum yang berlebihan diberikan oleh dokter kepada pasiennya. Dosis toksik bagi kebanyakan anestetikum yang digunakan dalam bedah mulut yaitu berkisar 300 – 500mg. 21,22,26,27,30,31
e. Hematoma
Biasanya hematoma disebabkan oleh penyuntikan yang mengenai pembuluh arteri dan vena pada saat injeksi blok saraf alveolar inferior atau saraf posterior superior. Gambaran klinisnya terlihat pembengkakkan atau bruise yang berwarna ungu pada intra atau ekstra oral.21,22,31
f. Jarum suntik patah
Komplikasi ini terjadi disebabkan oleh jarum yang digunakan tidak diganti, jarum yang digunakan tidak fleksibel, kesalahan teknik penyuntikan dan pergerakan tak terduga pasien waktu penyuntikan. Pada tahun 1960, jumlah kasus jarum suntik patah menurun setelah jarum suntik disposable diperkenalkan dalam bidang kedokteran gigi. 21,22,26,28,31
(36)
2.3.1 Kerangka Konsep
Mahasiswa kepaniteraan klinik di bagian Bedah Mulut
RSGMP FKG USU
Tingkat pengetahuan dan tindakan mahasiswa kepaniteraan klinik di bagian
Bedah Mulut RSGMP FKG USU
A. Pengetahuan
• Baik
• Sedang
• Buruk
B. Tindakan
• Baik
• Sedang
(37)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Informed consent adalah persetujuan antara dokter dan pasien secara tertulis maupun lisan yang diberikan setelah pasien menerima informasi yang cukup mengenai prosedur diagnostik dan perawatan yang direncanakan. Informasi mengenai prosedur perawatan yang akan diberikan harus jelas sehingga pasien dapat memahami penyakitnya dan perawatan yang akan diterima.1,2
Pada tahun 1950, bidang kedokteran gigi telah mempertimbangkan peran
informed consent dalam klinik setelah terjadinya beberapa kasus malpraktek.3 Dokter gigi mempunyai tanggung jawab dan kewajiban untuk memastikan bahwa pasien telah menerima informasi perawatan yang akan diberikan dan memahami segala prosedur serta komplikasinya.1,2 Pada tahun 1980-an, informed consent telah dibahas dalam ajaran akademik di bidang kedokteran gigi.4,5
Menurut hasil penelitian Shaila Tahir et al. di Lahore, Pakistan (2009) 5.3% mahasiswa kepaniteraan klinik yang berpendapat harus melakukan informed consent, 16% biasa melakukan, 56.8% kadang – kadang melakukan dan 21.9% tidak melakukan informed consent. Pada hasil penelitian tersebut, informed consent yang dilakukan untuk perawatan bedah memiliki hasil yang paling tinggi yaitu 43.6% kemudian perawatan konservatif sebesar 35.2%. Perawatan lain dianggap tidak penting untuk dilakukan informed consent.4
Penelitian Nadia Avramova dkk di Sofia, Bulgaria (2011) menyatakan 97.5% dokter gigi menganggap perlu dilakukan informed consent. Kemudian, 2.5% menganggap tidak perlu melakukan informed consent pada pasien. Dari hasil penelitian ini, dokter gigi yang menganggap perlu dilakukan pada semua jenis perawatan adalah 87.5%, untuk perawatan bedah sebesar 12.5%, perawatan pada endodontik sebanyak 6.25% , perawatan prostetik 8.75% dan 10% pada perawatan ortodontik . 1
Informed consent untuk perawatan bedah pada bidang kedokteran gigi bermacam-macam, salah satunya adalah informed consent pada tindakan anestesi
(38)
lokal blok mandibula metode Fischer. Hal ini perlu dilakukan karena komplikasi dari tindakan ini salah satunya adalah dapat menyebabkan trismus, yaitu suatu kondisi dimana pasien merasa sulit untuk membuka mulutnya. Mengingat pentingnya
informed consent, maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai tingkat pengetahuan dan tindakan mahasiswa kepaniteraan klinik bedah mulut RSGMP FKG USU tentang informed consent untuk pencabutan gigi posterior mandibula.
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik bedah mulut RSGMP FKG USU tentang informed consent untuk pencabutan gigi posterior mandibula.?
2. Bagaimana tingkat tindakan mahasiswa kepaniteraan klinik bedah mulut RSGMP FKG USU tentang informed consent untuk pencabutan gigi posterior mandibula ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik bedah mulut RSGMP FKG USU tentang informed consent untuk pencabutan gigi posterior mandibula.
