Hubungan Beban Kerja Dengan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Montir Auto 2000 Amplas Tahun 2015

(1)

KUESIONER

1. Nama yang dinilai : ……….

2. Jenis kelamin : ……….

3. Usia : ………thn

4. Penyakit yang diderita ( yang berhubungan dengan system kardivaskuler)

: ………

Tanggal Penelitian : 1. 2. 3.


(2)

1. Alat Ukur Beban Kerja

Denyut Nadi : Waktu Pengukuran :

denyut/menit : Pukul :

denyut/menit : Pukul :

denyut/menit : Pukul :

denyut/menit : Pukul :

denyut/menit : Pukul :

denyut/menit : Pukul :

denyut/menit : Pukul :

denyut/menit : Pukul :

denyut/menit : Pukul :

2. Alat Ukur Produktivitas Kerja

Jumlah total mobil yang dikerjakan dalam satu (1) hari : Hari 1 : Mobil

Hari 2 : Mobil Hari 3 : Mobil


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Hasil Analisis Data

Frequencies

Jenis Kelami n

48 100.0 100.0 100.0

lk Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

Usia Monti r

29 60.4 60.4 60.4

19 39.6 39.6 100.0

48 100.0 100.0

21 - 27 t ahun 28 - 34 t ahun Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

Beban Kerja

23 47.9 47.9 47.9

25 52.1 52.1 100.0

48 100.0 100.0

Rendah Sedang Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

Produktivitas Kerja

20 41.7 41.7 41.7

28 58.3 58.3 100.0

48 100.0 100.0

Tidak Y a Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent


(8)

Crosstabs

Produktivitas Kerja * Beban Kerj a Crosstabulation

18 2 20

90.0% 10.0% 100.0%

5 23 28

17.9% 82.1% 100.0%

23 25 48

47.9% 52.1% 100.0% Count

% wit hin

Produktiv it as Kerja Count

% wit hin

Produktiv it as Kerja Count

% wit hin

Produktiv it as Kerja Tidak

Y a Produktiv it as Kerja Total Rendah Sedang Beban Kerja Total Chi-Square Tests

24.330b 1 .000 .000 .000

21.525 1 .000

27.179 1 .000 .000 .000

.000 .000

23.823c 1 .000 .000 .000 .000

48 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Computed only f or a 2x2 table a.

0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expect ed count is 9.58. b.

The standardized statistic is 4.881. c.


(9)

DAFTAR PUSTAKA

Budianto, E. 2013. Pengaruh Beban Kerja dan Kapasitas Kerja terhadap Produktivitas Karyawan pada CV. Manggis Royal Jepara. Universitas Muria Kudus. Kudus.

Budiono, S. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan KK Edisi II. Badan Penerbit UNDIP. Semarang.

Cain, B. 2007. A Review of The Mental Workload Literature. Defense Research and Development Canada, HSIS. Toronto.

Girsang, Elvinawati. 2010. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Bagian Produksi Pada PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco Medan. Skripsi. USU.

Irawati, A. 2012. Pengaruh Beban Kerja terhadap Produktivitas Karyawan Sentra Kredit Konsumenn (SKK) Tahun 2012. ITM. Bandung.

Manuaba, A. 2000. Ergonomi, Kesehatan Keselamatan kerja, Guna Widya. Surabaya.

Minarsih, M. 2011. Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Produktivitas Perawat di IRNA Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP. DR. M.Djamil. Universitas Andalas. Padang.

Munandar, A. S. 2001 Stress dan keselamatan Kerja. Psikologi Industri dan organisasi.: penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

________________, 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. UI press. Jakarta Nababan, Damayanti. 2008. Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik Pada

Pengangkatan Dan Penurunan Kotak Secara Manual Pada PT. Tirta Sibayakindo. USU. Medan.

Pierce. 2010. Patient Safety and Production Pressure: ICU Nursing Perspective. Profil Umum Bengkel Auto 2000 Amplas.

Renny. 2014. Analisis Hubungan Beban Kerja Dan Kepuasan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT. XYZ Bibliografi. Tesis. Univ Atmajaya. Jakarta.

Robbins, S.P. (2001). Organizational Behavior : Consepts, Contoversies and Aplication. 3 edition, New Jersey: Prentice Hall


(10)

Samsudin, S. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia, Pustaka Setia. Bandung. Sastrohadiwiryo, S. 2005. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Bumi Aksara.

Jakarta.

Sedarmayanti. 2010. Pengembangan Kepribadian Pegawai. CV. Mandar Maju. Bandung.

Sinungan, M. 2009. Produktivitas, Apa dan Bagaimana. Bumi Aksara. Jakarta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Suma’mur. 2009. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Sagung Seto. Jakarta.

Sutalaksana, I., dkk. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja Edisi Kedua. Penerbit ITB. Bandung.

Sutrisno, E. 2009. Menejemen Sumber Daya Manusia. Prenada Media. Jakarta. Tambun, Linda. 2006. Hubungan beban Kerja Dengan Kinerja Koordinator

SP2TP Puskesmas Di Kota Medan Tahun 2005. Skripsi. USU.

Tarwaka. 2015. Ergonomi Industri “Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja. Harapan Press, Surakarta.

Tetty. 2002. Pengaruh Motivasi dan Kemampuan Terhadap Produktivitas Kerja Staff Di Ruang Rekam Medik dalam Pelaksanaan Kegiatan Sistem Informasi Menejemen Rumah Sakit di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2002. Skripsi FKM USU. Medan.


(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan produktivitas kerja montir di Auto 2000 Amplas Medan Tahun 2015.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di AUTO 2000 Amplas Medan. Alasan dilakukan penelitian di wilayah ini adalah karena belum pernah dilakukan penelitian sejenis dan mengacu kepada latar belakang, dan belum pernah dilakukan penilaian beban kerja bagi montir hubungannya dengan produktivitas kerja AUTO 2000 Amplas dalam menjalankan tugas.

3.2.2. Waktu Penelitian

Pengumpulan data dilakukan mulai dari bulan Januari 2015 s/d Mei 2016.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah seluruh montir yang bekerja pada divisi General Repairment di bengkel AUTO 2000 Amplas yang berjumlah 48 orang montir. 3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi yaitu sejumlah 48 orang montir.


(12)

3.4.1. Data Primer

Metode pengumpulan data primer dalam penelitian ini melalui pemeriksaan langsung dengan montir di AUTO 2000 Amplas Medan. Untuk menilai beban kerja dilakukan pemeriksaan melalui pengukuran denyut nadi disaat montir melakukan pekerjaannya yang akan diukur oleh tenaga kesehatan dan produktivitas kerja dinilai dengan jumlah mobil yang telah dikerjakan oleh montir dalam sehari.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari dokumentasi dan laporan yang tersedia di AUTO 2000 Amplas Medan.

3.5. Definisi Operasional 1. Beban Kerja

Beban kerja adalah beban yang ditanggung montir karena mengerjakan service berkala atau perbaikan kerusakan ringan mobil dengan mengukur denyut nadi.

2. Produktivitas Kerja

Produktivitas kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh montir melalui hasil mobil yang dapat diselesaikan dalam sehari.

3.6.Metode Pengukuran 1. Beban Kerja

Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk pengambilan data beban kerja adalah Pulsemeter yang digunakan dalam pengukuran denyut nadi dengan satuan denyut /menit.


(13)

Cara pemakaian pulsemeter yakni:

1) Kenakan alat pengukur pada lengan responden.

2) Tekan start, kemudian tunggu sampai angka dalam monitor berhenti yang akan menunjukkan angka denyut nadi secara otomatis.

3) Catat seluruh denyut nadi yang diukur.

Setelah dilakukan pengukuran denyut nadi, maka hasil dari denyut nadi tersebut akan dikategorikan sesuai teori yang digunakan. Jika hasil pengukuran pada pulsemeter menunjukkan bahwa 75-100 denyut/menit = beban kerja kategori ringan, >100-125 denyut/menit = beban kerja kategori sedang, >125-150 denyut/menit = beban kerja kategori berat, >150-175 denyut/menit = beban kerja kategori sangat berat, >175 denyut/menit = beban kerja kategori sangat berat sekali.

2. Produktivitas Kerja

Produktivitas kerja diukur dengan menghitung hasil kerja montir berupa mobil yang telah dikerjakan dalam satu hari. Hasil pengukuran produktivitas kerja dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu; Jika hasil mobil yang dikerjakan lebih atau sama dengan 3 mobil, maka produktivitas montir tersebut pada kategori produktif. Namun jika hasil kuesioner kurang dari 3 mobil, maka produktivitas montir tersebut pada kategori tidak produktif.

3.7. Metode Analisis Data


(14)

3.7.1.Analisis Univariat

Analisis univariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap variabel – variabel dalam bentuk distribusi frekuensi dan dihitung persentasenya dan disajikan dalam bentuk tabel untuk memperoleh gambaran pada masing – masing variable. Selanjutnya dilakukan uji normalitas agar mengetahui distribusi frekuensi variable dalam kategori normal atau tidak normal.

3.7.2.Analisis Bivariat

Analisis bivariat yaitu analisis hubungan antara variabel bebas dengan terikat dalam bentuk tabulasi silang. Variabel merupakan skala ukuran ordinal dianalisis menggunakan uji chi square dengan nilai signifikan P < α (0,05) dan tingkat kepercayaan 95%.


(15)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

PT. Astra International Tbk. Toyota Sales Operation cabang Pasteur (AUTO 2000) adalah jaringan jasa penjualan, perawatan, perbaikan dan penyediaan suku cadang Toyota yang manajemennya ditangani penuh oleh PT. Astra International Tbk salah satunya adalah AUTO 2000 Amplas Medan. Sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan, perawatan, berbaikan dan penyediaan suku cadang kendaraan AUTO 2000 Amplas Medan mempekerjakan cukup banyak karyawan khususnya pekerja yang menangani perbaikan yang disebut montir. Dalam melakukan pekerjaannya para montir memiliki tugas dan tanggung jawab yang menjadi beban kerja yang harus dipatuhi.

Bengkel Auto 2000 Amplas mempunyai 3 divisi yang di isi oleh montir-montir dalam memenuhi perintah kerja bengkel yaitu 1.General Repairment (GR) 2.Express Maintanance (EM) 3. Toyota Home Service (THS). Divisi General Repairment di kerjakan oleh 1 montir. Perintah kerja pada divisi General Repairment adalah perbaikan kendaraan pada kategori kerusakan ringan atau merupakan pengerjaan servis berkala.

