ALOKASI WAKTU DAN AKSES TERHADAP INFORMASI

58 waktu untuk istirahat dan keperluan pribadi diluar kegiatan pribadi rutin sekitar 2.29 jam 9.5. Sesuai dengan data pekerjaan contoh, hanya sedikit contoh yang bekerja untuk mencari nafkah, sehingga nilai rata-rata alokasi waktu untuk kegiatan produktif sangat kecil yaitu 0.41 jam 1.7. Namun bagi bu yang bekerja, masing masing mengalokasikan waktu sekitar empat sampai enam jam untuk bekerja seperti buruh, berdagang, dan pekerjaan lainnya. Gambaran alokasi waktu yang sekaligus menunjukkan beban kerja ibu menunjukkan bahwa cukup banyak waktu yang diluangkan untuk mengurus, merawat, dan mengasuh anak. Oleh karenanya yang menjadi fokus perhatian adalah bagaimana meningkatkan kualitas pengasuhan. Permasalahan umum ibu-ibu di perdesaan dari status sosial ekonomi keluargabawah adalah masih terbatasnya pengetahuan dan keterampilan mengasuh anak, serta terbatasnya dana keluarga untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak. IV.3.2. AKSES TERHADAP INFORMASI Walaupun terbatas, namun terdapat berbagai sumber informasi tentang perawatan dan pengasuhan anak, serta dan tentang sumberdaya keluarga di lingkungan contoh yang dimungkinkan diakses contoh yaitu TV, radio, penyuluhan PKK, penyuluhan posyandu, koran, majalah, buku, informasi dari orang tua, informasi dari tetangga, dan informasi dari dokterbidantenaga puskesmas. Hasil elaborasi menunjukkan bahwa dua sumber informasi utama tentang gizi, kesehatan, pengasuhan anak, dan tentang sumberdaya keluarga yang diakses contoh adalah posyandu dan TV Tabel 17. Masih terdapat prosentase kecil contoh yang mengaku tidak memperoleh informasi tentang empat topik terkait pertumbuhan dan perkembangan anak. Data menunjukkan tidak terdapat pola yang menunjukkan bahwa responden yang non Gakin mengakses informasi tentang gizi, 59 kesehatan,pengasuhan anak dan sumberdaya keluarga lebih baik dibandingkan responden non gakin. Hanya sedikit contoh di kedua kelompok yang mengakses empat topik terkait pertumbuhan dan perkembangan anak dari radio, buku, majalah, dan Koran. Demikian juga sumber informasi personal seperti orang tua, tetangga, bidan puskesmas, dan dari penyuluhan PKK. Buku dan majalah hanya diakses contoh non gakil kontrol yang kondisi ekonominya lebih baik. Tabel 17 Sebaran Contoh yang Mengakses Informasi Menurut Jenis Informasi dan Sumber Informasi Jenis dan Sumber Informasi Kontrol Intervensi Gakin Non Gakin Total Gakin Non Gakin Total

1. Gizi

- Tidak Pernah 3.0 0.0 1.6 9.1 3.0 6.1 - TV 39.4 43.3 41.3 30.3 24.2 27.3 - Posyandu 60.6 56.7 58.7 66.7 75.8 71.2

2. Kesehatan

- Tidak Pernah 3.0 0.0 1.6 9.1 3.0 6.1 - TV 39.4 43.3 41.3 30.3 24.2 27.3 - Posyandu 60.6 56.7 58.7 66.7 75.8 71.2

3. Pengasuhan Anak

- Tidak Pernah 5.0 0.0 2.5 7.5 3.0 5.5 - TV 37.5 50.0 43.8 35.0 24.2 30.1 - Posyandu 60.0 52.5 56.3 65.0 75.8 69.9

4. Sumberdaya Keluarga

- Tidak Pernah 5.0 2.5 3.8 12.5 9.1 11.0 - TV 37.5 47.5 42.5 35.0 24.2 30.1 - Posyandu 60.0 52.5 56.3 62.5 69.7 65.8 Data akses dan sumber informasi menunjukkan bahwa televisi memiliki peran yang penting sebagai wahana masyarakat memperoleh informasi terkait pengasuhan dan perawatan anak. Hal tersebut berlaku baik untuk keluarga Gakin maupun non Gakin yang tinggal di Kelompok kontrol ataupun di Kelompok intervensi. Televisi merupakan salah satu peralatan elektronik 60 yang umum dijumpai di masyarakat, dan hampir setiap keluarga memiliknya. Di Indonesia saat ini terdapat lebih dari puluhan saluran televisi. Masyarakat mempunyai keleluasaan memilih acara yang disukainya. Selain menjadi sumber hiburan, ternyata televisi juga penting untuk menjadi alternatif penting bagi peningkatan sumberdaya dan praktek care ibu. Demikian pula halnya dengan posyandu. Tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi untuk hadir di posyandu setiap bulan menyebabkan banyak keluarga yang menyatakan bahwa posyandu adalah sumber informasi childcare yang sangat penting. Di posyandu, masyarakat dapat memonitor tumbuh kembang anak mereka, dan selain itu masyarakat juga mendapatkan pelayanan seperti imunisasi, pemberian makanan tambahan untuk anak balita, serta memperolah tabel besi atau kapsul vitamin A dosis tinggi. Tabel 18 Sebaran Ibu menurut Partisipasi di Posyandu Partisipasi posyandu Kontrol Intervensi Gakin Non Gakin Total Gakin Non Gakin Total Tidak 3.0 27.3 15.2 21.2 26.7 23.8 Ya 97.0 72.7 84.8 78.8 73.3 76.2 Posyandu merupakan sumber informasi gizi dan kesehatan masyarakat, padahal tidak semua contoh berpartisipasi aktif dalam posyandu. Masih terdapat sekitar 15 persen di kelompok kontrol dan 24 persen di Kelompok intervensi yang tidak mengikuti kegiatan posyandu. Lebih tingginya contoh Kelompok intervensi yang tidak aktif di posyandu, salah satunya dikarenakan sebagai contoh letak rumahnya cukup jauh dari posyandu. Keluarga miskin di Kelompok kontrol lebih banyak yang berpartisipasi di posyandu dibandingkan keluarga tidak miskin. Posyandu yang merupakan program gizi nasional telah menyebar merata di seluruh pelosok. Partisipasi yang tinggi di 61 kalangan keluarga Gakin menunjukkan bahwa pelayanan posyandu pelayanan gizi memang sangat diperlukan oleh mereka. Bagi masyarakat golongan menengah ke atas, pelayanan gizi kesehatan, dan penyuluhan bisa diakses dari bidan atau tenaga kesehatan dengan tarip tertentu. Bagi masyarakat miskin pelayanan gizi melalui posyandu yang dapat diperoleh dengan gratis lebih disukai daripada ke tenaga kesehatan dan harus membayar. 62