2. Untuk mengetahui tingkat tindakan mahasiswa kepaniteraan klinik bedah mulut RSGMP FKG USU tentang informed consent untuk pencabutan gigi posterior mandibula.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik bedah mulut RSGMP FKG USU mengenai informed consent
anestesi lokal blok mandibula metode Fischer bulan September 2013.
2. Untuk mendapatkan informasi mengenai tingkat pelaksanaan informed consent oleh mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut RSGMP FKG USU bulan September 2013.
(39)
3. Penulis mendapatkan pengalaman dalam hal meneliti dan menambah wawasan mengenai tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik bedah mulut RSGMP FKG USU mengenai informed consent anestesi lokal blok mandibula metode Fischer.
(40)
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Tahun 2014
Nik Ahmad Syakir
Tingkat pengetahuan dan tindakan mahasiswa kepaniteraan klinik bedah mulut RSGMP USU tentang informed consent untuk pencabutan gigi posterior mandibula.
xii + 33 halaman
Informed consent adalah persetujuan antara dokter dan pasien secara tertulis maupun lisan yang diberikan setelah pasien menerima informasi yang cukup mengenai prosedur diagnostik dan perawatan yang direncanakan. Pada tahun 1950, bidang kedokteran gigi telah mempertimbangkan peran informed consent dalam klinik setelah terjadinya beberapa kasus malpraktek. Informed consent terdiri dari dua bentuk yaitu implied consent dan expressed consent. Expressed consent meliputi dua yaitu verbal consent dan written consent. Verbal consent adalah persetujuan secara lisan yaitu pasien setuju menggunakan kata – kata dan tidak melibatkan fomulir informed consent. Written consent adalah persetujuan secara tertulis yaitu pasien atau orang lain yang berhak menandatangani sebuah fomulir informed consent. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan tindakan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut RSGMP USU tentang informed consent
untuk pencabutan gigi posterior mandibula. Penelitian ini dilakukan melalui survei deskriptif. Data didapatkan melalui kuesioner yang diisi oleh mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut RSGMP USU. Data yang didapat dari hasil
(41)
pengisian formulir kuesioner diolah secara sederhana dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sederhana disertai dengan perhitungan berupa persentase. Persentase tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut RSGMP FKG USU tentang informed consent untuk pencabutan gigi posterior mandibula yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebesar 85,71% mempunyai tingkat pengetahuan yang baik manakala 14,29% mempunyai tingkat pengetahuan sedang. Tingkat tindakan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut RSGMP FKG USU tentang informed consent untuk pencabutan gigi posterior mandibula adalah sebanyak 82% menggunakan informed consent manakala 18% tidak menggunakan. Mahasiswa kepaniteraan klinik harus memberikan jenis informed consent yang sesuai dengan perawatan yang akan dilakukan.
(42)
TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINDAKAN
MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK BEDAH MULUT
RSGMP USU TENTANG INFORMED CONSENT UNTUK
PENCABUTAN GIGI POSTERIOR MANDIBULA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
NIK AHMAD SYAKIR
NIM: 100600207
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(43)
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Tahun 2014
Nik Ahmad Syakir
Tingkat pengetahuan dan tindakan mahasiswa kepaniteraan klinik bedah mulut RSGMP USU tentang informed consent untuk pencabutan gigi posterior mandibula.
xii + 33 halaman
Informed consent adalah persetujuan antara dokter dan pasien secara tertulis maupun lisan yang diberikan setelah pasien menerima informasi yang cukup mengenai prosedur diagnostik dan perawatan yang direncanakan. Pada tahun 1950, bidang kedokteran gigi telah mempertimbangkan peran informed consent dalam klinik setelah terjadinya beberapa kasus malpraktek. Informed consent terdiri dari dua bentuk yaitu implied consent dan expressed consent. Expressed consent meliputi dua yaitu verbal consent dan written consent. Verbal consent adalah persetujuan secara lisan yaitu pasien setuju menggunakan kata – kata dan tidak melibatkan fomulir informed consent. Written consent adalah persetujuan secara tertulis yaitu pasien atau orang lain yang berhak menandatangani sebuah fomulir informed consent. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan tindakan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut RSGMP USU tentang informed consent
untuk pencabutan gigi posterior mandibula. Penelitian ini dilakukan melalui survei deskriptif. Data didapatkan melalui kuesioner yang diisi oleh mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut RSGMP USU. Data yang didapat dari hasil
(44)
pengisian formulir kuesioner diolah secara sederhana dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sederhana disertai dengan perhitungan berupa persentase. Persentase tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut RSGMP FKG USU tentang informed consent untuk pencabutan gigi posterior mandibula yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebesar 85,71% mempunyai tingkat pengetahuan yang baik manakala 14,29% mempunyai tingkat pengetahuan sedang. Tingkat tindakan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut RSGMP FKG USU tentang informed consent untuk pencabutan gigi posterior mandibula adalah sebanyak 82% menggunakan informed consent manakala 18% tidak menggunakan. Mahasiswa kepaniteraan klinik harus memberikan jenis informed consent yang sesuai dengan perawatan yang akan dilakukan.