Bengkel Auto 2000 amplas mempunyai 12 stasiun kerja yang di peruntukkan kepada montir divisi general repairment yang diperuntukkan untuk kepada 24 montir. Setiap 2 montir akan menggunakan 1 stasiun kerja yang sama dan dilakukan secara bergantian setelah salah satu montir selesai mengerjakan perintah kerja bengkelnya. Setiap 2 bulan sekali akan dilakukan pergantian shift


(16)

montir; dimana montir bagian GR akan bertukar dengan bagian EM dan bagian THS.

Stasiun kerja pada Bengkel Auto 2000 berbentuk ruangan terbuka dengan atap diatasnya. Stasiun kerja tergolong bersih dan aman bagi pekerja. Tidak terdapat ceceran-ceceran oli yang dapat menyebabkan kecelakaankerja. Setiap selesai menyelesaikan satu mobil, para pekerja membersihkan stasiun mereka terlebih dahulu. Resiko terpapar asap kendaraan dapat di hindari dengan penggunaan tabung pembuangan asap kendaraan yang terpasang pada mobil yang sedang dikerjakan.

Semua montir yang bekerja di Auto 2000 Amplas selalu mendapatkan training saat awal diterima kerja sebagai montir. Training ini dimaksudkan agar montir-montir medapatkan pengetahuan lebih dan menjadi sarana praktek montir sebelum menangani pekerjaannya secara professional. Selain itu. Montir-montir Auto 2000 Amplas juga mendapatkan upgrading setiap 6-8 bulan yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan montir dan mensosialisasikan hal-hal baru yang berkembang.


(17)

4.2 Analisis Univariat

4.2.1. Distribusi Karakteristik Pekerja Bengkel Auto 2000 Amplas Tahun 2015

Tabel 4.1 Karakteristik Pekerja Bengkel Auto 2000 Amplas Tahun 2015

No Umur n %

1 < 28 tahun 29 60,0

2 > 28 tahun 19 40,0

Jumlah 48 100,0

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pekerja pengkel Auto 200 Amplas tahun 2015 berjumlah 48 orang. Karakteristik pekerja dalam penelitian ini meliputi umur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja berumur < 28 tahun yaitu sebanyak 29 orang(60%) kemudian yang berumur > 28 tahun yaitu sebanyak 19 orang (40%).

4.2.2 Distribusi Hasil Pengukuran Beban Kerja Pekerja Montir Bengkel Auto 2000 Tahun 2015.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Pengukuran Rata-Rata Beban Kerja Pekerja Montir Bengkel Auto 2000 Amplas Tahun 2015

No. Kategori Beban Kerja n %

1. Ringan 23 47,9

2. Sedang 25 52,1

Jumlah 48 100,0

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pekerja montir yang memiliki kategori beban kerja ringan sebanyak 23 orang (47,9%). Pekerja montir yang memiliki kategori beban kerja sedang sebanyak 28 orang (52,1%).


(18)

Tabel 4.3 Distribusi Total Hasil Pengukuran Produktivitas Kerja Pekerja Montir Bengkel Auto 2000 Amplas Tahun 2015

No. Produktivitas n %

1. Ya 28 58,3

2. Tidak 20 41,7

Jumlah 48 100,0

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa banyak mobil yang dikerjakan montir dalam 3 hari pada kategori tidak produktif sebanyak 20 orang (41,7%) dan pada kategori produktif sebanyak 28 orang (58,3%).

4.3 Analisis Bivariat

Tabel 4.4 Hubungan Antara Beban Kerja dengan Produktivitas Kerja Pekerja Montir Bengkel Auto 2000 Amplas Tahun 2015

Produktivitas Beban Kerja

Total

P

Kerja Rendah Sedang

n % n % n %

Ya 2 7.1 26 92.9 28 100

0,001

Tidak 18 90 2 10 20 100

Total 20 41.7 28 58.3 48 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa Produktivitas montir pada kategori tidak produktif tedapat 18 orang dengan beban kerja rendah,2 orang dengan beban kerja sedang. Produktivitas montir pada kategori produktif terdapat 2 orang dengan beban kerja rendah, 26 orang pada beban kerja sedang.

Hasil uji chi-square menunjukkan nilai p (0,001) < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan produktivitas kerja.


(19)

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Beban Kerja Pada Pekerja Montir

Setiap pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dapat memberikan beban tersendiri bagi pelakunya, baik beban fisik, mental, maupun sosial. Menurut Hart dan Staveland dalam Tarwaka (2015), bahwa beban kerja merupakan sesuatu yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugas-tugas, lingkungan kerja dimana digunakan sebagai tempat kerja, ketrampilan, perilaku dan persepsi dari pekerja. Beban kerja kadang-kadang juga dapat didefinisikan secara operasional pada berbagai faktor seperti tuntutan tugas atau upaya-upaya yang dilakukan untuk melakukan pekerjaan. Oleh karena itu, tidak hanya mempertimbangkan beban kerja dari satu aspek saja, selama faktor-faktor yang lain mempunyai interelasi pada cara-cara yang komplek.

Menurut Munandar (2001) bahwa beban kerja merupakan keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan seimbang terhadap kemampuan fisik maupun psikologis pekerja yang menerima beban kerja tersebut. Beban kerja dapat berupa beban kerja fisik dan beban kerja psikologis. Beban kerja fisik dapat berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkat, merawat, mendorong. Sedangkan beban kerja psikologis dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu dengan individu lainnya

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pekerja montir yang memiliki kategori beban kerja ringan sebanyak 23 orang (47,9%). Pekerja montir yang


(20)

memiliki kategori beban kerja sedang sebanyak 28 orang (52,1%). Hal ini sejalan dengan penelitian Tambun (2006) yang memperihatkan bahwa pekerja coordinator SP2TP memiliki beban kerja rendah sebanyak 35,9% dan beban kerja sedang sebanyak 64,1%.

Menurut Pierce (2010) bahwa beban kerja yang rendah merupakan indikasi rasa senang petugas terhadap pekerjaannya hingga berubah menjadi kesenangan dan kenyamanan dalam bekerja. Menurut Tambun L (2006) bahwa beban kerja yang terlalu tinggi akan berdampak kepada petugas akan mengalami gangguan atau hambatan untuk melakukan pekerjaan sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Menurut Nababan, D (2008) bahwa beban kerja yang dirasakan berat juga tidak terlepas dari penggunaan tenaga secara berlebihan dengan frekuensi berulang – ulang sehingga dapat melampaui kekuatan optimum otot dan tekanan yang berlebihan yang dirasakan oleh pekerja, sikap kerja yang tidak benar meskipun begitu penerimaan orang terhadap suatu beban kerja itu cenderung melalui perasaan subjektif dalam arti beban kerja itu tergantung persepsi mereka melihat sebuah pekerjaan

Banyaknya montir Auto 2000 Amplas Medan yang merasakan beban kerja pada kategori rendah berdasarkan pengukuran denyut /menit didapatkan montir Auto 2000 Amplas Medan memiliki beban kerja dalam kategori rendah, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti petugas montir memiliki ruang kerja tersendiri khusus montir sehingga membuat meraka merasa nyaman, montir memiliki alat dan sarana kerja yang sudah menggunakan mesin sehingga dapat membuat mereka bekerja dengan cepat dan tidak mengeluarkan tenaga yang berlebihan, montir telah memiliki kemampuan bekerja dengan baik dan telah diuji


(21)

kompetensi mereka sebelum masuk sehingga mereka memiliki sikap kerja dan kemampuan yang baik sebagai montir. Responden juga memiliki waktu kerja yang sangat jelas dimana ada waktu untuk istirahat dan waktu kerja bergilir yang telah ditentukan oleh kepala bengkel kepada montir.

Montir merasa sudah memiliki kepercayaan bahwa berapapun mobil yang mereka kerjakan merupakan tugas dan tanggung jawab yang harus mereka selesaikan sehingga montir tidak merasakan stress dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Montir juga melaksanakan pekerjaan yang sudah sesuai standar yang ditetapkan dan disepakati dengan perusahaan yaitu servis, ganti oli dan pemeriksaan teratur yang sudah biasa dilakukan oleh mereka. Faktor yang berpengaruh lainnya adalah teraturnya pelaksanaan standar operasional pekerjaan (SOP) yang diterapkan di bengkel Auto 2000 Amplas dan dilakukan inspeksi secara berkala. Tempat kerja yang sesuai dengan standar ergonomis dan tersedianya alat pelindung diri juga menjadi salah satu faktor yang ditanggung oleh pekerja montir.Montir di Auto 2000 Amplas Medan akan bekerja melayani perbaikan dan perawatan kendaraan pelanggan yang dituntut bekerja dengan prosedur yang sesuai dengan peraturan perusahaan, mematuhi keluhan dan permintaan pelanggan harus mampu memberbaiki dan melakukan perawatan kendaraan sesuai dengan keinginan pelanggan serta harus menyelesaikan pekerjaan tepat waktu akan menjadi beban kerja secara psikologis akan dirasakan oleh montir di Auto 2000 Amplas Medan namun hal ini akan dapat berkurang dengan rendahnya beban fisik yang dirasakan oleh montir Auto 2000 Amplas Medan.


(22)

Menurut Sedarmayanti (2010) bahwa produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai pandangan “mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini”. Pengertian ini mempunyai makna bahwa kita harus melakukan perbaikan. Dalam suatu perusahaan, manajemen harus terus-menerus melakukan perbaikan proses produksi, sistem kerja, lingkungan kerja, teknologi dan lain-lain. Pandangan lainnya diungkapkan Sinungan (2009) produktivitas kerja adalah efisiensi proses menghasilkan dari sumber daya yang digunakan. produktivitas seringkali juga diidentifikasikan dengan efisiensi dalam arti suatu rasio antara keluaran (output) dan masukan (input).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa banyak mobil yang dikerjakan montir dalam 3 hari pada kategori tidak produktif sebanyak 20 orang (41,7%) dan pada kategori produktif sebanyak 28 orang (58,3%). Hasil pengukuran ini didapat berdasarkan hasil kerja montir dalam satuan mobil yang terselesaikan yang dikerjakan dalam waktu kerja 3 hari.

