PENDAHULUAN Peningkatan kepedulian ibu, kader, dan remaja untuk perbaikan status gizi anak
2
satunya dapat menyebabkan kekurangan gizi malnutrisi. Malnutrisi yang terjadi dini dapat mengganggu daya tahan
seperti infeksi. Infeksi merupakan salah satu dari beberapa akibat serius dari malnutrisi Shrimpton, 2006.
Data Sensus Nasional 2005 menunjukkan masih banyak 28 anak-anak di bawah lima tahun di Indonesia yang tergolong
gizi kurang dan buruk 5 juta dan 1.8 juta secara berturut- turut. Data penting lainnya menunjukkan bahwa 80 persen
anak-anak balita malnutrisi di Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, bukan berasal dari keluarga miskin, kasus yang sama
terjadi wilayah lain di Indonesia. Hal ini membuat banyak orang sadar bahwa gizi anak tidak saja berhubungan dengan
kemiskinan daya beli rendah, tetapi juga aspek sosial budaya masyarakat.
Berbagai bukti yang telah dikumpulkan dari berbagai macam sumber menyatakan bahwa pertumbuhan fisik dipengaruhi oleh
interaksi
antara beberapa
intervensi psikososial
yang dipengaruhi oleh kebutuhan psikologi dan sosial dengan
memperkuat lingkungan anak-anak dan pemberi careperhatian kepada anak dan intervensi pemberian zat gizi Myers, 1992.
Sepuluh tahun yang lalu banyak kemajuan yang telah dibuat untuk memahami interaksi yang rumit antara faktor biologi
dan sikap yang merupakan faktor penentu status gizi. Hubungan yang positif antara pemberi care dan anak
berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Maka beberapa pertanyaan yang muncul adalah: 1 Bagaimana
memperbaiki ketersediaan pengasuhan anak yang mencukupi, 2 Mengapa ketersediaan dari alternatif pengasuhan anak
sangat terbatas? Anderson, Pelletier, Alderman, 1995. Pada kenyataannya, lebih dari 20 tahun telah terbentuk teori
bahwa pemberantasan gizi buruk pada anak tergantung kepada tiga faktor yaitu keamanan pangan individu dan rumahtangga,
akses terhadap pelayanan kesehatan dan lingkungan yang sehat, dan praktek care yang memadai. Dari ketiga faktor yang
mempengaruhi gizi pada anak, care merupakan yang paling
3
abstrak. Pengukuran terhadap care merupakan masalah tersendiri karena respon dan kebiasaan yang sangat beragam
dalam hal substansinya dari satu budaya dan budaya yang lainnya. Praktek pemberian care diukur dari alokasi waktu dan
kebiasaan perawatan dari pemberi care Ibu. Praktek care seringkali namun tidak selalu disediakan oleh wanita. Wanita
berperan dalam segala bidang, termasuk di dalamnya dalam hal penyiapan dan penyimpanan makanan, memberikan ASI dan
memberikan makan bagi anaknya, menjaga higienitas, mencari penyebab penyakit anaknya, dan memberikan rangsangan
psikososial pada anaknya. Aspek paling kritis dari kualitas care dapat terlihat dari isyarat yang diperlihatkan anak, secara
verbal, maupun isyarat lainnya. Zeitlin et. Al 1995 merujuk kepada hasil penelitian Zeitlin,
Ghassemi,
and Mansour
1991, menunjukkan
bahwa kesimpulan utama dari keseluruhan perkembangan yang baik
untuk anak pada keluarga miskin merupakan hasil dari pengasuhan yang berkualitas tinggi. Menempati posisi utama
dalam tingkat fungsi keluarga yang baik. Kebijaksanaan pengasuhan anak yang dimiliki orang tua pengetahuan, sikap,
dan perilaku, karakteristik orang tua dan rumahtangga, serta pengaruh karakteristik, status gizi dan kesehatan anak.
Penelitian Zeitlin et. al 1995 juga menyatakan bahwa faktor yang menentukan perkembangan anak status gizi anak adalah
care yang Ibu berikan yang diukur dengan kehangatan, waktu yang diluangkan Ibu untuk anak, dan penerimaan anak.
Pentingnya
pelatihan pengasuhan
didukung pula
oleh penelitian Zeitlin et. al 1991 dengan mempertimbangkan
faktor penentu status gizi anak, UNICEF memutuskan bahwa aspek dari care menjadi salah satu faktor dominan. Faktor care
kemudian dikembangkan oleh Engle, Menon, and Haddad 1997.
Sementara itu
Caldwell and
Bradley 1984
mengimplementasikan pelatihan pengasuhan ‖care practises‖ dengan
mengangkat proses
yang dapat
merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak. Menyadari bahwa
terdapat batasan pengetahuan dan ketrampilan mengenai
4
sumberdaya pengasuhan dan pelatihannya dalam setiap orang dan rumahtangga maka sangat penting untuk mengusahakan
perbaikan pelatihan pengasuhan dan analisis dampaknya terhadap status gizi anak. Oleh karena itu penelitian ini sangat
menaruh care dalam mendirikan prinsip umum yang dapat memperbaiki
aspek psikososial
yang mempengaruhi
pertumbuhan anak. I.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengembangkan instrument sumberdaya dan praktek
care, 2.
Menilai sumberdaya dan praktek care ibu, kader dan remaja,
3. Mengembangkan materi pemberdayaan care,
4. Melakukan intervensi pemberdayaan care kepada kader
dan remaja, 5.
Mengevaluasi pengaruh pemberdayaan care terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
5