KESEHATAN MENTAL, DUKUNGAN SOSIAL, DAN
63
Tabel 19 Sebaran Contoh menurut Kesehatan Mental
Kesehatan Mental Intervensi
Kontrol Awal Akhir Delta Awal Akhir Delta
Aspek Fisik
- Mudah lelah 65.1
63.5 -1.6
75.8 87.9
12.1 - Susah tidur
46.0 39.7
-6.3 54.5
71.2 16.7
- Penurunanpeningkatan berat badan
46.0 58.7
12.7 65.2
78.8 13.6
- Berkeringan dingin 39.7
33.3 -6.4
45.5 57.6
12.1 - Fisik sakit kepala
79.4 77.8
-1.6 74.2
81.8 7.6
- Fisik gemetaran 39.7
44.4 4.7
43.9 47.0
3.1
Aspek Psikologis
- Psikologis mudah sedih 71.4 73.0
1.6 56.1
62.1 6.0
- Psikologis cemaskhawatir
82.5 87.3
4.8 80.3
78.8 -1.5
- Psikologis gagal 33.3
34.9 1.6
27.3 40.9
13.6 - Psikologis bersalah
44.4 46.0
1.6 37.9
53.0 15.1
- Psikologis kecewa 38.1
44.4 6.3
48.5 43.9
-4.6 - Psikologis tidak puas
42.9 30.2
-12.7 42.4
39.4 -3.0
- Psikologis sedih secara tiba-tiba
61.9 46.0
-15.9 54.5
45.5 -9.0
- Psikologis tidak diperhatikan
33.3 25.4
-7.9 30.3
24.2 -6.1
- Psikologis kehilangan semangatmalas
44.4 31.7
-12.7 40.9
47.0 6.1
Data di kelompok kontrol menunjukkan terjadi peningkatan lebih tingginya persentase kelompok Gakin dibandingkan
kelompok non gakin yang merasakan gejala fisik dan psikologis stress, yaitu dari 9 item pada data awal menjadi 11 item pada
data akhir. Sementara hal sebaliknya terjadi di kelompok intervensi dimana terjadi penurunan jumlah item kesehatan
mental dari 10 item menjadi hanya 4 dari 15 item dimana prosentase
kelompok Gakin
yang mengeluh
kesehatan gangguan kesehatan mental lebih tinggi dibandingkan
kelompok non gakin. Hal tersebut secara umum menunjukkan perbaikan di kelompok gakin pada kelompok intervensi.
64
Secara umum selisih prosentase contoh baik yang mengalami peningkatan maupun penurunan keluhan gangguan kesehatan
mental, bervariasi dengan kisaran yang cukup lebar, baik menurut kelompok intervensi antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol maupun menurut tingkat kesejahteraan keluarag gakin dan non gakin.
IV.4.2.
Dukungan Sosial
Dukungan social adalah bantuan dan perhatian yang diberikan atau ditunjukkan oleh pihak di sekeliling keluarga inti, yang
dipandang bersifat positif, dapat membantu dan meringankan serta menguatkan keluarga dalam melaksanakan fungsinya.
Dalam batas tertentu, pada umumnya keluarga terutama kelas social ekonomi bawah membutuhkan dukungan social, tidak
selalu dalam bentuk materi, namun juga bisa bantuan fisik seperti mengasuh dan menjaga anak untuk sementara, atau
berupa perhatian, nasihat, dan dan dukungan moral. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial
yang diterima keluarga dari lingkungannya, termasuk dari keluarga besarnya, membantu keluarga untuk bertahan dan
meringankan beban fisik, beban psikologis, dan beban ekonomi keluarga. Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap keluarga
dalam perjalanan kehidupannya siklus kehidupan keluarga atau perkembangan keluarga membutuhkan dukungan dari
lingkungannya, namun dalam bentuk dan intensitas yang berbeda. Dukungan sosial yang diterima keluarga paling tidak
dapat memberi kebahagiaan, kepercayaan dan perasaan kepada pasangan suami-istri bahwa ada pihak yang peduli dan bisa
dijadikan sandaran pada saat keluarga membutuhkan bantuan. Terdapat berbagai masalah yang dirasakan keluarga sepanjang
siklus kehidupannya, namun yang paling banyak dikeluhkan adalah berkaitan uang ekonomi, anak, konflik pasangan, dan
kesehatan.
65
Hasil analisis data menunjukkan prosentase terbesar contoh enam dari sepuluh contoh kelompok kontrol dan delapan dari
sepuluh contoh di kelompok intervensi memperoleh dukungan ekonomi berupa pinjaman uang. Bentuk dukungan lainnya
adalah pemberian nasehat terkait aspek ekonomi dan pemberian barang. Bantuan berupa pemberian atau akses lahan
pekerjaan hanya diterima oleh sedikit contoh 1.6 di kelompok intervensi dan 4.5 di kelompok kontrol. Terdapat seperempat
contoh di Kelompok kontrol dan seperdelapan contoh di kelompok intervensi yang menyatakan tidak mendapat
dukungan ekonomi dari keluarga besar, tetangga, dan lingkungan sekitarnya dalam bentuk apapun, walaupun mereka
membutuhkannya. Masih cukup banyak ibu-ibu yang menyatakan tidak ada
dukungan sosial ketika terjadi berbagai masalah keluarga. Dukungan sosial yang paling rendah adalah ketika terjadi
konflik dalam keluarga yaitu hanya setengahnya responden yang menyatakan memperoleh dukungan. Hal tersebut bisa
juga karena pandangan masyarakat pada umumnya yang menganggap konflik keluarga adalah masalah internal. Bentuk
dukungan yang umumnya diperoleh keluarga ketika terjadi konflik suami-istri adalah berupa nasehat. Sementara itu
seperempat kelompok intervensi dan sepertiga kelompok kontrol menyatakan tidak ada dukungan sosial ketika terjadi
masalah kesehatan. Tujuh dari delapan contoh di kelompok intervensi dan tiga perempat contoh di Kelompok kontrol
mengakui memperoleh dukungan dalam hal pengasuhan anak. IV.4.3.