Hasil penelitian Girsang (2010) menunjukkan bahwa kondisi berpotensi yang mempengaruhi rendahnya produktifitas di PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco ini adalah beban kerja yang terlalu besar yang diberikan kepada karyawan, kelelahan yang dirasakan karyawan serta kondisi lingkungan kerja yang tidak mendukung. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Tarigan D (2011) yang menunjukkan bahwa produktifitas kerja di PT Pelindo I Belawan mayoritas dalam kategori tinggi( 72,6%),

Menurut Robbins (2001) mengemukakan bahwa karakteristik biografi atau karakteristik pribadi merupakan dasar-dasar yang berhubungan dengan


(23)

produktivitas kerja individu seperti umur, jenis kelamin, masa kerja, keterampilan dan penggunaan sarana dan prasarana. Menurut Towner dalam Tampubolon (2009), karyawan yang mengalami stres pada tingkat tertentu dalam suatu organisasi, kelelahan dalam bekerja, beban kerja yang tinggi maka produktivitasnya akan semakin menurun diikuti dengan penurunan kinerja perusahaan.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, maka peneliti berasumsi terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hasil produktifitas yang tinggi yaitu mayoritas montir di Auto 2000 Amplas Medan memiliki keterampilan yang sudah baik karena telah mendapatkan pelatihan menjadi montir yang kerap juga dilakukan oleh pihak Auto 2000 Amplas Medan untuk meningkatkan kemampuan montir serta sebahagian besar telah bekerja sebagai montir di Auto 2000 Amplas Medan selama ≥ 3 tahun sehingga sudah sangat berpengalaman meskipun begitu masih terdapat montir yang memiliki produktifitas yang kurang karena beberapa montir masih baru bekerja ≤ 1 tahun di Auto 2000 Medan Amplas.

Produktifitas yang baik di Auto 2000 Medan Amplas tidak terlepas dari sistem waktu kerja yang ideal untuk melakukan perbaikan dan perawatan mobil yang diberikan kepada montir di Auto 2000 Medan Amplas. Waktu kerja yang tersistem ini membuat karyawan merasa senang dan nyaman dalam bekerja sehingga karyawan akan semakin produktif dalam menyelesaikan pekerjaannya. Kondisi fisik yang optimal membuat karyawan akan lebih banyak waktu untuk bekerja dibandingkan waktu terbuang untuk istirahat maupun untuk perawatan sakit hingga absen dalam bekerja.


(24)

Produktifitas yang baik di Auto 2000 Medan Amplas dapat disebabkan montir Auto 2000 Medan Amplas yang telah mendapatkan training dan upgrading tentang teknik perbaikan dan perawatan mobil serta kemampuan fisik montir Auto 2000 Medan Amplas yang cenderung prima karena adanya waktu istirahat yang cukup dalam bekerja.

5.3. Hubungan Beban Kerja Dengan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Montir

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produktivitas montir pada kategori tidak produktif tedapat 18 orang dengan beban kerja rendah,2 orang dengan beban kerja sedang. Produktivitas montir pada kategori produktif terdapat 2 orang dengan beban kerja rendah, 26 orang pada beban kerja sedang.

Hasil uji chi-square menunjukkan nilai p(0,001) < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan produktivitas kerja. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Budianto , E (2013) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara beban kerja dengan produktiftas kerja pada CV Manggis Rotan Jepara. Hasil penelitian lainnya yang sejalan diungkapkan Renny (2014) bahwa adanya hubungan signifikan antara beban kerja dengan produktifitas kerja karyawan pada PT. XYZ Bibliografi. Hubungan antara beban kerja dengan produktivitas kerja karyawan pada PT. XYZ Bibliografi adalah negatif tinggi, berarti semakin beban kerja meningkat maka produktivitas kerja semakin turun, dan sebaliknya beban kerja semakin menurun maka produktivitas kerja semakin meningkat.

Hasil penelitian lainnya yang tidak jauh berbeda diungkapkan oleh Suryani (2015) bahwa ada hubungan antara beban kerja dengan produktivitas kerja yang


(25)

dilakukan pekerja bagian corrugator di PT. Purinusa Ekapersada Semarang. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Girsang (2010) yang memperlihatkan bahwa Kondisi berpotensi mempengaruhi tidak tercapainya target produksi di PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco Medan ini adalah beban kerja yang terlalu besar yang diberikan kepada karyawan. Beban kerja yang harus diselesaikan karyawan tidak seimbang dengan waktu kerja yang diberikan kepada karyawan untuk memproduksi Spring Bed di PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco akibatnya sering para karyawan banyak yang tidak hadir baik karena sakit atau alpha yang diduga stres dalam bekerja.

Hasil penelitian ini menyatakan beban kerja yang rendah menghasilkan produktifitas yang tinggi. Beban kerja yang rendah dipengaruhi oleh keterampilan dalam menangani setiap mobil yang akan diberikan perawatan mobil dengan baik, sikap montir dalam menangani setiap mobil yang masuk, waktu dalam melakukan pekerjaan dalam melakukan perbaikan dan perawatan mobil pelanggan, peralatan yang sudah canggih juga turut mengurangi beban montir dalam melakukan perbaikan dan perawatan kendaraan mobil pelanggan sehingga pekerja tidak membutuhkan tenaga yang ekstra dalam melakukan pekerjaannya yang dapat meningkatkan produktifitas dalam menyelesaikan mobil di Auto 2000 Amplas.

Beban kerja mempengaruhi produktivitas montir seperti hasil dalam melakukan perawatan mobil, servis mobil dan lingkungan tempat kerja yang luas yang nyaman bagi montir. Beban kerja kategori sedang yang dirasakan montir akan menyebabkan mutu pelayanan yang diberikan oleh montir untuk melakukan perbaikan dan perawatan mobil pelanggan yang masuk ke bengkel akan semakin baik dan produktifias montir akan semakin meningkat.


(26)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

1. Mayoritas montir Auto 2000 Amplas Medan memiliki usia < 28 tahun sebanyak 29 orang (60%) dan seluruh montir Auto 2000 Amplas Medan memiliki jenis kelamin laki-laki 48 orang (100%).

2. Pekerja montir Auto 2000 Amplas Medan yang memiliki kategori beban kerja ringan sebanyak 23 orang (47,9%) dan pekerja montir yang memiliki kategori beban kerja sedang sebanyak 28 orang (52,1%).

3. Produktifitas montir Auto 2000 Amplas Medan dalam mengerjakan mobil dalam 3 hari pada kategori tidak produktif sebanyak 20 orang (41,7%) dan pada kategori produktif sebanyak 28 orang (58,3%).

4. Terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan produktivitas kerja Auto 2000 Amplas Medan dengan nilai p(0,001) < 0,05.

6.2. Saran

1. Bagi montir Auto 2000 Amplas Medan untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan produktifitas dalam melakukan perbaikan dan perawatan mobil di Auto 2000 Amplas Medan.

2. Bagi kepala bengkel Auto 2000 Amplas Medan untuk tetap memperhatikan dan melakukan pengawasan terhadap beban kerja dan produktifitas montir Auto 2000 Amplas Medan dalam melakukan perbaikan dan perawatan mobil di Auto 2000 Amplas Medan .


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Beban Kerja

2.1.1. Definisi Beban Kerja

Beban kerja adalah istilah yang mulai dikenal sejak tahun 1970-an. Banyak ahli yang telah mengemukakan definisi beban kerja sehingga terdapat beberapa definisi yang berbeda mengenai beban kerja. Ia merupakan suatu konsep yang multi-dimensi, sehingga sulit diperoleh satu kesimpulan saja mengenai definisi yang tepat (Cain, 2007).

Beban kerja sebagai suatu konsep yang timbul akibat adanya keterbatasan kapasitas dalam memroses informasi. Saat menghadapi suatu tugas, individu diharapkan dapat menyelesaikan tugas tersebut pada suatu tingkat tertentu. Apabila keterbatasan yang dimiliki individu tersebut menghambat/menghalangi tercapainya hasil kerja pada tingkat yang diharapkan, berarti telah terjadi kesenjangan antara tingkat kemampuan yang diharapkan dan tingkat kapasitas yang dimiliki. Kesenjangan ini menyebabkan timbulnya kegagalan dalam kinerja (performance failures). Hal inilah yang mendasari pentingnya pemahaman dan pengukuran yang lebih dalam mengenai beban kerja (Cain, 2007).

Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaanya ditunjukkan oleh Suma’mur dalam Tarwaka (2015). Beban kerja dalam penelitian ini diukur atau diditeksi dengan denyut nadi. Dimana pengukurannya dihitung dengan satuan denyut per menit (denyut/menit) pada arteria radialis di pergelangan tangan, sebab disini paling praktis dan mudah. Cara menghitungnya yaitu pada arteria radialis dengan memegang


(28)

pergelangan tangan ibu jari sebelah dorsal dan tiga jari disebelah polar dan yang merasakan adalah jari tengah. Denyutan nadi dihitung permenit, dapat dengan cara menghitung denyut nadi dalam waktu 30 detik kemudian dikalikan dua. Pada orang yang sehat frekuensi denyut nadi yang normal yaitu 60-75/menit.

Beban kerja fisiologis dapat didekati dari banyaknya O2 (oksigen) yang

digunakan tubuh, jumlah kalori yang dibutuhkan, denyutan jantung suhu netral dan kecepatan penguapan lewat keringat. Beban kerja ini menentukan bahwa berapa lama seseorang dapat bekerja sesuai dengan kapasitas kerjanya (Suma’mur, 2009).

Menurut Meshkati dalam Tarwaka (2015), beban kerja dapat didefinisikan sebagai suatu perbedaan antara kapasitas atau kemampuan pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi. Mengingat kerja manusia bersifat mental dan fisik, maka masing-masing mempunyai tingkat pembebanan yang berbeda-beda. Tingkat pembebanan yang terlalu tinggi memungkinkan pemakaian energi yang berlebihan dan terjadi overstress, sebaliknya intensitas pembebanan yang terlalu rendah memungkinkan rasa bosan dan kejenuhan atau understress. Oleh karena itu perlu diupayakan tingkat intensitas pembebanan yang optimum yang ada diantara kedua batas yang ekstrim tadi dan tentunya berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya.

Menurut Hart dan Staveland dalam Tarwaka (2015), bahwa beban kerja merupakan sesuatu yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugas-tugas, lingkungan kerja dimana digunakan sebagai tempat kerja, ketrampilan, perilaku dan persepsi dari pekerja. Beban kerja kadang-kadang juga dapat didefinisikan secara operasional pada berbagai faktor seperti tuntutan tugas atau upaya-upaya


(29)

yang dilakukan untuk melakukan pekerjaan. Oleh karena itu, tidak hanya mempertimbangkan beban kerja dari satu aspek saja, selama faktor-faktor yang lain mempunyai interelasi pada cara-cara yang komplek.

