Kelapa Sawit Sebagai Tanaman Penghasil Minyak

produksi CPO sebesar 721.172 ton. Sejak saat itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. Fauzi,Y. 2002

2.2 Kelapa Sawit Sebagai Tanaman Penghasil Minyak

Kelapa sawit merupakan tanaman yang dapat menghasilkan minyak. Selain kelapa, kacang-kacangan dan jagung. Dimana dalam perkembanganya melalui salah satu produknya yaitu minyak sawit, kelapa sawit memiliki peranan penting antara lain. 1. Mampu mengganti kelapa sebagai bahan baku mentah bagi industry pangan maupun non-pangan dalam negeri. 2. Ditetapakan sebagai pedoman ekspor non-migas Indonesia sangat besar bagi pemasukan devisa. Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas-varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah, atau berdasarkan warna kulit buahnya. Selain varietas-varietas tersebut, ternyata dikenal juga beberapa varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan, antar lain mampu menghasilkan produksi yang lebih baik dibandingkan dengan varietas lain. Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buahnya dikenal lima varietas kelapa sawit, yaitu: 1. Dura Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relative tipis dengan persentase daging buah terhadap buah bervariasi antara 35 – 50. Kernel daging biji biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah. 2. Pisifera Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat tipis. Jenis pisifera tidak dapat di perbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain. 3. Tenera Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu dura dan pisifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan – perkebunan saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5 – 4 mm, dan terdapat lingkaran serabut disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi, antara 60 – 96. Tandan buah yang dihasilkan tenera lebih banyak daripada dura, tetapi ukuran tandannya relative lebih kecil. 4. Macro Carya Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedang daging buahnya tipis sekali. 5. Diwikka – wakka Varietas ini mempunyai cirri khas de3ngan adanya dua lapisan daging buah. Diwikka – wakka dapat dibedakan menjadi diwikka – wakkadura, diwikka – wakkapisifera dan diwikka – wakkatenera. Dua varietas kelapa sawit yang disebutkan terakhir ini jarang dijumpai dan kurang begitu dikenal diIndonesia Berdasarkan warna kulitnya ada tiga varietas kelapa sawit yang dikenal yaitu: 1. Nigrescens, buah berwarna ungu samapai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi kehitam-hitaman sewaktu telah masak. 2. Virescens, buah berwarnaa hijau padaa waktu muda dan ketika masak menjadi jingga kemerahan tetapi ujungnya tetap kehijauan. 3. Albescens, pada waktu muda buah berwarna keputih-putihan sedangkan setelah masak menjadi kekuning-kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitaman. Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3 – 4 tahun dan buahnya menjadi masak 5 – 6 buah setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat perubahan warna kulitnya, dari hijau pada buah muda menjadi merah jingga waktu buah telah masak. Pada saat itu kandungan minyak pada buah telah maksimal jika terlalu matang buah kelapa sawit akan terlepas dari tangkai tandannya. Tim Penulis PS, 1997 Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanenan agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid ALB atau FFA minimal. Paadaa saat ini kriteria umum yang banyak dipakai adalah berdasarkan jumlah berondolan, yaitu tanaman dengan umur kurang daari 10 tahun, jumlah berondolan yaitu tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah berondolan sekitar 15 – 20 butir. Namun, secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg tandan buah segar TBS terdapat dua berondolan. Fauzi.Y, 2002

2.3. Pembentukan Minyak Dalam Buah