(45)
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 24 Januari 2014
Pembimbing: Tanda tangan
1. Rahmi Syaflida, drg., Sp.BM 1.………. NIP. 19840724 200801 2 006
2. Rika Mayasari, drg., M.Kes 2………..
(46)
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 24 Januari 2014
TIM PENGUJI
KETUA : Abdullah, drg.
ANGGOTA : 1. Rahmi Syaflida, drg., Sp. BM
2. Hendry Rusdy, drg., Sp. BM., M.Kes 3. Rika Mayasari A, drg., M.Kes
(47)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ayahanda Nik Kamaluddin bin Nik Sulaiman dan Ibunda Nik Munirah binti Nik Sulaiman atas segala doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis hingga saat ini.
2. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D, Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Eddy A. Ketaren, drg., Sp.BM selaku Ketua Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, atas segala saran, dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Rahmi Syaflida, drg., Sp.BM dan Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, bimbingan, penjelasan dan motivasi selama proses penyusunan skripsi sampai dengan selesai.
5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara khususnya di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial.
6. Keluarga yang senantiasa mendukung dan memberikan kasih sayang kepada penulis, Nik Nurina, Nik Muhammad Nasri, Nik Ahmad Aiman dan Nik Ahmad Farhan.
7. Sahabat-sahabat terbaik, Afiq Nawawi, Ikhwan Syazwan, Ahmad Ilham, Nazim Abd Malek, Muhibuddin Isa, Zunnadhir Zainal Abidin, Afiqi Fikri, Abdul Rahim, Yusof, Mohd Faisal dan Faiz Hashim atas segala hal yang diberikan kepada penulis selama menjalani masa perkuliahan hingga saat ini.
(48)
8. Teman-teman semasa perkuliahan, Afiqah Anuar, Hidayah Anuar, Izza Aleena, Jack Loo, Jun Yang, Prasad Nair, Khairunnisa Latiff, Siti Filzah, Shafarah Ramli, Way Yee Yin dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
9. Nor Syafiqah binti Mahmod, yang telah menemani dan memberikan dukungan tiada henti kepada penulis sehari-hari selama masa perkuliahan, pembuatan skripsi, dan hingga saat ini.
10. Keluarga besar PM USU dan rekan-rekan pengurus Dental Student Committee Sesi 2013-2014.
11. Teman-teman seperjuangan di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG USU, Zulmi, Aidil Nasution, Ghina, Rizky Annisa, Diong, Amirah Nazri, Amalina Razin, Natasha, Erwinda, Adel, Rizky Puspita dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu, dan masyarakat.