Berdasarkan yang dikemukakannya beberapa definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa beban kerja merupakan sejauh mana kapasitas individu pekerja dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya, yang dapat diindikasikan dari jumlah pekerjaan yang harus dilakukan, waktu/batasan waktu yang dimiliki oleh pekerja dalam menyelesaikan tugasnya, serta pandangan subjektif individu tersebut sendiri mengenai pekerjaan yang diberikan kepadanya. a. Beban Kerja Berlebih Kuantitatif

Beban kerja berlebih secara kuantitatif terutama berhubungan dengan desakan waktu. Setiap tugas diharapkan dapat diselesaikan secepat mungkin secara tepat dan cermat. Berdasarkan kondisi ini, orang harus bekerja berkejaran dengan waktu. Sampai taraf tertentu, adanya batas waktu (deadline) dapat meningkatkan motivasi. Namun bila desakan waktu melebihi kemampuan individu maka dapat menimbulkan banyak kesalahan dan menyebabkan kondisi kesehatan seseorang berkurang.

b. Beban Kerja Kuantitatif Terlalu Sedikit

Adanya penggunaan mesin di dunia kerja akan berdampak pada pekerja dikarenakan sering terjadi efisiensi kerja. Pada pekerjaan sederhana yang banyak melakukan pengulangan gerak akan menimbulkan rasa bosan yang dapat menjadi sumber stres.


(30)

Kemajuan tekhnologi membuat pekerjaan yang menggunakan tangan menjadi berkurang sehingga lama kelamaan titik berat pekerjaan beralih ke pekerjaan otak. Pekerjaan makin menjadi majemuk dan mengakibatkan adanya beban berlebih kualitatif. Semakin tinggi tingkat stres apabila kemajemukannya memerlukan teknik dan intelektual yang lebih tinggi daripada yang dimiliki pekerja. Sampai pada titik tertentu, hal ini dapat menjadi tantangan kerja dan motivasi. Namun apabila melebihi kemampuan individu maka akan timbul kelelahan mental, reaksi emosional, juga reaksi fisik yang merupakan respon dari stres.

d. Beban Kerja Kuantitatif dan Kualitatif Berlebih

Proses pengambilan keputusan merupakan suatu kombinasi yang unik dari kondisi beban kuantitatif dan kualitatif berlebih. Faktor-faktor yang dapat menentukan besarnya stres dalam mengambil keputusan adalah akibat dari suatu keputusan, derajat kemajemukan keputusan, siapa yang bertanggungjawab dan lain sebagainya

2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja

Bahwa secara umum hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat komplek, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor eksternal beban kerja adalah beban yang berasal dari luar tubuh pekerja. Termasuk beban kerja eksternal adalah tugas (task) yang dilakukan bersifat fisik seperti: beban kerja, stasiun kerja, alat dan sarana kerja, kondisi atau medan kerja, cara angkat-angkut, alat bantu kerja, dan lain-lain. Kemudian organisasi yang terdiri dari: lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, dan lain-lain. Selain itu lingkungan kerja yang meliputi: suhu, intensitas


(31)

penerangan, debu, hubungan pekerja dengan pekerja, dan sebagai berikut. Ketiga aspek ini sering disebut stressor. Sedangkan faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi tubuh tersebut dikenal sebagai strain. Berat ringannya strain dapat dinilai baik secara objektif maupun subjektif. Penilaian secara objektif melalui perubahan reaksi fisiologis, sedangkan penilaian subjektif dapat dilakukan melalui perubahan reaksi psikologis dan perubahan perilaku.

Karena itu strain secara subjektif berkait erat dengan harapan, keinginan, kepuasan dan penilaian subjektif lainnya. Secara lebih ringkas faktor internal meliputi: Faktor somatis; jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, status gizi. Faktor psikis; motivasi, presepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan (Tarwaka, 2015).

Selanjutnya menurut Hart dan Staveland dalam Tarwaka (2015), menjelaskan bahwa tiga faktor utama yang menentukan beban kerja adalah tuntutan tugas, usaha dan performasi.

1) Faktor tuntutan tugas (task demands). Argumentasi berkaitan dengan faktor ini adalah bahwa beban kerja dapat ditentukan dari analisis tugas-tugas yang dilakukan oleh pekerja. Bagaimanapun perbedaan-perbedaan secara individu harus selalu diperhitungkan.

2) Usaha atau tenaga (effort). Jumlah yang dikeluarkan pada suatu pekerjaan mungkin merupakan suatu bentuk intuitif secara alamiah terhadap beban kerja. Bagaimanapun juga, sejak terjadinya peningkatan tuntutan tugas, secara individu mungkin tidak dapat meningkatkan tingkat effort.


(32)

3) Performansi. Sebagian besar studi tentang beban kerja mempunyai perhatian dengan tingkat performansi yang akan dicapai. Bagaimanapun juga, pengukuran performansi sendirian tidaklah akan dapat menyajikan suatu matrik beban kerja yang lengkap.

Dalam literatur-literatur yang membahas beban kerja, beban kerja selalu dijelaskan sebagai faktor yang memiliki pengaruh terhadap kinerja. Lysaght dalam Irawati (2012) menegaskan faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Tuntutan situasi dan pengaruh internal a) Kebutuhan kerja dan pembagian tugas

Pembagian antara fungsi sistem dan manusia merupakan langkah awal dalam desain sistem dan pembagian ini akhirnya akan menimbulkan tuntutan situasi pada pekerja. Selama disain sistem dilakukan, tim yang mendisain memutuskan fungsi mana yang diberikan pada manusia dan mana yang diberikan pada sistem. Sekali telah dilakukan pembagian, fungsi dan juga disain dari kendali dan display akan mengarahkan tugas dari pekerja. Tugas yang dibagi kepada pekerja merepresentasikan pekerjaan pekerja. Teknik faktor manusia dari analisa tugas (task analysis) berpusat pada pemahaman bagaimana tugas ini akan mempengaruhi keseluruhan kerja dari pekerja, dan sejauh mana tugas-tugas tersebut tak dapat dikerjakan pada tingkat yang diinginkan.

Task (tugas) dapat mempengaruhi beban kerja yang dirasakan oleh pekerja melalui banyak cara. Misalnya, melalui tindakan apa yang harus dilakukan oleh seorang pekerja dalam memenuhi tugasnya, melalui jumlah dan tipe dari tugas yang akan ditampilkan, melalui keterbatasan waktu yang tersedia dalam


(33)

menyelesaikan tugas maupun melalui tingkat akurasi yang dibutuhkan dalam meyelesaikan tugas.

Kesemua hal di atas menjadi faktor yang berkontribusi terhadap munculnya tuntutan situasi.

b) Konteks lingkungan

Tugas yang dikerjakan oleh pekerja tidaklah dikerjakan sendiri. Suatu tugas dilakukan di dalam suatu keadaan yang berbeda-beda yang dapat mempengaruhi tingkat kesulitan yang dialami oleh pekerja. Bagaimana seorang pekerja berinteraksi dengan sekelilingnya juga memberikan dampak yang penting terhadap kinerja dan beban kerja. Beberapa faktor eksternal yang dapat mengubah tuntutan situasi dan mempengaruhi tingkat kesulitan yakni lingkungan eksternal di mana tugas dilakukan (misalnya panas, kelembaban, suara, penerangan, getaran, dan gaya gravitasi), disain dari unit pertukaran informasi manusia-mesin (misalnya tipe dan ukuran dari display dan kendali, serta bentuk susunannya), desain dari pengemasan manusia (misalnya pakaian pelindung, posisi duduk) serta desain dari keseluruhan stasiun/tempat kerja (misalnya ukuran, pencahayaan di dalamnya, ventilasi, kendali kelembaban dan suhu, dan pengurangan getaran)

2. Pekerja

Setiap pekerja memasuki suatu situasi dengan membawa pengaruh-pengaruh yang dapat mempengaruh-pengaruhi kinerja. Berikut penjelasannya.

a) Kondisi sementara

Merujuk kepada kondisi awal misalnya kondisi kesegaran tubuh seseorang, yang bisa saja berpengaruh kepada pelaksanaan tugas.


(34)

Tidak hanya kondisi sementara, kondisi seorang pekerja dipengaruhi oleh beberapa karakteristik yang tidak mudah berubah, misalnya tujuan/motivasi, pengetahuan/keterampilan, dan kemampuan proses berpikir. Kemampuan proses berpikir ini akan berinteraksi dan berintegrasi dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai tujuan dari tugas.

Individu berbeda-beda di dalam hal tujuan, sejauh apa tujuan tersebut sudah terpuaskan hingga saat ini, dan sejauh mana pemenuhan tugas dipandang sebagai pencapaian tujuan. Mereka juga berbeda dalam hal persepsi mengenai kecepatan dan akurasi yang dibutuhkan saat menyelesaikan tugas. Faktor-faktor ini akhirnya menentukan tingkat motivasi dalam pemenuhan tugas dan sebagai akibatnya, menentukan sejauh mana usaha yang secara sukarela diberikan oleh individu tersebut. Kapasitas proses berpikir dari seorang individu dibedakan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperolehnya melalui pelatihan dan pengalaman. Pengetahuan (misalnya mengenai fakta-fakta, peraturanperaturan, prosedur pemakaian peralatan) dapat dianggap sebagai sumber yang dimiliki oleh individu yang dapat dimanfaatkan oleh proses kognitif.

Dalam menggunakan pengetahuan tersebut, seorang individu harus melibatkan proses dinamis lainnya untuk mengingat dan memanipulasi pengetahuan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas. Kemampuan proses kognitif dibutuhkan untuk mengumpulkan informasi yang didapat dari display dan memanipulasi kendali yang ada.

2.1.3. Pengukuran Beban Kerja

Pengukuran beban kerja dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai tingkat efektivitas dan efisiensi kerja organisasi berdasarkan banyaknya pekerjaan


(35)

yang harus diselesaikan dalam jangka waktu satu tahun. Pengukuran beban kerja dapat dilakukan dalam berbagai prosedur, namun Cain (2007) telah menggolongkan secara garis besar ada tiga kategori pengukuran beban kerja. Tiga kategori tersebut yaitu :

1. Pengukuran subjektif, yakni pengukuran yang didasarkan kepada penilaian dan pelaporan oleh pekerja terhadap beban kerja yang dirasakannya dalam menyelesaikan suatu tugas. Pengukuran jenis ini pada umumnya menggunakan skala penilaian (rating scale).