4.4. KESEHATAN MENTAL, DUKUNGAN SOSIAL, DAN

KONROL OTONOMI IV.4.1. Kesehatan Mental Ibu Pengukuran kesehatan mental ibu meliputi aspek fisik dan aspek psikologis. Kesehatan mental dari aspek fisik dilihat dari mudah lelah, susah tidur, penurunanpeningkatan berat badan yang cepat, berkeringat dingin, sakit kepala, dan gemetaran. Sementara kesehatan mental dari aspek psikologis diukur dari beberapa indikasi yaitu mudah sedih, cemaskhawatir, merasa gagal, merasa bersalah, kecewa, tidak puas, sedih secara tiba- tiba, merasa tidak diperhatikan, dan kehilangan semangat malas. Hasil analisis Tabel 19 menunjukkan bahwa semua gejala kesehatan mental ibu baik yang bersifat fisik maupun psikologis di kelompok intervensi dan kontrol pada data awal dan data akhir data, dirasakan antara 24 persen sampai 88 persen contoh. Hal tersebut menunjukkan bahwa minimal 24 persen contoh yang merasakan minimal satu item gejala gangguan kesehatan mental. Pada kelompok kontrol, tidak ada perbaikan kesehatan mental dimensi fisik, sedangkan pada kelompok intervensi terdapat perbaikan yaitu penurunan contoh yang mengeluh pada empat item gangguan fisik yaitu sakit kepala dan mudah lelah masing-masing menurun 1.6, berkeringat dingin dan susah tidur 6.4 dan 6.3. Pada dimensi psikologis, terdapat penurunan contoh kelompok intervensi yang mengeluh tidak puas 12.7, sedih secara tiba-tiba 15.9, merasa tidak diperhatikan 7.9 dan kehilangan semangat atau malas 12.7 sementara itu terdapat juga penurunan prosentase contoh di kelompok kontrol yang mengeluh rasa cemas, kecewa, dan tidak puas 1.5, 3, dan 4.6 secara berurutan, merasa tidak diperhatikan 6, dan sedih secara tiba-tiba 9. 63 Tabel 19 Sebaran Contoh menurut Kesehatan Mental Kesehatan Mental Intervensi Kontrol Awal Akhir Delta Awal Akhir Delta Aspek Fisik - Mudah lelah 65.1 63.5 -1.6 75.8 87.9 12.1 - Susah tidur 46.0 39.7 -6.3 54.5 71.2 16.7 - Penurunanpeningkatan berat badan 46.0 58.7 12.7 65.2 78.8 13.6 - Berkeringan dingin 39.7 33.3 -6.4 45.5 57.6 12.1 - Fisik sakit kepala 79.4 77.8 -1.6 74.2 81.8 7.6 - Fisik gemetaran 39.7 44.4 4.7 43.9 47.0 3.1 Aspek Psikologis - Psikologis mudah sedih 71.4 73.0 1.6 56.1 62.1 6.0 - Psikologis cemaskhawatir 82.5 87.3 4.8 80.3 78.8 -1.5 - Psikologis gagal 33.3 34.9 1.6 27.3 40.9 13.6 - Psikologis bersalah 44.4 46.0 1.6 37.9 53.0 15.1 - Psikologis kecewa 38.1 44.4 6.3 48.5 43.9 -4.6 - Psikologis tidak puas 42.9 30.2 -12.7 42.4 39.4 -3.0 - Psikologis sedih secara tiba-tiba 61.9 46.0 -15.9 54.5 45.5 -9.0 - Psikologis tidak diperhatikan 33.3 25.4 -7.9 30.3 24.2 -6.1 - Psikologis kehilangan semangatmalas 44.4 31.7 -12.7 40.9 47.0 6.1 Data di kelompok kontrol menunjukkan terjadi peningkatan lebih tingginya persentase kelompok Gakin dibandingkan kelompok non gakin yang merasakan gejala fisik dan psikologis stress, yaitu dari 9 item pada data awal menjadi 11 item pada data akhir. Sementara hal sebaliknya terjadi di kelompok intervensi dimana terjadi penurunan jumlah item kesehatan mental dari 10 item menjadi hanya 4 dari 15 item dimana prosentase kelompok Gakin yang mengeluh kesehatan gangguan kesehatan mental lebih tinggi dibandingkan kelompok non gakin. Hal tersebut secara umum menunjukkan perbaikan di kelompok gakin pada kelompok intervensi.