Medan, 24 Januari 2014
Penulis,
(Nik Ahmad Syakir NIM: 100600207
(49)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 2
1.4 Manfaat Penelitian ... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Informed Consent ... 4
2.1.1 Definisi Informed Consent ... 4
2.1.2 Formulir Informed Consent ... 4
2.1.3 Informasi Informed Consent ... 5
2.1.4 Bentuk Informed Consent ... 5
2.2 Anestesi Lokal ... 8
2.2.1 Jenis Bahan Anestesi Lokal ... 8
2.2.2 Mekanisme Anestesi Lokal ... 8
2.2.3 Metode Anestesi pada Mandibula ... 9
2.2.3.1 Anestesi Lokal Blok Mandibula Metode Fischer ... 9
2.2.3.2 Komplikasi Anestesi Blok Mandibula Metode Fischer ... 10
2.3.1 Kerangka Konsep ... 12
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 13
3.1 Jenis Penelitian ... 13
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 13
(50)
3.3.1 Populasi ... 13
3.3.2 Sampel ... 13
3.4 Variabel dan Definisi Operasional ... 13
3.5 Pengumpulan Data ... 16
3.6 Pengolahan Data ... 16
3.7 Aspek Pengukuran ... 17
3.8 Analisis Data ... 18
BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 18
4.1 Distribusi Definisi Informed Consent ... 18
4.2 Distribusi Pengetahuan Tentang Pentingnya Menggunakan Informed Consent Dalam Kedokteran Gigi ... 18
4.3 Distribusi Pengetahuan Tentang Jenis Informed Consent yang Digunakan Dalam Kedokteran Gigi ... 19
4.4 Distribusi Pengetahuan Tentang Tindakan Medis y ang Perlu Menggunakan Informed Consent Dalam Kedokteran Gigi ... 19
4.5 Distribusi Waktu yang Sesuai Dilakukan Informed Consent…. 20
4.6 Distribusi Pengetahuan Informasi yang Perlu Diberikan Dalam Informed Consent ... 20
4.7 Distribusi Pengetahuan Penggunaan Informed Consent Pada Anestesi Lokal Blok Mandibula Metode Fischer ... 21
4.8 Distribusi Waktu yang Sesuai Untuk Dilakukan Informed Consent Pada Pasien yang Akan Dilakukan Anestesi Lokal Blok Mandibula Metode Fischer ... 22
4.9 Distribusi Pengetahuan Komplikasi yang Dapat Terjadi Pada Pasien yang Dilakukan Anestesi Lokal Blok Mandibula Metode Fischer ... 22
4.10 Distribusi Mahasiswa Kepaniteraan Klinik di Bedah Mulut yang Melakukan Tindakan Informed Consent Sebelum Tindakan Anestesi Lokal Blok Mandibula Metode Fischer .... 23
4.11 Distribusi Jenis Informed Consent yang Digunakan ... 24
4.12 Distribusi Informasi yang Diberikan Pada Pasien Dalam Verbal Consent ... 24
4.13 Persentasi Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tentang Informed Consent Untuk Pencabutan Gigi Posterior Mandibula ... 25
BAB 5 PEMBAHASAN ... 26
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 30
6.1 Kesimpulan ... 30
6.2 Saran ... 30
DAFTAR PUSTAKA ... 31 LAMPIRAN
(51)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Variabel dan definisi operasional ... 13 2. Distribusi definisi Informed Consent ... 18 3. Distribusi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut
tentang pentingnya menggunakan informed consent digunakan
dalam kedokteran gigi ... 19 4. Distribusi pendapat mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut
tentang jenis informed consent yang digunakan dalam kedokteran
gigi ... 19 5. Distribusi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah
Mulut tentang jenis informed consent yang digunakan dalam
kedokteran gigi ... 20
6. Distribusi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut
tentang waktu yang sesuai dilakukan informed consent ... 20 7. Distribusi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut
Tentang informasi yang perlu diberikan dalam informed consent ... 21
8. Distribusi pendapat mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut tentang penggunaan informed consent pada anestesi lokal blok
mandibula metode Fischer ... 21 9. Distribusi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut
tentang waktu yang sesuai melakukan informed consent pada pasien
yang akan dilakukan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer 22
10. Distribusi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut tentang komplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang dilakukan
anestesi lokal blok mandibula metode Fischer ... 23 11. Distribusi tindakan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut
tentang melakukan informed consent sebelum melakukan anestesi
lokal blok mandibula metode Fischer ... 23 12. Distribusi tindakan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut
(52)
13. Distribusi tindakan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut tentang informasi yang diberikan pada pasien dalam verbal
consent ... 24 14. Persentase tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan Klinik
Bedah Mulut RSGMP USU tentang informed consent untuk
pencabutan gigi posterior mandibula... 25 15. Persentase tingkat tindakan mahasiswa kepaniteraan Klinik
Bedah Mulut RSGMP USU tentang informed consent untuk
(53)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Contoh formulir informed consent ... 7 2. Daerah yang teranestesi pada metode Fischer ... 10