2. Pengukuran kinerja, yaitu pengukuran yang diperoleh melalui pengamatan terhadap aspek-aspek perilaku/aktivitas yang ditampilkan oleh pekerja. Salah satu jenis dalam pengukuran kinerja adalah pengukuran yang diukur berdasarkan waktu. Pengukuran kinerja dengan menggunakan waktu merupakan suatu metode untuk mengetahui waktu penyelesaian suatu pekerjaan yang dikerjakan oleh pekerja yang memiliki kualifikasi tertentu, di dalam suasana kerja yang telah ditentukan serta dikerjakan dengan suatu tempo kerja tertentu.

3. Pengukuran fisiologis, yaitu pengukuran yang mengukur tingkat beban kerja dengan mengetahui beberapa aspek dari respon fisiologis pekerja sewaktu menyelesaikan suatu tugas/pekerjaan tertentu. Pengukuran yang dilakukan biasanya pada refleks pupil, pergerakan mata, aktivitas otot dan respon-respon tubuh lainnya.

Sutalaksana (2006) menjelaskan bahwa pengukuran waktu dapat digunakan untuk mendapatkan ukuran tentang beban dan kinerja yang berlaku dalam suatu sistem kerja. Karena metode yang digunakan dalam penelitian


(36)

tersebut adalah metode ilmiah, maka hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Melalui pengukuran ini pengukur memperoleh ukuran-ukuran kuantitatif yang benar tentang kinerja dan beban kerja.

a. Elemen-elemen dalam pengukuran beban kerja berdasarkan waktu

Dalam melakukan pengukuran beban kerja berdasarkan waktu, ada beberapa elemen yang dibutuhkan agar perhitungan dapat dilakukan menurut rumus yang ditentukan. Elemen-elemen tersebut adalah :

1) Waktu siklus (Ws)

Merupakan waktu penyelesaian satu satuan produk sejak bahan baku mulai diproses di tempat kerja yang bersangkutan.

2) Faktor penyesuaian (p)

Faktor penyesuaian ditentukan dalam rangka mengoreksi segala ketidakwajaran yang terjadi yang ditunjukkan oleh pegawai selama masa pengamatan dilakukan. Sebagai contoh jika pengukur mendapatkan harga rata-rata siklus/elemen yang diketahui diselesaikan dalam kecepatan tidak wajar oleh operator, maka agar harga rata-rata tersebut menjadi wajar, pengukur harus menormalkannya dengan melakukan penyesuaian. Salah satu metode penyesuaian yang dianggap objektif adalah penyesuaian yang disusun oleh Lawry, Maynard dan Stegemarten yang dinamakan Penyesuaian Westinghouse. Penyesuaian Westinghouse merupakan metode penyesuaian yang melakukan penyesuaian melalui empat aspek yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi.

3) Kelonggaran (k)

Kelonggaran merupakan waktu-waktu yang diberikan kepada pekerja untuk tiga hal, yaitu untuk kebutuhan pribadi (misalnya makan dan minum), untuk


(37)

menghilangkan rasa fatigue (kelelahan) dan untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan dalam pekerjaan. Kelonggaran-kelonggaran ini memiliki nilai masing-masing yang telah ditentukan.

4) Waktu baku (Wb)

Merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik.

5) Total waktu kerja per hari (twk)

Merupakan jumlah waktu yang diberikan oleh perusahaan/organisasi setiap hari kepada pegawainya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang ada. Total waktu kerja ini dapat dilihat dari jumlah jam kerja pegawai.

b. Langkah-langkah dalam pengukuran beban kerja berdasarkan waktu

Dalam melakukan pengukuran beban kerja berdasarkan waktu, ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Urutan-urutan langkah tersebut yakni (Sutalaksana, 2006) :

1) Langkah-langkah sebelum pengukuran a) Penetapan tujuan pengukuran

Penetapan tujuan merupakan hal yang penting dikarenakan tujuan yang dipilih tersebut akan mempengaruhi tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan.

b) Memilih pegawai yang akan diamati

Pegawai yang akan dipilih harus memenuhi beberapa kriteria tertentu, di antaranya berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama. Apa yang dimaksud dengan berkemampuan normal adalah kemampuan yang dimiliki bukanlah kemampuan yang sangat tinggi ataupun sangat rendah, melainkan


(38)

kemampuan yang berada pada tingkat rata-rata. Dengan kemampuan tersebut, seorang pegawai diasumsikan akan menghasilkan waktu kerja yang normal. Sifat kooperatif diperlukan agar proses pengamatan dan pencatatan dapat berjalan dengan lancar.

c) Mengurai pekerjaan atas elemen pekerjaan

Pada tahap ini pekerjaan diurai ke dalam bagian-bagian kecil, di mana setiap bagian tersebut akan dicatat waktunya. Keseluruhan jumlah waktu setiap elemen akan menghasilkan waktu siklus. Tujuan dari penguraian pekerjaan ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil ini antara lain untuk mengantisipasi adanya elemen tidak baku yang mungkin saja dilakukan pekerja.

d) Menyiapkan perlengkapan pengukuran

Untuk memperoleh data yang akurat, ada beberapa alat bantu yang harus ada dalam proses pengamatan. Alat-alat tersebut berupa jam henti, lembaran-lembaran pengamatan, pena atau pensil dan papan pengamatan.

2) Pengukuran waktu

Pengukuran waktu merupakan pekerjaan mengamati dan mencatat waktuwaktu kerja baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang telah disiapkan di atas. Pada awal pengukuran waktu dilakukan, perlu dilakukan pengukuran pendahuluan. Pengukuran pendahuluan ini bertujuan untuk memperoleh data untuk menguji keseragaman data dan mengetahui jumlah minimum pengamatan yang harus dilakukan sebagai syarat kecukupan data.

3) Menghitung waktu baku

Bila semua persyaratan telah dipenuhi dan proses pengambilan data telah selesai, maka penghitungan waktu baku dapat dilakukan. Melibatkan waktu


(39)

siklus, waktu baku juga melibatkan faktor penyesuaian dan kelonggaran dalam proses penghitungannya.

2.1.4. Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja

Kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik pada otot manusia yang akan berfungsi sebagai sumber tenaga. Kerja fisik disebut juga “manual operation” dimana performansi kerja sepenuhnya akan bergantung pada upaya manusia yang berperan sebagai sumber tenaga maupun pengendali kerja. Disamping itu, kerja fisik juga dapat dikonotasikan kerja berat, kerja otot dan kerja kasar, karena aktifitas kerja fisik tersebut memerlukan usaha fisik manusia yang kuat selama periode kerja berlangsung. Selama kerja fisik berlangsung, maka konsumsi energy merupakan faktor utama yang menjadi tolok ukur penentu berat/ringannya suatu pekerjaan. Secara garis besar, aktifitas manusia dapat dikelompokkan menjadi dua (2) aktifitas yaitu kerja fisik dan kerja mental. Pengelompokkan ini tentunya tidaklah dapat dilakukan secara sempurna, mengingat adanya hubungan yang erat antara aktifitas fisik satu dengan lainnya.

Selanjutnya, setiap aktifitas fisik yang dilakukan akan mengakibatkan terjadinya suatu perubahan fungsi faal paa alat-alat tubuh manusia (fisiologi) yang dapat diketahui dari berbagai indikator fungsi faal tersebut, diantaranya adalah :

1) Konsumsi oksigen atau kebutuhan oksigen 2) Laju detak jantung

3) Peredaran darah atau ventilasi paru-paru 4) Temperatur tubuh


(40)

Lebih lanjut Christensen dan Grandjean dalam Tarwaka (2015) menjelaskn bahwa salah satu pendekatan untuk mengetahui berat ringannya beban kerja adalah dengan menghitung denyut nadi. Pada batas tertentu ventilasi paru, denyut nadi atau denyut jantung dan suhu tubuh mempunyai hubungan yang linear dengan konsumsi oksigen atau pekerjaan yang dilakukan. Kemudian Konz dalam Tarwaka (2015) mengemukakan bahwa denyut jantung atau denyut nadi adalah suatu alat estimasi laju metabolism yang baik. Ketegori berat ringannya beban kerja didasarkan denyut jantung atau denyut nadi menurut Christensen dalan Tarwaka (2015) dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Denyut Jantung Kategori Beban Kerja Denyut Nadi (denyut/menit)

Ringan 75 – 100

Sedang 100 – 125

Berat 125 – 150

Sangat Berat 150 – 175

Sangat Berat Sekali > 175

Sumber: Christensen. Encyclopaedia of Occupational Health and Safety. ILO. Geneva dalam Tarwaka, 2015.

2.1.5. Manfaat Pengukuran Beban Kerja

Pengukuran beban kerja memberikan beberapa keuntungan bagi organisasi. Cain (2007) menjelaskan bahwa alasan yang sangat mendasar dalam mengukur beban kerja adalah untuk mengkuantifikasi biaya mental (mental cost) yang harus dikeluarkan dalam melakukan suatu pekerjaan agar dapat memprediksi kinerja sistem dan pekerja. Tujuan akhir dari langkah-langkah tersebut adalah untuk meningkatkan kondisi kerja, memperbaiki desain lingkungan kerja ataupun menghasilkan prosedur kerja yang lebih efektif.

Menteri Dalam Negeri dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pedoman Analisis Beban Kerja Di Lingkungan Departemen


(41)

Dalam Negeri Dan Pemerintah Daerah menjelaskan bahwa dilakukannya pengukuran beban kerja memberikan beberapa manfaat kepada organisasi, yakni :

a) Penataan/penyempurnaan struktur organisasi

b) Penilaian prestasi kerja jabatan dan prestasi kerja unit c) Bahan penyempurnaan sistem dan prosedur kerja d) Sarana peningkatan kinerja kelembagaan

e) Penyusunan standar beban kerja jabatan/kelembagaan, penyusunan daftar susunan pegawai atau bahan penetapan eselonisasi jabatan structural f) Penyusunan rencana kebutuhan pegawai secara riil sesuai dengan beban

kerja organisasi

g) Program mutasi pegawai dari unit yang berlebihan ke unit yang kekurangan

h) Program promosi pegawai

i) Reward and punishment terhadap unit atau pejabat j) Bahan penyempurnaan program diklat

k) Bahan penetapan kebijakan bagi pimpinan dalam rangka peningkatan pendayagunaan sumber daya manusia.

2.2.Produktivitas Kerja

2.2.1. Definisi Produktivitas Kerja

Produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai pandangan “mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini”. Pengertian ini mempunyai makna bahwa kita harus melakukan perbaikan. Dalam suatu perusahaan, manajemen harus terus-


(42)

menerus melakukan perbaikan proses produksi, sistem kerja, lingkungan kerja, teknologi dan lain-lain (Sedarmayanti, 2010).