Kontrol Otonomi
Kemampuan istri dalam mengontrol sumberdaya keluarga terutama sumberdaya uang menunjukkan otonomi istri.
Keragaan contoh menurut kontrol sumberdaya uang untuk belanja, ditabung, rekreasi, tempat tinggan dan waktu untuk
bekerja, kumpul keluarga, rekreasi disajikan pada Tabel 20. Hasilnya menunjukkan bahwa istri dominan dalam pengelolaan
uang untuk belanja kebutuhan sehari-hari konsumsi pangan
66
dan perawatan rumah, sementara pengelolaan uang untuk rekreasi dan tempat tinggal renovasi dilakukan berdua. Suami
dominan dalam penentuan waktu untuk bekerja, termasuk untuk mencari tambahan penghasilan dan membangun jejaring
terkait pekerjaan; sementara waktu untuk rekreasi dan kumpul keluarga diputuskan suami istri bersama.
Tabel 20 Sebaran Contoh menurut Pola Kontrol Sumberdaya
Uang dan Waktu di Keluarga
Kontrol Sumberdaya Kontrol
Intervensi Istri Suami
Berdua Istri Suami Berdua 1. Pengelolaan Uang
- Untuk belanja 81.8
3.0 15.2 98.4
1.6 - Untuk ditabung
39.4 9.1
40.9 57.1 4.8
22.2 - Untuk rekreasi
22.7 18.2
56.1 25.4 11.1
49.2 - Untuk tempat
tinggal 19.7
22.7 54.5 28.6
15.9 46.0
2. Pengelolaan Waktu - Untuk bekerja
22.7 50.0
27.3 3.2
55.6 23.8
- Kumpul keluarga 12.1
16.7 68.2
6.3 12.7
61.9 - Rekreasi
13.6 16.7
68.2 7.9
14.3 61.9
Kemampuan istri dalam mengontrol sumberdaya keluarga juga ditunjukkan oleh kemampuannya untuk melibatkan suami
dalam pekerjaan domestik, diantaranya adlah keikutsertaan suami dalm praktek pengasunan anak. Keterlibatan suami
dalm pengasuhan anak, dipengaruhi beberapa faktor yaitu jenis pekerjaan, lama waktu yang dicurahkan untuk bekerja,
perkembangan nilai pengasuhan dimana ayah semakin menyadari tugas dan kewajibannya dalam mengasuh anak, juga
karena faktor kelihaian istri untuk melibatkan suami dalam pengasuhan anak. Hasil analisis data menunjukkan bahwa
keterlibatan suami dalam pengasuhan anak di kelompok kontrol lebih rendah dibandingkan di kelompok intervensi.
Keikutsertaan suami dalam pengasuhan anak di kelompok
67
intervensi antara keluarga miskin dan non-miskin relatif setara, berbeda dengan di kelompok intervensi.
Tabel 21 Sebaran Contoh menurut Keikutsertaan Suami
dalam Pengasuhan Anak
Kontrol Intervensi
Gakin Non
Gakin Total
Gakin Non
Gakin Total
Ya 24.2
15.2 19.7
48.5 50.0
49.2 Tidak
75.8 84.8
80.3 51.5
50.0 50.8
Total 100.0
100.0 100.0
100.0 100.0 100.0
Indikator kontrol sumberdaya atau otonomi istri adalah keterlibatan dalam pengambilan keputusan di keluarga.
Kebiasaan contoh berdiskusi dengan suami untuk mengambil keputusan,
kepuasan yang
dirasakan dalam
proses pengambilan keputusan, dan keikutsertaan pihak lain dalam
pengambilan keputusan disajikan pada Tabel 22.
Tabel 22 Sebaran Contoh
menurut Pola
Pengambilan Keputusan
Komponen Kontrol Sumberdaya
Otonomi Kontrol
Intervensi Gakin
Non Gakin
Total Gakin
Non Gakin
Total 1. Ibu selalu berdiskusi dengan keluarga atas setiap keputusan yang
akan diambil - Tidak
24.2 3.0
13.6 3.0
3.3 3.2
- Ya 75.8
97.0 86.4
97.0 96.7
96.8 - Total
100.0 100.0
100.0 100.0
100.0 100.0 2. Ibu merasa puas dalam proses berdiskusipengambilan keputusan
- Tidak 12.1
15.2 13.6
3.0 1.6
- Ya 87.9
84.8 86.4
97.0 100.0
98.4 - Total
100.0 100.0
100.0 100.0
100.0 100.0 3. Orang lain ikut serta dalam pengambilan keputusan
- Tidak 90.9
84.8 87.9
87.9 93.3
90.5 - Ya
9.1 15.2
12.1 12.1
6.7 9.5
- Total 100.0
100.0 100.0
100.0 100.0 100.0
68
Hasil analisis data menunjukkan bahwa sebagian besar contoh mengaku senantiasa berdiskusi dengan suami atas keputusan
yang diambil, dan merasa puas dalam proses diskusi tersebut. Sebagian besar contoh mengaku bahwa keputusan keluarga
inti, tidak diintervensi oleh pihak lain, termasuk kerabat dekat seperti mertua, kakak-adik, ipar dan sepupu, yang pada
umumnya masih tinggal berdekatan dengan contoh.
69