(54)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Daftar Riwayat Hidup 2. Anggaran Penelitian 3. Jadwal Kegiatan 4. Kuesioner Penelitian
(1)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 2
1.4 Manfaat Penelitian ... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Informed Consent ... 4
2.1.1 Definisi Informed Consent ... 4
2.1.2 Formulir Informed Consent ... 4
2.1.3 Informasi Informed Consent ... 5
2.1.4 Bentuk Informed Consent ... 5
2.2 Anestesi Lokal ... 8
2.2.1 Jenis Bahan Anestesi Lokal ... 8
2.2.2 Mekanisme Anestesi Lokal ... 8
2.2.3 Metode Anestesi pada Mandibula ... 9
2.2.3.1 Anestesi Lokal Blok Mandibula Metode Fischer ... 9
2.2.3.2 Komplikasi Anestesi Blok Mandibula Metode Fischer ... 10
2.3.1 Kerangka Konsep ... 12
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 13
(2)
3.3.1 Populasi ... 13
3.3.2 Sampel ... 13
3.4 Variabel dan Definisi Operasional ... 13
3.5 Pengumpulan Data ... 16
3.6 Pengolahan Data ... 16
3.7 Aspek Pengukuran ... 17
3.8 Analisis Data ... 18
BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 18
4.1 Distribusi Definisi Informed Consent ... 18
4.2 Distribusi Pengetahuan Tentang Pentingnya Menggunakan Informed Consent Dalam Kedokteran Gigi ... 18
4.3 Distribusi Pengetahuan Tentang Jenis Informed Consent yang Digunakan Dalam Kedokteran Gigi ... 19
4.4 Distribusi Pengetahuan Tentang Tindakan Medis y ang Perlu Menggunakan Informed Consent Dalam Kedokteran Gigi ... 19
4.5 Distribusi Waktu yang Sesuai Dilakukan Informed Consent…. 20
4.6 Distribusi Pengetahuan Informasi yang Perlu Diberikan Dalam Informed Consent ... 20
4.7 Distribusi Pengetahuan Penggunaan Informed Consent Pada Anestesi Lokal Blok Mandibula Metode Fischer ... 21
4.8 Distribusi Waktu yang Sesuai Untuk Dilakukan Informed Consent Pada Pasien yang Akan Dilakukan Anestesi Lokal Blok Mandibula Metode Fischer ... 22
4.9 Distribusi Pengetahuan Komplikasi yang Dapat Terjadi Pada Pasien yang Dilakukan Anestesi Lokal Blok Mandibula Metode Fischer ... 22
4.10 Distribusi Mahasiswa Kepaniteraan Klinik di Bedah Mulut yang Melakukan Tindakan Informed Consent Sebelum Tindakan Anestesi Lokal Blok Mandibula Metode Fischer .... 23
4.11 Distribusi Jenis Informed Consent yang Digunakan ... 24
4.12 Distribusi Informasi yang Diberikan Pada Pasien Dalam Verbal Consent ... 24
4.13 Persentasi Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tentang Informed Consent Untuk Pencabutan Gigi Posterior Mandibula ... 25
BAB 5 PEMBAHASAN ... 26
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 30
6.1 Kesimpulan ... 30
6.2 Saran ... 30
DAFTAR PUSTAKA ... 31 LAMPIRAN
(3)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Variabel dan definisi operasional ... 13 2. Distribusi definisi Informed Consent ... 18 3. Distribusi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut
tentang pentingnya menggunakan informed consent digunakan
dalam kedokteran gigi ... 19 4. Distribusi pendapat mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut
tentang jenis informed consent yang digunakan dalam kedokteran
gigi ... 19 5. Distribusi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah
Mulut tentang jenis informed consent yang digunakan dalam
kedokteran gigi ... 20
6. Distribusi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut
tentang waktu yang sesuai dilakukan informed consent ... 20 7. Distribusi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut
Tentang informasi yang perlu diberikan dalam informed consent ... 21
8. Distribusi pendapat mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut tentang penggunaan informed consent pada anestesi lokal blok
mandibula metode Fischer ... 21 9. Distribusi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut
tentang waktu yang sesuai melakukan informed consent pada pasien
yang akan dilakukan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer 22
10. Distribusi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut tentang komplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang dilakukan
anestesi lokal blok mandibula metode Fischer ... 23 11. Distribusi tindakan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut
tentang melakukan informed consent sebelum melakukan anestesi
(4)
13. Distribusi tindakan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut tentang informasi yang diberikan pada pasien dalam verbal
consent ... 24 14. Persentase tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan Klinik
Bedah Mulut RSGMP USU tentang informed consent untuk
pencabutan gigi posterior mandibula... 25 15. Persentase tingkat tindakan mahasiswa kepaniteraan Klinik
Bedah Mulut RSGMP USU tentang informed consent untuk
(5)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Contoh formulir informed consent ... 7 2. Daerah yang teranestesi pada metode Fischer ... 10
(6)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Daftar Riwayat Hidup 2. Anggaran Penelitian 3. Jadwal Kegiatan 4. Kuesioner Penelitian