Kedua, produktivitas adalah perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input). Perumusan ini berlaku untuk perusahaan, industri dan ekonomi secara keseluruhan. Lebih sederhana, maka produktivitas adalah perbandingan secara ilmu hitung, antara jumlah yang dihasilkan dan jumlah setiap sumber daya yang dipergunakan selama proses berlangsung. (Budiono, 2003).

Produktivitas secara umum diartikan sebagai hubungan antara keluaran (barang dan jasa) dengan masukan (tenaga kerja, bahan, uang). Produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masukan. Masukan sering dibatasi dengan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik, bentuk dan nilai. Produktivitas sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut.

Produktivitas juga diartikan sebagai (Sinungan, 2009) : a. Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil

b. Perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam satu-satuan (unit) umum.

Sedarmayanti (2010) mengutarakan bahwa produktivitas adalah bagaimana menghasilkan atau meningkatkan hasil barang dan jasa setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien. Oleh karena itu produktivitas sering diartikan sebagai rasio antara keluaran dan masukan dalam satuan waktu tertentu.


(43)

a. Rumus tradisional bagi keseluruhan produktivitas tidak lain adalah dari pada yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang dipergunakan (input)

b. Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik daripada kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.

c. Produktivitas merupakan interaksi terpadu secara serasi dari tiga faktor esensial yaitu : investasi, termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset, manajemen dan tenaga kerja.

Produktivitas meningkat apabila :

a. Volume atau kuantitas keluaran bertambah besar, tanpa menambah jumlah masukan

b. Volume atau kuantitas keluaran tidak bertambah akan tetapi mesukannya berkurang

c. Volume atau kuantitas bertambah besar sedang masukannya juga berkurang d. Jumlah masukan bertambah asalkan volume atau kuantitas keluaran

bertambah berlipat ganda

Berdasarkan pengertian produktivitas sebagai keluaran maka produktivitas dapat dibedakan kedalam berbagai tingkatan yaitu produktivitas tingkat individu (tenaga kerja), tingkat satuan (kelompok kerja) dan tingkat organisasi perusahaan (produktivitas sub sistem, sistem maupun supra sistem).

Dewasa ini, produktivitas individu mendapat perhatian cukup besar. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa sebenarnya produktivitas manapun bersumber dari individu yang melakukan kegiatan. Namun individu yang


(44)

dimaksud adalah individu sebagai tenaga kerja yang memiliki kualitas kerja yang memadai (Sedarmayanti, 2010).

Menurut Sedarmayanti (2010) produktivitas kerja menunjukkan bahwa individu merupakan perbandingan dari efektivitas keluaran (pencapaian unjuk kerja maksimal) dengan efisiensi salah satu masukan (tenaga kerja) yang mencangkup kuantitas, kualitas dalam waktu tertentu. Produktivitas kerja adalah suatu ukuran dari pada hasil kerja atau kinerja seseorang dengan proses input sebagai masukan dan output sebagai keluarannya yang merupakan indikator daripada kinerja karyawan dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai produktivitas yang tinggi dalam suatu organisasi.

Menurut Sinungan (2009) produktivitas kerja adalah efisiensi proses menghasilkan dari sumber daya yang digunakan. produktivitas seringkali juga diidentifikasikan dengan efisiensi dalam arti suatu rasio antara keluaran (output) dan masukan (input). Menurut Sugeng, produktivitas disini adalah perbandingan secara ilmu hitung antara jumlah yang dihasilkan dari setiap jumlah sumber daya yang dipergunakan selama proses berlangsung. Produktivitas dari tenaga kerja ditunjukan sebagai rasio dari jumlah keluaran yang dihasilkan per total tenaga kerja yang jam manusia (man hours), yaitu jam kerja dipakai untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Produktivitas bukanlah hanya satu masalah teknis maupun menejerial tetapi merupakan suatu masalah yang kompleks, merupakan masalah yang bekenaan dengan badan-badan pemerintahan, serikat buruh dan lembaga-lembaga sosial lainnya, yang semakin berbeda tujuannya akan semakin berbeda pula definisi produktivitasnya (Sinungan, 2009).


(45)

2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja

Menurut Sinungan (2009) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja karyawan, yaitu :

1) Pelatihan

Latihan kerja dimaksudkan untuk melengkapi karyawan dengan keterampilan dan cara-cara yang tepat untuk menggunakan peralatan kerja. Untuk itu latihan kerja diperlukan bukan hanya sebagai pelengkap tetapi sekaligus untuk memberikan dasar-dasar pengetahuan. Karena dengan latihan karyawan belajar untuk mengerjakan sesuatu dengan benar-benar dan tepat, serta dapat memperkecil dan meninggalkan kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan. Peningkatan produktivitas bukan pada pemutakhiran peralatan, akan tetapi pada pengembangan karyawan yang paling utama. Dari hasil penelitian beliau menyebutkan 75% peningkatan produktivitas justru dihasilkan oleh perbaikan pelatihan dan pengetahuan kerja, kesehatan dan alokasi tugas.

2) Mental dan kemampuan fisik karyawan

Keadaan mental dan fisik karyawan merupakan hal yang sangat penting untuk menjadi perhatian bagi organisasi, sebab keadaan fisik dan mental karyawan mempunyai hubungan yang erat dengan produktivitas kerja karyawan. 3) Hubungan antara atasan dan bawahan

Hubungan atasan dengan bawahan akan mempengaruhi kegiatan yang akan dilakukan sehari-hai. Bagaimana pandangan atasan terhadap bawahan, sejauh mana bawahan diikutsertakan dalam penentuan tujuan. Sikap yang saling jalin-menjalin telah mampu meningkatkan produktivitas karyawan dalam bekerja. Dengan demikian, jika karyawan diperlakukan secara baik, maka karyawan


(46)

tersebut akan berpartisipasi dengan baik pula dalam proses produksi, sehingga akan berpengaruh pada tingkat produktivitas kerja.

Samsudin (2006) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja dapat disimpulakan menjadi dua golongan yaitu:

1) Faktor yang ada pada diri individu, yaitu umur, temperamen, keadaan fisik individu, kelelahan dan motivasi.

2) Faktor yang ada diluar individu, yaitu kondisi fisik seperti suara, penerangan, waktu istirahat, lama kerja, upah, bentuk organisasi, lingkungan social dan keluarga.

Faktor-faktor yang diinginkan tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas adalah : 1. Pekerjaan yang menarik, 2. Upah yang baik, 3. Keamanan dan perlindungan dalam pekerjaan, 4. Penghayatan atas maksud dan makna pekerjaan, 5. Lingkungan atau suasana kerja yang baik, 6. Promosi dan perkembangan diri pekerja sejalan dengan perkembangan tempat kerja, 7. Merasa terlibat dalam kegiatan organisasi, 8. Pengertian dan simpati atas persoalan pribadi, 9. Kesetiaan pimpinan pada diri si pekerja, 10. Disiplin kerja

Produktivitas bukanlah produksi, kedua kata ini mempunyai pengertian yang berbeda. Peningkatan produksi mengacu pertambahan hasil yang dicapai, sedangkan peningkatan produktivitas mengandung pengertian pertambahan hasil dan perbaikan cara atau tehnik perproduksi. Peningkatan produksi tidak selalu disebabkan oleh penigkatan produktivitas, karena produksi dapat meningkat sekalipun produktivitas tetap ataupun menurun.


(47)

Pengukuran produktivitas merupakan suatu alat manajemen yang penting di semua tingkatan ekonomi. Pada perusahaan pengukuran produktivitas terutama digunakan sebagai sarana manajemen untuk menganalisa dan mendorong efisiensi produksi. Manfaat lain yang diperoleh dari pengukuran produktivitas terlihat pada penempatan perusahaan yang tetap seperti dalam menentukan target atau sasaran tujuan yang nyata dan pertukaran informasi antara tenaga kerja dan manajemen secara periodik terhadap masalah-masalah yang saling berkaitan (Sinungan, 2009).

Pengukuran merupakan hal yang paling penting dalam mengetahui ada tidaknya perubahan, perbedaan dan sebagainya. Untuk itulah pengukuran menjadi penting sebagai standar dalam pengambilan keputusan. Jika hasil pengukuran menunjukan produktivitas kerja rendah, maka dalam pengambilan keputusan seorang pimpinan akan mengeluarkan berbagai hal yang dapat meningkatkan produktivitas kerja. Dengan demikian dimasa yang akan datang terjadi peningkatan produktivitas kerja.

Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut metode pengukuran waktu tenaga kerja (jam, hari atau tahun). Pengeluaran diubah ke dalam unit-unit pekerja yang biasanya diartikan sebagai jumlah kerja yang dapat dilakukan dalam satu jam oleh pekerja yang terpercaya yang bekerja menurut pelaksanaan standart. Karena hasil maupun masukan dapat dinyatakan dalam waktu, produktivitas tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai suatu indeks yang sangat sederhana.

Ada tiga model dasar produktivitas, yaitu : (1) produktivitas parsial (rasio total output dengan salah satu kelas input), (2) produktivitas total faktor (rasio output dengan jumlah tenaga kerja dan capital input), (3) produktivitas total (rasio


(48)

total output dengan seluruh total input). mengembangkan hirarki pengukuran produktivitas. Berdasarkan hirarki tersebut, pengukuran produktivitas dimulai dari level dasar (individu, pekerjaan, dan teknologi) hingga level atas (internasional level). (Tetty, 2002)

Hasil produktivitas tidak selamanya bisa diukur dan dihitung besarnya secara eksakta dalam bentuk nyata dan hitungan kuantitatif seperti perbandingan rasio-rasio di atas. Untuk jenis masukan (input) atau keluaran (output) tertentu, kadang sulit untuk mengukur karena bersifat abstrak, sehingga ukuran nilai output dan input tak bisa dikonversikan dalam bentuk nilai mata uang. (Tetty, 2002)

Bagi perusahaan jasa yang produknya lebih banyak dalam bentuk pelayanan, maka sumber masukan sangat sulit untuk dinilai dan diukurnya cenderung lebih tinggi. Tetapi keberadaannya cukup penting dalam penentuan produktivitas kerja.

Pengukuran produktivitas tenaga kerja yang menyangkut masukan bayangan ini memang memerlukan kecermatan untuk menilainya. Menurut Sinungan (2009), pengukuran produktivitas kerja memiliki tiga cara pengukuran yaitu :

1. Karena hasil maupun masukan dapat dinyatakan dalam waktu, produktivitas kerja dapat dinyatakan suatu indeks yang sangat sederhana : Masukan dalam ukuran produktivitas tenaga kerja seharusnya menutup semua jam kerja para pegawai baik secara kantor maupun pekerja kasar.

2. Selanjutnya indeks produktivitas tenaga kerja juga dapat dinyatakan menurut cara finansial. Pertama, menghitung penjualan (dengan nilai tukar). Kedua, penyesuaian volume barang–barang yang dijual dalam jumlah produksi


(49)

dengan membuat penelitian yang tepat, penjualan dan pemasukan tenaga kerja dalam waktu tertentu mungkin tidak cocok/ memadai sebab akumulasi penelitian pengurangannya terjadi pada saat lalu.

3. Langkah kerja adalah mencatat daftar gaji menurut tingkat upah dan gaji yang disesuaikan jumlah tenaga kerja. Jadi bagi keperluan pengukuran umum produktivitas kerja memiliki unit-unit yang diperlukan yakni kuantitas dan kualitas hasil penggunaan masukan.

Selanjutnya bisa dinyatakan bahwa seseorang telah bekerja dengan produktif jikalau ia telah menunjukan output kerja yang paling tidak telah mencapai suatu ketentuan minimal. Ketentuan ini didasarkan atas besarnya keluaran yang dihasilkan secara normal dan diselesaikan dalam jangka waktu yang layak pula.

Produktivitas akan meningkat bila: 1) Keluaran meningkat tetapi masukan menurun 2) Keluaran tetap tetapi masukan menurun

3) Keluaran meningkat dan masukan meningkat tetapi perbedaan keluaran lebih besar dari kenaikan masukan.

Menurut Kussrianto, produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja di sini adalah penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien (Sutrisno, 2009).

Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan penggunaan masukan (input) yang direncanakan dengan penggunaan masukan yang sebenarnya terlaksana. Apabila masukan yang sebenarnya digunakan semakin


(50)

besar penghematannya, maka tingkat efisiensi semakin tinggi, tetapi semakin kecil masukan yang dihemat, sehingga semakin rendah tingkat efisiensi. Pengertian efisiensi disini lebih berorientasi kepada masukan sedangkan masalah keluaran (output) kurang menjadi perhatian utama. (Sedarmayanti, 2010)

Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai. Pengertian efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama. Apabila efisiensi dikaitkan dengan efektivitas maka walaupun terjadi peningkatan efektivitas belum tentu efisiensi meningkat. (Sedarmayanti, 2010)

Kualitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh telah terpenuhi berbagai persyaratan, spesifikasi dan harapan. Konsep ini dapat hanya berorientasi kepada masukan, keluaran atau keduanya. Disamping itu kualitas juga berkaitan dengan proses produksi yang akan berpengaruh pada kualitas hasil yang dicapai secara keseluruhan. (Sedarmayanti, 2010)

Menurut Sedarmayanti (2010) Produktivitas individu dapat dinilai dari apa yang dilakukan oleh individu tersebut dalam kerjanya. Dengan kata lain produktivitas individu adalah bagaimana seseorang melaksanakan pekerjaannya atau unjuk kerja (job performance). Pada penelitian ini yang dimaksud mengenai produktivitas kerja adalah kinerja karyawan atau performance yang merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses. Data tentang produktivitas kerja ini berupa performance appraisal, yaitu penilaian kerja dengan menggunakan kuesioner produktivitas kerja. Hal ini dikarenakan penilaian kerja merupakan faktor evaluasi bagi pihak perusahaan terhadap kerja karyawan dan juga evaluasi bagi karyawan sendiri sebagai perwujudan untuk peningkatan produktivitas kerja.


(51)

2.3.Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan teori-teori yang telah di bahas dalam tinjauan kepustakaan, maka kerangka teoritis dapat digambarkan sebagai berikut :

Variabel Bebas Variabel Terikat

---

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka di atas, maka dapat dijelaskan bahwa kerangka konsep dalam penelitian ini adalah variabel bebas (variabel independent) yaitu beban kerja yang di ukur melalui denyut nadi dan variabel terikat (Variabel dependent) adalah produktivitas kerja.

BEBAN KERJA

PRODUKTIVITAS KERJA


(52)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pembangunan ketenagakerjaan ditujukan untuk peningkatan, pembentukan, dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas dan produktif. Kebijakan yang mendorong tercapainya pembangunan ketenagakerjaan adalah perlindungan tenaga kerja (Budiono, 2003).

Menurut UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 86 Tentang Ketenagakerjaan yaitu untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek yang cukup luas yaitu perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral bangsa. Perlindungan tersebut bertujuan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja.

Tujuan dari kesehatan kerja yaitu untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan kesehatan kerja dapat tercapai apabila didukung oleh lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Salah satu tujuan dari pelaksanaan kesehatan kerja dalam bentuk operasional adalah pencegahan

kelelahan dan meningkatakan kegairahan serta nikmat kerja (Suma’mur, 2009).

Pekerja dalam perusahaan merupakan sumber daya yang harus selalu dievaluasi, karena merupakan faktor kunci keberhasilan dan penentu masa depan perusahaan. Pekerja memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan sejumlah pekerjaan dalam waktu tertentu yang merupakan beban kerja bagi pekerja tersebut. Pekerjaan dibagi-bagi


(53)

dalam beberapa bagian agar pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Pembagian kerja dapat memberikan penjelasan bagi para pekerja untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan beban kerja yang menjadi tanggung jawabnya. Pekerja bagian produksi memiliki beban kerja untuk menghasilkan produk dalam jumlah dan waktu tertentu yang menjadi target perusahaan (Sinugan,2009).

Perusahaan merupakan organisasi yang berorientasi pada keuntungan sehingga sangat memperhatikan produktivitas. Dalam dunia kerja perusahaan memiliki masalah-masalah tersendiri, salah satunya adalah masalah produktivitas pekerja dalam kerja. Semakin ketat persaingan antara perusahaan saat ini menuntut perusahaan mampu bertahan dan berkompetisi dengan perusahaan lain. Salah satu yang dapat ditempuh perusahaan agar mampu bertahan adalah dengan meningkatkan produktivitas kerja (Sastrohadiwiryo, 2005).

Pekerja diharapkan dapat bekerja dengan hasil yang maksimal demi memperoleh produktivitas kerja yang tinggi, namun pekerja memiliki keterbatasan kemampuan dalam bekerja sehingga pekerja sering tidak mampu menyelesaikan beban kerja yang diberikan perusahaan dengan batasan waktu, jumlah dan tingkat kesulitan tertentu. Beban kerja yang ditanggung pekerja satu dengan yang lainnya tidak sama karena jenis pekerjaan yang beragam. Tinggi rendahnya beban kerja tergantung dari tingkat kompleksitas prosedur kerja, tuntutan kerja, tempo kerja, dan tanggung jawab pekerjaan yang tidak sama (Irawati,2012).

Menjalankan tuntutan tugas merupakan salah satu bagian dari aspek beban kerja. Manuaba (2000) menyatakan beban kerja dapat berupa tuntutan tugas atau pekerjaan, organisasi dan lingkungan kerja. Jika kemampuan pekerja lebih tinggi daripada tuntutan pekerjaan makan akan muncul perasaan bosan. Sebaliknya jika


(54)

kemampuan pekerja lebih rendah daripada tuntutan pekerjaan, maka akan muncul kelelahan yang berlebih.

Beban kerja yang terlalu tinggi merupakan salah satu sumber stress, dimana stress dapat menimbulkan penyakit fisik dan psikologis yang pada akhirnya dapat mengganggu produktivitas karyawan. Pada dasarnya, aktivitas manusia dapat digolongkan menjadi kerja fisik (otot) dan kerja mental (otak). Meskipun tidak dapat dipisahkan, namun masih dapat dibedakan pekerjaan dengan dominasi fisik dan pekerjaan dengan dominasi aktivitas mental (Cain,2007).

Irawati (2012) menyimpulkan secara simultan beban kerja fisik dan beban kerja mental berpengaruh signifikan terhadap produktivitas karyawan Sentra Kredit Konsumen (SKK). Beban kerja fisik secara parsial berpengaruh signifikan terhadap produktivitas dan beban kerja mental memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas. Studi-studi terdahulu yang telah dilakukan masih memperdebatkan bahwa pekerja yang produktif akan lebih puas, bukan pekerja yang puas akan lebih produktif.

Minarsih (2011) juga memperoleh hasil pengukuran terdapat lebih dari separuh beban kerja perawat tinggi menyebabkan rendahnya produktivitas perawat tersebut. Hal yang menyebabkan tingginya beban kerja yang ditemukan adalah jam kerja yang berlebih, tekanan kerja yang tinggi terhadap perawat dan rendahnya kepuasan perawat terhadap pekerjaannya.

Budianto (2013) menarik kesimpulan adanya pengaruh signifikan antara beban kerja dengan produktifitas kerja pada karyawan CV. Manggis Rotan Jepara.


(55)

Peneliti menemukan bahwa beban kerja pada kategori sedang dapat membuat produktivitas kerja tinggi.

Berdasarkan Profil Umum Bengkel Auto 2000 Amplas, PT. Astra International Tbk. Toyota Sales Operation cabang Pasteur (AUTO 2000) adalah jaringan jasa penjualan, perawatan, perbaikan dan penyediaan suku cadang Toyota yang manajemennya ditangani penuh oleh PT. Astra International Tbk salah satunya adalah AUTO 2000 Amplas Medan. Sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan, perawatan, berbaikan dan penyediaan suku cadang kendaraan AUTO 2000 Amplas Medan mempekerjakan cukup banyak karyawan khususnya pekerja yang menangani perbaikan yang disebut montir. Dalam melakukan pekerjaannya para montir memiliki tugas dan tanggung jawab yang menjadi beban kerja yang harus dipatuhi.

Montir dalam perusahaan juga terbagi kedalam beberapa unit bagian dan regu sehingga hubungan dengan teman sekerja mutlak diperlukan untuk berkomunikasi dan berkoordinasi guna mencapai kelancaran dalam mencapai produktivitas kerja. Produktivitas kerja pekerja di perusahaan saat ini hanya sebatas mencapai target yang ditentukan perusahaan. Pekerja kadang tidak dapat mencapai target yang ditetapkan sehingga produktivitas di perusahaan tidak cukup baik. Keadaan seperti terjadi karena pada waktu tertentu ada pekerja disatu regu atau beberapa regu yang menunggu pekerjaan dari unit lain yang belum selesai. Waktu yang digunakan pekerja untuk menunggu pekerjaan satu selesai terbuang sia-sia, sehingga pekerja cenderung tidak dapat menyelesaikan perbaikan dalam jumlah maksimal yang ditargetkan perusahaan. Apabila tidak ada waktu yang terbuang sia-sia, maka produktivitas kerja pekerja di perusahaan akan semakin baik. Beban kerja, disiplin


(56)

kerja yang tidak diterapkan di perusahaan sesuai dengan ketentuan dapat menghambat kegiatan produksi yang dilakukan perusahaan. Setiap perusahaan perlu menetapkan beban kerja yang sesuai serta mendukung sehingga akan mengarah pada meningkatnya produktivitas pekerja.

Beban kerja merupakan salah satu masalah yang timbul pada montir di Auto 2000 Amplas Medan. Ringan atau berat beban kerja yang dihadapi montir tergantung seberapa besar kemampuan montir dalam menangani perintah kerja bengkel. Apabila setiap beban pekerjaan yang ada di tempat kerja dapat terselesaikan dengan baik, maka akan meningkatkan produktivitas kerja montir yang pada gilirannya akan dapat menimbulkan dampak positif bagi Auto 2000 Amplas Medan dalam mengembangkan produksinya. Sebaliknya apabila masalah-masalah tersebut tidak dapat terselesaikan dengan baik, maka akan dapat menurunkan produktivitas montir, karena masalah yang terjadi secara terus menerus dan dihadapi oleh montir dapat menimbulkan beban dalam bekerja yang berkepanjangan sehingga akan dapat menimbulkan dampak yang negatif bagi pegawai di Auto 2000 Amplas Medan khususnya montir, yang bekerja melayani perbaikan dan perawatan kendaraan pelanggan yang dituntut bekerja dengan prosedur yang sesuai dengan peraturan perusahaan, mematuhi keluhan dan permintaan pelanggan harus mampu memberbaiki dan melakukan perawatan kendaraan sesuai dengan keinginan pelanggan serta harus menyelesaikan pekerjaan tepat waktu menjadi beban kerja yang merupakan variabel yang berkaitan dengan produktivitas para montir.

Bengkel Auto 2000 Amplas mempunyai 3 divisi yang diisi oleh montir-montir dalam memenuhi perintah kerja bengkel yaitu 1. General Repairment (GR)


(57)

2. Express Maintanance (EM) 3. Toyota Home Service (THS). Divisi General Repairment dikerjakan oleh 1 montir dan diawasi oleh technical leader. Perintah kerja pada divisi General Repairment adalah perbaikan kendaraan pada kategori kerusakan ringan atau merupakan pengerjaan servis berkala. Divisi Express Maintenance merupakan divisi yang dikhususkan pada pengerjaan kerusakan kendaraan pada kategori sedang atau berat dan dikerjakan oleh 2-3 montir. Sedangkan divisi Toyota home service adalah divisi dimana montir yang mengerjakan perbaikan dengan mendatangi tempat sesuai dengan keinginan pelanggan tersebut. Kerusakan yang dikerjakan dapat berbeda-beda sesuai dengan masalah yang didapati di lapangan.

Stasiun kerja pada Bengkel Auto 2000 berbentuk ruangan terbuka dengan atap diatasnya. Stasiun kerja tergolong bersih dan aman bagi pekerja. Tidak terdapat ceceran-ceceran oli yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Setiap selesai menyelesaikan satu mobil, para pekerja membersihkan stasiun mereke terlebih dahulu. Resiko terpapar asap kendaraan dapat dihindari dengan penggunaan tabung pembuangan asap kerndaraan yang terpasang pada mobil yang sedang dikerjakan.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas dan setelah melakukan survei pendahuluan di AUTO 2000 Amplas Medan maka peneliti tertarik untuk penelitian dengan judul “Hubungan Beban Kerja dengan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Montir AUTO 2000 Amplas Tahun 2015”.

1.2. Perumusan Masalah

Montir di AUTO 2000 Amplas Medan memiliki tugas pokok dan tanggungjawab terhadap perusahaan maupun pelanggan dalam menyelesaikan


(58)

pekerjaan atau produktivitas kerja yang harus sesuai dengan prosedur dan tepat waktu menjadi beban dalam bekerja. Beban kerja yang berlebih sering mengakibatkan kelelahan kerja yang dapat menyebabkan berkurangnya produktifitas kerja. Berdasarkan uraian pada latar belakang maka permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan beban kerja dengan produktivitas pada pekerja montir AUTO 2000 Amplas Tahun 2015.

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan produktivitas kerja pada pekerja montir Auto 2000 Amplas Tahun 2015.

1.3.2. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui beban kerja pada pekerja montir Auto 2000 Amplas. 2) Untuk mengetahui produktivitas kerja pada pekerja montir Auto 2000

Amplas.

1.4. Hipotesis Penelitian

Beban Kerja berhubungan dengan produktivitas kerja pada pekerja montir AUTO 2000 Amplas Tahun 2015.

1.5. Manfaat Penelitian

Menjadi masukan bagi AUTO 2000 Amplas Medan sebagai bahan evaluasi dalam hal beban kerja dengan produktivitas kerja pekerja montir tersebut.


(59)

ABSTRAK

Montir di AUTO 2000 Amplas Medan memiliki tugas pokok dan tanggungjawab dalam menyelesaikan produktivitas kerja yang harus sesuai dengan prosedur menjadi beban dalam bekerja. Beban kerja yang berlebih sering mengakibatkan kelelahan kerja yang dapat menyebabkan berkurangnya produktifitas kerja. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan beban kerja dengan produktivitas pada pekerja montir AUTO 2000 Amplas Tahun 2015.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan produktivitas kerja pada pekerja montir Auto 2000 Amplas. Jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Sampel dalam penelitian diambil dengan total populasi sebanyak 48 orang montir. analisis menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan beban kerja dengan produktivitas kerja pada montir dengan nilai p(0,001).

Pekerja montir Auto 2000 Amplas Medan yang memiliki kategori beban kerja ringan sebanyak 23 orang (47,9%) dan pekerja montir yang memiliki kategori beban kerja sedang sebanyak 28 orang (52,1%). Produktifitas montir dalam mengerjakan mobil pada kategori tidak produktif sebanyak 20 orang (41,7%) dan pada kategori produktif sebanyak 28 orang (58,3%). Terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan produktivitas kerja Auto 2000 Amplas Medan dengan nilai p(0,001) < 0,05.

Diharapkan bagi kepala bengkel Auto 2000 Amplas Medan untuk tetap memperhatikan dan melakukan pengawasan terhadap beban kerja dan produktifitas montir dalam melakukan perbaikan dan perawatan mobil di Auto 2000 Amplas Medan.


(1)

sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menuntut ilmu di FKM USU.

5. Seluruh dosen beserta staff pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

6. Untuk orang tua tercinta, Ayahanda Hermanto Sinaga, SE dan Ibunda tersayang Ade Fatma Sari Lubis yang telah selalu tiada hentinya memberikan dukungan baik moril dan materil dalam membesarkan, mendidik, memotivasi dan selalu mendoakan penulis dan untuk kedua adinda tersayang Rizki Ramadhan Sinaga dan Aina Salsabila Sinaga, terima kasih untuk kebersamaan, dukungan, dan doa yang diberikan kepada penulis.

7. Terimakasih kepada Kepala Bengkel Auto 2000 Amplas beserta pekerja montir Auto 2000 Amplas.

8. Kepada abangda dan kakanda, teman-teman satu stambuk dan adik-adik FKM USU, terima kasih untuk kebersamaan, dukungan, dan doa yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin

Medan, Oktober 2016


(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

RIWAYAT HIDUP ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1. Tujuan Umum ... 7

1.3.2. Tujuan Khusus ... 7

1.4 Hipotesis Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Beban Kerja ... 9

2.1.1 Definisi Beban Kerja ... 9

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja ... 12

2.1.3 Pengukuran Beban Kerja ... 17

2.1.4 Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja... 21

2.1.5 Manfaat Pengukuran Beban Kerja ... 23

2.2 Produktivitas Kerja... 24

2.2.1. Definisi Produktivitas Kerja ... 24

2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja .. 28

2.2.3. Pengukuran Produktivitas Kerja ... 30

2.3 Kerangka Konsep Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Jenis Penelitian ... 35

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 35

3.2.1. Lokasi Penelitan ... 35

3.2.2. Waktu Penelitian ... 35

3.3 Populasi dan Sampel ... 35

3.3.1 Populasi ... 35

3.3.2 Sampel ... 35


(3)

3.7.1 Analisis Univariat... 38

3.7.2 Analisis Bivariat ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 39

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ... 39

4.2 Analisis Univariat ... 41

4.2 Analisis Bivariat ... 43

BAB V PEMBAHASAN ... 44

5.1 Beban Kerja Pada Pekerja Montir ... 44

5.2 Produktivitas Pada Pekerja Montir ... 47

5.3 Hubungan Beban Kerja Dengan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Montir ... 49

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

6.1 Kesimpulan ... 52

6.2 Saran ... 52


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Denyut

Jantung ... 23 Tabel 4.1 Karakteristik Pekerja Bengkel Auto 2000

Amplas Tahun 2015 ... 41 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Pengukuran

Rata-Rata Beban Kerja Pekerja Montir Bengkel Auto 2000

Amplas Tahun 2015 ... 42 Tabel 4.3 Distribusi Total Hasil Pengukuran

Produktivitas Kerja Pekerja Montir Bengkel Auto 2000

Amplas Tahun 2015 ... 42 Tabel 4.4 Hubungan Antara Beban Kerja dengan

Produktivitas Kerja Pekerja Montir Bengkel Auto 2000


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Surat Izin Survei Pendahuluan Penelitian Lampiran 3. Surat Izin Penelitian

Lampiran 4. Surat Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 5. Master Data


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ahmad Syukroni Sinaga

Tempat Lahir : Medan

Tanggal Lahir : 4 November 1992

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku Bangsa : Batak Simalungun

Anak ke : 1 dari 3 bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Perjuangan Komplek Anthurium No.3 Medan

Nama Ayah : Hermanto Sinaga, SE

Suku Bangsa Ayah : Batak Simalungun

Nama Ibu : Ade Fatma Sari Lubis

Suku Bangsa Ibu : Batak Mandailing

Riwayat Pendidikan :

1. SD/Tamat tahun : SD 1 YKPP DUMAI / 2004

2. SMP/Tamat tahun : SMP YKPP DUMAI / 2007 3. SMA/Tamat tahun : SMA NEGERI 3 MEDAN / 2010 4. Tahun 2010-2016 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU